Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

advertisement
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
SEKRETARIAT JENDERAL
Gedung Manggala Wanabakti, Blok 1 Lantai 1 Jalan Gatot Subroto, Jakarta 10270
Telepon : 021-5705099, 5730118-9 Faximile 5710484
SIARAN PERS
NOMOR : S. 39/PHM-1/2016
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
MEMPERTAJAM FOKUS AMDAL
Jakarta, Biro Humas Kementerian LHK, 26 Januari 2016. Undang-undang No. 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mewajibkan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah membuat Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) dalam suatu pembangunan wilayah. KLHS memuat kajian antara lain: a.
Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan;
b. Perkiraan mengenai dampak dan resiko lingkungan hidup; c. Kinerja layanan/jasa
ekosistem; d. Efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam; e. Tingkat kerentanan dan
kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan f. Tingkat ketahanan dan potensi
keanekaragaman hayati. Hasil KLHS menjadi dasar bagi Pemerintah maupun
Pemerintah Daerah untuk melaksanakan suatu kebijakan, rencana maupun program.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Pencegahan Dampak Lingkungan Kebijakan
Wilayah dan Sektor, Ir. Laksmi Wijayanti, M.Cp dan Direktur Pencegahan Dampak
Lingkungan Usaha dan Kegiatan, Ir. Ary Sudijanto, M.SE pada acara media briefing
Kementerian LHK dengan tema Instrumen “Pengaman Lingkungan Hidup” dalam
Kebijakan Pembangunan di Jakarta, Selasa 26 Januari 2016.
Secara konsep, UU 32/2009 menstrukturkan upaya perencanaan dan pencegahan
dengan melaksanakan inventarisasi cadangan sumberdaya alam dan kondisi daya
dukung serta daya tampung lingkungan hidup untuk menyusun Rencana
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH). RPPLH kemudian dimuat
dalam RPJP/RPJM baik di tingkat Nasional maupun Kabupaten/Kota yang menjadi
acuan dalam perencanaan ruang, yang diperkaya dengan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS). KLHS dan rencana tata ruang inilah yang menjadi acuan
penyelenggaraan AMDAL dan kemudian menjadi dasar Izin Lingkungan bagi
kegiatan proyek.
Ir. Laksmi Wijayanti, M.Cp menyatakan, prinsip “pengamanan berlapis” diterapkan
dari segi pengurangan potensi resiko dan dampak lingkungan negatif. Pada tahap
perencanaan kebijakan/ruang makro dilakukan penyaringan potensi dampak dan
resiko di tataran strategis. Sebagai contoh skenario perkotaan berkelanjutan
diarahkan untuk berbasis transportasi massal daripada transportasi berbasis
kendaraan pribadi. Skenario transportasi massal yang lebih ramah lingkungan
diarahkan untuk berbasis kereta api daripada berbasis angkutan darat jalan raya.
Pada tahap perencanaan yang lebih rinci dilakukan pengelolaan potensi dampak dan
resiko di tataran pengelolaan/manajemen pembangunan. Selanjutnya pada tahap
perencanaan kegiatan dan proyek dilakukan penyaringan potensi dampak di tataran
konstruksi, pengoperasian dan pasca operasi.
Lebih lanjut Ir. Ary Sudijanto, M.SE menambahkan, tidak ada rangkaian hubungan
antara dokumen dan instrumen perencanaan, KLHS dan AMDAL yang bersifat
“menggantikan” satu sama lain. Peran KLHS menjamin langkah-langkah mitigasi
dampak dan resiko lingkungan di tingkatan strategis dilaksanakan oleh Pemerintah.
Penanggung jawab berita:
Kepala Biro Humas KLHK, Novrizal, HP: 0818432387
Informasi lebih mendalam dapat menghubungi:
Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, San Afri Awang, 021-5730290
Berita dan foto selengkapnya dapat dilihat melalui website: ppid.dephut.go.id
Download