MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Komunikasi Verbal Fakultas Program Studi Fikom Marcomm Tatap Muka 09 Kode MK Disusun Oleh 85001 Reddy Anggara Pokok Bahasan Kompetensi Pokok bahasan pengantar ilmu komunikasi membahas mengenai pengertian Komunikasi verbal, fungsi bahasa dan keterbatasan bahasa. Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mampu menjelaskan pengertian Komunikasi verbal, fungsi bahasa dan keterbatasan bahasa Komunikasi Verbal Manusia berbicara sebagai usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Kata-kata adalah abstraksi realitas individual yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas obyek atau konsep yang diwakili oleh kata-kata itu. Bahasa adalah sistem kode verbal. Bahasa merupakan seperangkat simbol dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Bahasa adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud kita. Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang, obyek dan peristiwa. Fungsi bahasa bagi kehidupan manusia Bahasa adalah seperangkat kata yang disusun secara berstruktur sehingga menjadi suatu kalimat yang mengandung makna. Fungsi bahasa yang mendasar bagi manusia adalah untuk menamai atau menjuluki obyek, orang, dan peristiwa. Setiap orang mempunyai nama untuk identifikasi sosial. Orang juga dapat menamai apa saja, atau menamai objek-objek yang berlainan, termasuk menamai perasaan tertentu yang mereka alami. Penamaan adalah dimensi pertama bahasa dan merupakan basis bahasa, dan pada awalnya hal itu dilakukan manusia sesuka mereka, yang kemudian menjadi konvensi. Menurut Larry L. Barker, bahasa memiliki 3 fungsi, yaitu : 1. penamaan (naming/labeling). 2. interaksi 3. transmisi informasi 2015 2 Nama Mata Kuliah dari Modul Reddy Anggara Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Fungsi penamaan Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. 2. Fungsi interaksi Fungsi interaksi menekankan pada berbagai gagasan dan emosi yang dapat menghubungkan antara orang dengan orang lainnya, atau antara kelompok orang dengan kelompok orang lainnya. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Anda juga menerima informasi setiap hari mulai bangun di pagi hari sampai tidur di malam hari. 3. Fungsi transmisi informasi Melalui bahasa, informasi dapt disampaikan kepada orang lain. Melalui bahasa, kita menerima informasi setiap hari dari orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung (misalnya melalui media massa). Cassandra L. Book mengemukakan 3 fungsi bahasa sebgai berikut : 1. Untuk mengenal dunia di sekitar kita 2. Berhubungan dengan orang lain 3. Untuk menciptakan koherensi dalam hidup kita Ad. 1) Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat dan perhatian kita. Kita juga mempelajari bahasa untuk menarik dukungan atau persetujuan dari orang lain atas pendapat dan pemikiran kita. Ad. 2) Bahasa memungkinkan kita bergaul dan berbagi pengalaman dengan orang-orang di sekitar kita, dan mempengaruhi mereka untuk kepentingan kita. Melalui bahasa yang kita pelajari pun kita dapat memahami pemikiran dan persepsi orang lain, sehingga tercipta pemaknaan yang sama terhadap suatu konsepp atau istilah. 2015 3 Nama Mata Kuliah dari Modul Reddy Anggara Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Ad.3) Fungsi menciptakan keherensi dari bahasa ini memungkinkan kita untuk hidup lebih teratur, saling memahami mengenai kepercayaan-kepercayaan kita, dan saling memahami mengenai harapan-harapan kita. Kita tidak mungkin menjelaskan hal-hal tersebut di atas secara acak dan sembarangan, akan tetapi harus melalui susunan kata dan kalimat yang teratur dan menurut kaidah-kaidah yang berlaku umum. Prof. Hafied Cangara mengemukakan 3 fungsi bahasa sebagai berikut : 1) Untuk mempelajari tentang dunia di sekitar kita 2) Untuk membina hubungan yang baik dengan sesama manusia 3) Untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia. Untuk mempelajari dunia di sekeliling kita , bahasa menjadi alat yang sangat penting guna memahami lingkungan. Melalui bahasa kita dapat mengetahui sikap, pandangan, dan perilaku suatu bangsa, meskipun kita belum pernah berkunjung ke negara tersebut. Bahasa mengembangkan pengetahuan, agar kita dapat menerima sesuatu dari luar, dan juga berusaha menggambarkan ide-ide kita kepada orang lain. Sebagai alat pengikat dan perekat dalam hidup bermasyarakat, bahasa dapat membantu kita menyusun struktur pengetahuan menjadi logis dan mudah diterima orang lain. Bagaimanapun cemerlangnya suatu ide, kalau tidk disusun dalam suatu kata atau kalimat yang teratur, sistematis, dan logis, maka ide tersebut akan menajdi kacau. Bahasa bukan saja membagi pengalaman, tetapi juga membentuk pengalaman itu sendiri. Teori Belajar Bahasa Ada 3 teori tentang bagaimana cara orang belajar bahasa sebagai berikut : 1) Operant Conditioning Teori ini dikembangkan oleh seorang ahli psikologi behavioralist, yaitu 2015 4 Nama Mata Kuliah dari Modul Reddy Anggara Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id B.F. Skinner (1957). Teori menekankan unsur rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon) atau dikenal dengan teori S – R. Teori ini menyatakan, bahwa jika suatu organisme dirangsang oleh stimuli ari luar, maka orang cenderung akan bereaksi. Dalam konteks belajar bahasa, anak-anak mengetahui bahasa karena ia diajar oleh orang tuanya atau meniru apa yang diucapkan oleh orang lain. 2) Teori Kognitif Teori ini dikembangkan oleh ahli psikologi kognitif Noam Chomsky. Teori ini menekankan kompetensi bahasa pad manusia lebih dari apa yang dia tampilkan. Bahasa memiliki korelasi dengan pikiran. Karena itu Chomsky mengatakan bahwa kemampuan berasa yang ada pada manusia adalah pembawaaan biologis yang dibawa dari lahir. Pendapat ini didukung oleh Eric Lenneberg (1964), bahwa seorang anak manusia bagaimanapun ia diisolasi, ia tetap memiliki potensi untuk bisa berbahasa. 3) Mediating Theory Teori ini dikembangkan oleh Charles Osgood, seorang ahli psikologi behavioralsitik. Toeir ini menekankan bahwa manusia dalam mengembangkan kemampuannya berbahasa, tidak saja bereaksi terhadap stimuli yang diterima dari luar, tetapi dipengaruhi oleh proses internal yang terjadi dalam dirinya. Osgood memberi contoh pada bayi yang lapar akan menangis dan menyentak-nyentakkan tangan dan kakikanya sebagai isyarat yang ditujukan kepada ibunya. Dorongan internal ini mendukung reaksi anak untuk membentuk dan mengidentifikasi arti terhadap sesuatu yang ada di luar dirinya. Keunikan manusia dalam berkomunikasi tidak dapat disamakan dengan mahluk ciptaan Tuhan lainnya, misalnya simpanse. Louise Kellog dalam suatu uji laboratorium berusaha membandingkan kemampuan berbahasa antara seorang anak manusia (kebetulan anak Kellog sendiri) dengan seekor simpanse. Dari hasil uji coba ersebut ternyata simpanse tidak mampu mengembangkan bahasa lebih dari tiga kata, sedangkan anaknya menguasai lebih banyak kata dan mempu 2015 5 Nama Mata Kuliah dari Modul Reddy Anggara Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menghubungakan antara satu kata dengan kata lainnya sehingga menjadi suatu kalimat yang mengandung makna. Uji coba yang sama juga pernah dilakukan oleh dua orang ahli psikologi, David Bemack dan Herb Terrace, yang membandingkan tingkat intelegensia anatara manusia dan simpanse. Kedua peneliti tersebut memasukkan seekor simpanse dan seorang anak ke dalam laboratorium computer. Ternyata hasilnya menunjukkan simpanse hanya mampu mengidentifikasi bunyi secara terbatas dan mencoba menekan tombol computer tanpa menghasilkan sebuahkata yang mengandung arti, apalagi menyusun sebuah kata yang mengandung arti. Itulah sebabnya, apa yang dikatakan oleh Noam Chomsky, bahwa bahasa adalah pemberian Tuhan kepada manusia yang tidaka bisa dipelajari oleh binatang, ada benarnya. Dari ketiga teori tentang belajar bahasa tersebut di atas, dapatlah disimpulkan bahwa manusia dlam meningkatkan kemampuannya untuk berbahasa perlu melalui suatu proses belajar. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat berpikir, bahasalah yang mempengaruhi pola berpikir dan persepsi manusia. Agar komunikasi berhasil setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi yaitu : 1. Untuk mengenal dunia di sekitar kita 2. Berhubungan dengan orang lain 3. Menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Keterbahasan bahasa 1. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili obyek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi bukan realitas itu sendiri. Kata-kata pada bersifat parsial. Kata-kata sifat cenderung dikotomis (kaya-miskin, musuh-kawan) padahal realitas tidak bersifat hitam putih. Pesan verbal lazim digunakan untuk menerangkan sesuatu yang betrsifat faktual, deskriptif dan rasional. 2. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual 2015 6 Nama Mata Kuliah dari Modul Reddy Anggara Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda-beda. 3. Kata-kata mengandung bias budaya Bahasa terikat oleh konteks budaya. Bahasa dapat dipandang sebagai perluasan budaya. 4. Makna kata Makna muncul dari hubungan khusus antara kata (sebagai simbol verbal) dan manusia.Makna tidak melekat pada kata-kata-kata, namun kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran orang. Jadi tidak ada hubungan langsung antara suatu obyek dan simbol yang digunakan untuk merepresentasikannya. Pemahaman adalah perasaan subyektif kita mengenai simbol itu. Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya (faktual) dan lebih bersifat publik. Makna konotatif lebih bersifat pribadi yakni makna di luar rujukan obyektifnya. Manusia berbicara sebagai usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Kata-kata adalah abstraksi realitas individual yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas obyek atau konsep yang diwakili oleh kata-kata itu. Bahasa adalah sistem kode verbal. Bahasa merupakan seperangkat simbol dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.Setiap bangsa,suku mempunyai aturan sendiri untuk mengkombinasikan huruf-huruf (A,B,C dst), angka-angka (1,2,3) sebagai seperangkat simbol untuk menyaji sebuah kata atau kalimat. Bahasa merupakan faktor yang sangat penting dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa, kita tak dapat berkomunikasi. Dua jenis bahasa kita kenal dalam berkomunikasi, yaitu bahasa verba (lisan) dan bahasa non-verbal, (tulisan, simbol, isyarat).Fungsi bahasa dalam komunikasi adalah untuk mengirimkan pesan. Bila pesan itu dikirim dengan bahasa verbal, itu berarti kita mengirim pesan secara verbal. Apabila pesan kita kirim melalui bahasa non-verbal, maka yang kita gunakan adalah cara-cara non verbal. 2015 7 Nama Mata Kuliah dari Modul Reddy Anggara Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Mengenai bahasa verbal, umumnya kita tak pernah merasakan kesulitan menggunakan kata-kata. Setiap hari kita berbicara dengan komunikan baik bertatap muka maupun lewat media. Kita semua merasa terlatih sejak bayi untuk berbicara. Sejak kecil kita mengumpulkan kosakata dan maknanya dalam memori kita. Mula-mula seorang bayi belajar mengucapkan kata mama dengan sangat berat, dan begitu dewasa dengan cepat mengucapkan kata Seksdalopbang (Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan). Tapi jarang kita menyadari bagaimana kita belajar berbahasa. Bahkan mungkin tak pernah kita bertanya : apakah bahasa itu? Jalaluddin Rakhmat (1988) menjelaskan, ada dua cara untuk mendefinisikan bahasa. Pertama, definisi fungsional yang melihat bahasa sebagai alat yang dimiliki bersama (socially shared means)untuk mengungkapkan gagasan. Artinya bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan diantara angota-anggota kelompok sosial untuk memakainya. Karena seperti kita ketahui, kata-kata diberi arti secara arbitrer (semuanya) oleh kelompok-kelompok. Kita tak pernah memusingkan mengapa bagian tubuh organisme mulai batas leher ke atas disebut kepala;sedangkan dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal pohon dan buah kelapa. Tentunya jauh sekali kaitan antara makna kata kitab dan batik. Kata itu muncul dan dipakai berdasarkan kesepakatan masyarakatnya saja, tak bisa dicarikan alasan logisnya. Kedua, definisi formal yang menyatakan bahwa bahasa merupakan semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa yang berlaku, menjadi: saya harus belajar supaya pandai. Setiap bahasa memiliki peraturan penyusunan bahasa (grammar) masing-masing. Bahasa Indonesia mempunyai tata bahasa yang berbeda dari bahasa Inggris, Prancis, spanyol dan sebagainya. Jika kita ingin menghasilkan kalimat yang bermakna menurut suatu bahasa, maka kita harus menguasai tata bahasa yang bersangkutan. Yang mengherankan adalah kemampuan orang berbahasa, terutama bahasa ibunya. Kapankah Anda belajar bahasa Ibu Anda sehingga bisa berbicara sepertisekarang ini? Tentunya Anda tak pernah menghafal satu per satu kata dalam bahasa itu untuk mengetahui maknanya, Psikologi menjelaskan kemampuan orang berbahasa dengan teori belajar dari aliran behaviorisme dan teori motivisme dari Noam Chomsky. Menurut teori belajar, anak-anak memperoleh pengetahuan bahasa melalui tiga proses, yaitu asosiasi, imitasi, dan peneguhan. Asosiasi berarti melazimkan suatu bunyi dengan objek tertentu. Imitasi berarti menirukan pengucapan dan struktur kalimat yang didengarnya. Peneguhan berarti ungkapan kegembiraan yang dinyatakan ketika anak mengucapkan kata-kata dengan benar. Misalnya, ketika anak kecil mengucapkan kata u-u 2015 8 Nama Mata Kuliah dari Modul Reddy Anggara Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (asosiasi), ibunya menganggap anak itu ingin minum dan memberinya minuman segar sambil mengatakan minum. Sejak itu, bila si anak mau minum selalu mengatakan u-u sebagai tiruan dari kata minum (imitasi). Karuan saja , si Ibu gembira mendengar anaknya mampu berbicara sehingga ia merangkulnya dan memeluknya (penuguhan). Demikianlah secara perlahan-lahan si anak melafalkan demi kata dan memahami maknanya sehingga ribuan kata dikuasainya. Tetapi menurut Chomsky, jika seorang anak blajar bahasaseperti itu, maka diperlukan waktu 30 tahun untuk menguasi 1000 kata saja. Untuk itu Chomsky mengeluarkan teori nativisme, bahwa setiap anak mampu menggunakan suatu bahasa karena adanya pengetahuan bawaan yang telah diprogram secra genetik dalam otak kita. Ia menyebut pengetahuan ini sebagai language Asquisistion Device (LAD). LAD tidak mengandung kata, arti atau gagasan, tetapi hanyalah satu sistem yang memungkinkan manusia menggabungkan komponen-komponen bahasa. Sistem inilah yang memungkinkan si anak mengenal hubungan bentuk-bentuk bahasa ibunya dengan bentuk-bentuk yang terdapat didalam tata bahasa dalam struktur yang sudah terdapat paad kepalanya. Kita sering tidak menyadati pentingnya bahasa, karena kita sepanj ang hidup menggunakannya. Kita baru sadar bahasa itu penting ketika kita menemui jalan buntu dalam menggunakan bahasa, misalnya ketika kita berupaya berkomunikasi dengan orang yang sama sekali tidak memahami bahasa kita yang membuat kita frustrasi, ketika kita sulit menerjemahkan suatu kata, frase atau kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain; ketika kita harus menulis lamaran pekerjaan atau diwawancarai dalam bahasa Inggris untuk memperoleh pekerjaan yang bagus. Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang, objek dan peristiwa. Setiap orang punya nama untuk identifikasi sosial.Orang juga dapat memahami apa saja,objek-objek yang berlainan, termasuk perasaan tertentu yang mereka alami. Penamaan adalah dimensi pertama bahasa dan basis bahasa, dan pada awalnya itu dilakukan manusia sesuka mereka, yang lalu menjadi konvensi. Mengapa matahari disebut matahari? Karena ia disebut matahari!Adalah keliru menganggap sesuatu itu mempunyai hanya satu nama yang benar. Benda yang kita terima dari tukang pos kita sebut surat. Ketiak isisnya kita ketahui menawarkan barang atau jasa, kita sebut iklan. Karena kita tidak tertarik pada penawaran itu, benda itu kita buang ke kerangjang sampah, dan kita menyebutnya sampah. Bagaimana kita menjuliki Emha Ainun Nadjib?Budayawan, cendikiawan, seniman, penulis, kolumnis, kiai, penyanyi atau pelawak? Salah satu cara menjawabnya: bergantung pada apa yang sedang ia lakukan saat itu. Bila ia sedang berceramah agama, ia kiai. Bila ia sedang menulis buku, artikel atau kolom, ia penulis, dan 2015 9 Nama Mata Kuliah dari Modul Reddy Anggara Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bial sedang menyanyi dengan iringan kelompok musiknya ia penyanyi. Suatu objek mempunyai beberapa tinkat abstraksi. Ibu kita adalah ibu, ibu adalah wanita, wanita adalah manusia, manusia adalah makhluk hidup dan makhluk hidup adalah ciptaan Tuhan. Semakin luas kelasnya, semakin abstark konsep tersebu. Sepanjang hidup kita sebenarnya belajar mengabstraksikan segala sesuatu. Menurut Larry L. Barker, bahasa memiliki tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi dan transmisi informasi. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi interaksi,menurut Barker, menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.. Melalaui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lian. Anda juga menerima informasi setiap hari, sejak bangun tidur hingga Anda tidur kembali, dari orang lain,baik secara langsung atau tidak (melalui media massa misalnya). Fungsi bahasa inilah yang disebut fungsi transmisi. Barker berpandangan, keistimewaan bahasa sebagai sarana transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita. Tanpa bahasa kitatidak mungkin bertukar informasi, kita tidakmungkin bertukar informasi;kita tidak mungkin menghadirkan semua objek dan tempat untuk kita rujuk dalam komunikasi kita. Dalam pada itu, Book mengemukakan, agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu: Untuk mengenal dunia di sekitar kita;berhubungan denga orang lain; dan untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Mari kita jabarkan ketiga fungsi ini. Fungsi pertama bahasa ini jelas tidak terelakkan. Melalui bahasa Anda mempelajari apa saja yang menarik minat Anda, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu yang tidak pernah Anda temui,seperti bangsa Mesir Kuno atau bangsa Yunani. Kita dapat berbagi pengalaman,bukan hanya peristiwa masa lalu kita alami sendiri,tetapi juga pengetahuan tentang masa lau yang kita peroleh melalui sumber kedua, seperti media cetak atau media elektronik. Kita juga menggunakan bahasa untuk memperoleh dukungan atau persetujuan dari orang lain atas pengalaman kita atau pendapat kita. Melalui bahasa pula anda memperkirakan apa yang akan dikatakan atau dilakukan seorang kawan Anda, seperti dalam kalimat “Kemarin kawan saya itu begitu marah kepada saya. Jangan-jangan ia tidak mau lagi berhubungan dengan saya.” Meskipun gambaran kita mengenai bahasa depan tidak selalu akurat, setidaknya bahasa memungkinkan kita memikirkan, membicarakan dan mengantisipasi masa depan misalnya apa yang akan terjadi terhadap manusia dan alam semesta berdasarkan dugaan yang 2015 10 Nama Mata Kuliah dari Modul Reddy Anggara Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dikemukakan para ahli ilmu pengetahuan dan orang bijak lainnya, juga berdasarkan wahyu Tuhan atau sabda Nabi. Fungsi kedua bahasa, yakni sebagai sarana untuk berhubungan dengan orang lain, sebenarnya banyak berkaitan dengan fungsi-fungsi komunikasi khususnya fungsi sosial dan fungsi instrumental. Ringkasnya, bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita dan mempengaruhi mereka yuntuk mencapai tujuan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita. Seorang nyonya rumah dapat mmerintahkan,” tolong bawakan minuman buat saya” kepada pelayannya.Seorang kandidat dari sebuah partai politik dapat menyampaikan gagasannya, namun sekaligus juga membujuk mrakyat untuk memilih partainya dan mempertimbangkan dirinya sebagai calon presiden yang potensial. Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain bergantung tidak hanya pada bahasa yang sama, namun juga pengalaman yang sama dan makna yang sama kita berikan kepada katakata. Semakin jauh perbedaan antara bahasa yang kita gunakan dengan bahasa mitra komunikasi kita, semakin sulit bagi kita untuk mencapai saling pengertian. Meskipun orang Indonesia dan orang Malaysia berbicara bahasa Melayu, atau orang Amerika dan orang Inggris berbicara bahasa Inggris, mereka belum tentu mencapai kesepemahaman, karena beberapa perbedaan yang adaa dalam kedua bahasa tersebut. Sedangkan fungsi ketiga memungkinkan kita untuk hidup lebih teratur, saling memahami mengenai diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.Kita tidak mungkin menjelaskan semua itu dengan menyusun kata-kata secara acak, melainkan berdasarkan aturan-aturan tertentu yang telah kita sepakati bersama. Akan tetapi, kita sebenarnya tidak selamanya dapat memenuhi ketiga fungsi bahasa tersebut, oleh karena, meskipun bahasamerupakan sarana komunikasi dengan manusia lain, sarana ini secara inheren mengandung kendala, karena sifatnya yang cair dan keterbatasannya. Seperti dikatakan S.I. Hayakawa,”kata itu bukan objek.” Bila orang-orang memaknai suatu kata secara berbeda, maka akan timbul kesalahpahaman diantara mereka. KETERBATASAN BAHASA Keterbatasan bahasa Bahasa yang merupakan komunikasi verbal, sebenarnya porsinya hanyalah 35% dari keseluruhan komunikasi manusia. Bahasa sesungguhnya memiliki keterbatasan, sebagai berikut : 2015 11 Nama Mata Kuliah dari Modul Reddy Anggara Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek 2. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual 3. Kata-kata mengandung bias budaya 4. Pencampuradukan fakta, penafsiran, dan penilaian. 1. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu seperti orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, kondisi, dan sebagainya. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi bukan realitas itu sendiri. Jadi kata pada dasarnya bersifat parsial, dan tidak melukiskan sesuatu secara eksak/pasti. Itulah sebabnya kadangkala kita kita sulit menamai sesuatu objek. Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung dikotomis, nisalnya tinggi-pendek; hitam-putih, kaya-miskin, pandai-bodoh, dan sebagainya. Realitas yang sebenarnya tidaklah seperti itu, tetapi ada dimensi tengah seperti abu-abu, dan jutaan corak lainnya yang seszungguhnya belum atau tidak ada namanya. Baik orang, benda, atau peristiwa sebenarnya sulit untuk dikategorisasikan secara dikotomis seperti itu. Sulit dibayangkan jika kita berkomunikasi dengan orang lain dengan cara menggunakan ratusan bahkan ribuan nama warna. Itulah sebabnya penamaan suatu objek atau benda, atau peristiwa dengan menggunakan kata ”kira-kira” untuk memberi nama, meskipun ini sebenarnya merupakan hambatan juga. Masalahnya adalah, selalu ada perbedaan antara apa yang ada dalam kepala kita atau apa yang kita pikirkan dengan apa yang ada di kepala orang lain, sekecil apapun perbedaan itu. Contoh lain, kita mengetahui dimensi warna yang diwakili oleh warna-warna seperti putih, merah, hijau, kuning, biru, dan lain-lain. Akan tetapi, sebenarnya warna yang kita sebut kuning itu sesungguhnya lebih kurang kuning, dalam arti tidak betul-betul berwarna kuning. Warna yang sedikit lebih muda dan sedikit lebih tua dari kuning pun kita sebut dengan nama warna kuning. 2015 12 Nama Mata Kuliah dari Modul Reddy Anggara Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Begitu juga dengan bangsa yang warna kulitnya putih seperti orang Barat kita sebut Bangsa kulit putih. Sebenarnya jika kita cermati lebih jauh, orang-orang dari negara Amerika, Jerman, Inggris, Italia, atau Portugal warna kulitnya tidaklah putih semua, tetapi ada yang sedikit lebih putih, ada yang memang putih sekali, bahkan ada putihnya bercak-bercak merah seperti orang Belanda dan Jerman. Begitu juga dengan bangsa yang kita sebut kulit kuning yang mencakup orang Jepang, Korea, China, Taiwan, dan mungkin juga Taiwan. Ada nuansa atau perbedaan-perbedaan tipis di antara warna kulit mereka, dalam arti ada yang lebih muda dan lebih tua warna kuningnya. 2. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual Kata-kata bersifat ambigu atau mendua karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang memiliki latar belakang sosial budaya yang berbeda pula. Oleh karena itu, terdapat berbagai kemungkinan untuk memaknai kata-kata tersebut, antara lain dengan menggunakan : a. konsep dan lain-lain/dll. b. Konsep dan sebagainya/dsb. c. Konsep dan seterusnya/dst. d. Tanda petik (“ ….. “) yang berarti bahwa gagasan tersebut masih diragukan atau tidak dianggap mutlak. Contoh kata yang mengandung ambigu adalah kata berat. 2015 - tubuh orang itu berat - kepala saya berat - ujian itu berat - awan berat menggantung di langit - saya belum makan makanan berat hari ini - pertandingan tinju kelas berat. 13 Nama Mata Kuliah dari Modul Reddy Anggara Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Para politisi adalah kelompok orang yang paling senang mengguankan kata-kata ambigu ketika menyampaikan pesan-pesannya. Mengapa demikian? Karena mereka khawatir jika mereka berbicara secara spesifik atau konkret akan mudah ditebak apa maksudnya, atau mungkin juga karena takut menyinggung perasaan orang lain. Kata-kata yang sering mereka ucapkan misalnya, “demi persatuan dan kesatuan”; demi kepantingan bangsa dan negara”; atau “harus sesuai dengan konstitusi”. Kata yang sama mungkin memiliki makna yang berbeda bagi orang-orang berbeda, dan makna yang berbeda bagi orang yang sama dalam waktu yang berbeda. Prinsip bahwa kata-kata bersifat kontekstual sesungguhnya mengindikasikan bahwa aturanaturan baku dan standar dalam bahasa bersifat nisbi atau relatif. Ada kata dasar yang dapat ditambah dengan awalan ke dan akhiran an seperti kata jujur menjadi kejujuran atau kata adil menjadi keadilan. Akan tetapi ada pula kata dasar yang tidak boleh ditambah awalan ke dan akhiran an. 3. Kata-kata mengandung bias budaya Bahasa terikat oleh konteks budaya. Dengan perkataan lain, bahasa merupakan perluasan budaya. Teori Relativitas Linguistik Sapir-Whorf mengatakan bahwa, sebenarnya setiap bahasa menunjukkan suatu dunia simbolik yang khas, yang melukiskan relaitas pikiran, pengalaman batin, dan kebutuhan pemakainya. Benjamin Lee Whorf mengatakan : 1. Tanpa bahasa kita tidak dapat berpikir 2. Bahasa mempengaruhi persepsi 3. Bahasa mempengaruhi pola berpikir 2015 14 Nama Mata Kuliah dari Modul Reddy Anggara Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Oleh karena bahasa (di mana di dalamnya terdapat kata dan konsep) adalah produk budaya atau respon manusia terhadaap lingkungan, maka apapun yang dikatakan orang atau kelompok orang biasanya tidak lepas lingkungan di mana dia berada. Sehubungan dengan hal tersebut, bisa dipahami bahwa : a. Orang Eskimo mempunyai sekitar 20 kata untuk melukiskan salju seperti kata untuk salju sedang turun, salju yang tertiup angin, salju di atas tanah, dan sebagainya. Ini menunjukkan bahwa orang Eskimo memang tinggal di daerah Kutub, sehingga mereka sangat peka dan punya wawasan luas untuk mengonsepsi salju sebagai bagian penting dari hidup mereka. b. Orang Arab mempunyai 6000 kata untuk melukiskan unta, mulai dari warnanya, struktur tubuh, usia, gerakan tubuh, dan perlengkapannya, dan sebagainya. c. Penduduk asli Sahara, mempunyai 200 kata untuk melukiskan kurma, yang merupakan bahan pokok mereka dan mempunyai 20 cara yang berbeda untuk melukiskan bukit pasir. 4. Pencampuradukan fakta, penafsiran, dan penilaian Dalam berbahasa, kita sering mencampuradukkan fakta/uraian, penafsiran/dugaan, dan penilaian. Hal ini timbul karena berkaitan dengan kekeliruan persepsi orang. Contoh : Apa yang ada dalam pikiran kita ketika melihat seorang pria dewasa sedang membelah kayu pada hari kerja pukul 10.00 pagi. Apakah ia sedang bekerja atau bersantai? Kebanyakan dari kita akan menjawab bahwa ia sedang bekerja. Akan tetapi jawaban sesungguhnya bergantung pada : a. apa yang dimaksud dengan bekerja. b. Apa pekerjaan tetap orang itu untuk mencari nafkah 2015 15 Nama Mata Kuliah dari Modul Reddy Anggara Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kalau yang dimaksud ”bekerja” adalah melakukan pekerjaan tetap untuk mencari nafkah, maka orang tersebut di atas memang sedang bekerja (bila pekerjaannya adalah membelah kayu bakar dan lalu menjualnya). Akan tetapi bila pekerjaan orang itu adalah ”salesman”, yang pekerjaannya adalah berbicara, membaca buku-buku pemasaran, dan juga melobi orang, maka membelah kayu dapat dianggap sebagai ”santai” baginya, sebagai selingan di antara jam-jam kerja. Mungkin bagi tukang kayu bakar, membaca, berbicara dengan orang, dan melobi orang adalah cara ”bersantai”. Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali mencampuradukkan antara fakta dan dugaan. Banyak peristiwa yang kita anggap fakta, sebenarnya merupakan dugaan yang berdasarkan asumsi tau kemungkinan. Misalnya ketika kita melihat seseorang sedang termangu-mangu atau bengong, kita lalu mengatakan bahwa orang itu sedang bingung, sedih, atau heran. Kita lalu mengatakan bahwa ”saya melihatnya, berarti itu adalah fakta. Seharusnya komunikasi kita akan lebih efektif apabila kita dapt memisahkan antara fakta dan dugaan. KERUMITAN MAKNA KATA Sering kita bertanya, “Apa arti kata itu?” kita menganggap bahwa arti atau makna dikandung setiap kata yang kita ucapkan. Sebenarnya kita keliru bila kita menganggap bahwa kata-kata itu mempunyai makna.Kitalah yang memberi makna pada kata.Dan makna yang kita berikan kepada kata yang sama bisa berbeda-beda, bergantung pada konteks ruang dan waktu. Bahkan sebelum kita menanyakan makna suatu kata,kita terlebih dulu harus menjawab pertanyaan, “Apakah makna dari makna?” Pertanyaan ini merupakan salah satu problem besar dalam filsafat. R. Brown mendefinisikan makna sebagai kecendrungan (disposisi) total untuk menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa.Terdapat banyak komponen dalam makna yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat. Dengan katakata Brown,” Seseorang mungkin menghabiskan tahun-tahun nya yang produktif untuk 2015 16 Nama Mata Kuliah dari Modul Reddy Anggara Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menguraikan makna suatu kalimat tunggal dan akhirnya tidak menyelesaikan tugas itu.”Konsep makna itu sendiri memilki berbagai makna tanpa ada satu makna pun lebih ‘betul” dari makna lainnya. Seperti kata-kata lainnya, makna mempunyai beberapa definisi. Salah satu alasan terdapatnya berbagai makna dari makana adalah masalah lokasi:”Di mana lokasi makna?” Makna muncul dari hubungan khusus antara kata (sebagai simbol verbal) dan manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata , namun kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran orang. Jadi,tidak ada hubungan langsung antara suatu objek dan simbol yang digunakan untuk merepresentasikannya. Ketika kita mengatakan “saya sakit perut”, misalnya,pengalaman itu nyata, tetapi tidak seorang pun dapat merasakan rasa sakit itu, bahkan dokter yang berusaha mengobati rasa sakit kita. Jadi hubungan itu diciptakan dalam pikiran si pembaca. Makna dapat pula digolongkan ke dalam : makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya (faktual) seperti yang kita temukan dalam kamus. Karena itu, makna denotatif lebih bersifat publik. Sejumlah kata bermakna denotatif, namun banyak kata juga bermakna konotatif, lebih bersifat pribadi, yakni makna di luar rujukan objektifnya. Dengan kata lain, makan konotataif lebih bersifat subjektif dan emosional dari pada makna denotatif. Sebagai contoh denotatif, mobil adalah kendaraan beroda empat. Namun mobil mungkin memberi makna khusus bagi seseorang, misalnya kemarahan bagi seseorang yang baru dipecat dari sebuah pabrik mobil, atau kesenanagn bagi seseorang yang baru membeli sebuah mobil. 2015 17 Nama Mata Kuliah dari Modul Reddy Anggara Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Sasa Djuarsa Sendjaja,Phd, dkk, Pengantar Komunikasi, Universitas terbuka,2003 Deddy Mulyana,Ph.D, Ilmu Komunikasi suatu pengantar, Rosdakarya, 2007 2015 18 Nama Mata Kuliah dari Modul Reddy Anggara Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id