HASIL PENELITIAN Deteksi Helicobacter pylori pada Anak Menggunakan Teknik PCR dan Kultur Feses Wayan Sulaksmana*, Sukardi*, Abdul Razak*, Zainul Mutaqqin** *Sub Divisi Gastro-Hepatologi SMF Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram/RSUP Nusa Tenggara Barat **Unit Riset Biomedik RSUP Nusa Tenggara Barat, Undonesia ABSTRAK Latar belakang: Manifestasi klinis infeksi H. pylori pada anak tidak spesifik. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan endoskopik. Pada anak pemeriksaan endoskopi memerlukan ketrampilan khusus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan H. pylori berdasarkan kultur dan pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) primer glmM (UreC) pada feses anak yang dirawat di RSUP MataramNTB dengan diagnosis awal diare. Hasil: Dari November 2011-April 2012 diperoleh 35 spesimen feses anak diare yang memenuhi syarat. H.pylori positif pada 9 pasien (25,71%), 3 (16,6%) berusia 0-1 tahun. Kultur feses positif pada 3 (8.57%) kasus. Simpulan: H. pylori dapat dideteksi dengan metode kultur bakteriologi dan PCR. Diperlukan penelitian lanjutan dengan sampel lebih besar pada populasi anak normal atau dengan gejala gastrointestinal. Kata kunci: Helicobacter pylori, kultur feses, PCR ABSTRACT Background: Clinical manifestations of Helicobacter pylori (H. pylori) infection in children are not specific, and diagnosis through endoscopic examination in children needs special skills. This study aims to determine H. pylori by culture and PCR primers glmM (UreC) in the feces of children diagnosed as diarrhea treated at the Department of Pediatrics, Mataram University, West Nusa Tenggara. Result: From November 2011April 2012, 35 specimens have been obtained, Nine was positive for H. pylori (25.71%) 3 were from patients aged 0-1 years (16.6%). H. pylori was positive in 3 (8.57%) stool culture and PCR was positive in 9 (25.71%) patients. Conclusion: H. pylori infection can be detected by bacteriological culture and PCR. Detection of Helicobacter pylori in Children Using PCR Technique and Stool Cultures. Wayan Sulaksmana, Sukardi, Abdul Razak, Zainul Mutaqqin. Key words: Helicobacter pylori, feces culture, PCR LATAR BELAKANG Helicobacter pylori adalah kuman gram positif berbentuk spiral atau batang bengkok yang hidup di mukosa lambung manusia. Kuman ini diketahui sebagai penyebab utama penyakit gastroduodenal seperti gastritis kronis, ulkus lambung, ulkus duodenum, dan karsinoma lambung di kemudian hari. 2 Infeksi Helicobacter pylori merupakan infeksi yang umum terjadi di seluruh dunia. Prevalensi H. pylori di negara berkembang dilaporkan lebih tinggi dibandingkan di negara maju dan sudah dimulai pada anak-anak dan bahkan pada bayi usia 6 bulan. Diperkirakan 80% anak di bawah usia 10 tahun di negara berkembang terinfeksi H. pylori.1 Penelitian hubungan manifestasi klinis dan infeksi H. pylori pada anak belum sebanyak yang dilakukan pada orang dewasa. Beberapa Alamat korespondensi data menunjukkan bahwa infeksi H. pylori pada anak sebagian besar asimtomatis atau menunjukkan gejala gastrointestinal tidak spesifik; beberapa peneliti menghubungkan infeksi H. pylori dengan gejala klinis sakit berulang. Gejala klinis yang dianggap sebagai alarm infeksi H. pylori pada anak adalah malabsorpsi dengan penurunan berat badan, gangguan pertumbuhan, anemia defisiensi besi, diare berulang, dan malnutrisi.3 Sebagaimana penyakit infeksi bakteri pada umumnya, diagnosis keberadaan kuman H. pylori penting untuk pengobatan. Beberapa jenis pemeriksaan telah dikembangkan untuk maksud tersebut, antara lain kultur biopsi lambung, rapid urease test, tes immunoserologi (deteksi antibodi dan antigen).4 Akhir-akhir ini sejalan dengan perkembangan biologi molekuler, terdapat pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) yang bisa dilakukan baik pada spesimen biopsi lambung, saliva, dental plaque, maupun feces.5,9,14 Keberadaan H. pylori pada lambung anak telah lama diketahui dan dikaitkan dengan timbulnya gastritis antrum maupun ulkus duodenum.6,10-1 Namun, karena tindakan endoskopi pada anak sangat jarang dan tidak mudah dilakukan, diperlukan cara diagnosis lain yang bersifat non-invasif. Keberadaan H. pylori pada feces telah lama dilaporkan namun sampai sekarang masih merupakan kontroversi berkaitan dengan viabilitasnya. Sementara itu deteksi serologi pada pasien anak di RSUP NTB diperoleh hasil 20-49% positif antibodi terhadap H. pylori.7,8,12 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui email: [email protected] CDK-212/ vol. 41 no. 1, th. 2014 37 HASIL PENELITIAN keberadaan H. pylori berdasarkan kultur dan PCR feces pada pasien anak dengan diagnosis awal diare. Penelitian ini belum pernah dilakukan di Indonesia, oleh karena itu sangat penting dilakukan guna menentukan teknik diagnostik yang tepat terhadap infeksi H. pylori pada anak. BAHAN DAN CARA Pengumpulan spesimen feses Spesimen berupa feses diperoleh dari pasien anak dengan diagnosis diare yang dirawat di ruang Dahlia RSU Provinsi Nusa Tenggara Barat. Spesimen diambil dengan menggunakan kontainer plastik yang dilengkapi dengan stik pengambil feses dengan volume minimal 5 ml. Kultur Bakteriologik Karena feses mengandung empedu yang dapat mematikan H. pylori, maka perlakuan awal sebelum penanaman menjadi sangat penting. Pada penelitian ini digunakan teknik sentrifugal untuk memisahkan H. pylori dari komponen feses.8 DNA akhirnya tertampung dalam recovery tube dan siap digunakan sebagai template pada proses PCR. Amplifikasi DNA Untuk mendeteksi DNA dan gen glmM (dulu disebut UreC) dengan cagA digunakan sepasang primer dengan urutan basa sebagai berikut 9: glmM1 5’AAGCTTTTAGGGGTGTTAGGGGTTT-3’ glmM2 5’-AAGCTTACTTTCTAACACTAACGC-3’ menggunakan (Biorad, USA). GelDoc Imaging System HASIL Selama periode bulan November 2011 hingga akhir April 2012 diperoleh 35 spesimen feses yang memenuhi syarat penelitian ini. Prevalensi H.pylori berdasarkan distribusi umur ditampilkan pada tabel 1, sedangkan persentase H.pylori pada feses berdasarkan kultur dan PCR dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 1 Prevalensi H. pylori berdasarkan ditribusi umur Urutan primer tersebut diambil dari Lu et al (1999) dengan ukuran panjang produk amplifikasi sekitar 294bp. PCR dilakukan dengan menggunakan kit reagen FastStartPCR Master (Roche 04710436001) dalam volume reaksi 50uL yang terdiri atas buffer PCR,MgCl2 25mM, dNTP mix, primer 2,5 pmol, TaqPol 0,25U dan 5 uL DNA template. Proses amplifikasi dilakukan dalam mesin iCycler (Biorad,USA) dengan kondisi denaturasi 94oC selama 3 menit masing-masing sebanyak 35 siklus. Produk PCR kemudian dianalisa Kelompok Umur Hp+ Hp- 0-12 3 (16,66%) 15 (83,33%) 18 Total 13-24 4 (33,33%) 8 (66,66%) >24 2 (40%) 3 (60%) 5 Total 9 12 35 12 Tabel 2 Persentase H. pylori pada feses berdasarkan kultur dan PCR Metode Jumlah Persentase Kultur (+) 3/35 8,57% PCR (+) 9/35 25, 71% Kultur H. pylori menggunakan media Trypticase Soy Agar yang ditambahi darah 10%, suplemen Dent dan Skirrow 2 mL/500mL media dan suplemen isovitalex atau vitox 10ml/500ml. Inkubasi dilakukan dalam inkubator CO2 yang memberikan suasana mikroaerofilik dengan konsentrasi O2 5%, CO2 10%, dan N2 85% selama 2 x 24 jam suhu 37oC. Koloni yang diduga H. pylori selanjutnya diperiksa secara mikroskopik dengan pengecatan Gram, uji biokimiawi dan dikonfirmasi menggunakan pemeriksaan PCR untuk gen spesifik H. pylori.13 Ekstraksi DNA DNA diekstrak dari feses menggunakan reagen High Pure PCR Template Preparation Kit (Roche, #11796828001). Mula-mula bahan feses diambil menggunakan lidi kapas atau cotton bud dan dilarutkan dalam 200uL buffer lisis dan 25 uL proteinase K. Kemudian divortex dan diinkubasi pada 56oC selama 15 menit. Setelah ditambahi 250uL alkohol dan diinkubasi selama 5 menit pada suhu kamar, larutan dipindah ke spin column, diputar 6800g selama 1 menit. Collection tube pada spin column diganti baru sambil ditambahkan wash buffer dan diputar 6800g selama 1 menit. Setelah collection tube diganti dengan recovery tube, dimasukkan 50uL akuades dan selanjutnya diputar 12000g selama 1 menit. 38 Gambar 1 Morfologi H. pylori yang diisolasi dari feces diamati menggunakan pewarnaan Gram (1000x) Gambar 2 Pita DNA hasil amplifikasi gen glmM H. pylori pada spesimen feses CDK-212/ vol. 41 no. 1, th. 2014 HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN Gejala klinis infeksi H. pylori pada populasi anak masih belum diketahui pasti, termasuk hubungan antara nyeri perut berulang dengan adanya infeksi H. pylori. Sebuah studi menunjukkan bahwa 85% anak-anak terinfeksi H. pylori mempunyai kelainan gambaran histologik, walau tidak tampak ulkus atau nodul15. Studi epidemiologik menunjukkan di negara berkembang kebanyakan anakanak sejak awal telah menderita infeksi akut H. pylori. Pada penelitian ini ditemukan infeksi H. pylori positif pada 9(25,71%) anak, 3(16,,6%) pada anak usia 0 – 1 tahun. Kultur H. pylori pada feses anak dan pasien diare dewasa di Gambia, Afrika,13 menunjukkan bahwa fisiologi saluran cerna pada masa awal pertumbuhan sangat mendukung proses penularan fekal-oral. Ukuran saluran cerna yang relatif pendek dan adanya infeksi akut yang menyebabkan hypochlorhydria, memungkinkan terbawanya H. pylori melewati usus besar yang selanjutnya diekskresikan bersama feses. Pada penelitian ini, dari 35 spesimen feses yang diperiksa, sebanyak 3 spesimen atau 8,57% kultur H. pylori positif dan 9 spesimen (25,71%) PCR H. pylori positif. Hal ini menunjukkan bahwa pemeriksaan laboratorium infeksi H. pylori dapat dari specimen feses, meski kaitannya dengan patogenesis diare belum diketahui. Hasil tersebut juga sesuai dengan teori mengenai rute penularan H. pylori secara fekal-anal. SIMPULAN Infeksi Helicobacter pylori merupakan salah satu penyakit infeksi yang banyak dilaporkan di dunia, bahkan sudah dimulai pada usia muda. Keberadaan H. pylori pada feses dapat dideteksi dengan metode kultur bakteriologi dan PCR. DAFTAR PUSTAKA 1. Subagyo B. Diagnosis Dan Tatalaksana Helicobacter pylori pada Anak. Dalam: Naskah Lengkap KONAS III Badan Kordinasi Gatroenterologi Anak Indonesia(BKGAI): 6-8 Desember, 2007: Surabaya; 2007.h.7-14. 2. Megraud F. Epidemiology of Helicobacter pylori infection. In: Rathbone BJ, Heatley RV, eds. Helicobacter pylori and gastrointestinal disease. Oxford: Blackwell Scientific; 1992. pp. 107–23. 3. Hegar B. Infeksi Helicobacter pylori pada anak, J. Sari pediatric 2000;2(2):82-8. 4. Lage AP, E Godfroid, A Fauconnier, et al,. Diagnosis of Helicobacter pylori infection by PCR: comparison with other invasive techniques and detection of cagA gene in gastric biopsy specimens. J Clin Microbiol. 1995 ; 33: 2752-6. 5. Dore MP, Osato MS, Malaty HM, Graham DY. Characterization of a culture method to recover Helicobacter pylori from the feces of infected patients. Helicobacter. 2000 Sep;5(3):165-8. 6. Hill R, Pearman J, Worthy P, Caruso V, Goodwin S, Blincow E. Campylobacter pyloridis and gastritis in children. Lancet. 1986;1:387. [PubMed] 7. Sumarsidi D, Gunawan S, Sumoharjo S, Muttaqin Z. et al Helicobacter pylori infection among kindergarten children in Mataram J. Gastroenterol. Hepatol., 2000;15(12): H1-H2(1). 8. Thomas J. Culture Helicobacter pylori from faeces, In Lee A, Megraud F. eds.: Helicobacter pylori: techniques for clinical diagnosis and basic research, Tokyo: WB. Saunders, 1996 pp. 20611. 9. Lu JJ, Perng CL, Shyu RY et al Comparison of five methods for detection of Helicobacter pylori DNA in gastric tissue. J. Clin. Microbiol. 1999: 772-4. 10. Cadranel S, Goossens H, De Boeck M, Malengreau A, Rodesch P, Butzler JP. Campylobacter pyloridis in children. Lancet. 1986;1:735–6. [PubMed] 11. Drumm B, Sherman P, Cutz E, Karmail M. Association of Campylobacter pylori on the gastric mucosa with antral gastritis in children. N Engl J Med. 1987;316:1557–61. [PubMed] 12. Weaver LT, Shepherd AJ, Doherty CP. Helicobacter pylori in the faeces? An Internat. J.Med. 92 (7): 361-364. 13. Thomas JE, Gibson G, Darboe M, Dale A, Weaver LT. Isolation of Helicobacter pylori from human faeces. Lancet 1992; 340:1094–5. 14. Kabir, S. Detection of Helicobacter pylori in feces by Culture, PCR and Enzyme Immunoassay. J. Clin. Microbiol. 2001;50:1021-9. 15. Hegar B, Muzalkadin Helicobacter pylori infectionin Children with Recurrent Abdominal Pain. Indon. J. Gastroenterol., Hepatol. and Digestive Endoscopy 2001;2(2):1-4. CDK-212/ vol. 41 no. 1, th. 2014 39