BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah objek manusiawi, fakta kemanusiaan, atau fakta kultural, sebab merupakan hasil ciptaan manusia. Karya sastra merupakan satuan yang dibangun atas hubungan antara tanda dan makna, antara ekspresi dengan pikiran, antara aspek luar dengan aspek dalam (Faruk, 2012:77). Mukarovsky (via Faruk, 2012:77) menyebutkan bahwa karya sastra dan karya seni merupakan fakta semiotik. Makna karya sastra merupakan sebuah proses konkretisasi yang diadakan terus-menerus oleh pembaca, susul-menyusul dalam waktu yang berbeda-beda menurut situasinya (Teeuw, 1984:191). Karya sastra sangat bermanfaat karena karya sastra dapat memberi kesadaran kepada pembaca tentang kebenaran-kebenaran hidup, walaupun dilukiskan dalam bentuk fiksi. Karya sastra juga dapat dijadikan sebagai pengalaman untuk berkarya, karena siapa pun bisa menuangkan isi hati, dan pikiran dalam sebuah tulisan yang bernilai seni. Salah satu bagian dari karya sastra adalah puisi. Puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama (Pradopo, 1987:7). Puisi merupakan 1 2 rekaman dan interpretasi pengalaman manusia, diubah kedalam wujud yang paling berkesan (Pradopo, 1987:7). Kata-kata dalam puisi lahir dan dilahirkan kembali pada waktu pengucapannya sendiri. Tidak ada perbedaan kata dengan pikiran di dalam puisi. Puisi sebagai karya seni ialah puitis. Kata puitis mengandung nilai keindahan yang khusus untuk puisi. Kepuitisan dapat dicapai dengan bermacam-macam cara, misalnya dengan bentuk susunan bait, persajakan, kiasan bunyi, lambang rasa, pemilihan kata, gaya bahasa, dan sebagainya. Lagu dapat dikatakan sebagai puisi karena memiliki ciri-ciri yang sama dengan puisi. Lagu adalah ragam suasana yang berirama. Lagu merupakan salah satu dari bentuk komunikasi yang khas. Ciri-ciri dari lagu yang menjadi kekhasan sebuah lagu, yaitu satu arah tanpa dialog langsung dengan audience, berirama, berbahasa padat, dan bernilai estetik (Pasaribu, 1986:19). Lagu mempunyai unsur estetika yang dapat membuat hati seseorang menjadi terpikat. Lagu mengandung dua bentuk ekspresi, yaitu ekspresi musikal berwujud irama dan ekspresi linguistik berbentuk lirik (Pasaribu, 1986: 38). Gagasan dalam lagu dapat berupa ungkapan cinta, protes terhadap suatu hal, kemarahan, kegundahan dan sebagainya yang kesemuanya itu dirangkai dengan kata-kata indah, puitis, dan tidak selalu lugas. Oleh karena itu lirik lagu merupakan faktor utama dalam penyampaian pesan sebagai bagian kerangka lagu yang akhirnya dinikmati oleh pendengarnya. Pada era globalisasi saat ini, banyak hal telah berubah. Khususnya perbedaan gender. Dulu, gender sangat penting dan diutamakan. Laki-laki menduduki posisi 3 paling atas dibandingkan dengan wanita. Wanita pada zaman dahulu memiliki posisi rendah yang hanya bekerja di rumah. Wanita zaman dahulu identik dengan mengurus anak dan semua pekerjaan rumah tangga. Namun, seiring berkembangnya zaman dan muncul organisasi-organisasi kewanitaan, kedudukan laki-laki dan wanita saat ini adalah sama. Wanita tidak lagi hanya duduk manis menunggu suami pulang di rumah, tetapi wanita telah dapat berkarir, bekerja untuk mencari uang dan tetap mengurus rumah tangga. Pembicaraan tentang wanita masih menjadi hal yang menarik untuk dicermati. Pola pikir, tindakan, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan wanita menjadi daya tarik tersendiri untuk diperbincangkan. Studi dan kajian tentang wanita telah banyak dilakukan. Feminisme telah menjadi salah satu gerakan yang berkembang pesat saat ini (Gamble, 2004:1). Feminisme dalam karya sastra merupakan bentuk cerminan dari kenyataan hidup karena karya sastra merupakan bentuk ekspresi dari masyarakat dan lingkungan. Oleh karena itu, karya sastra dapat menampilkan bentuk-bentuk feminisme dalam lingkungan sekitar. Menurut Foucoult (via Mu‟minin, 2012:8) kekuasaan merupakan sesuatu yang melingkupi seluruh aspek kehidupan. Kekuasaan bukan sebuah entitas yang dipindahkan ke berbagai pihak secara hirarkis, tetapi kekuasaan menyebar ke segala arah. Setiap individu memiliki potensi berkuasa atau mengekspresikan hasrat kuasanya. Sebuah penolakan terhadap tindakan kuasa juga merupakan bentuk ekspresi kuasa (Mu‟minin, 2012:8). 4 Saat ini, hukum di Korea telah memberikan persamaan derajat terhadap wanita Korea. Saat ini, telah banyak wanita Korea masuk ke universitas. Namun, meskipun setelah lulus nilai mereka lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki, para wanita Korea masih jarang untuk diperkerjakan di perusahaan dengan level kerja yang sama atau gaji yang sama dengan laki-laki. Tidak hanya dalam pekerjaan, kadang-kadang masih terdapat perbedaan atau perlakuan tidak adil dalam hal sebuah hubungan (relationship). Berkaitan dengan feminisme dan sastra, telah banyak sastrawan-sastrawan yang mengangkat unsur feminisme ke dalam karya-karya mereka. Bayton (via Hollows, 2010: 225) berpendapat bahwa beberapa tahun lalu musik pop adalah hal penting dalam kehidupan perempuan, tetapi teori feminis belum menjangkau musik populer. Namun, para kritikus kemudian mendiskusikan lagu-lagu cinta sebagai bentuk musik feminin yang diperuntukkan bagi pendengar perempuan. Beda halnya dengan saat ini, berbagai jenis musik, baik hip-hop maupun rock telah banyak memasukkan ide-ide feminis ke dalam sebuah lagu. Di Korea, banyak karya sastra yang mengangkat tema feminisme, antara lain film, drama, novel, dan lagu. Salah satunya yang terkenal dalam industri musik adalah 2NE1. 2NE1 merupakan grup hip hop Korea populer yang dibentuk pada tahun 2009. 2NE1 merupakan singkatan New Evolution of the 21st Century atau evolusi baru di Abad ke-21. Pengucapan 2NE1 dilafalkan seperti kata To Anyone dalam bahasa Inggris. Berbeda dengan konsep grup idola lain yang umumnya 5 menggunakan konsep imut atau cantik, 2NE1 dibentuk dengan konsep, representasi perempuan modern pada zaman yang baru. 2NE1 dapat dianggap sebagai citra feminis dalam dunia musik karena tidak jarang lagu-lagunya memiliki konsep kekuatan diri seorang perempuan dibandingkan dengan grup idola lainnya yang lebih menekankan pada konsep percintaan. Dalam album pertamanya To Anyone, memuat dua belas lagu yaitu, Can’t Nobody, Go Away, Clap Your Hands, I’m busy, It Hurt, Love is Ouch, Please Don’t Go, Kiss, Try to Follow Me, I don’t Care, dan Can’t Nobody (versi Inggris). Walaupun beberapa lagu memiliki perbedaan tema, yang menarik dari album To Anyone adalah garis besar kemandirian perempuan di dalamnya. Seperti tema pada sampel lagu yang berjudul, Go away, I don’t care, I’m Busy, dan Love is Ouch. Beberapa lagu dalam To Anyone tersebut, memiliki konsep wanita modern sekarang yang tidak takut akan hidup sendiri, dan sejajar di berbagai bidang seperti lawan jenisnya. Penggambaran tersebut disampaikan secara padat dalam lirik-lirik lagu. Oleh karena itu, pemaknaan mengenai tema dari sebuah album menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut. 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah dan penjelasan singkat tentang karya sastra tersebut, ada beberapa permasalahan yang muncul. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat ditampilkan sebagai berikut: 1. Apa makna yang terkandung dalam lirik-lirik lagu pada album To Anyone? 6 2. Apa sajakah kuasa perempuan dan ide-ide feminis yang terdapat pada album To Anyone? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi makna yang terkandung dalam lirik lagu pada album To Anyone 2. Mengidentifikasi bentuk-bentuk ide-ide feminis yang terdapat pada album To Anyone. 1.4 Batasan Masalah Sesuai dengan judul penelitian ini Bentuk Perlawanan Wanita Korea Modern Dalam Album To Anyone Oleh 2NE1: Kajian Kritik Sastra Feminis penelitian ini menggunakan lirik lagu sebagai objek material. Lirik lagu yang diteliti dalam penelitian ini adalah lirik lagu girlband 2NE1 dalam album “To Anyone”. Penelitian ini mengambil 4 lagu, yaitu Go away, I don’t care, I’m Busy, dan Love is Ouch. Dipilihnya 4 lagu tersebut karena keempat lagu-lagu tersebut mengandung feminisme di dalam lirik-lirik lagunya. 7 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoretis Manfaat penelitian ini dari segi teoretis adalah dapat mengaplikasikan teori feminisme dan mengembangkan objek penelitian ini agar dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya. 1.5.2 Manfaat Praktis Manfaat penelitian ini dari segi praktis diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pembaca begitu juga dengan peneliti yang akan membahas tema yang sama. 1.6 Tinjauan Pustaka Penelitian dengan menggunakan lagu sebagai objek material jumlahnya masih terbatas. Dalam penelitian ini penulis menemukan salah satu penelitian yang menggunakan objek material lagu, yaitu tugas akhir Sari Agustia Boru Situngkir yang berjudul Ungkapan Cinta dalam Lagu Korea tahun 2008. Tugas akhir ini menganalisis dan mengklasifikasikan ungkapan cinta yang terdapat pada lagu Korea dengan berbagai kondisi serta mengklasifikasikan ungkapan cinta tersebut ke dalam dua bagian, yaitu verba dan adjektiva. Kemudian, skripsi Marlina Anjarsari, Jurusan Bahasa Korea Fakultas Ilmu Budaya, tahun 2011 8 yang berjudul “Makna Lirik Lagu Arirang (아리랑): Analisis Semiotika Riffaterre”. Skripsi ini membicarakan lirik-lirik lagu Arirang dengan pendekatan semiotika Riffaterre. Berdasarkan metode yang digunakan, lirik-lirik lagu dianalisis menggunakan pendekatan semiotik Riffaterre untuk mengungkap makna yang terkandung dalam dua versi lagu Arirang. Penelitian dengan menggunakan kajian feminisme yang telah banyak dilakukan. Ada beberapa penelitian di Prodi Bahasa Korea yang menggunakan tema feminisme. Pertama, penulis menggunakan skripsi karya Evita sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini. Skripsi Evita, Jurusan Bahasa Korea Fakultas Ilmu Budaya, tahun 2011 yang berjudul “Ide-Ide Feminis Sebagai Resistensi Terhadap Ketidakadilan Gender: Kajian Kritik Sastra Feminis Terhadap Film Hwang Jin Yi”. Skripsi ini meneliti Film Hwang Jin Yi, yaitu seorang Gisaeng dari kalangan bangsawan. Ketidakadilan gender dari sistem partriarki yang dianut oleh masyarakat, mendorong tokoh untuk mendobrak tradisi lama. Tujuan utama dalam skripsi ini menemukan ide-ide feminis dalam film Hwang Jin Yi. Kedua, penelitian karya Sekar Handayani yang berjudul “Ketidakadilan Gender Dalam Antologi Puisi Nae Ane Bichi Itda (내 안에 빛이 있다) Karya Lee Eun Seok (이은속): Kajian Kritik Sastra Feminis”. Skripsi ini meneliti puisi karya Lee Eun Sok yang berisikan terntang ungkapan perasaan dan pemikiran 9 tentang ketidakadilan gender yang dialami para wanita karena sistem patriarki. Masalah-masalah yang diteliti di dalam skripsi ini, yaitu bahasa kiasan dan gaya bahasa yang digunakan untuk merefleksikan ketidakadilan gender dan bentukbentuknya dalam puisi Nae Ane Bichi Itda (내 안에 빛이 있다) Karya Lee Eun Seok (이은속). Adapun penelitian dengan menggunakan lagu sebagai objek materialnya dengan kajian kritik sastra feminis, yaitu penelitian Victa Etriany (2012) dari Jurusan Sastra Indonesia yang berjudul “Citra Ibu dalam Lirik Lagu “Ibu”, “Bunda”, dan “Siapa Bilang? (Disko Mama)”: Kajian Kritik Sastra Feminis”. Skripsi ini meneliti tentang citra ibu dalam lirik lagu berbahasa Indonesia. Penelitian ini berisi tentang citra ibu dalam ruang domestic dan juga ruang publik. Penelitian ini juga menganalisis aspek kebahasaan, yaitu gaya bahasa dan diksi dalam lirik lagu. Dari ketiga tinjauan diatas dapat diketahui bahwa kritik feminis masih menjadi alat garap luas di bidang sastra. Objek material berupa lirik lagu dengan pendekatan kritik sastra feminis masih belum banyak diteliti. Karena umumnya kritik sastra feminis dijadikan pendekatan pada novel-novel dan film. Sementara karya sastra tidak terlepas dari banyak jenis, yang masih bisa untuk diteliti lebih lanjut. 10 Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk menemuakan unsur-unsur kemandirian perempuan dalam lirik lagu 2NE1. Pendekatan yang digunakan berupa teori yang berkaitan dengan perempuan, yaitu kritik sastra feminis. 1.7 Landasan Teori Berdasarkan rumusan masalahnya, maka penelitian ini menggunakan kajian kritik sastra feminis. Penulis menggunakan teori kritik sastra feminis karena teori tepat digunakan dalam menganalisis objek penelitian berupa karya sastra ini yang berfokus pada perempuan. Adapun hal-hal yang akan dibahas, yaitu mengenai representasi wanita dalam lirik-lirik lagu album To Anyone. Sehingga penelitian ini membutuhkan teori yang secara khusus membedah „cara pikir‟ dari sistem patriarki, ketidaksetaraan gender dan ide-ide kritis wanita. Dan diharapkan dapat menemukan makna lebih lanjut dari lirik-lirik lagu dalam album To Anyone. Gender adalah pembedaan peran, status, dan pembagian kerja yang dibuat oleh sebuah masyarakat berdasarkan jenis kelamin (Simatauw, 2001: 7). Selain pembedaan berdasarkan jenis kelamin, terdapat juga bentuk-bentuk pembedaan yang lain, misalnya kelas, kasta, warna kulit, etnis, agama, umur, dan sebagainya yang dapat menimbulkan pembedaan gender. Gender berbeda dengan jenis kelamin. Gender merupakan bentukan manusia dan bukan merupakan kodrat (Simatauw, 2001: 8). Gender dapat berubah sewaktu-waktu dan setiap peristiwa dapat merubah hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. 11 Sebelum membahas kritik sastra feminis, penulis akan menjelaskan terlebih dahulu tentang feminisme. Feminisme secara umum berarti ideologi pembebasan perempuan karena ada keyakinan bahwa perempuan mengalami ketidakadilan karena jenis kelamin (Humm dalam Imron 2002:158). Feminisme menurut Goefe (Sugihastuti, 2007:93) adalah teori tentang persamaan antara laki-laki dan perempuan di bidang politik, ekonomi, dan sosial; atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan perempuan. Feminisme muncul sebagai upaya perlawanan terhadap kontrol laki-laki. Feminisme memandang perempuan memiliki aktivitas dan inisiatif sendiri untuk untuk memperjuangkan hak dan kepentingan dalam berbagai gerakan (Sugihastuti, 2004:95). Feminisme muncul akibat ketidakpuasan terhadap sistem patriarki. Patriarki menurut Bhasin (Sugihastuti 2007:93) merupakan sebuah sistem dominasi dan superioritas laki-laki, sistem kontrol terhadap perempuan, dalam mana perempuan dikuasai. Asumsi bahwa perempuan telah ditindas memunculkan anggapan bahwa feminisme merupakan satu-satunya jalan untuk mengakhiri penindasan tersebut. Feminisme memperjuangkan masalah gender dan kemanusiaan. Selain hal yang disebutkan di atas, Stimpson mengemukakan (Sugihastuti, 2007:96) salah satu pendorong munculnya feminisme adalah ketidakadilan terhadap gender. Sebab lain yang mendorong munculnya feminisme adalah 12 protes-protes perempuan melawan diskriminasi yang diderita dalam masalah pendidikan dan sastra . Menurut Kasiyan (Sugihastuti, 2007:96), feminisme muncul sebagai gerakan perempuan dalam karakteristik yang berbeda-beda yang disebabkan oleh perbedaan asumsi dasar yang memandang persoalan-persoalan yang menyebabkan ketimpangan gender. Beberapa aliran dari gerakan ini, antara lain feminisme liberal, feminisme radikal, dan feminisme sosialis. Feminisme liberal, yaitu usaha memperjuangkan perempuan agar mendapatkan hak-hak legal yang sama secara politik dan sosial. Aliran ini menolak segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Feminisme radikal menurut Bhasin, yaitu feminisme yang menganggap bahwa perbedaan gender bisa dijelaskan melalui perbedaan biologis atau psikologis laki-laki dan perempuan (Sugihastuti, 2007:97). Feminisme radikal mempermasalahkan tubuh karena feminisme radikal bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terjadi akibat sistem patriarki. Feminisme sosialis menurut Jaggar (Sugihastuti, 2007:98) merupakan perpaduan antara metode historis materialis Marx dan Engels dengan gagasan personal is political dari kaum feminis radikal. Penindasan perempuan menurut feminisme sosialis terjadi di semua kelas bahkan tidak menaikkan posisi perempuan. Feminisme sosialis berusaha melakukan kritik terhadap eksploitasi kelas dari sistem kapitalisme secara bersamaan dengan kritik ketidakadilan 13 gender yang mengakibatkan dominasi, subordinasi, dan marginalisi atas kaum perempuan (Sugihastuti, 2007:98). Sejak munculnya paham feminis di Barat, paham tersebut berkobar pula ke dalam kritik sastra. Kritik feminis dalam kesusastraan dikenal sebagai kritik sastra feminis. Kritik sastra feminis adalah pengkritik memandang sastra dengan kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan (Sugihastuti, 2007:99). Kritik sastra feminis adalah kritik terhadap sastra yang berfokus pada perempuan. Kritik sastra feminis dalam Reading as A Woman oleh Millet merupakan kritik yang digunakan untuk menganalisis ide-ide pengarang tentang perempuan dalam karya sastra. Reading as a Woman menurut Millet bukanlah kritik tentang wanita, pengkritik wanita, atau kritik tentang pengarang wanita. Reading as A Woman menurut Culler adalah mengidentifikasi suatu karya sastra dari sudut pandang pembaca wanita, bukan dari sudut pandang pembaca laki-laki. Bagi perempuan, membaca sebagai perempuan bukanlah untuk mengulang sebuah identitas atau pengalaman, tetapi memainkan sebuah peran dengan identitasnya sebagai wanita. Jenis-jenis kritik sastra feminis menurut Djajanegara: 1. Kritik Ideologis. Kritik Ideologis merupakan kritik sastra yang melibatkan wanita sebagai pembaca. Yang menjadi pusat perhatian pembaca adalah citra dan stereotype wanita dalam karya sastra. Kritik ini juga meneliti tentang 14 kesalahpahaman tentang wanita. Kritik ideologis pada dasarnya merupakan cara menafsirkan suatu teks. 2. Ginokritik Ginokritik disebut kritik yang mengkaji penuls-penulis wanita. Ginokritik mengkaji masalah perbedaan antara tulisan perempuan dengan tulisan laki-laki. 3. Kritik Sastra Feminis Sosialis Kritik ini meneliti tokoh-tokoh wanita dari sudut pandang sosialis, yaitu kelas masyarakat. Kritik ini juga mencoba mengungkapkan bahwa kaum wanita merupakan kelas masyarakat yang tertindas. 4. Kritik Feminis Psikoanalitik Krtitik ini diterapkan pada tulisan-tulisan wanita. Hal ini dikarenakan, kaum feminis percaya bahwa pembaca wanita biasanya mengidentifikasi dirinya dengan menempatkan dirinya pada tokoh wanita, sedangkan tokoh wanita itu sendiri merupakan cermin penciptanya. 5. Kritik Feminis Lesbian Kritik ini bertujuan untuk mengembangkan definisi tentang lesbian dan menentukan apakah definisi ini diterapkan pada penulis atau karyanya. 6. Kritik Feminis Ras Kritik ini ingin membuktikan keberaadaan sekelompok penulis feminis etnik beserta karyanya. 15 Penelitian akan menggunakan salah satu bagian dari teori feminis, yaitu kritik sastra feminis ideologis. Kritik sastra ini melibatkan wanita, khususnya kaum feminis sebagai pembaca yang menjadi pusat perhatian pembaca wanita adalah citra serta stereotipe wanita dalam karya sastra. Karya sastra yang berpusat pada wanita, bisa jadi memiliki makna-makna dan pesan feminis. Kritik sastra feminis ideologis, merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk menangkap citra-citra wanita dan menafsirkan suatu karya. Melalui kritik sastra feminis ideologis, dapat memenuhi tujuan dari permasalahan mengenai pencitraan wanita dalam suatu karya, bentuk pencitraan wanita pada karya sastra yang diciptakan laki-laki, serta memahami konsepkonsep feminis karena tidak jarang karya sastra feminis yang diciptakan laki-laki, mendukung konsep feminis dan menampilkan karakter wanita sebagai makhluk yang kuat. Kemudian kritik ini juga memperhatikan penyebab wanita tidak diperhitungkan, sehingga dapat menemukan kunci alasan citra wanita dalam karya sastra dapat memunculkan ide kemandirian maupun mengenai kesetaraan gender. Dalam penelitian ini, juga menggunakan teori semiotika sebagai teori bantuan untuk menemukan makna dari lirik lagu sehingga dapat terlihat tandatanda yang menunjukkan unsure feminisme. Teori semiotika yang digunakan ialah teori semiotika Michael Riffaterre. Michael Riffaterre menyebutkan bahwa semiotika adalah metode pemaknaan khusus terhadap tanda-tanda dalam puisi untuk menghasilkan makna. Dalam melakukan pendekatan terhadap karya sastra, 16 menurut Riffaterre dalam bukunya yang berjudul Semiotic of Poetry, pembaca memberi makna pada karya sastra tidak harus langsung menemukan arti pada kata-katanya, disesuaikan dengan kemampuan bahasanya berdasarkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Riffaterre mengungkapkan bahwa dari dulu hingga sekarang puisi selalu berubah karena evolusi selera dan konsep estetik yang selalu berubah dari periode ke periode (1978:1). Karya sastra merupakan ekspresi yang tidak langsung. Karya sastra menyatakan pikiran secara tidak langsung dengan cara lain. Makna di dalam karya sastra harus dimengerti dan dipahami. Oleh karena itu, untuk mengungkapkan makna karya sastra diperlukan metode heuristik dan hermeneutik. Menurut Riffaterre (1978:5), metode heuristik adalah cara kerja yang dilakukan pembaca dengan menginterpretasikan teks sastra melalui tanda linguistik. Dalam menggunakan metode heuristik sajak dibaca berdasarkan kebahasaannya. Pembacaan heuristik merupakan konvensi sistem semiotik tingkat pertama (Pradopo, 2013:135). Pradopo dalam bukunya yang berjudul Beberapa Teori Sastra, Metode kritik, dan Penerapannya juga mengungkapkan bahwa pembacaan heuristik merupakan penerangan bagian-bagian cerita secara berurutan, begitu juga dengan analisis bentuk formalnya. Metode hermeneutik adalah cara kerja yang dilakukan oleh pembaca untuk mencari makna melalui pembacaan teks sastra secara terus menerus dari awal sampai akhir. Metode hermeneutik merupakan pembacaan sistem semiotik 17 tingkat kedua. Kedua metode tersebut akan lebih baik dilakukan dengan bertahap, pertama metode heuristik kemudian dilanjutkan dengan metode hermeneutik. 1.8 Metode Penelitian Objek penelitian ini terdiri atas objek formal dan objek material. Objek formal penelitian ini adalah feminisme dalam kuasa perempuan Korea saat ini. Objek material yang digunakan adalah lagu dari 2NE1 dengan judul album To Anyone. Djajanegara (2000:51), menguraikan tahap-tahap penelitian sastra dengan pendekatan feminis sebagai berikut: 1. Identifikasi tokoh perempuan dengan mencari kedudukan tokoh tersebut dalam masyarakat, tujuan hidupnya, perilaku dan wataknya, serta pendirian dan pemikirannya 2. Meneliti tokoh lain terutama tokoh laki-laki yang berkaitan dengan tokoh perempuan yang sedang dianalisis. 3. Mengamati sikap penulis sebagai warga masyarakat dengan memperhatikan latar belakang sosial, latar belakang pendidikan, tempat dan waktu penulisan, dan pilihan kata yang dipergunakan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode pengumpulan data kualitatif, yaitu kepustakaan. Penulis menggunakan lirik lagu sebagai objek penelitian. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif 18 kualitatif. Penulis menggunakan metode ini untuk mendeskripsikan isi dari teks lagu dalam bentuk kata-kata. Adapun langkah kerja dan tahap analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah, sebagai berikut: 1. Menentukan tema atau objek formal yang akan digunakan di dalam penelitian 2. Menentukan objek material yang akan digunakan sebagai bahan penelitian, yaitu Album 2NE1 yang berjudul To Anyone 3. Melakukan sampleing terhadap album tersebut, yaitu pemilihan beberapa lagu sebagai contoh untuk penelitian. Dalam hal ini penulis memilih lagu yang berjudul Go Away, I don’t care, I’m Busy, dan Love is Ouch 4. Melakukan studi pustaka dan mencari data yang berkaitan dengan penelitian 5. Mengidentifikasi makna lagu-lagu Go Away, I don’t care, Follow me, I’m Busy, dan Love is Ouch 6. Mengidentifikasi bentuk-bentuk feminisme pada lagu Go away, I don’t care, Follow me, I’m Busy, dan Love is Ouch 7. Menarik kesimpulan 8. Membuat laporan penelitian dan menyajikan hasil penelitian. 19 1.9 Sistematika Penyajian Sistematika penyajian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab I merupakan pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berupa pembahasan makna yang terkandung dalam lirik lagu pada album To Anyone. Bab III berisi tentang kuasa perempuan dan ide-ide feminis yang terdapat pada karya sastra lagu tersebut sebagai bentuk kekuatan wanita di saat ini. Bab IV berupa kesimpulan dari penjelasan Bab II dan Bab III serta diharapkan dapat menjawab permasalahan yang telah disebutkan di atas.