Ujian Tengah Semester MK Manajemen Program Pangan dan Gizi Tanggal : 25 April 2017 PERENCANAAN PROGRAM NASIONAL 2017-2020 CAKUPAN KEPATUHAN TABLET TAMBAH DARAH Oleh : Jamil Anshory I151160031 Dosen Mata Kuliah Dr.Ir. Drajat Martianto, Msc SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM STUDI ILMU GIZI INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2017 RINGKASAN Anemia memberikan kontribusi hingga 20 persen terhadap semua kematian pada kehamilan. Salah satu penyebab tingginya prevalensi anemia adalah rendahnya asupan zat besi. Salah satu sumber asupan zat besi berasal dari tablet tambah darah (TTD), namun kepatuhan mengonsumsinya masih sangat rendah. Pemerintah sudah melakukan program penanggulangan anemia pada ibu hamil yaitu dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilan dengan tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian anemia masih tinggi. Tujuan dari perencanaan program ini adalah upaya memenuhi cakupan kepatuhan tablet tambah darah melalui kerjasama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, tokoh masyarakat, tenaga kesehatan dan peran kelurga. Alternatif dan pemilihan program yang disarankan yang pertama yaitu distribusi tablet tambah darah secara masif terimplementasi melaui SK/PERDA/PERGUB yang mendukung program suplementasi TTD untuk ibu hamil dan WUS, integrasi program ke dalam perencanaan pembangunan setiap daerah dan tersedianya anggaran dan jelas pihak yang menjadi mengelola. Kedua monitoring dan evaluasi oleh tenaga kesehatan melalui pendidikan dan konseling sehingga semua ibu hami dan WUS mendaptkan tablet tambah darah serta pendidikan dan konseling guna peningkatan cakupan dan tersedianya informasi secara berkala. Ketiga integralisasi peran serta kelurga dan tokoh masyarakat melalui cakupan kepatuhan tablet tambah darah dapat terpenuhi sebelum conception kerjasama KUA dan dukung suami siaga maka HB ketika hamil kategori normal dan suami ikut serta dalam memenuhi cakupan 90 tablet Fe selama periode kehamilan dibuktikan dengan kartu kontrol. Latar Belakang Mortalitas maternal dan neonatal adalah penyebab utama mortalitas di negaranegara berkembang, termasuk Indonesia, dan keduanya bersamasama menyebabkan 2,5-3,4 juta kematian penduduk di negara berkembang, termasuk Indonesia. Sejumlah 40 persen kematian pada ibu hamil berhubungan dengan anemia. Di Indonesia, prevalensi anemia pada ibu hamil dan ibu nifas masih sangat tinggi, yakni 37,1 persen menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Di negara berkembang, satu dari dua ibu hamil diperkirakan anemia. Anemia menjadi masalah kesehatan berat (severe public health problem), jika prevalensinya lebih dari 40 persen dalam suatu wilayah (WHO, 2001) Anemia adalah keadaan yang ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin, jumlah sel darah merah, dan gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen (Stoltzfus, 2001). Pada ibu hamil, keadaan anemia ditandai dengan rendahnya kadar Hb, yaitu kurang dari 11 g/dl2.Terjadinya anemia disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor risiko terjadinya anemia adalah rendahnya asupan zat besi, absorpsi zat besi yang rendah, yang dapat disebabkan dari konsumsi makanan yang mengandung fitat dan fenol. Selain itu, terjadinya anemia juga disebabkan oleh kurang enegi kronis (KEK), umur kehamilan, paritas, status gizi, pola konsumsi, dan tingkat kepatuhan mengonsumsi tablet Fe atau tablet zat besi oleh ibu hamil (De Maeyer, 1989) Pemerintah Indonesia sudah melakukan upaya penanggulangan anemia, di antaranya dengan memberikan TTD pada wanita hamil. Pendistribusian TTD juga telah dilakukan melalui Puskesmas dan Posyandu. Setiap ibu hamil disarankan untuk mengkonsumsi minimal 90 tablet tambah darah yang mengandung 200 mg ferro sulfat (setara dengan 60 mg besi elemental) dan 0.25 mg asam folat (Kemenkes, 2012). Tablet tambah darah jenis ini disediakan oleh pemerintah Indonesia untuk diberikan kepada ibu hamil tanpa dipungut bayaran. Selain tablet tambah darah pemerintah, terdapat juga tablet tambah darah mandiri yang dijual bebas. Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa 80,7 persen perempuan usia 1059 tahun telah mendapatkan TTD. Untuk meningkatkan konsumsi TTD, maka diperlukan sistem evaluasi dan monitoring yang dapat dipercaya (Broek, 2003). Peran dan fungsi keluarga sangat penting disaat salah satu anggota keluarga mengalami masalah kesehatan. Mereka dapat memberikan motivasi kepada pasien, mengingatkan pasien minum obat dan memantau kesehatannya. Peran keluarga sebagai pengawas minum obat sangat diperlukan. Keluarga ikut serta memotivasi dan mengingatkan pasien memberikan dan berperan penting dalam kesembuhan pasien (Depkes RI, 2002). Tujuan dari perencanaan program ini adalah upaya memenuhi cakupan kepatuhan tablet tambah darah melalui kerjasama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, tokoh masyarakat, tenaga kesehatan dan peran kelurga. Hasil perencanaan program ini diharapkan dapat memberikan masukan sebagai salah satu upaya penanganan masalah anemia untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Analisis Situasi Salah satu indicator dalam keberhasilan pemberian pelayanan kesehatan atau gambaran kesejahteraan masyarakat di suatu Negara adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Di Negara kita Indonesia jumlah AKI berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu terbesar selama kurun waktu tahun 2010 sampai tahun 2013 adalah perdarahan, diikuti oleh hipertensi dan infeksi. Menurut Riskesdas 2013 sekitar 89,1% ibu mengkonsumsi zat besi selama kehamilannamun hanya 33,3% yang mendapatkan tablet besi hingga lebih dari 90 tablet. Pemberian tablet besi ini diharapkan dapat mencegah terjadinya anemia defisiensi besi pada ibu hamil,mencegah terjadinya perdarahan pada saat persalinan, dapat meningkatkan asupan nutrisi bagi janin dan dapat menurunkan angka kematian ibu karena anemia ataupun perdarahan. Konsumsi tablet Fe sangat berkaitan dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil. Anemia defisiensi zat besi yang banyak dialami ibu hamil disebabkan oleh kepatuhan mengonsumsi tablet Fe yang tidak baik ataupun cara mengonsumsi yang salah sehinggamenyebabkan kurangnya penyerapan zat besi pada tubuh ibu. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1%. Pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 85 %. Presentase ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yang sebesar 83,3 %. Meskipun pemerintah sudah melakukan program penanggulangan anemia pada ibu hamil yaitu dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilan dengan tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian anemia masih tinggi (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Tubuh manusia sehat mengandung + 3,5 gr Fe yang hamper seluruhnya dalam bentuk ikatan kompleks dengan protein. Kira-kira 70% dari Fe yang terdapat dalam tubuh merupakan Fe fungsional atau esensial, dan 30 % merupakan non-esensial ini terdapat pada hemoglobin + 66 %, myoglobin 3 % dan sisanya terdapat pada enzim-enzim tertentu. Besi non-esensial terdapat sebagai cadangan dalam bentuk ferritin dan hemosiderin sebanyak 25 % dan pada perenkim jaringan kira-kira 5 %. Pada wanita hamil dan menyusui diperlukan tambahan asupan besi sebanyak 5 mg sehari. Bila kebutuhan ini tidak dipenuhi, Fe yang terdapat di gudang akan digunakan dan gudang lambat laun akan kosong. Akibatnya timbul anemia defisiensi Fe. Karena besi dalam bentuk fero paling mudah diabsorbsi maka preparat besi untuk pemberian oral tersedia dalam bentuk berbagai garam fero sulfat, fero glukonat dan fero fumarat. Ketiga preparat ni umumnya efektif dan tidak mahal (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005). Pemberian preparat ini sebanyak 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr% / bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002). WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg tablet besi selama 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan fisiologik selama kehamilan (Prawirohardjo, 2010). Kekurangan (defisiensi) besi menyerang pada golongan yang rentan, yaitu anakanak, remaja, ibu hamil dan menyusui serta pekerja yang berpenghasilan rendah. Kekurangan besi pada umumnya menyebabkan gejala-gejala seperti pucat, kepala pusing, berkunang-kunang, perubahan epitel kuku, lesu, napas pendek, lemah, mengantuk, lelah, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja dan gangguan penyembuhan luka (Varney, 2007). Kekurangan besi juga dapat menurunkan kekebalan tubuh individu, sehingga sangat peka terhadap serangan bibit penyakit. Akibat dari kekurangan zat besi selama kehamilan yaitu akan terjadinya anemia defisiensi besi dan dapat menyebabkan perdarahan selama persalinan, memudahkan terjadi infeksi dan daya angkut zat asam juga menurun, atonia uteri, syok, partus prematurus, inersia uteri dan partus lama dan bila terjadi anemia gravis maka akan terjadi payah jantung (Nugraheny, 2010). Pemeberian tablet tambah darah ibu hamil diberikan kepada sasaran bisa melalui sarana pelayanan pemerintah maupun swasta meliputi Puskesmas / Puskesmas Pembantu, Polindes / Pondok bersalin desa, Posyandu, Dukun bayi, Rumah sakit pemerinth / swasta, Pelayanan swasta (bidan,dokter prektek swasta dan poliklinik, Apotik/ toko obat, Pos Obat Desa (POD), (Depkes, 1996 ). Peran berbagai pihak sangat berpengaruh terhadap cakupan kepatuhan tablet tambah darah, peran serta keluarga terutama suami sebagai faktor penguat memegang peranan penting dalam meningkatkan kepatuhan mengonsumsi tablet besi. Kepedulian pendamping dalam memperhatikan dan memonitor konsumsi tablet besi setiap hari meningkatkan kepatuhan ibu hamil. Dukungan untuk ibu hamil diantaranya mengingatkan untuk minum pil TTD di malam hari, membawa pil TTD bila akan menginap di tempat lain dan memotivasi ibu bila merasa malas dan mual (Puspitasari, 2008) Banyak atau sedikitnya konsumsi TTD ditentukan juga oleh adanya keluhan rasa mual dan bau dari TTD yang dikonsumsi walaupun kehamilan sudah trimester 3. Menurut Budiarni dan Subagio ketidakpatuhan dapat terjadi karena ibu hamil merasa mual akibat rasa dan bau tablet. Selain itu, tablet besi yang dikonsumsi setiap hari menimbulkan rasa bosan, sehingga ibu hamil lupa dan malas untuk mengonsumsinya. Motivasi merupakan faktor paling dominan berhubungan dengan kepatuhan mengonsumsi tablet besi folat. Makin baik motivasi, makin patuh ibu hamil mengonsumsi besi folat. Efek samping TTD (aroma dan rasa yang tidak enak) banyak dikeluhkan oleh ibu hamil sehingga mereka kurang termotivasi untuk mengonsumsi TTD, tetapi hal ini bukanlah penyebab utama rendahnya kepatuhan konsumsi TTD (Galloway, 2002). Menurut seorang kepala puskesmas dalam studi kajian masalah anemia gizi dan program suplementasi pil zat besi pada ibu hamil, kepatuhan konsumsi TTD dipengaruhi oleh rutin/tidak rutin pasien/ibu kontrol ke posyandu/ puskesmas. Belum adanya pemantau khusus untuk konsumsi TTD juga mempengaruhi kepatuhan ibu hamil. Selain itu terdapat juga anggapan bahwa TTD adalah obat generik sehingga dianggap tidak bagus (Permaesih, 2015). Ibu hamil yang memberitahu tenaga kesehatan profesional sebesar 89,5 persen menerima masukan untuk mengatasi ketidakpatuhan konsumsi pil besi (Vosnacos, 2015). Kepatuhan terhadap konsumsi TTD di Indonesia masih sangat rendah, yang secara umum diakibatkan oleh rendahnya pengetahuan mengenai TTD, diantaranya adalah tentang efek samping minum TTD, penyerapan besi, makanan dan obat yang mengganggu penyerapan besi dan mitos serta kepercayaan yang salah. Kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi zat besi dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan tentang manfaat dan dampak yang mungkin timbul akibat anemia zat besi pada ibu hamil. Pengetahuan sangat penting peranannya dalam menentukan kepatuhan dalam mengonsumsi tablet besi, karena berpengaruh pada perilaku ibu hamil dalam menyimpan dan mengonsumsi tablet besi secara teratur setiap harinya (Puspitasari, 2008) Rendahnya tingkat kepatuhan ibu hamil mengonsumsi tablet besi selain dipengaruhi faktor pengetahuan juga terdapa faktor-faktor lain, yakni disebabkan faktor lupa, takut bayi menjadi besar, kesadaran yang kurang mengenai pentingnya tablet besi, ancaman bahaya anemia bagi ibu hamil dan bayi, serta adanya efek samping (mual atau pusing) yang ditimbulkan setelah minum tablet besi (Subarda, 2011). Penelitian kualitatif yang dilakukan di tiga kabupaten di Jawa Barat menunjukkan masih kurangnya pemahaman ibu tentang TTD. Ibu tidak minum TTD karena menurutnya konsumsi TTD dapat menyebabkan janin besar dan dapat menyulitkan pada waktu melahirkan (Titaley, 2010) Alternatif dan Pemilihan Program 1. Distribusi tablet tambah darah secara masif 2. Monitoring dan evaluasi oleh tenaga kesehatan 3. Integralisasi peran serta kelurga dan tokoh masyarakat 1. Program Distribusi tablet tambah darah secara masif. a. Adanya SK/PERDA/PERGUB yang mendukung program suplementasi TTD untuk ibu hamil dan WUS, integrasi program ke dalam perencanaan pembangunan daerah. b. Tersedianya anggaran untuk suplementasi TTD dan jelas pihak yang menjadi pengelola. 2. Program Monitoring dan evaluasi oleh tenaga kesehatan. a. b. 3. Peningkatan kapasitas (training, pendampingan) Epidemiologi nasional berbasis online Program Integralisasi peran serta kelurga dan tokoh masyarakat. a. b. Edukasi gizi oleh KUA Menggalakkan Suami siaga Tujuan, Indikator Kerja Tujuan Umum Program ini dapat memberikan masukan sebagai salah satu upaya cakupan kepatuhan tablet tambah darah di Indonesia. 1. Program distribusi tablet tambah darah secara masif Tujuan Semua daerah di indonesia terdistribusi dengan baik, komprehensif dan berkesinambungan. Indikator Kerja Adanya kerjasama pemerintah pusat dan pemerintah daerah terimplementasi melaui SK/PERDA/PERGUB yang mendukung program suplementasi TTD untuk ibu hamil dan WUS, integrasi program ke dalam perencanaan pembangunan setiap daerah dan tersedianya anggaran dan jelas pihak yang menjadi mengelola. 2. Program Monitoring dan evaluasi oleh tenaga kesehatan Tujuan Program cakupan kepatuhan tablet tambah darah di setiap daerah sesuai prosedur, memberikan gambaran perubahan pencapaian kinerja cakupan tablet tambah darah yang berkelanjutan dan dalam pengambilan tindakan segera, perencanaan jangka pendek dan menengah serta perumusan kebijakan kedepan. Indikator Kerja Semua ibu hami dan WUS mendaptkan tablet tambah darah serta pendidikan dan konseling pedoman konsumsi tablet tambah darah, sehingga terlihat peningkatan cakupan dan tersedianya informasi secara berkala. 3. Program Integralisasi peran serta kelurga dan tokoh masyarakat. Tujuan Cakupan kepatuhan tablet tambah darah dapat terpenuhi sebelum conception kerjasama KUA dan dukung suami siaga. Indikator Kerja HB ketika hamil kategori normal dan suami ikut serta dalam memenuhi cakupan 90 tablet Fe selama periode kehamilan. Rencana Implementasi Rencana Implementasi Program 1 Dukungan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang diperkuat melaui SK/PERDA/PERGUB yang mendukung program suplementasi TTD. Dilakukan survei jumlah ibu hamil dan WUS disetiap daerah. Implementasi langsung oleh Pemeritah pusat mendistribusikan sesuai kebuthan masing-masing darah di seluruh Indonesia selama 1 tahun. Teknis pengelolaan oleh pemerintah daerah, dinas kesehatan daerah, tenaga kesehatan, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Setelah berjalan 1 tahun, maka program ini dilanjutkan masing-masing daerah masuk dalam perencanaan pembangunan setiap daerah. Pemerintah pusat yang monitoring keberlangsungan pelaksanaan setiap daerah. Menerbitkan Epidemiologi sekala nasional berbasis online Rencana Implementasi Program 2 Dinas kesehatan beserta tenaga kesehatan setiap daerah berperan dalam teknis monitoring dan evalusi, memberikan edukasi pada para kader, kepala sekolah, dan KUA. Setiap pelayanan kesehatan menjadikan program TTD kegiatan wajib Melaporkan dan menginput cakupan kepatuhan dalam epidemiologi sekala nasional berbasis online Ada monitoring dan evaluasi setiap bulan cakupan kepatuhan TTD Melakukan kegiatan rutin sosialisasi di masyarakat terutama pada ibu hamil dan WUS. Menyedikan tempat konseling buat ibu hamil dan WUS. Lintas sektor program bersama KUA dalam pembekalan sucatin. Membentuk kader dari masyarakat yang akan membantu mengontrol setiap rumah. Rencana Implementasi Program 3 Catin yang mendaftar ke KUA membawa surat keterangan dari pelayanan kesehatan sudah mengkonsumsi TTD minimal 1 bulan sebelum pernikahan. Selain mendapatkan pembekalan ilmu agama, sepasang catin juga harus mendapatkan pengetahuan TTD dari KUA. Saat hamil suami ikut serta dalam memenuhi cakupan 90 tablet Fe selama periode kehamilan dibuktikan dengan pengisian kartu kontrol oleh istri bahwa suami ikut serta mendukung. Jika ada keluhan pada ibu hamil, para suami wajib melaporkan ke pelayaanan kesehatan. Daftar Pustaka Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI Broek N. Anaemia and micronutrient deficiencies: reducing maternal death and disability during pregnancy. Br Med Bull. 2003;67:149-160. Budiarni W, dan Subagio HW. Hubungan pengetahuan, sikap dan motivasi dengan kepatuhan konsumsi tablet besi folat pada ibu hamil. Journal of Nutrition College. 2012;1:96-106. De Maeyer EM, Dallman P, Gurney JM, Hallberg L, Sood SK, and Srikantia SG. Preventing and controling iron deviciency anemia through primary health care: a guide and health administrators and programme managers. Geneva: World Health Organization (WHO), 1989. Departemen Kesehatan RI. (1996), Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Pedoman Besi Bagi Petugas. Departemen Kesehatan RI. Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis. Jakarta: Departemen Kesehatan. 2002 Galloway R. Dusch E, Elder L, Achadi, Grajeda R, Hurtado E, Women’s Perception of iron deficiency and anemia prevention and control in eight developing countries. Soc Sci Med. 2002;55:529-44. Ministry of Health Republic of Indonesia. Indonesia Health Profile 2011. Jakarta: Ministry of Health Republic of Indonesia; 2012. Nugraheny, E. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Rihama Permaesih D, dkk. Studi kajian masalah anemia gizi dan program suplementasi pil zat besi pada ibu hamil. Laporan penelitian. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes RI, 2015. Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Puspitasari FD, Saryono S, dan Ramawati D. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi di Desa Sokaraja Tengah, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Jurnal Keperawatan Soedirman. 2008;3:25-31. Stoltzfus RJ, and Michele LD. Guidelines for the use of iron supplements to prevent and treat iron deficiency anemia: International Nutritional Anemia Consultative Group. Washington DC: ILSI Press, 2001. Subarda, Hakimi M, dan Helmyati S.Pelayanan antenatal care dalam pengelolaan anemia berhubungan dengan kepatuhan ibu hamil minum tablet besi. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 2011;8:7-13. Titaley CR. Why don’t some women attend antenatal and postnatal care service? A qualitative study on community members perspective in Garut, Sukabumi and Ciamis District of West Java Province, Indonesia. Bio Med Central Pregnancy Childbirth. 2010; 10:1-12. Varney, Dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Vol I. Jakarta : EGC Vosnacos E, Pinchon DJ. Survey of women's perceptions of information provided in the prevention or treatment of iron deficiency anaemia in an australian tertiary obstetric hospital. Women Birth. 2015;28:166-72. World Health Organization. Iron deficiency anemia assessment, prevention, and control: a guide for programme managers. Geneva: World Health Organization (WHO), 2001 Lampiran Kartu Kontrol Kepatuhan Ibu Hamil mengkonsumsi TTD Nama Ibu Nama Suami Alamat Tanggal Mulai Konsumsi TTD Hari Konsumsi TTD : : : : Apakah di kontrol oleh Suami? Keluhan Monev Tenaga Kesehatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 90 Total Keterangan: Cakupan Kepatuhan Baik : Jika >80% Konsumsi TTD dan di Kontrol oleh Suami