BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan adalah peningkatan kesejahteraan secara berkelanjutan di banyak negara, dengan perhatian yang khusus pada pengentasan kemiskinan. Menurut Schaffner (2014: 7), para aktor pembangunan memperhatikan 3 hal penting dalam tujuan pembangunan. Pertama, tujuan utama pembangunan adalah untuk membuat kehidupan manusia lebih baik, yang tidak hanya secara statistik ekonomi. Kedua, harapan pembangunan adalah untuk perbaikan yang berhubungan antarmanusia dari negara yang berbeda terutama pada negara miskin. Ketiga adalah usaha yang berkelanjutan untuk mencapai taraf hidup manusia yang tertinggi dengan memperkecil ketimpangan global. Pembangunan ekonomi mempunyai peran sangat luas dalam peningkatan taraf hidup manusia. Pembangunan ekonomi merupakan kegiatan yang dilakukan suatu negara dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Pembangunan ekonomi menjadi suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapat riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010: 11). Pascakrisis finansial tahun 1997, negara-negara di Asia Tenggara mengalami pemulihan dalam periode yang cukup singkat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Angka pertumbuhan meningkat meskipun secara global mengalami perlambatan pada tahun 2000—2002. Pada saat itu 1 Indonesia bersama dengan Malaysia dan Filipina adalah negara yang memiliki produktivitas tinggi di Asia Tenggara berdasarkan produktivitas tenaga kerja dan produktivitas modal (Kao, 2013). Angka pertumbuhan ekonomi menurut data BPS dari tahun 2001 sampai dengan 2014 menunjukkan peningkatan yang cukup pesat. Pada tahun 2001 sebagai awal masa pemulihan dari krisis ekonomi, pertumbuhan ekonomi mampu tumbuh sebesar 3,6 persen sampai pada tahun 2014 tumbuh sebesar 5,1 persen. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih didominasi oleh 3 sektor ekonomi, yaitu pertanian, industri pengolahan serta perdagangan, hotel dan restoran. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja secara agregat pada sektor manufaktur, sementara pada sektor pertanian dan sektor jasa mengalami kenaikan produktivitas (Bank Dunia, 2014: 58). Industri pengolahan mempunyai peranan sebagai sektor pemimpin (leading sector). Adanya pembangunan industri diharapkan akan mampu mendorong pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian terkait dengan penyediaan bahan baku industri, sedangkan sektor jasa berkaitan dengan berkembangnya lembaga-lembaga keuangan dan lembagalembaga pemasaran dan periklanan. Keadaan tersebut mendorong perluasan peluang kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat (Arsyad, 2010: 442). Menurut Surjaningsih dan Permono (2014), terdapat 4 alasan yang menunjukkan peran sektor industri pengolahan menjadi strategis dalam perekonomian Indonesia. Pertama, sektor industri merupakan sektor yang berkontribusi terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto. Pada tahun 2 2013 pangsa sektor industri dalam PDB 2013 sekitar 21,74. Kedua, sektor industri pengolahan mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar setelah sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta jasa-jasa. Ketiga, sektor indutri pengolahan merupakan penyumbang utama dalam struktur ekspor nonmigas. Keempat, sektor industri pengolahan mempunyai backward linkage dan forward linkage yang tinggi dengan sektor lainnya. Peran kemajuan teknologi merupakan sumber pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang di negara barat (Solow, 1957). Dalam produksi barang dan jasa menurut growth accounting method terdapat 3 elemen yaitu tenaga kerja, modal dan teknologi. Secara umum terdapat 2 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan output, yaitu pertumbuhan input dan perubahan Total Factor Productivity (TFP). Seiring dengan ketersediaan sumber daya yang terbatas, setiap perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan jumlah output-nya (Chen et al., 2008). Pertumbuhan ekonomi di negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang, didorong oleh pertumbuhan TFP. Adapun di negara berkembang seperti di Thailand, Filipina, Indonesia, Laos, dan Vietnam, pertumbuhan TFP justru bersifat negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Kemajuan teknologi Indonesia di ASEAN masih di bawah negara Singapura, Malaysia dan Thailand (Shahabinejad et al., 2013). Tingkat produktivitas agregat Indonesia menurut standar regional tidak terlalu tinggi. Rata-rata produktivitas tenaga kerja di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan Thailand, Filipina dan Cina (Bank Dunia, 2014: 7) 3 Indonesia mempunyai tingkat pertumbuhan produktivitas -4% dari tahun 1971 sampai dengan 2007, yang menunjukkan penurunan peran dari pertumbuhan produktivitas terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2000—2007 peran TFP hanya menjelaskan 33% dari pertumbuhan di Indonesia (Van der Eng, 2009). Adapun peran TFP di Cina dan Korea Selatan peran TFP mampu menjelaskan 50% dari pertumbuhan tahun 2000—2007. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami gejolak pada tahun 2008 akibat adanya krisis keuangan global. Angka pertumbuhan turun dari 6,01 persen menjadi 4,63 persen. Penurunan laju pertumbuhan ini masih tergolong tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan negara maju seperti Amerika Serikat, negaranegara Eropa dan Jepang, yang mengalami rata-rata pertumbuhan negatif sebesar -0,3 persen pada tahun 2009 (Kuncoro, 2010: 74). Dampak keuangan global di Indonesia mengakibatkan perlambatan pertumbuhan sektor industri manufaktur yang menyebabkan laju pertumbuhan sektor industri hanya tumbuh 2,11 persen pada tahun 2009 (Kuncoro, 2010: 252—253). Tanase dan Tidor (2012) menyebutkan bahwa krisis global mengakibatkan terjadinya penurunan efisiensi dan produktivitas pada industri mesin di Rumania. Adanya krisis ekonomi yang pernah melanda India pada tahun 1991—1992 mengakibatkan penurunan rata-rata pertumbuhan TFP pada periode setelah krisis dibandingkan dengan periode sebelum krisis. Diberlakukannya reformasi ekonomi tidak memberi dampak pada peningkatan TFP (Saravanakumar dan Kim, 2012). Pascakrisis ekonomi, Indonesia mampu melakukan reformasi politik dan institusi sehingga menjadi negara yang mampu bersaing dengan negara lain. 4 Kondisi tersebut mampu meredam efek krisis global terhadap terhadap perekonomian Indonesia (Negara, 2013). TFP mempunyai peran yang lebih besar dalam pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. TFP mempunyai peran dalam pertumbuhan modal dan pertumbuhan modal insani. Pada 2006—2007 pertumbuhan akumulasi modal mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan peningkatan efisiensi dalam pemanfaatan input produksi (Alisjahbana, 2009). Pada masa pemulihan di Indonesia, TFP mempunyai kontribusi yang tinggi bagi pertumbuhan teknologi dalam pertumbuhan ekonomi hal ini terlihat pada empat periode pascakrisis yaitu pada tahun 1933—1941, 1951—1961, 1967—1974, dan 2000—2008 (Van der Eng, 2010). Pertumbuhan TFP pada yang tahun 2000—2004 didorong oleh perubahan efisiensi dan pada tahun 2005—2009 didorong oleh kemajuan teknologi, meskipun diiringi dengan penurunan pertumbuhan efisiensi atau dengan menurunnya kemampuan industri untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi (Surjaningsih dan Permono, 2014). Di India pada masa liberalisasi pertumbuhan TFP lebih banyak didorong oleh efisiensi teknis dan pada masa selanjutnya didorong oleh kemajuan teknologi (Kumar dan Managi, 2012). 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian tentang TFP telah banyak dilakukan dalam penelitian sebelumnya. Ringkasan dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersaji dalam Tabel 1.1 berikut. 5 Tabel 1.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No Peneliti Metode Lokasi Kesimpulan 1 Sobari dan Prabowo (2002) DEA- Malmquist Total Factor Productivity Index Indonesia, Industri Manufaktur (1988—1998) 2 Sigit (2004) Growth Accounting Model Indonesia (1980— 2000) 3 Margono dan Sharma (2006 ) Stochastic Frontier Model Indonesia (1993— 2000) subsektor industri makanan, tekstil, kimia dan logam 4 Raheman et al., (2008) DEA- Malmquist Total Factor Productivity Index Pakistan, industri manufaktur (1998—2007) 5 Viverita dan Ariff, (2008) DEA- Malmquist Total Factor Productivity Index Indonesia, perusahaan swasta dan pemerintah di Bursa Efek Jakarta (1991—2001) Rata-rata tingkat efisiensi produksi dari keseluruhan subsektor di Indonesia selama masa pengamatan menunjukkan kondisi yang stabil. Kondisi disparitas efisiensi antar subsektor menunjukkan arah positif dengan ditandai semakin menurunnya nilai koefisien variasi (Coefficient of Variation) pada awal pengamatan dibanding dengan akhir pengamatan Pertumbuhan TFP di Indonesia negatif dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebagian besar di dorong oleh akumulasi modal Dekomposisi TFP menunjukkan pertumbuhan TFP keempat subsektor dipengaruhi positif oleh perubahan efisiensi teknis dan secara negatif oleh kemajuan teknologi. Kontribusi utama pertumbuhan TFP industri manufaktur di Pakistan disebabkan oleh adanya efisiensi teknis, kemajuan teknologi hanya memberi pengaruh positif pada empat industri yaitu industri pemasaran minyak dan gas, Industri pertambangan minyak dan gas, industri karoseri mobil dan industri farmasi. Pertumbuhan TFP secara individu subsektor menunjukkan trend yang divergen. Terdapat peningkatan produktivitas pada perusahaanperusahaan di Indonesia terutama pada perusahaan yang menggunakan teknologi. Penggunaan teknologi yang baru seiring dengan penggunaan modal khususnya pada perusahaan swasta. Pada masa krisis dari tahun 1998—2001 menunjukkan penurunan produktivitas pada perusahaan pemerintah maupun swasta yang disebabkan oleh kemunduran teknologi 6 Tabel 1.1 Lanjutan No Peneliti Metode Lokasi Kesimpulan Selama periode tersebut pertumbuhan pekerja, tingkat pendidikan dan stok modal dalam jangka panjang menjelaskan pertumbuhan output, namun peran pertumbuhan TFP berperan sangat kecil. Di Cina terjadi ketimpangan efisiensi dan produktivitas antar provinsi. Wilayah Cina bagain timur cenderung lebih efisien dibandingkan dengan wilayah lain. Ketidakefisienan ekonomi setiap provinsi di Cina disebabkan dari inefisiensi teknikal murni. Pertumbuhan TFP positif terjadi pada daerah yang memiliki pendapatan menengah. Pada masa liberalisasi di India pertumbuhan TFP lebih banyak di dorong oleh efisiensi teknologi dan pada masa selanjutnya didorong oleh kemajuan teknologi 6 Van der Eng (2010) Growth Accounting Model Indonesia (1880— 2008) 7 Chan (2012) Malmquist Total Factor Productivity Index Cina (1978—2008) 8 Kumar dan Managi (2012) Malmquist Total Factor Productivity Index India (1995— 2005) 9 Armagan et al., (2010) DEA- Malmquist Total Factor Productivity Index Perubahan efisiensi teknikal dan faktor produksi terjadi penurunan pada empat wilayah NUTS1 10 Qazi dan Yulin (2012) DEA- Malmquist Productivity Index Turki Produktivitas Tanaman (1994— 2003) Cina, Industri Teknologi Tinggi (2001—2010) 11 Tanase dan Tidor (2012) DEA- Malmquist Productivity Index Rumania, Industri Mesin (2001— 2010) Efisiensi dan produktivitas Industri mesin meningkat sampai tahun 2007 dan mengalami penurunan tahun 2008—2010 karena adanya krisis global. 12 Saravanakumar dan Kim (2012) Malmquist Productivity Index India, Industri manufaktur (1980—2004) Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan rata-rata TFP secara agregat sebelum reformasi adalah 0,3 persen namun setelah reformasi pertumbuhan rata-rata TFP sebesar -0,3 persen. Diberlakukannya reformasi ekonomi tahun 1991 tidak memberi dampak terhadap pertumbuhan TFP di India Industri komponen elektronik dan peralatan kantor merupakan industri yang paling efisien diantara industri yang berteknologi tinggi. Secara umum industriindustri teknologi tinggi berusaha untuk mengejar ketertinggalan efisiensi. 7 Tabel 1.1 Lanjutan 13 Surjaningsih dan Permono (2014) DEA-Malmquist Total Factor Productivity Index Indonesia (2000— 2009), Industri besar dan Sedang Pertumbuhan TFP pda tahun 2000—2004 didorong oleh perubahan efisiensi dan pada tahun 2005—2009 didorong oleh kemajuan teknologi, meskipun sejalan dengan penurunan pertumbuhan efisiensi atau dengan menurunnya kemampuan industri untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi 14 Arsana (2014) DEA- Malmquist Productivity Index Indonesia 1985— 2010 Setiap provinsi di Indonesia mengalami pertumbuhan produktivitas. Faktor pertumbuhan adalah perubahan efisiensi yang kemudian di susul oleh kemajuan teknologi menjadi faktor yang dominan terhadap produktivitas regional Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa penelitian ini menganalisis TFP subsektor industri dari tahun 2000—2013. Pada masa tersebut terjadi krisis global pada tahun 2008—2009 yang berdampak terhadap kondisi ekonomi Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah DEA-Malmquist Productivity Index untuk mengetahui pertumbuhan TFP membedakan periode sebelum dan sesudah krisis global. 1.3 Rumusan Masalah Pertumbuhan ekonomi mencerminkan tingkat produktivitas dalam usaha memanfaatkan sumberdaya untuk kesejahteraan masyarakat. Produktivitas ekonomi setiap subsektor sangat tergantung dengan ketersediaan faktor produksi setiap sektor yaitu tenaga kerja dan modal. Selain itu adanya kemajuan teknologi juga memberi pengaruh dalam peningkatan output setiap subsektor. 8 TFP dalam pertumbuhan ekonomi mempunyai peran yang lebih terutama pascakrisis. Setelah krisis ekonomi 1998, Indonesia juga menerima dampak adanya krisis finansial global tahun 2008—2009. Sektor industri, terutama yang berorientasi ekspor, menerima dampak yang cukup besar dari adanya krisis global. Dalam perkembangannya, dominasi pertumbuhan Indonesia masih ditopang oleh industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, serta pertanian. Sebagai penopang pertumbuhan ekonomi sektor industri selalu berusaha meningkatkan produktivitasnya. Di satu sisi produktivitas Indonesia masih di bawah dengan negara-negara sekitar terutama pada penguasaan teknologi dalam sektor industri. Ketertinggalan produktivitas tidak hanya terjadi antarnegara, namun antarsubsektor industri sendiri memiliki tingkat produktivitas yang berbeda-beda. Setiap subsektor memiliki cara tersendiri untuk menghasilkan output yang banyak dari faktor produksi yang dimiliki. Permasalahan yang muncul adalah dinamika produktivitas yang berubah-ubah antarwaktu. Pada akhirnya adalah adanya perbedaan produktivitas antar subsektor industri. 1.4 Pertanyaan Penelitian Setiap subsektor industri di Indonesia mempunyai sumber daya yang berbeda. Perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaaan pada produktivitas industri. Pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana dinamika TFP sektor industri di Indonesia dari tahun 2000—2013? 2. Bagaimana ketimpangan TFP antar subsektor industri di Indonsia dari tahun 2000—2013? 9 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menganalisis dinamika TFP pada sektor industri di Indonesia dari tahun 2000—2013. 2. Menganalisis ketimpangan TFP pada subsektor industri di Indonesia dari tahun 2000—2013. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian yang akan dilakukan diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait, yaitu sebagai berikut. 1. Dalam pengambilan kebijakan, dengan adanya peran TFP dalam pertumbuhan ekonomi maka menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan untuk peningkatan produktivitas dan industri manufaktur. 2. Adanya informasi pertumbuhan teknologi di setiap subsektor dapat memberi masukkan dalam penentuan kebijakan terhadap industri yang mampu menyerap banyak tenaga kerja. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tesis ini adalah sebagai berikut. 1. Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 2. Bab II Kajian Pustaka, meliputi landasan teori, kajian terhadap penelitian terdahulu, dan kerangka penelitian, 10 3. Bab III Metodologi Penelitian, meliputi jenis dan sumber data, model penelitian, instrumen penelitian, analisis data, dan definisi operasional. 4. Bab IV Analisis, meliputi deskripsi data, analisis, dan pembahasan. 5. Bab V Simpulan dan Saran, meliputi kesimpulan, implikasi, keterbatasan, dan saran. 11