BAKTERI TINGGAL DI LAMBUNG ?? by : Elisabeth Eskaria Chandra Kusuma (058114107) Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - 4 Maret 2008 - Kita mungkin sering salah kaprah dalam menanggapi penyakit yang dalam bahasa awamnya ”sakit mag”, karena bisa jadi sakit tersebut bukan sekedar sakit mag biasa tapi karena infeksi bakteri. Saya sering merasakan gejala seperti mual, perih, sehingga antasida dan obat-obat penekan asam lambung menjadi teman karib saya. Ketergantunganku pada ”drugs” tersebut dimulai pada suatu hari di bulan Juli 2006. Perut mendadak sakit, perih seperti tercabik-cabik, menarik napas dada terasa nyeri. Selama lebih dari setengah tahun, aku rajin mendatangi rumah sakit untuk meminta resep, karena tanpa obat gejala-gejala itu pasti kambuh. Bosan dengan ketidakpastian, aku menjalani endoskopi, dan dari situ aku baru tahu bahwa ternyata aku mengidap gastritis kronis. Apa itu Gastritis kronis? Itu adalah inflamasi(peradangan) pada lambung yang terjadi dalam waktu lama. Belum lama ada fakta mengejutkan bahwa gastritis dan sakit mag pada umumnya tidak hanya disebabkan oleh faktor stress, konsumsi makanan merangsang lambung, atau pemakaian analgesik anti inflamasi non steroid(AINS) seperti aspirin dan sejenisnya. Terdapat bakteri, yaitu Helicobacter pylori, yang memiliki kemampuan unik sehingga dapat tinggal di lambung dan menyebabkan pejamu terkena gastritis kronis. Oleh karena menyebabkan penyakit kronis, bakteri berbentuk spiral ini bahkan digolongkan sebagai bahan KARSINOGEN kelas I oleh WHO Sebenarnya penelitian terhadap Helicobacter pylori dimulai sejak tahun 1975 di mana suatu bakteri berhasil diisolasi dari berbagai macam tumor peptik. Namun karena penemuan ini dianggap menyeleweng dari argumen yang telah banyak beredar(bahwa stress dan aspirin serta makanan sebagai faktor utama penyebab sakit ”maag” dan sejenisnya) maka temuan ini awalnya diabaikan. Kemudian berkat kegigihan duo ilmuwan yaitu Barry Marshall yang belum lama ini datang ke Indonesia, dan rekannya Robbin Warren, temuan ini akhirnya diakui dan mendapat Nobel tahun 2005 bidang Obat-obatan dan Fisiologi(Medicines and Physiology).. Tahun 1982 mereka berhasil mengisolasi bakteri dari berbagai biopsi mukosa penderita gastritis dan ulkus duodenum. Mulanya bakteri ini disebut Campylobacter pyloridis karena kemiripannya dengan bakteri dari genus Campylobacter. Namun dari penelitian lebih lanjut terhadap rRNA didapatkan nama baru yaitu Helicobacter pylori. Helicobacter pylori, tergolong dalam filum protobakteria; subfilum delta; kelas Epsilonproteobakteria; ordo Campylobacterales; Famili Helicobacterales; Genus Helicobacter. BAGAIMANA MUNGKIN ADA BAKTERI YANG BISA TUMBUH DALAM ASAM LAMBUNG? (gambar diakses dari www.britannica.com ) Untuk mengetahui bagaimana H.pylori dapat masuk dan bertahan dalam lambung yang notabene memiliki pH sangat rendah, kita bisa meninjaunya dari morfologi dan sifat-sifat pertumbuhannya. H.pylori adalah basil spiral gram negatif, bersifat mikroaerofilik, permukaan halus, ukurannya sekitar 5x3 micrometer, dengan banyak ciri khas seperti Camphylobacter. H.pylori memiliki banyak flagel, 4-6 flagel polar pada satu ujung untuk membantu motilitas. Sifat pertumbuhan: Bersifat oksidasi positif dan katalase positif, memiliki sifat morfologi yang khas, dapat bergerak dan penghasil urease yang kuat(Jawetz, ). Enzim urease inilah yang dikeluarkan H.pylori untuk dapat bertahan dalam pH lambung. urease Urea+H2O NH3 + CO2 Lambung memiliki elemen preepetelial sebagai sistem pertahanan awal, berupa lapisan mucus bicarbornat dan berfungsi sebagai penghalang fisikokimiawi terhadap berbagai bahan kimia termasuk ion hidrogen, menghalangi difusi ion, dan molekul. Bikarbonat membentuk gradasi pH di lapisan mukosa, yaitu 1-2 pada permukaan terluar, dan 6-7 pada lapisan dasar yang bersinggunggan dengan lapisan epitel. H. pylori dengan bantuan flagelnya mampu melakukan penetrasi ke dalam lapisan mukosa pencernaan pejamu dan menempel pada permukaan sel epitelial mukosa lambung1). Oleh H.pylori tumbuh secara optimal pada pH 67, maka dengan bantuan enzim urease, H.pylori menetralkan asam lambung sehingga pH naik2). H. pylori melakukan ploriferasi, migrasi, dan pada akhirnya membentuk focus infeksi3). Ulkus lambung terbentuk akibat adanya perusakan mukosa . Inflamasi, dan kematian sel4). (Lihat gambar) (diakses dari www.h.pylori.info.com) SANITASI – PENULARAN - KUCING? H. pylori ditularkan dari manusia ke manusia Namun prosesnya belum diketahui secara pasti. Sanintasi yang buruk menjadi faktor utama penyebaran H.pylori. Kontak dengan muntahan atau pup, maupun transmisi melalui saluran pencernaan(selang endoskopi dsb) dapat meningkatkan resiko terinfeksi bakteri ini. Konsumsi langsung makanan atau air syang terkontaminasi oleh H.pylori juga pasti akan meningkatkan secara signifikan resiko terinfeksi.. Bahkan kucing diduga menjadi tersangka penyebaran H.pylori ini. Di negara barat, prevalensi orang yang terinfeksi H.pylori kebanyakan orang tua (usia>50 th) tapi di Indonesia dan negara berkembang lainnya, justru sebaliknya. Pada orang yang mengkonsumsi pedas,asam atau aspirin dan non steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) lainnya, ada kecenderungan untuk terinfeksi karena makanan pedas atau asam dan NSAIDs dapat mengiritasi lapisan mukosa sehingga memudahkan bakteri H.pylori untuk menginfeksi. PENYAKIT OLEH INFEKSI H.PYLORI , BERUJUNG KANKER??? Kebanyakan orang terinfeksi H.pylori tidak menunjukkan gejala klinis(asimptomatik) namun pada beberapa kasus, ada yang menunjukkan simptom yang dialami antara lain mual, muntah, perih, nyeri di ulu hati, flatulen(kembung). Hematemesis(muntah darah) dan melena(feses mengandung darah) bisa terjadi bila telah terjadi pendarahan. Karena menempati lambung, maka H.pylori dapat menyebabkan penyakit pencernaan seperti gastritis kronis, ulkus peptikum dan ulkus duodenum. Pada kondisi H pylori mencapai 1.010 sel dalam lambung bisa mengakibatkan hipochlorhidria, yaitu berkurangnya asam lambung yang akan mengundang Escherichia coli dari usus untuk berkoloni di lambung dan berpeluang bagi terjadinya diare.Bahkan bakteri ini ditetapkan sebagai karsinogen kelas I oleh WHO. Hal tersebut memunculkan banyak pendapat mengenai bagaimana mekanisme H. Pylori menyebabkan kanker. Opini pertama ialah H.plyori sebagai agen karsinogen yang mampu memicu langsung terjadinya kanker. Mekanisme kedua, yang lebih diyakini kini ialah oleh karena lamanya inflamasi akibat infeksi H.pylori dan didukung faktor lingkungan serta makanan memicu terbentuknya atropi mukosal dan pada akhirnya menyebabkan metaplasia intestinal. Perubahan inilah yang menjadi prekursor terjadinya kanker lambung. DIAGNOSIS Untuk mengetahui ada tidaknya infeksi H.pylori dapat digunakan uji antara lain, test antibodi darah, bila mengandung antibodi yang melawan H.pylori berarti telah terinfeksi. Test nafas urea, pasien dimasuki urea dengan atom C radioaktif. Bakteri H.pylori akan mengubah urea menjadi CO2. Udara pernapasan yang mengandung CO2 radioaktif menandakan adanya H.pyori dalam tubuh Biopsi saluran pencernan, dengan endoskopi. PENGOBATAN, tak sekedar ANTASID .... Adanya fakta bahwa Helicobacter pylori dapat hidup dalam lambung, maka pemilihan pengobatan kini harus benar-benar dipertimbangkan, karena bisa jadi kita malah membantu pertumbuhan bakteri atau malah meningkatkan resistensinya. Penggunaan antasida dan penekan jumlah asam lambung hanya meredakan gejala tapi tidak memberantas akarnya. Antibiotik yang secara luas digunakan dalam treatment infeksi H.pylori adalah metronidazol, klaritomisin, amoxicillin, dan tetrasiklin. Penggunaan Amoksisilin ialah yang periodenya paling lama. Eradikasi kuman Helicobacter pylori dapat berupa terapi tripel dan terapi kuadrupel selama 1- 2 minggu : Terapi tripel : 1. PPI(obat penghambat pompa proton seperti Omeprazol + amoksisilin + klaritromisin 2. PPI + metronidazol + klaritromisin 3. PPI + metronidazol + tetrasiklin Terapi kuadrupel, bila tripel gagal : 1. Bismuth + PPI + amoksisilin + klaritromisin 2. Bismuth + PPI + metronidazol + klaritromisin 3. Bismuth + PPI + tetrasiklin + metronidazole (untuk daerah resistensi tinggi klaritromisin). Namun kini tingkat resistensi metronidazol telah meningkat, maka kadang diganti dengan amoxicilin dalam terapi kombinasinya. Di samping pengobatan di atas, Journal of Antimicrobial Chemotherapy tahun 2001 melaporkan peranan bakteri probiotik Lactobacillus gasseri (LG21) terhadap infeksi H plyori pada manusia yang secara nyata menekan infeksi. Hal ini tentu saja membuka peluang untuk diadakannya penelitian lebih lanjut mengenai probiotik ini dan probiotik lain untuk mencari pengobatan yang lebih alami. REFERENSI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Anonim, 2008, http://s99.middlebury.edu , diakses tanggal 18 Februari 2008 Anonim, 2008, www.h.pylori.info.com diakses tanggal 1 April 2008 Anonim, 2008, www.helico.com, diakses tanggal 18 Februari 2008 Anonim, 2008, www.kompas.com, diakses tanggal 1 April 2008 Dore,et.al., 2008, http://.jacoxfordjournal.org.cgi diakses tanggal 10 April 2008 Anonim, 2008, www..ncbi.nih.gov , diakses tanggal 18 Februari 2008 Simadibrata, 2008, www.fkuii.ac.id, diakses tanggal 22 Februari 2008 Anonim,2008http://www.webmd.com/a-to-z-guides/using-antibiotics-wisely-topicoverview diakses tanggal 30 Januari 2008 Jawetz, ........,Mikrobiologi Kedokteran, EGC,...............