Full Text - EJournal Stikes PPNI Bina Sehat Mojokerto

advertisement
ANALISIS HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG
FUNGSI PENGAWASAN KEPALA RUANGAN DENGAN
PELAKSANAAN STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL TIMBANG TERIMA
*Ifa
Roifah, Susanti Dwi Anggraini
*STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto
Abstract
Communication of various information provided by nurses in exchange shift
(handover) was helpful for caring patient. The successful implementation handover
patients was associated with controlled function. Research purpose was to analyze
the relationship perception of nurses about the controlling function of head room
with the handover standard operating procedures. Design research used correlational
analytic with cross sectional approach. The population was all nurses who work in
patient care room of Reksa Waluya Hospital which amounted to 41 peoples with a
total sampling technique to obtain a sample that about the same with the number of
population that are 41 peoples. Data retrieval used questionnaire and observation
sheet and analyze by percentile and cross-tabulation. The results showed that from 23
respondents who have good perception are about 10 respondents they’re well behave,
3 respondents a bit unwell behave while doing handoverphase, and 10 respondents
did not behave well. In conclusion there is no relationship perception of nurse head
control room with execution standard operating procedure handover. Handover can
work well if the supervision of the principal or the head of the room held a
continuous basis, and based on standard operating procedures that have been agreed
as a guideline in carrying out a job. Head room is expected to further improve
supervision in accordance with standard procedures in order to improve the behavior
of nurses in the implementation of standard procedures handover.
Keywords: Perception, controlling, handover
kematian atau cedera yang serius di
PENDAHULUAN
Komunikasi terhadap berbagai
informasi
mengenai
perkembangan
rumah
sakit
disebabkan
karena
buruknya komunikasi. Alvarado, et all
pasien antar profesi kesehatan di rumah
(2006)
sakit
komunikasi berbagai informasi yang
merupakan
komponen
yang
menginformasikan
fundamental dalam perawatan pasien
diberikan
(Riesenberg, 2010). Alvarado, et all.
pertukaran shift, yang lebih dikenal
(2006)
bahwa
dengan timbang terima (handover)
dapat
sangat membantu dalam perawatan
mengungkapkan
ketidakakuratan
informasi
oleh
Timbang
perawat
bahwa
terima
dalam
menimbulkan dampak yang serius pada
pasien.
harus
pasien, hampir 70% kejadian sentinel
dilakukan karena merupakan bagian
yaitu kejadian yang mengakibatkan
dari salah satu aplikasi MAKP (Model
Asuhan
Keperawatan
Profesional)
tanpa melihat langsung kondisi klien
(Nursalam, 2011). Green (1986 dalam
saat
Green
terima.
dan
Kreuter,
2000)
dilakukannya
mengemukakan perilaku individu dapat
proses
Pelaksanaan
timbang
timbang
terima
dipengaruhi oleh 3 faktor antara lain
yang tidak sesuai dengan prosedur ini
faktor
mengakibatkan
predisposisi
(predisposisi
banyak
kejadian-
faktor), faktor pemungkin (enabling
kejadian yang tidak diduga terjadi pada
faktor) dan faktor penguat (reinforcing
pasien.
faktor). Faktor penguat yang bisa
Medicine Amerika pada tahun 2000,
mempengaruhi
bahwa
perilaku
pengaruh
Laporan
di
dari
Utah
Institute
dan
of
Colorado
keluarga, pimpinan, ataupun teman
ditemukan kejadian tidak diharapkan
sejawat (Green, 2000 dalam Winani,
sebesar 2,9% dan 6,6% di antaranya
2012).
meninggal dunia, padahal 53% dari
Keberhasilan pelaksanaan serah
jumlah KTD tersebut dapat dicegah
terima pasien sangat berkaitan dengan
(Preventable
salah fungsi manajemen keperawatan
(Budihardjo,
yang harus dilaksanakan yaitu fungsi
menurut Utarini (2011) menyatakan
pengawasan. (Suarli & Bahtiar, 2009).
bahwa dari 15 rumah sakit dengan
Pelaksanaan serah terima pasien dapat
4.500
berjalan
apabila
angka kejadian tidak diharapkan yaitu
pengawasan dari pimpinan atau kepala
8,0-98,2 untuk diagnostic error dan
ruangan
4,1-91,6% untuk medication error.
dengan
baik
dilaksanakan
secara
terus
menerus, dan berdasarkan SPO yang
telah
disepakati
yang
adverse
2008).
rekam
medis
Di
events)
Indonesia
menunjukkan
Hasil studi pendahuluan di RS
merupakan
Reksa Waluya Mojokerto di ruang
pedoman dalam melaksanakan suatu
Tribuana pada bulan februari 2014
pekerjaan
berkaitan dengan pelaksanaan timbang
(Elisabet,
2008
dalam
Winani, 2012). Kenyataan yang terjadi
terima
dilapangan, masih banyak perawat
observasi,
yang
pergantian shift pagi hanya kepala
melakukan
timbang
terima
adalah
setelah
timbang
yang
besar
melakukan validasi terhadap kondisi
perawat melakukan timbang terima
pasien sedangkan perawat pelaksana
hanya berpusat pada ruangan perawat
yang lain melakukan timbang terima
Sebagian
jaga
saat
ruangan
ada.
kepala
terima
dengan tidak memperhatikan prosedur
telah
dan
dilakukan
yang
hanya
berpusat
Pelaksanaan
di
nurse
timbang
station.
terima
saat
inap RS Reksa Waluya Mojokerto yang
berjumlah 41 perawat.
pergantian shift pagi ke sore dan sore
Sampling yang digunakan dalam
ke malam, perawat tidak melakukan
penelitian ini adalah nonprobability
validasi
sampling
kondisi
pasien
secara
dengan
teknik
langsung. Hasil wawancara dengan
jenuh.
kepala ruangan Tribuana bahwa kepala
menggunakan kuesioner dan cheklis,
ruangan
pengawasan
waktu pengambilan data mulai tanggal
terhadap pelaksanaan timbang terima
18 – 31 Mei 2014. Analisa data
namun
menggunakan percentil dan dilakukan
melakukan
SPO
pelaksanaan
timbang
terima belum ada diruangan sehingga
Instrumen
sampling
penelitian
cross tabulation.
pelaksanaan pengawasan belum dapat
berjalan maksimal. Kejadian nyaris
HASIL PENELITIAN
jatuh terjadi satu kali dalam tiga bulan
Tabel 1. Frekuensi
data
umum
responden di RS Reksa
Waluya Mojokerto pada
tanggal 18 – 31 Mei 2014.
terakhir. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisis
perawat
hubungan
pelaksana
tentang
persepsi
fungsi
pengawasan kepala ruangan dengan
pelaksanaan
standar
prosedur
operasional timbang terima.
METODE PENELITIAN
No
1.
2.
3.
4.
dan dependen hanya satu kali pada satu
saat (Nursalam, 2013). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perawat
pelaksana yang bekerja di ruang rawat
19
18
3
1
41
46,3
44,9
7,3
2,4
100
40
1
41
97,4
2,4
100
1.
2.
3.
TK pendidikan
SPK
AKPER
SI Kep
Total
1
37
3
41
2,4
90,3
7,3
100
20
3
18
41
48,8
7,3
43,9
100
yang menekankan waktu pengukuran
atau observasi data variabel independen
%
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Total
penelitian analitik korelasional dengan
cross sectional adalah jenis penelitian
Frekuensi
1.
2.
Desain penelitian menggunakan
pendekatan cross sectional. Penelitian
Uraian
Usia
21-30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
> 50 tahun
Total
1.
2.
3.
Lama kerja
0-5 tahun
5-10 tahun
> 10 tahun
Total
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada usia
sebagian besar responden berusia 21-30
tahun (46,3%). Jenis kelamin sebagian
besar perempuan (97,6%.) Tingkat
pendidikan sebagian besar responden
memiliki
tingkat
pendidikan
D3
(90,2%). Lama kerja sebagian besar
responden bekerja selama 0-5 tahun
(48,8%).
Tabel 3 Tabulasi silang hubungan
persepsi perawat pelaksana
tentang fungsi pengawasan
kepala
ruangan
dengan
pelaksanaan standar prosedur
operasional (SPO) timbang
terima.
Tabel 2 Persepsi perawat pelaksana
tentang fungsi pengawasan
kepala
ruangan
dan
pelaksanaan SPO Timbang
terima di RS Reksa Waluya
Mojokerto pada tanggal 18 –
31 Mei 2014
No
1.
2.
1.
2.
3.
Uraian
Frekuensi
%
Hasil tabulasi silang pada tabel
Persepsi
Baik
Tidak baik
Total
23
18
41
56,1
43,9
100
15
36,6
7
19
17,1
46,3
41
100
3
menunjukkan
bahwa
persepsi
perawat tentang fungsi pengawasan
kepala ruangan termasuk kategori baik
Pelaksanaan
SPO
Baik
Kurang baik
Tidak baik
Total
dari 23 responden (56,1%), didapatkan
data bahwa perawat melaksanakan
timbang terima dengan baik adalah
sebanyak
10
responden
(43,5%),
Hasil frekuensi yang disajikan dalam
perawat yang melaksanakan timbang
tabel 2 menunjukkan bahwa persepsi
terima dengan kurang baik adalah
perawat
sebanyak
pelaksana
tentang
fungsi
3
responden
(13,0%),
pengawasan kepala ruangan adalah
perawat melaksanakan timbang terima
baik (56,1%).
dengan tidak baik adalah sebanyak 10
terima
Pelaksanaan
operasional
Pelaksanaan timbang
menunjukkan
standar
bahwa
responden (43,5%).
prosedur
Persepsi perawat tentang fungsi
(SPO) timbang terima
pengawasan kepala ruangan termasuk
adalah tidak baik (46,3%).
kategori tidak baik dari 18 responden
(43,9%),
didapatkan
data
bahwa
perawat melaksanakan timbang terima
dengan
baik
responden
adalah
(27,8%),
sebanyak
perawat
5
yang
melaksanakan timbang terima dengan
kurang
baik
responden
adalah
sebanyak
(22,2%),
dan
4
hasil
yang
berkualitas.
Dengan
perawat
pengawasan memungkinkan rencana
melaksanakan timbang terima dengan
yang telah dilaksanakan oleh sumber
tidak baik adalah sebanyak 9 responden
daya secara efektif dan efisien sesuai
(50,0%).
standar yang ditetapkan. Pengawasan
yang
sistematis
akan
berdampak
PEMBAHASAN
pelaksanaan asuhan keperawatan yang
1.
Persepsi perawat pelaksana tentang
sesuai standar sehingga pelayanan yang
fungsi pengawasan kepala ruangan
diberikan akan lebih efektif. Hal ini
Hasil
penyajian
data
sesuai
dengan
penelitian
yang
menunjukkan bahwa persepsi perawat
dilakukan oleh Parmin (2009) bahwa
pelaksana tentang fungsi pengawasan
terdapat hubungan yang signifikan
kepala ruangan adalah baik. Hasil
antara fungsi manajemen pengawasan
penelitian ini tidak sejalan dengan
kepala
penelitian Winani dimana persepsi
perawat pelaksana. Kepala ruangan
perawat
yang
pelaksana
tentang
fungsi
ruangan
terlalu
dengan
dominan
pengawasan kepala ruangan cenderung
menjalankan fungsinya
tidak baik (55,8%).
menyebabkan
Persepsi
perawat
pelaksana
terhadap fungsi pengawasan kepala
termotivasi
terdapat
pada
perawat
pelaksana
seorang
kepala
diri
dimana
ruangan
juga dapat
perawat
dan
dalam
cenderung
tidak
pasif
(Nursalam, 2011).
ruangan sangat dipengaruhi oleh nilai
yang
motivasi
Pengawasan yang dilakukan
seorang
oleh kepala ruangan adalah mengawasi
peran
dan berkomunikasi secara langsung
dalam
dengan
ketua
tim
atau
menjalankan fungsi pengawasan dapat
pelaksana
dinilai
dalam
keperawatan (Suarli & Bahtiar, 2009).
meningkatkan
Kepala ruangan dalam menjalankan
kepuasan staf (Nursalam, 2010 dalam
fungsinya sebagai pengawas harus
Winani, 2012). Marquis & Hounston
selalu kreatif, inovatif, cakap dan
(2000)
(2012)
berani mengambil keputusan terhadap
pengawasan
aktivitas di ruangan yang dipimpinnya
meningkatkan
(Hasibuan, 2006). Persepsi perawat
dari
memotivasi
kemampuan
dan
dalam
Winani
mengemukakan
bahwa
yang
akan
efektif
kepuasan kerja, motivasi, inovasi, dan
tentang fungsi
mengenai
perawat
asuhan
pengawasan kepala
ruangan di RS Reksa Waluya dinilai
yaitu stimulus yang merupakan faktor
baik mungkin dipengaruhi oleh kepala
dari luar individu atau faktor eksternal
ruangan
komunikatif
dan respon merupakan faktor yang
dengan seluruh perawat pelaksana di
berasal dari dalam diri individu atau
ruangan yang dipimpinnya. Faktor lain
disebut faktor internal. Faktor eksternal
yang mempengaruhi persepsi perawat
atau
dinilai baik karena kepala ruangan
lingkungan baik fisik maupun nonfisik
menjalankan fungsi pengawasan dapat
dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi,
memberikan
politik,
yang
selalu
motivasi
dan
stimulus
dan
merupakan
sebagainya.
faktor
Faktor
meningkatkan kepuasan stafnya serta
eksternal yang paling banyak berperan
memberikan
dalam perilaku manusia adalah faktor
stafnya
kesempatan
untuk
kepada
melaksanakan tugas
sebaik-baiknya.
2.
Pelaksanaan
dan
seseorang
standar
prosedur
operasional (SPO) timbang terima.
Hasil
sosial
penyajian
data
internal
budaya
tersebut
yang
di
lingkungan
berada.
Faktor
menentukan
respon
seseorang terhadap stimulus dari luar
adalah perhatian, pengamatan, persepsi,
menunjukkan bahwa pelaksanaan SPO
motivasi,
fantasi,
sugesti,
timbang terima adalah tidak baik. Hasil
sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
dan
penelitian ini sejalan dengan penelitian
Pelaksanaan timbang terima di
yang dilakukan Winani bahwa persepsi
ruang rawat inap RS Reksa Waluya
perawat pelaksana dalam pelaksanaan
termasuk dalam kategori tidak baik.
timbang terima kurang baik (58,7%).
Penilaian pelaksanaan timbang terima
Timbang
yang
ini berdasarkan pada penelitian yang
dilaksanakan tiap pergantian shift harus
telah dilakukan yaitu timbang terima
sesuai
memang
dengan
terima
standar
prosedur
telah
yang telah ditentukan.
pergantian
Standar
prosedur
operasional
pelaksanaannya hanya ketua tim saja
merupakan tata cara atau tahapan yang
yang melakukan kunjungan langsung
dibakukan dan haru dilalui untuk
ke kamar pasien. Perawat pelaksana
menyelesaikan
kerja
yang lain melakukan timbang terima
2005).
hanya dengan membaca buku operan
Perilaku yang terbentuk di dalam diri
yang telah dituliskan Kunjungan ke
seseorang terdiri dari dua faktor utama
kamar pasien lebih sering dilakukan
tertentu
(Perry
&
proses
Potter,
namun
tiap
operasional
suatu
shift
dilakukan
dalam
pada pergantian shift malam ke pagi
berperilaku
dan pagi ke sore. Timbang terima dari
pelaksanaan timbang terima dan 10
sore ke malam lebih banyak dilakukan
responden (43,5%) berperilaku tidak
di ruangan perawat.
baik
Green
Kreuter
dalam
baik
pelaksanaan
dalam
timbang
(2000)
terima. 18 responden (43,9%) perawat
mengemukakan bahwa pengetahuan
memiliki persepsi tidak baik tentang
merupakan
salah
satu
faktor
pengawasan
predisposisi
yang
mempengaruhi
diantaranya
perilaku
dan
kurang
seseorang
ruangan
responden
(12,2%)
individu.
berperilaku baik dalam pelaksanaan
Pelaksanaan timbang terima dinilai
timbang terima, 3 responden (7,3%)
tidak baik bisa karena faktor tingkat
berperilaku
pendidikan perawat yang sebagian
pelaksanaan timbang terima, dan 10
besar atau 27 responden (65,9%)
responden (24,4%)
memiliki
baik
tingkat
keperawatan.
atau
5
kepala
pendidikan
Faktor
lain
D3
yang
kurang
dalam
baik
dalam
berperilaku tidak
pelaksanaan
timbang
terima. Hal ini menunjukkan terjadi
mempengaruhi bisa disebabkan karena
ketidaksesuaian
kondisi ruangan, beban kerja perawat
perawat yang baik namun pelaksanaan
yang terlalu berat dan banyaknya
timbang terima yang cenderung tidak
masalah klien
baik. Kesimpulan yang dapat diambil
yang harus segera
ditangani.
3.
persepsi
adalah tidak ada hubungan antara
Hubungan
Persepsi
perawat
pelaksana
tentang
fungsi
pengawasan
kepala
ruangan
dengan
antara
pelaksanaan
operasional
prosedur
standar
(SPO)
timbang terima.
persepsi perawat pelaksana tentang
fungsi
kepala
pelaksanaan
ruangan
standar
dengan
prosedur
operasional timbang terima.
Penelitian ini sejalan dengan
penelitian
yang
dilakukan
Winani
Hasil penyajian tabulasi silang
(2012) bahwa persepsi perawat tentang
menunjukkan bahwa dari 23 responden
fungsi pengawasan kurang baik juga
yang memiliki persepsi baik tentang
mempunyai
pengawasan
ruangan
tentang pelaksanaan timbang terima
diantaranya 10 responden (43,5%)
jadi diambil kesimpulan bahwa tidak
berperilaku baik dalam pelaksanaan
ada hubungan antara persepsi perawat
timbang terima, 3 responden (13,0%)
pelaksana tentang fungsi pengawasan
kepala
persepsi
kurang
baik
dengan persepsi perawat pelaksana
standar yang telah ditetapka tidak dapat
tentang pelaksanaan timbang terima.
dicapai.
Green
(2000)
Handoko (2003) mengemukakan
mengemukakan bahwa faktor penguat
bahwa peran kepala ruangan dalam
yang mempengaruhi perilaku individu
melaksanakan
antara
keluarga,
harus dapat mendeteksi perubahan
pimpinan dan teman sejawat. Perilaku
yang dapat berpengaruh dalam asuhan
yang kurang baik dan tidak baik dalam
keperawatan,
sehingga
pelaksanaan
menghadapi
tantangan
dirubah
dan
lain
Kreuter
pengaruh
timbang
jika
terima
pengawasan
dapat
kepala
fungsi
memanfaatkan
pengawasan
mampu
atau
kesempatan.
Asuhan
ruangan dilakukan dengan baik pula.
keperawatan yang diberikan kepada
Pengawasan yang dilakukan kepala
pasien harus tetap berkualitas dan
ruangan harus melalui beberapa proses.
berkesinambungan. Pengawasan yang
Proses pengawasan menurut Handoko
rutin diharapkan dapat meningkatkan
(2003)
mutu asuhan keperawatan.
yaitu:
Pertama
Penetapan
standar
pelaksanaan.
Pelaksanaan
Persepsi perawat tentang fungsi
timbang
terima
berdasarkan
pengawasan kepala ruangan dinilai
standar
harus
yang telah
disetujui
oleh
baik mungkin dipengaruhi oleh kepala
penentu kebijakan. Standar yang dibuat
ruangan
harus terlebih dahulu disosialisasikan
dengan seluruh perawat pelaksana di
kepada seluruh perawat pelaksana.
ruangan
Kedua
pengukuran
wawancara yang dilakukan kepada tiap
pelaksanaan kegiatan secara tepat.,
kepala ruangan di ruang rawat inap di
dalam hali ini berapakali pengawasan
RS Reksa Waluya bahwa di ruang
dilakukan, kemudian dalam bentuk apa
rawat inap belum ada standar prosedur
pengukuran
dilakukan.
Ketiga
operasional timbang terima. Standar
pengukuran
pelaksanaan
kegiatan.
prosedur operasional timbang terima
Caranya yaitu dengan pengamatan,
harusnya dimiliki tiap ruangan rawat
laporan lisan dan tertulis serta ujian.
inap sehingga dapat menjadi acuan atau
Keempat membandingkan pelaksanaan
tolak
dengan standar yang telah ditetapkan.
pengawasan
Penyimpangan
timbang
penentuan
yang
terjadi
harus
dianalisa untuk menentukan mengapa
yang
yang
ukur
selalu
komunikatif
dipimpinnya.
Hasil
dalam
pelaksanaan
terhadap
pelaksanaan
terima
sehingga
pengawasannya bisa dilakukan dengan
baik dan maksimal. Pengawasan kepala
ruangan
yang
disesuaikan
dengan
standar prosedur operasional juga dapat
3. Meningkatkan penelitian lanjutan
tentang
pelaksanaan
supervisi
pelaksanaan timbang terima.
merubah perilaku pelaksanaan timbang
terima yang tidak baik atau kurang baik
DAFTAR PUSTAKA
menjadi baik.
Alvarado, K., et all. 2006. Transfer of
acountability : Transforming shift
handover to enhance patient
safety. Health Care Quarterly.
Special
Issue.
Longwoods
Publishing. Diakses tanggal 15
januari 2014
KESIMPULAN
1. Persepsi perawat pelaksana tentang
fungsi pengawasan kepala ruangan
diruang rawat inap RS Reksa
Waluya adalah baik
2. Pelaksanaan
standar
prosedur
timbang terima di ruang rawat inap
RS Reksa Waluya adalah tidak baik
Budiharjo, A. 2008. Pentingnya Safety
Culture di rumah sakit: Upaya
meminimalkan adverse events.
Jurnal Manajemen bisnis vol. 1
No. 1. Prasetiya Mulya Business
School. Di akses tanggal 15
februari 2014
3. Tidak ada hubungan antara persepsi
perawat pelaksana tentang fungsi
pengawasan kepala ruangan dengan
Green, L.W.,& Kreuter, M.W. 2000.
Health promotion planning an
educational and environmental
nd
pelaksanaan
standar
prosedur
operasional timbang terima.
Handoko, T.H. 2003. Manajemen.
Yogakarta: BPFE- Yogyakarta
SARAN
1. Mengadakan
sosialisasi
pelatihan
tentang
dan
pelaksanaan
timbang terima yang sesuai dengan
standar prosedur operasional yang
telah ditetapkan.
2. Melakukan
bertahap
approach. (2
ed.) Mountain
view:
Mayfield
Publishing
Company
supervisi
terkait
secara
pelaksanaan
timbang terima sesuai
dengan
standar prosedur operasional yg
telah ditetapkan.
Hasibuan, M.S.P. 2006. Manajemen :
dasar, pengertian dan masalah.
Jakarta: Bumi Aksara
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan
Masyarakat:
Ilmu
dan
Seni.Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam,
2011.
Manajemen
Keperawatan: Aplikasi dalam
Praktik Keperawatan Profesional.
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2013. Metodelogi penelitian
ilmu keperawatan: pendekatan
praktis. Edisi 3. Jakarta:Salemba
Medika
practice. American Journal of
Nursing. 15 januari2014
Parmin. 2009. Hubungan pelaksanaan
fungsi manajemen kepala ruang
dengan
motivasi
perawat
pelaksana di ruang rawat inap
RSUP Undata Palu. Depok:
Lontar Ui. Diakses tanggal 10 juni
2014
Suarli, S & Bahtiar, Y. 2009.
Manajemen Keperawatan dengan
Pendekatan
Praktis.
Jakarta:
Universitas Terbuka
Potter, P. A & Perry, A. G. 2005. Buku
ajar fundamental Keperawatan:
Konsep, proses dan praktik. Edisi
4. (Y. Asih et al, penerjemah).
Jakarta: EGC
Riesenberg, A, L., Leitzsch, J., &
Cunningham, M. 2010. Nursing
handoffs : A systemic review of the
literature : surprisingly little is
known about what constitutes best
Utarini, A. 2011.
Pengembangan
sistem regulasi mutu pelayanan
dan keselamatan pasien kunci
pelayanan kesehatan yang optimal
dan responsive. ugm.ac.id . diakses
tanggal 15 Februari 2014
Winani. 2012. Hubungan Persepsi
Perawat
Pelaksana
Tentang
Fungsi Pengawasan Kepala Ruang
dan Pelaksanaan Serah Terima
Pasien di RSUD Gunung Jati
Cirebon. Jakarta: Lontar UI.
diakses tanggal 14 februari 2014
Download