feminisme

advertisement

FEMINISME LIBERAL

FEMINISME RADIKAL

FEMINISME MARXIS

FEMINISME SOSIALIS
Madzab ini terpengaruh dari paradigma
struktural fungsional.
 Asumsi dasar: pandangan bahwa
kebebasan (freedom) dan kesamaan
(equality) berakar pada rasionalitas dan
pemisahan antara dunia privat dan publik.
 Kerangka kerja feminis liberal dalam
memperjuangkan persoalan masyarakat
tertuju pada “kesempatan yang sama dan
hak yang sama” bagi setiap individu,
termasuk di dalamnya kesempatan dan
hak perempuan.

Dalam hal kesempatan yang sama feminis
liberal tidak memandang/menganalisis
mengapa ada ketertinggalan karena pada
dasarnya perempuan adalah makhluk
rasional juga. Artinya jika terjadi
ketertinggalan maka itu adalah kesalahan
perempuan itu sendiri yang tidak mampu
bersaing.
 Usaha yang dilakukan adalah penyiapan
perepuan dalam memperebutkan
kesempatan bersaing tersebut.

Paradigma pembangunan yang
digunakan aliran ini adalah women in
development (perempuan dalam
pembangunan)
 Program2nya adalah intervensi
meningkatkan taraf hidup melalui
pendidikan dan ketrampilan, kebijakan
yang dapat meningkatkan kemampuan
perempuan sehingga mampu
berpartisipasi dalam pembangunan.

Aliran ini tidak mempertanyakan
diskriminasi akibat ideologi patriarkhi
baik dalam hal politik, ekonomi, maupun
sosial budaya.
 Gagasan ini muncul sejak akhir abad 19
dan awal abad 20. Namun baru
kelihatan sangat menonjol dalam
program pembangunan pada era 60an.

Muncul sebagai reaksi atas kultur sexism
atau diskriminasi sosial di barat pada tahun
60-an, khususnya melawa kekerasan
seksual dan pornografi.
 Penganut madzab ini tidak melihat adanya
perbedaan antara tujuan personal dan
politik, unsur-unsur seksual atau biologis.
 Sehingga dalam melakukan analisis
tentang penyebab penindasan terhadap
kaum perempuan oleh laki-laki mereka
anggap bersal dari jenis kelamin laki-laki
kitu sendiri yang secara biologis maupun
politis adalah masalah itu sendiri.

Patriarkhi adalah dasar ideologi
penindasan yang merupakan sistem hirakhi
seksual dimana laki-laki memiliki kekuasaan
superior dan privilege ekonomi.
 Penguasan fisik perempuan oleh laki-laki
seperti hubungan seksual adalah bentuk
penindasan terhadap kaum perempuan.
 REVOLUSI terjadi pada setiap perempuan
manakala perempuan telah mengambil
aksi untuk merubah gaya hidup,
pengalaman dan hubungan mereka sendiri
terhadap kaum laki-laki.

Aliran ini mengkritik analisis kaum radikal
sebagai analisis yang ahistoris karena
menganggap patriarkhi sebagai hal yang
universal dan merupakan akar dari sefala
penindasan.
 Menggunakan “kelas” sebagai konsep
marxian dalam melakukan analisis
hubungan antara laki-laki dan perempuan.
 Hubungan gender direduksi pada
perbedaan kodrati yang bersumber pada
hal biologis.

Menentang asumsi feminis radikal
bahwa perlawanan atas penindasan
perempuan bisa bersifat sangat
personal (personal is political). Sebab
bagi feminis marxis penindasan
terhadap perempuan adalah realitas
objektif.
 Menentang asumsi kaum radikal bahwa
biologis sebagai dasar pembedaan
gender. Penindasan perempuan
adalah bagian dari penindasan kelas
dalam hubungan produksi.

Persoalan perempuan juga adalah
kerangka kritik atas kegagalan kapitalisme.
 Engels dalam The Origin of the Family:
Private Property and the State menjelaskan
bahwa sejarah terpuruknya status
perempuan bukan disebabkan oleh
teknologi melainkan karena perubahan
dalam organisasi kekayaan. Privat property
ini kemudian juga menjadi dasar
pengendalian produksi dan perdagangan
dimana laki-laki sebagai pengontrolnya.


Pada zaman kapitalisme penindasan
terhadap perempuan akan semakin
dilanggenggkan dg alasan
menguntungkan kapitalis. Pertama,buruh
laki-laki dieksploitasi sedemikian rupa shg
terkadang memunculkan pula “eksploitasi
pulang ke rumah”. Kedua, perempuan
sebagai cadanngan reproduksi buruh
murah. Yakni keterjaminan ketersediaan
buruh. Ketiga, masuknya buruh perempuan
menekan ongkos produksi, mengakumulasi
kapital dengan lbh cepat, cadangan
buruh tidak terbatas.
Musuh utama kapitalis semenjak
komunisme runtuh adalah feminisme.
 Penindasan terhadap perempuan oleh
kapitalisme adalah kelanjutan dari sistem
eksploitatif yang bersifat struktural.
 Patriarkhi bukanlah masalah utama karena
masalah sebenarnya adalah kapitalisme.
 Solusinya adalah perubahan struktur kelas
dan pemutusan hubungan dengan sistem
kapitalisme internasional. Perubahan
struktur kelas inilah yang disebut dengan
REVOLUSI.


Perempuan dirugikan akibat
tanggungjawab domestik. Karenanya
urursan mengelola rumahtangga
haruslah ditransformasikan menjadi
industri sosial, serta urusan menjaga dan
mendidik anak jadi urusan publik,
dengan demikian perempuan akan
mencapai kesamaan yang sejati.
Dengan kata lain adalah penghapusan
pekerjaan domestik.
Madzab ini melakukan sintesis antara
metode historis materialis Marx dan
Engels dengan gagasan personal is
political dari kaum feminis radikal.
 Bagi banyak kalangan, aliran ini
dianggap lebih memiliki harapan di
masa depan karena analisis yang
mereka tawarkan lebih dapat
diterapkan oleh umumnya gerakan
perempuan.

Penindasan terhadap perempuan
terjadi di kelas manapun. Bahkan
revolusi sosialis pun tidak serta merta
menaikkan posisi perempuan.
 Atas dasar ini feminis sosialis menolak visi
marxis klasik yang meletakkan eksploitasi
ekonomi sebagai dasar penindasan
gender. Meskipun demikian:
 Feminisme tanpa kesadaran kelas juga
akan menimbulkan masalah.


Analisis patriarkhi perlu dielaborasikan
dengan analisis kelas. Dengan demikian
kritik eksploitsi kelas dari sistem
kapitalisme harus dilakukan pada saat
yang sama dengan disertai kritik
ketidakadilan gender yang
mengakibatkan dominasi, subordinasi,
marginalisasi dan kekerasan terhadap
perempuan.
Mulai dikenal pada era-70 an.
 Aliran ini memiliki “ketegangan” antara
kebutuhan kesadaran feminis dengan
kebutuhan menjaga integritas materialisme
marxisme sehingga mereka menambahkan
analisis patriarkhi dalam analisis mode of
production.
 Hubungan antara partisipasi perempuan
dalam ekonomi memang perlu namun
tidak selalu akan menaikkan status
perempuan sebab rentan terjadi
“perbudakan” (virtual slaves)



Kegagalan memasukkan perempuan dalam
revolusi masyarakat Uni Soviet, China, dan
Kuba membuktikan bahwa revolusi sosialis
tidak dengan serta merta membebaskan
perempuan. Ini mengkritik dominasi.
Kapitalis Patriarkhi dinyatakan oleh Zillah
eisenstein sebagai dialektika antara struktur
kelas dengan struktur hirakhi seksual. Patriarkhi
ini menurut Zillah lbh dulu ada dibanding
kapitalisme. Kemudian keduanya bahu
membahu menjadi kapitalis patriarkhi. Ini
berbeda dg pendapat Engels bahwa
persoalan ekonomi berawal dari privat
property yang berakibat pendominasian
perempuan.

Penindasan terhadap perempuan ini bisa
menimbulkan revolusi namun bukan
revolusi model perempuan sebagai jenis
kelamin (women as sex) sebagaimana
para feminis radikal yang menghentikan
peran biologis perempuan seperti hamil
dan menyusui maupun mengurus anak
yang harus diorganisasikan secara sosial.
Ketdika adilan juga bukan karena kegiatan
produksi dan reproduksi dalam masyarakat
melainkan manifestasi ketidakadilan
gender yang merupakan konstruksi sosial.

Karena itu yang diperangi untuk revolusi
adalah konstruksi visi ideologis
masyarakat serta struktuur dan sistem
yang tidak adil yang dibangun atas bias
gender.
Sebagai sebuah pemikiran dan gerakan
intelektual aliran ini berkembang dan
bercabang-cabang tidak hanya empat
aliran diatas.
Misalnya Eco-feminism yang berkembang
dari India (vandana shiva) dan Jerman
(maria mies). Black Feminism di Amerika
juga feminisme dunia ketiga. Bahkan
dari kalangan agama juga lahir
feminisme kristen katolik, protestan, juga
muslim.

Masing-masing memiliki asumsi yang
terkadang saling bertentangan satu
sama lain secara intelektual, namun
para praktisinya bersikap lebih adaptif
dan pragmatis dengan tidak
melanjutkan perdebatan melainkan
menggunakan analisis masing-masing
yang disesuaikan dengan keadaan
senyatanya yang dihadapi secara
realistis dan konkrit. Masing-masing aliran
memiliki sumbangan pemikiran yang
saling menguatkan satu sama lain.
Download