3. Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomidocx.

advertisement
PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
Dalam GBHN, tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indikator
untuk mengukur kesejahteraan adalah National Income.
Pertumbuhan
PDB
Peningkatan
National Income
Peningkatan
Kesejahteraan rakyat
Awal pembangunan ekonomi suatu Negara dengan prioritas:
a) Pertumbuhan ekonomi
b) Distribusi pendapatan
Proses pembangunan ekonomi merubah struktur ekonomi secara mendasar:
a) Sisi permintaan agregat, pendalaman struktur ekonomi didorong oleh peningkatan national income
yang berpengaruh terhadap selera masyarakat yang terefleksi dalam pola konsumsinya.
b) Sisi penawaran agregat, faktor pendorong utamanya adalah perubahn teknologi, peningkatan SDM,
dan penemuan material baru untuk produksi.
A. Pertumbuhan Ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan penambahan GDP, sehingga terjadi peningkatan national income.
Peningkatan
Jumlah
Penduduk
Peningkatan
National
Income
Peningkatan
Kebutuhan
Sehari-hari
National income dapat merujuk pada GDP, GNP atau NNP (Net national Product)
GNP = GDP + F, dimana F = pendapatan neto atas faktor luar negeri
NNP = GNP – D, dimana D = depresiasi
NP = NNP – Ttl, dimana Ttl = pajak tidak langsung neto.
GDP = NP + Ttl + D – F
NP = GDP + F – D- Ttl
Page 1 of 18
Pendekatan pengukuran GDP:
a) Pendekatan sisi penawaran agregat yang mencakup:
 Pendekatan produksi. PDB=jumlah nilai output (NO) dari semua sector ekonomi atau
lapangan usaha
BPS membagi ekonomi nasional dalam sektor:
a)
Pertanian
b)
Pertambangan dan penggalian
c)
Industri manufaktur
d)
Listrik, gas, dan air bersih
e)
Bangunan
f)
Perdagangan, hotel dan restoran
g)
Pengangkutan dan komunikasi
h)
Keuangan, sewa dan jasa perusahaan
i)
Jasa-jasa
PDB =
 Pendekatan pendapatan. PDB=jumlah pendapatan yang diterima FP untuk proses
produksi disetiap sector yg mencakup gaji untuk TK, bunga untuk pemilik modal, sewa
untuk pemiik tanah, profit untuk pengusaha sebelum dipotong pajak dan mencakup
penyusutan.
PDB = NTB1 + NTB2 + … + NTB9, dimana NTB= nilai tambah bruto 9 sektor
b) Pendekatan sisi permintaan agregat yakni pendekatan pengeluaran
PDB=C + I + G + X - M
Sumber pertumbuhan:
a) Permintaan agregat
P
AD0
AS0
AD1
P
P
Y
Y0 Y1
Kurva AD bergeser kekanan berarti peningkatan permintaan C, I, G (X-M).
Page 2 of 18
PDB=C + I + G + X - M
C = cY + Ca
I = -ir + Ia
G = Ga, Pengeluaran pemerintah berifat otonom, besar kecilnya tidak ditentukan oleh
factor dalam model, tapi oleh factor lain spt politik.
X = Xa, pertumbuhan ekspor ditentukan oleh factor eksternal
M = mY +Ma
b) Penawaran agregat.
P
AS0
AD0
AS1
P
P
Y
Y0
Y1
Pertumbuhan output disebabkan oleh peningkatan volume FP (Tenaga kerja, Kapital,
Tanah) sebagai akibat dari peningkatan produktivitas.
Q = f (X1, X2, .. Xn), dimana X = FP
Teori dan Model Pertumbuhan.
a) Teori dan model pertumbuhan Neoklasik.
Memfokuskan pada efek akumulasi K dan penambahan TK.
Semakin meningkat jumlah FP (TK dan kapital) pada tingkat produktivitas tidak berubah, maka
semakin meningkat pertumbuhan output. Persentase pertumbuhan output dapat:
 Lebih besar daripada persentase pertumbuhan jumlah FP (increasing return to scale)
 Sama dengan persentase pertumbuhan jumlah FP (constant return to scale)
 Lebih kecil dari persentase pertumbuhan jumlah FP (decreasing return to scale)
Asumsi: teknologi, ilmu pengetahuan, dan peningkatan kualitas input tidak diperhatikan (dianggap
konstan)
Teori ini tidak berlaku untuk Jepang, Korea Selatan dan lain-lain yang memiliki SDA sedikit dapat
menunjukkan laju pertumbuhan yang tinggi. Pertumbuhan output mereka sebagai akibat dari
produktivitas yang semakin meningkat.
Page 3 of 18
Nafziger (1997) menyatakan bahwa Taiwan, Hongkong, Korea Selatan dan Singapura menunjukkan K
per TK terhadap pertumbuhan eonomi mencapai 50% - 90% dan peran teknologi sebesar 10% - 50%.
b) Teori modern (model pertumbuhan Endogen)
Teori moderan menyatakan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi:
 FP yang mencakup TK, K, T, kewirausahaan, BB dan material,
 Faktor lain yang mencakup infrastruktur, hukum dan peraturan, stabilitas politik, kebijakan
pemerintah, birokrasi, dan dasar tukar internasional.
Ketiadaan/rendahnya FP dan faktor lain tersebut menyebabkan pembangunan ekonomi di negaranegara di afrika terhenti
Teori Neoklasik
Kuantitas faktor produksi L dan K berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi
Teori Moderen
FP yang berpengaruh:
 Kualitas TK dalam bentuk pendidikan dan
kesehatan (tingkat harapan hidup). TK
menjadi variable endogen mengikuti
perkembangan IPTEK.
 Kualitas T dalam bentuk kemajuan teknologi.
T menjadi variable endogen yang dinamis.
 Kualitas kewirausahaan dalam bentuk
kemampuan berinovasi
Kualitas IPTEK dan SDM berpengaruh terhadap produktivitas untuk memproduksi dan akhirnya
bermuara pada peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan kualitas SDM dan Kemajuan IPTEK di Indonesia telah mendorong pertumbuhan
ekonomi selama 30 tahun.
Model Harrold-Domar merupakan model pertumbuhan neoklasik yang bisa diendogenkan yang
menyatakan bahwa ada pengaruh penambahan K terhadap pertumbuhan GDP. Model ini memiliki
dua variable fundamental:
 Penambahan K

Rasio penambahan K terhadap PDB (Y)=ICOR =
=
Model Harrold-Domar merupakan modifikasi dari model-model pertumbuhan dari Domar dan
Harrold.
 Model Domar lebih menekankan laju investasi
(∆I/I) yang ditetapkn harus tumbuh dengan %
yang konstan, karena rasio pertumbuhan tabungan nasional terhadap Y dan ICORnya bersifat
konstan juga.
 Model Harrold lebih menekankan pada pertumbuhan Y jangka panjang dengan laju pertumbuhan
keseimbangan yang menjadikan saving yang direncanakan selalu sama dengan I yang
direncanakan.
sYt = ICOR (Yt – Yt-1) =
Page 4 of 18
(Yt – Yt-1)/Y = s/ICOR
Model ini menekankan 2 faktor penting dalam pembangunan ekonomi:
 Investasi
 Tabungan
Selama krisis ekonomi, jumlah tabungan (s) terbatas, sehingga pemerintah bergantung
kepada pinjaman LN dan PMA untuk mempertahankan kelangsungan I di dalam negeri.
Setiap negara memerlukan I minimum untuk mempertahankan kapasitas produksi.
Kapasitas produksi potensial adalah output maksimum yang dapat dihasilkan suatu
Negara pada waktu tertentu dalam kondisi normal.
IBII (2000) mengasumsikan FP yang menentukan kapasitas produksi Indonesia adalah K
yang berjumlah melimpah terutama bidang pertanian.
∆Cap = (1/k) (∆K), dimana Cap = kapasitas produksi dan k = rasio output capital
untuk mengukur efisiensi penggunaan capital.
Kt = K(t-1) + ( i – s)
i = Investasi bruto
s = pengurangan K yaitu K yang tidak ekonomis (output < biaya produksinya)
Dengan demikian:
∆Cap = (1/k) (∆K) menjadi ∆Cap = (1/k) ( i – s)
Dengan membagi persamaan tersebut dengan k (t-1) dan s = δ k
(t-1), diperoleh
persamaan tingkat pertumbuhan kapasitas produksi:
∆Cap = (1/k) (
– δ)
IBII mengestimasi kapasitas produksi tahun 2000 dengan data 1971 sd 1997:
Cap = (1/2,5) (
) ( 100 – 5)
c) Pertumbuhan FTP
Pack dan Page (1994) menyatakan bahwa ada 2 sumber pertumbuhan utama:
 Peningkatan I (Investment driven growth) dari peningkatan FP seperti penambahan mesin
 Peningkatan produktivitas (Productivity driven growth) FP seperti kemajuan teknologi
Page 5 of 18
Pengaruh kedua sumber terhadap pertumbuhan output dapat dihitung secara parsial dan secara
total.
Fungsi Cobb-Douglas:
Yt = TtKαtLβt, menjadi persamaan linier
LnYt = Ln Tt + α Ln Kt + βLn Lt, dimana α +β = 1, sehingga α = 1 -β
LnYt = Ln Tt + (1 - β) Ln Kt + βLn Lt
LnYt = Ln Tt + Ln Kt - β Ln Kt + βLn Lt
LnYt = Ln Tt + Ln Kt + β (Ln Lt - Ln Kt )
LnYt - Ln Kt = Ln Tt + β (Ln Lt - Ln Kt )
Ln (Yt/Kt) = Ln Tt + β Ln (Lt /Kt )
Yt/Kt) = Tt (Lt /Kt )β
Koefisien beta dan alpha sebagai alokator untuk mengestimasi peran input K dan L terhadap
pertumbuhan output dan estimasi nilai T menunjukkan kontribusinya terhadap perubahan
output.
Studi empiris:
 Kim dan Lau (1994) menemukan pertumbuhan TFP bukan merupakan sumber utama bagi
pertumbuhan ekonomi di NICs (kecuali Korea Selatan), tapi akumulasi I berkontribusi 48
– 72% dibandingkan dengan pertumbuhan TFP sebesar 46 – 71 %. Jepang, penambahan
K menjadi factor utama dan pertumbuhan TFP menjadi faktor kedua. OECD (Organization
for economic corporation and development), pertumbuhan TFP menjadi sumber utama
bagi GDP.
 Young (1992) untuk hongkong dan singapura menunjukkan hongkong tahun 1970 – 1980
memiliki tingkat pertumbuhan TFP diatas 30%, tapi di singapura tumbuh negative. Korea
selatan memiliki laju pertumbuhan TFP per tahun selama 1966 – 1990 sebesar 1,7%
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi 16,5% dengan kontribusi industry manufaktur
sebesar 3%. Taiwan memiliki laju pertumbuhan TFP per tahun selama 1966 – 1990
Page 6 of 18
sebesar 2,6% dengan tingkat pertumbuhan ekonomi 27,7% dengan sector jasa sebagai
primadona.
 Pack dan Page (1994) menemukan negara dengan investment driven growth adalah
Malaysia, Thailand dan Indonesia. Negara dengan productivity driven growth adalah
Jepang dan NICs.
 Bank Dunia (1994) menemukan bukti bahwa rata-rata 33% dari pertumbuhan ekonomi di
Asia Timur didorong oleh pertumbuhan TFP.
Perumbuhan TFP dan Pertumbuhan Ekonomi tahun 1960 – 1980.
Negara
Pertumbuhan TFP
Taiwan
3,7%
Singapura
1,2%
Hongkong
3,6%
Korea Selatan
3,1%
Pertumbuhan ekonomi
42%
15%
44%
37%
 Sarel (1996) menemukan bukti pertumbuhan TFP
Negara
Jepang
USA
Hongkong
Taiwan
Korea Selatan
Pertumbuhan TFP
2%
0,9 %
3,8%
3,5%
3,1%
 Kasus pertumbuhan TFP di Indonesia:
1) Hanson et al. (1995) menemukan kebijakan deregulasi sebelum 1980 penambahan FP
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan deregulasi pertengahan tahun 1980an
berdampak positif terhadap pertumbuhan TFP yang menyumbang pertumbuhan PDB
31% periode 1985-1992.
2) Karseno (1995), Poot (1994), Abimnyu dan Xie (1994), Hill dan Aswicahyono (1994)
menemukan pertumbuhan TFP di sektor manufaktur dan ada perbedaan yang cukup
besar diantara subsector industri
3) Suhariyanto (2001) meneliti pertumbuhan TFP disektor pertanian selama orde baru.
Perbandingan pertumbuhan TFP, output, dan input sector pertanian beberapa
Negara sbb:
Page 7 of 18
Negara
Cina
Jepang
Korea
Selatan
Indonesia
Malaysia
Thailand
Philipina
India
TFP
0,47
2,7
3,3
Output
4,34
1,15
3,78
Tanah
0,14
-0,92
-0,26
0,18
3,55
-1
1,33
-0,5
4,04
5,25
3,89
2,74
2,90
0,60
1,96
1,87
1,29
0,15
Tk Binatang Pupuk
1,77
2,45
10,64
-4,06
1,66
-0,13
-1,71
3,46
3,05
Mesin
8,85
15,16
31,77
1,65
-0,01
1,84
1,66
1,42
7,60
9,58
11,10
2,42
11,88
1,42
1,05
0,37
-0,42
0,81
11,37
8,77
12,32
5,9
10,35
B. Pertumbuhan Ekonomi selama Orde baru sampai Era Megawati
Selama tahun 1966 – 1997, pertumbuhan ekonomi relative tinggi dengan ukuran pendapatan
nasional perkapita tahun 1968 sebesar US$ 60 dan akhir tahun 1980an sebesar US$ 500.
Pertumbuhan ekonomi 7-8% selama tahun 1970an dan menurun 3 – 4% dalam tahun 198an.
Perkonomian nasional bergantungan valas dari ekspor barang primer (minyak dan pertanian).
Pemasukan valas ini bergantung pada:
a) Kondisi pasar internasional komoditi tersebut.
b) Harga komoditi tersebut
c) Pertumbuhan ekonomi dunia (Jepang, USA dan Eropa merupakan pasar utama Indonesia).
Pengaruh Resesi Dunia terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Resesi Ekonomi
Dunia
Saldo Neraca perdagangan
(negative)
Permintaan Ekspor Dunia dari Indonesia
(Turun)
Volume Produksi DN
(Turun)
Saldo BOP
(negative)
Kapasitas Produksi DN
(Turun)
Cadangan Devisa
(negative)
Volume Impor
(Turun)
Page 8 of 18
Pertumbuhan GDP
(Turun)
Pendapatan Perkapita
(Turun)
Resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi dunia (penurunan GPD).
Dampak resesi tahun 1982 terhadap laju pertumbuhan ekonomi tahun 1982 sampai 1988.
Tahun
1968
1973
1978
1983
1988
1993
1997
1998
Pendapatan
Perkapita
Indonesia
56,7
126,3
260,3
494
467,5
833,1
1088
640
1999
580
Krisis ekonomi akhir tahun 1997 berdampak pada pertumbuhan ekonomi:
Pertumbuhan
Tahun Ekonomi
1998
-13.1
1999
0.8
2000
4.9
2001
3.3
2002
3.7
Page 9 of 18
Setelah krisis, pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara selama tahun 1999-2002.
Negara
Asia Tenggara
Philipina
Indonesia
Malaysia
Singapura
Thailand
Vietnam
1999
3,8
3,4
0,8
6,1
6,9
4,4
4,7
Tahun
2000
2001
5,9
1,9
4
3,4
4,9
3,3
8,3
0,4
10,3
2
4,6
1,8
6,1
5,8
2002
3,4
4
3,7
4,2
3,7
2,5
6,2
Pada tahun 1999, Thailand yang mengalami krisis yang sama dapat menumbuhkan
ekonomi yang lebih tinggi dari Indonesia.
Perbandingan Pendapatan nasional bruto antar negara sebelum dan setelah krisis
ekonomi.
Negara
China
India
Indonesia
Jepang
Korsel
Malaysia
Pakistan
Philipina
Thailand
Vietnam
1997
710
420
1.088
39.390
11.390
4.600
480
1.240
2.780
340
1998
740
420
640
33.720
8.740
3.360
460
1,090
2.110
350
1999
780
440
580
33.350
8.480
3.370
450
1.050
2.000
370
2000
840
450
570
35.620
8.960
3.370
440
1.040
2.010
390
2001
890
460
680
35.990
9.400
3.640
420
1.050
1.970
410
Sebelum krisis PNB Indonesia lebih tinggi dari China, tapi setelah krisis Indonesia
dibawah China, sebagai akibat kredit macet antar bank, produksi industry manufaktur
menurun tajam, sehingga pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan negative
(menurun).
Page 10 of 18
Sektor
Pertanian
Pertamb. & Penggalian
Industri manufaktur
Listrik, Gas & air bersih
Bangunan
Perdag. Hotel & Resto
Pengangkutan &
Komunikasi
Keuangan, Sewa dan
Jasa perusahaan
Jasa-jasa
PDB
1995
4,4
6,7
10,9
15,9
12,9
7,9
8,5
1996
3,1
6,3
11,6
13,6
13,6
8,2
8,7
1997
1
2,1
5,3
12,4
12,4
5,8
7
1998
-0,7
-2,8
-11,4
2,6
2,6
-18
-15,1
1999
2,1
-1,7
2,6
8,2
8,2
-0,4
-0,7
2000
1,7
2,3
6,2
8,8
8,8
5,7
9,4
2001
2,2
2,5
6,3
5,8
5,8
3,4
3,8
11
6
5,9
-26,6
-8,1
4,7
3,6
3,3
8,2
3,4
7,8
3,6
4,7
-3,8
-13,1
1,8
0,8
2,2
4,9
2,7
3,3
Perumbuhan Riil Komponen Aggregate Demand
Sektor
C
G
I
X
M
1995 1996 1997 1998
16,86 9,72 8,09
-6,4
1,34 2,69 0,06 -15,37
13,99 14,51 8,57 -33,01
9,64 7,56
7,8
11,18
27,06 6,68 14,72 -5,29
1999
2,97
0,69
-19,94
-31,61
-40,68
2000 2001
3,63 5,94
6,49 8,24
17,91 3,96
16,06 1,88
18,18 8,05
C. Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Asian Countries' GDP's Growth Rate (% per year)
Resource: Asian Delvelopment Outlook 2007
Comparison Table: by Runckel & Associates
Page 11 of 18
2002
4,72
12,79
-0,19
-1,24
-16,50
Country
2002
2003
2004
2005
2006
2007*
2008*
Cambodia
China
Hong Kong
India
Indonesia
Japan
Korea
Laos
Malaysia
Philippines
Singapore
Thailand
Vietnam
6.2
9.1
1.8
3.8
4.5
0.3
7.0
5.9
4.4
4.4
4.2
5.3
7.1
8.6
10.0
3.2
8.5
4.8
1.4
3.1
6.1
5.5
4.9
3.1
7.1
7.3
10.0
10.1
8.6
7.5
5.0
2.7
4.7
6.4
7.2
6.2
8.8
6.3
7.8
13.4
10.4
7.5
9.0
5.7
1.9
4.0
7.0
5.2
5.0
6.6
4.5
8.4
10.4
10.7
6.8
9.2
5.5
2.2
5.0
7.3
5.9
5.4
7.9
5.0
8.2
9.5
10.0
5.4
8.0
6.0
4.5
6.8
5.4
5.4
6.0
4.0
8.3
9.0
9.8
5.2
8.3
6.3
4.8
6.5
5.7
5.7
5.5
5.0
8.5
*Forecasted for 2007-2008
Faktor penentu pertumbuhan ekonomi:
a) Faktor internal yang mencakup factor ekonomi dan non ekonomi (politik, social dan keamanan).
Faktor ekonomi mencakup: pengendalian terhadap inflasi, cadangan devisa, rasio hutang Ln
terhadap PDB, dan kondisi perbankan, serta kesiapan dunia usaha.
b) Faktor eksternal adalah faktor-faktor ekonomi yang mencakup perdagangan internasional dan
pertumbuhan ekonomi dunia.
Page 12 of 18
Ekspor Produk Dunia per Wilayah , 1948, 1953, 1963, 1973, 1983, 1993, 2003 and 2007
1948 1953 1963 1973
1983 1993 2003
2007
VOLUE (Billion dollars)
World
59
84
157
579
1838
3675
7375
13619
SHARE (percentage)
World
100
100
100
100
100
100
100
100
North America
28.1
24.8
19.9
17.3
16.8
18
15.8
13.6
South and Central America
11.3
9.7
6.4
4.3
4.4
3
3
3.7
Europe
Africa
35.1
7.3
39.4
6.5
47.8
5.7
50.9
4.8
43.5
4.5
45.4
2.5
45.9
2.4
42.4
3.1
2
2.7
3.2
4.1
6.8
3.5
4.1
5.6
Asia
14
13.4
12.5
14.9
19.1
26.1
26.2
27.9
USSR, Former
2.2
3.5
4.6
3.7
Middle East
5 -
-
-
Sumber: WTO, 2008
D. Perubahan Struktur Ekonomi
Pembangunan ekonomi jangka panjang (PDB/PN) merubah struktur ekonomi dari pertanian
menuju industry (sector non primer) terutama industry manufaktur dengan increasing return to
scale.
Semakin cepat pertumbuhan ekonomi, semakin meningkat pendapatan perkapita, semakin
cepat perubahan struktur ekonomi.
Perubahan struktur ekonomi/transformasi structural merupakan serangkaian perubahan yang
saling terkait satu dengan lainnya dalam aggregate demand, perdagangan LN, dan aggregate
supply untuk mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.
Teori perubahan struktur ekonomi:
a. Teori Arthur Lewis (Teori migrasi)
Teori ini membahas pembangunan di pedesaan (perekonomian tradisional dengan
pertanian sebagai sector utama) dan perkotaaan (perekonomian modern dengan
industry sebagai sector utama).
Di pedesaan tingkat pertumbuhan penduduk sangat tinggi, shg kelebihan supply TK dan
tingkat hidup yang subsistence, sehingga produk marjinalnya sama dengan nol dengan
upah yang rendah. Produk marjinal =0 berarti fungsi produksi sector pertanian telah
optimal.
Page 13 of 18
Jika jumlah TK > dari titik optimal, maka produktivitas menurun dan upah menurun.
Dengan mengurangi jumlah TK yang terlalu banyak dibandingkan tanah dan capital tidak
merubah jumlah outputnya.
Diperkotaan, sector industry kekurangan TK, sehingga produktivitas TK menjadi tinggi
dan nilai produk marjinalnya positif yang menunjukkan fungsi produksinya belum
mencapai titik optimal, sehingga upahnya juga tinggi.
Perbedaan upah ini menyebabkan migrasi/urbanisasi TK dari desa ke kota, sehingga
upah TK meningkat dan akhirnya pendapatan Negara meningkat.
Pendapatan yang meningkat meningkatkan permintaan makanan (output meningkat)
dan dalam jangka panjang pereonomian pedesaan tumbuh dan permintaan produk
industry dan jasa meningkat yang menjadi motor utama pertumbuhan output dan
diversifikasi produk non pertanian.
b. Teori Hollis Chenery (Teori transformasi structural/pattern of development)
Teori ini memfokuskan pada perubahan struktur ekonomi di LDCs yang mengalami
transformasi dari pertanian tradisional ke sector industry sebagai penggerak utama
pertumbuhan. Penelitian Chenery menunjukkan peningkatan pendapatan perkapita
merubah:
 pola konsumsi dari makanan dan kebutuhan pokok ke produk manufaktur dan jasa
 Akumulasi capital secara fisik dan SDM
 Perkambangan kota dan industry
 Penurunan laju pertumbuhan penduduk
 Ukuran keluarga yang kecil
 Sector ekonomi didominasi oleh sector non primer terutama industry
Chenery menyatakan bahwa proses transformasi structural dapat dipercepat jika
pergeseran pola permintaan domestic kearah produk manufaktur dan diperkuat dengan
ekspor.
Yi = Di + (Xi-Mi) +
Dimana
ij
Yi= output bruto industry manufaktur
Di= permintaan domestic untuk konsumsi
X-M = perdagangan neto (ekspor-impor)
Yij= penggunaan produk oleh perusahaan menufaktur sebagai input
Kenaikan produksi sector manufaktur merupakan kontribusi 4 faktor:
a. Kenaikan permintaan domestic
b. Peningkatan ekspor
c. Substitusi impor
d. Perubahan teknologi
Page 14 of 18
Kelompok LDCs mengalami proses transisi ekonomi yang pesat dengan pola dan proses yang
berbeda-beda sebagai akibat dari perbedaan antar negara:
a. Kondisi dan struktur awal ekonomi DN (memiliki industry dasar atau tidak)
b. Besar pasar DN (tergantung pada pertumbuhan penduduk)
c. Pola distribusi pendapatan (merata atau tidak)
d. Karakteristik industrialisasi (strategi pembangunan industry apakah ada industry yang
diunggulkan)
e. Keberadaan SDA (keberadaan kualitas dan kuantitas SDA)
f. Kebijakan perdagangan LN (kebijakan tertutup/protektif indystri DN atau
terbuka/promosi ekspor).
E. Kasus di Indonesia
Pertumbuhan ekonomi beberapa negara
Country
2002
2003
2004
2005
2006
2007*
2008*
China
Hong Kong
India
Indonesia
Malaysia
Philippines
Singapore
Thailand
Vietnam
9.1
1.8
3.8
4.5
4.4
4.4
4.2
5.3
7.1
10.0
3.2
8.5
4.8
5.5
4.9
3.1
7.1
7.3
10.1
8.6
7.5
5.0
7.2
6.2
8.8
6.3
7.8
10.4
7.5
9.0
5.7
5.2
5.0
6.6
4.5
8.4
10.7
6.8
9.2
5.5
5.9
5.4
7.9
5.0
8.2
10.0
5.4
8.0
6.0
5.4
5.4
6.0
4.0
8.3
9.8
5.2
8.3
6.3
5.7
5.7
5.5
5.0
8.5
Kontribusi nilai tambah bruto (NTB) sector pertanian terhadap GDP 1997 – 2001 (%)
Negara
1997
1998
1999
2000
China
19
19
18
16
India
28
28
26
25
Indonesia
16
18
20
17
Thailand
11
13
11
10
Malaysia
11
13
11
9
Philipina
19
17
17
16
Vietnam
26
26
25
24
Page 15 of 18
2001
15
24
16
10
8
15
-
Kontribusi nilai tambah bruto (NTB) sector industry terhadap GDP 1997 – 2001 (%)
Negara
1997
1998
1999
2000
China
50
49
49
51
India
27
27
26
27
Indonesia
44
45
43
47
Thailand
39
38
38
40
Malaysia
45
44
46
52
Philipina
32
31
31
31
Vietnam
32
33
34
37
Perubahan struktur ekonomi Indonesia dapat dilihat dari distribusi PDB
Page 16 of 18
2001
52
27
47
40
50
31
-
F. Metode Perhitungan Pertumbuhan
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari:
a. Nilai absolute
b. Nilai relative (persentase)
Pertumbuhan dalam % dihitung:
∆GDPt = [GDPt – GDPt-1]/GDP t-1
Laju pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun selama tahun tertentu digunakan rumus:
r=[
x 100% atau dengan faktor penggabungan
tn = t0 (1+r)n-1, dimana r=laju pertumbuhan GDP rata-rata pertahun
n=jumlah tahun
tn =tahun terakhir
t0=tahun awal
(1+r)n-1 = factor penggabungan
Pertumbuhan ekonomi dengan nilai absolute dapat dinyatakan dalam:
a. Nilai nominal berdasarkan harga berlaku: kenaikan harga turut dihiitung termasuk inflasi
GDPHB(t) = [GDPHK(t) x IHKt]/100
b. Nilai rill berdasarkan harga konstan: nilai produk dihitung berdasarkan harga pada tahun dasar
GDPHK(t) = [100/IHKt]XGDPHB(t)
Dimana
HKt= harga konstan
HBt= harga berlaku
IHKt= Indeks harga konsumen
100=IHK tahun dasar
t =tahun tertentu
Page 17 of 18
Page 18 of 18
Download