PENGARUH PEMBERIAN MEREK BERBAHASA ASING, IKLAN

advertisement
PENGARUH PEMBERIAN MEREK BERBAHASA ASING,
IKLAN DAN MEDIA TERHADAP PERSEPSI KONSUMEN
(Produk Minuman Kesehatan Vita Charm)
Oleh
Helmi Tauhidi
NIM: 102081026147
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430H/2009M
PENGARUH PEMBERIAN MEREK BERBAHASA ASING, IKLAN
DAN MEDIA TERHADAP PERSEPSI KONSUMEN
(Produk Minuman Kesehatan Vita Charm)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh
Helmi Tauhidi
NIM 102081026147
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
NIP. 131 474 891
Pembimbing II
Heryanto, SE, M.Si
NIP. 131 569 931
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
LEMBAR PENGUJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis Tanggal 07 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Delapan telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Helmi Tauhidi NIM: 102081026147
dengan judul Skripsi “PENGARUH PEMBERIAN MEREK ASING IKLAN
DAN MEDIA TERHADAP PERSEPSI KONSUMEN” (Study Kasus Produk
Minuman Kesehatan Vita Charm). Memperhatikan penampilan tersebut selama
ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 Agustus 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof.Dr.Ahmad Rodoni,MM
Heryanto,SE.M.Si
Ketua
Prof.Dr.Abdul Hamid,MS
Penguji Ahli
Sekretaris
ABSTRACT
The purpose of this accuration to identity the influence between the
variable for given a brand in foreign language (X1), advertisement (X2) and
media (X3) affect in consumen perception (Y) in healty drink product Vita
Charm.
The accuration methode which use are survey methode and 100
respondents which ever consuming the healthy drink product Vita Charm. The
sample technic which use in this accuration is with simple random sampling
methode.
Result of this accuration point that there is a significant influence between
the variable for given a brand in foreign language (X1) with consument perception
(X2) with value t-count more than from t-table (3,087 > 1,66), for advertisement
variable (X2) with consument perception (Y) with value t-count more than t-table
(3,087 > 1,66) whereas for media variable (X3) with consument perception (Y)
with value t-count more than from t-table (2,242 > 1,66), and the coefience is
0,434. and then also there is a significant influence between the variable for given
a brand in foreign language (X1), advertisement (X2), and media (X3) affect
consument perception (Y) with value f-count more than from f-table (23,710 >
2,70) the multiple regression equation is Y= 2,339 + 0,305 + 0, 299 + 0,434 and
determinant coefficient (R Square) is 0,426.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh antara
variabel pemberian merek berbahasa asing (X1) iklan (X2) dan media (X3)
terhadap persepsi konsumen (Y) pada produk minuman kesehatan Vita Charm.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey, dan responden
sebanyak 100 yang pernah mengkonsumsi produk minuman kesehatan Vita
Charm. Teknik penentuan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan metode simple random sampling.
Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh yang signifikan antara
variabel pemberian merek berbahasa asing (X1) dengan persepsi konsumen (Y)
dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (3,087 > 1, 66), untuk variabel iklan
(X2) dengan persepsi konsumen (Y) dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel
(3,087 > 1, 66) sedangkan untuk variabel media (X3) dengan persepsi konsumen
(Y) dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (2,242 > 1, 66), dan koefisiennya
sebesar 0,434. Selain itu juga terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
pemberian merek berbahasa asing (X1), iklan (X2) dan media (X3) terhadap
persepsi konsumen (Y) dengan nilai f-hitung lebih besar dari f-tabel (23,710 > 2,
98). Persamaan regresi bergandanya adalah Y= 2,339 + 0,305+ 0.299 + 0.434dan
koefisien determinasinya (R Square) 0,426.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan mengucapkan puji syukur dan syukur kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini, dengan judul “Pengaruh pemberian merek
berbahasa asing, iklan dan media terhadap persepsi konsumen” (Produk
Minuman Kesehatan Vita Charm). Shalawat beserta salam selalu tercurahkan
kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari
zaman kegelapan hingga zaman terang benderang seperti keadaan sekarang ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan skripsi
ini masih jauh dari sempurna, karena pengetahuan dan kemampuan yang penulis
miliki sangat terbatas, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik serta
tanggapan dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Penyusunan skripsi
ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
pengarahan, bimbingan dan do’a yang tulus serta memberikan dorongan semangat
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Antara lain:
1. Orang tua tercinta, Drs. H. Afwan Abdul Gafur, MA dan Ibunda Hj. E.
Maemunah yang telah memberikan dukungan dan do’a yang tidak
terhingga dan tidak pernah sedikitpun akan terlupakan, serta dukungan
moril dan materil hingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dosen pembimbing I, yang
telah membantu dan meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi
ini hingga selesai.
3. Bapak Heryanto, SE. M.Si, selaku dosen pembimbing II, yang telah
banyak membantu dan meluangkan waktunya dalam penyusunan
penyusunan skripsi ini hingga selesai.
4. Bapak Drs. Moh. Faisal Badrun, MBA, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku Ketua Jurusan
Manajemen.
6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen serta seluruh staf akademika dan
karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, atas segala partisipasi dan bantuannya selama penulis
menuntut ilmu.
7. Untuk Kakak-kakakku yang tersayang Yayah Huliatunisa S.Ag, Taufik
Billah
S.Sos. Yang tiada henti-hentinya memberikan dukungan,
nasehat, motivasi dan semangat serta do’a nya yang tidak terhingga
bagi penulis dalam penulisan skripsi ini hingga dapat terselesaikan.
8. Special to: Husnul, Nt@, Jum’I, Arief, Daniel, Oyot, Izah, Ucup,
Sahirin (Cablak’s), Zaid, Jabeng, Ulil, Carman, Selvy, Iqbal, Izma
luthu, Iswahyudi (Cat), Suryadi, NobEl. Yang telah memberikan do’a,
bantuan dan dorongan semangat kepada penulis hingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
9. Teman-temanku semua yang seperjuangan selama belajar di UIN yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dorongan
dan motivasi selama penulis menuntut ilmu di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Semoga semua amal dan kebaikan serta bantuan yang penulis terima
selama menjalani pendidikan mandapat balasan dan ridho dari Allah SWT,
Amiiin……
Akhir kata, semoga skripsi ini setidaknya dapat memberikan
sumbangan pikiran dan saran untuk perkembangan dalam pendidikan.
Wassalam
Jakarta, Februari 2008
Penulis
Helmi Tauhidi
DAFTAR ISI
Hal
Daftar Riwayat Hidup …………………………………………………………...i
Abstract …………………………………………………………………………..ii
Abstrak ………………………………………………………………………….iii
Kata Pengantar …………………………………………………………………iv
Daftar Isi ………………………………………………………………………..vii
Daftar Tabel ……………………………………………………………………...x
Daftar Gambar ………………………………………………………………….xi
Daftar Lampiran ……………………………………………………………….xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………..1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………………………3
C. Pembatasan Masalah ……………………………………………………...3
D. Perumusan Masalah ………………………………………………………4
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………………...4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Produk ……………………………………………………………………6
1. Definisi Produk ……………………………………………………….6
2. Tingkat Produk ………………………………………………………..7
3. Klasifikasi Produk …………………………………………………….9
4. Hierarki Produk ……………………………………………………...11
5. Tampilan Produk …………………………………………………….12
B. Merek ……………………………………………………………………13
1. Definisi Merek ………………………………………………………14
2. Istilah Merek ………………………………………………………...14
3. Syarat-syarat Merek yang Baik ……………………………………...15
4. Manfaat Merek ………………………………………………………16
C. Pemberian Merek Asing …………………………………………………18
1. Definisi Merek Asing ………………………………………………..18
2. Tujuan Pemberian Merek Asing …………………………………….19
3. Fungsi Merek Asing …………………………………………………20
4. Kriteria Merek Asing Yang Baik ……………………………………21
5. Merek Berbahasa Inggris ……………………………………………22
D. Iklan ……………………………………………………………………...24
1. Definisi Iklan ………………………………………………………...24
2. Kekuatan dan Kelemahan Iklan ……………………………………..25
E. Media …………………………………………………………………….26
1. Karakteristik Media ………………………………………………….27
F. Persepsi ………………………………………………………………….29
1. Definisi Persepsi ……………………………………………………..30
2. Persepsi dan Produk …………………………………………………30
3. Persepsi dan Strategi Pemasaran …………………………………….34
4. Hubungan Persepsi dan Merek Berbahasa Inggris …………………..38
G. Penelitian Terdahulu …………………………………………………….39
H. Kerangka Pemikiran ……………………………………………………..41
I. Hipotesis …………………………………………………………………42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………………….43
B. Metode Penentuan Sampel ………………………………………………43
C. Metode Pengumpulan Data ……………………………………………...44
D. Metode Analisis …………………………………………………………44
1. Uji Validitas dan Relibilitas …………………………………………46
2. Uji Asumsi Klasik …………………………………………………...47
3. Analisis Regresi Berganda …………………………………………..49
4. Penguji Hipotesis ……………………………………………………50
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ………………………………..52
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian …………………………….55
1. Sejarah Singkat Perusahaan …………………………………………55
2. Produk Vita Charm ………………………………………………….57
3. Jenis-Jenis Produk Vita Charm ……………………………………...57
B. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen ………………………………...58
C. Deskriftif Analisis ……………………………………………………….61
1. Merek Berbahasa Asing (X1) ………………………………………..61
2. Iklan (X2) ……………………………………………………………64
3. Media (X3) …………………………………………………………..67
4. Persepsi Konsumen (Y) ……………………………………………...69
D. Uji Asumsi Klasik ……………………………………………………….72
1. Uji Normalitas ……………………………………………………….72
2. Uji Multikolinearitas ………………………………………………...73
3. Uji Autokolerasi ……………………………………………………..74
4. Uji Heterokedastisitas ……………………………………………….74
E. Analisis Regresi Berganda ………………………………………………76
F. Penguji Hipotesis ………………………………………………………..77
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ……………………………………………………………...82
B. Implikasi …………………………………………………………............83
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..85
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap
Tempat Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Agama
Alamat
: Helmi Tauhidi
: Serang 31 Desember 1984
: Laki-laki
: Islam
: Jl. Jend A Yani No.81 RT 04/03 Ds. Kaduagung
Barat Kec. Cibadak Kab. Lebak Banten (42351)
Riwayat Pendidikan
• TK. PGRI 1 Kaduagung Timur
• SDN 1 Kaduagung Timur
• MTS.N Rangkas Bitung
• SMU Islam Al-Ghazali Gunung Sindur Bogor
• UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
: Lulus Tahun 1995
: Lulus Tahun 1996
: Lulus Tahun 1999
: Lulus Tahun 2002
: Lulus Tahun 2009
Jakarta, Februari 2008
DAFTAR TABEL
No. Tabel
2.1
Keterangan
Hal
Perbandingan Atribut Intrinsik dan Ekstrinsik …………..32
Skala Likert ……………………………………………...45
3.1
Operasionalisasi Variabel ………………………………..52
4.1
Hasil Try Out …………………………………………….61
4.2
Merek Vita Charm Memiliki arti yang Positif
apabila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia ………62
4.3
Merek Vita Charm Mudah Diucapkan …………………..62
4.4
Merek Vita Charm dapat mencerminkan citra yang
berkualitas seperti Negara asal …………………………..63
4.5
Merek Vita Charm memiliki arti yang sesuai dengan
jenis produk yang berupa produk minuman kesehatan ….63
4.6
Dengan adanya iklan Vita Charm menyebabkan anda
ingin mencobanya walaupun belum pernah ……………..64
4.7
Iklan Vita Charm lebih disukai dibandingkan dengan
produk minuman kesehatan lainnya ……………………..65
4.8
Iklan produk minuman kesehatan Vita Charm
mengandung Pesan yang positif …………………………65
4.9
Iklan televisi lebih disukai dibandingkan dengan
iklan di Media lainnya …………………………………...66
4.10
Iklan Vita Charm telah memberikan informasi
tentang Komposisi dan Khasiat produk …………………66
4.11
Media Elektronik lebih akurat dalam penyampaian
informasi tentang produk Vita Charm dibandingkan
dengan media lainnya ……………………………………67
4.12
Televisi merupakan media yang sering dilihat dalam
menyampaikan menyampaikan seluruh informasi ………68
4.13
Televisi mempunyai daya jangkauan yang cukup
luas dibandingkan dengan media lainnya dalam
penyampaian
iklan
……………………………………….68
4.14
Vita Charm memiliki ciri-ciri khusus pada kemasan
Produknya
………………………………………………..69
4.15
Kemasan
Vita
Charm
menarik
dan
sesuai
……………….70
4.16
Harga Vita Charm lebih murah dibandingkan
dengan minuman kesehatan lainnya ……………………..70
4.17
Vita Charm memiliki cita rasa yang khas ……………….71
4.18
Produk Vita Charm merupakan salah satu produk
4.19
4.20
4.21
4.22
4.23
4.24
yang Berkualitas …………………………………………71
Hasil Uji Multikolinearitas ………………………………73
Hasil Uji Autokorelasi …………………………………...73
Hasil Analisis Regresi Berganda ………………………...76
Model Summary …………………………………………77
Hasil perhitungan Uji t …………………………………..79
Hasil Uji f anova ………………………………………...81
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
2.1
2.2
2.3
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
Keterangan
Hal
Lima Tingkatan Produk …………………………………..7
Pengaruh Intrinsik dan Ektrinsik terhadap
persepsi konsumen ………………………………………39
Skema Kerangka Pemikiran ……………………………..41
Logo Perusahaan ………………………………………...56
Logo Perusahaan ………………………………………...56
Logo Perusahaan ………………………………………...56
Hasil Uji Normalitas Data ……………………………….72
Hasil Uji Heterokedstisitas ………………………………75
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran
1
2
3
Keterangan
Hal
Kuisioner Penelitian …………………………………87
Hasil input SPSS …………………………………….90
Data Primer Responden ……………………………...92
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan teknologi dewasa ini, telah tercipta
berbagai macam produk minuman kesehatan, dari mulai produk yang
memiliki kandungan unsur alami yang tinggi sampai dengan produk yang
memiliki kandungan yang telah diolah melalui proses teknologi didalam
produknya. Selain itu juga timbul suatu fenomena baru yaitu dimana
konsumen mengkonsumsi produk – produk ramah lingkungan produk recycle,
atau lebih memilih pada produk dengan kandungan unsur alami tinggi,
perubahan tersebut timbul karena adanya kesadaran pada konsumen akan
dampak dari produk-produk sintetis yang dapat memberikan pengaruh kurang
baik pada jangka waktu tertentu.
Perubahan perilaku konsumen juga terjadi pada produk minuman.
Menurut data statistik terdapat peningkatan Indeks Harga Gabungan 43 Kota
di Indonesia per triwulan terhadap minuman tidak beralkohol pada periode
Desember 2005 Indeks Harga Konsumen sebesar (232, 97) perubahan
terhadap bulan sebelumnya 0,92%, Januari 2006 Indeks Harga Konsumen
sebesar (234, 55) perubahan terhadap bulan sebelumnya 0,68% dan Februari
2006 Indeks Harga Konsumen (235, 02) perubahan terhadap bulan
sebelumnya yaitu 0, 20%.% (BPS 2005 dan 2006).
Khusus untuk Jakarta, yang merupakan tempat peluncuran pertama
bagi rata - rata produk yang diproduksi oleh produsen juga terjadi
peningkatan, pada Desember 2005 sebesar (236, 99) perubahan terhadap bulan
sebelumnya 1,86%, Januari 2006 sebesar (237, 97) perubahan terhadap bulan
sebelumnya 0,41% dan Februari 2006 Indeks Harga Konsumen sebesar (238,
20) perubahan terhadap bulan sebelumnya sebesar 0,10% (BPS 2005 dan
2006).
Adanya peluang pada minuman tidak beralkohol serta bertambahnya
kesadaran pada masyarakat akan kesehatan merangsang produsen untuk
berlomba -lomba memproduksi minuman kesehatan, sebagai salah satu
alternatif dari beragam minuman tidak beralkohol dimana minuman kesehatan
merupakan minuman yang memberikan efek atau dampak bagi kesehatan atau
vitalitas tubuh manusia secara berkala untuk mencapai kondisi prima tanpa
merasakan efek samping yang merugikan kesehatan.
Hasil data statistik dari BPS untuk Indeks Harga Konsumen Gabungan
per triwulan pada 43 kota di Indonesia kategori Jasa Kesehatan dan Obatobatan memperlihatkan akan kecenderungan peningkatan masyarakat sadar
akan pentingnya kesehatan dapat dilihat pada Desember 2005 Indeks Harga
Konsumen (202, 74) perubahan terhadap bulan sebelumnya 0, 12%, Januari
2006 (203, 46) perubahan terhadap bulan sebelumnya 0, 36%, Februari 2006
(205, 67) perubahan terhadap bulan sebelumnya 1, 06% (BPS 2005 dan 2006).
Produk minuman kesehatan dengan merek beragam telah beredar di
pasaran seperti: Vita Charm, Bertonest, Ginzana, Ginzeng, Ener Bee dan lainlain. Merek-merek tersebut dapat membingungkan konsumen dalam
menentukan produk yang akan dikonsumsinya.
Melalui merek konsumen dapat membedakan antara produk satu dan
lainnya sebagai penilaian awal. Dengan cara mengidentifikasikan dan
memperoleh informasi melalui iklan dan media mengenai produk tersebut
konsumen akan memiliki anggapan tersendiri terhadap produk. pada
kenyataannya konsumen jarang mengetahui produk atau pelayanan secara
detail. Mereka cenderung untuk menilai produk dengan atribut yang mereka
anggap penting yang pada akhirnya akan menimbulkan persepsi tertentu.
Persepsi konsumen tidak selalu diperoleh melalui kesadaran atau rasional
penuh melainkan dapat timbul karena dorongan emosional (Arnold 1992: 8).
B. Identifikasi Masalah
1. Apakah pemberian merek berbahasa asing dapat mempengaruhi persepsi
konsumen terhadap produk Minuman Kesehatan Vita Charm.
2. Apakah iklan dapat memberikan informasi yang detail sehingga dapat
mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk Minuman Kesehatan
Vita Charm.
3. Apakah penggunaan Media yang tepat sebagai alat atau sarana
penyampaian informasi produk dapat mempengaruhi persepsi konsumen
terhadap produk Minuman Kesehatan Vita Charm.
C. Pembatasan Masalah
1. Konsumen yang diteliti berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan
latar belakang pekerjaan sebagai Pelajar, Mahasiswa, Pegawai Negeri,
Pegawai Swasta, Wiraswasta, Ibu Rumah Tangga atau lainnya.
2. Responden merupakan konsumen dari produk minuman kesehatan Vita
Charm.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut "Apakah Terdapat Pengaruh
Pemberian Merek Berbahasa Asing, Iklan dan Media terhadap Persepsi
Konsumen Pada Produk Minuman Kesehatan Vita Charm?”.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh pemberian merek
asing iklan dan media terhadap persepsi konsumen pada produk
minuman kesehatan Vita Charm.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan terhadap penelitian ini
akan memberikan informasi dan sumbangan pikiran mengenai persepsi
konsumen terhadap produk yang memiliki bahasa asing terutama
sebagai bahan perbandingan dalam penelitian yang sama, guna
memberikan manfaat yang diperlukan.
b. Untuk menganalisa dan mengetahui pengaruh pemberian merek
berbahasa asing, iklan dan media terhadap persepsi konsumen pada
produk minuman kesehatan Vita Charm.
c. Untuk menambah pengetahuan dalam bidang pemasaran, wawasan dan
pengalaman khususnya dalam hal pemberian merek berbahasa asing,
iklan, media dan persepsi konsumen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Produk
Dalam bauran pemasaran yang dikenal dengan istilah 4P, terdiri atas:
product (produk), price (harga), promotion (promosi) dan place (tempat atau
lebih cocok disebut sebagai distribusi). Bagi produsen produk yang diciptakan
harus mampu bersaing dipasaran dengan keunikan tersendiri sehingga berbeda
dari para pesaingnya. Dengan tujuan agar dapat menarik minat konsumen
terhadap produk dan tercapainya kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan
1. Definisi Produk
Menurut Kotler (2000: 394): "Product is anything that can be
offered to a market to satisfy a want or need".
Maksud dari definisi diatas yaitu: Produk adalah segala sesuatu yang
dapat ditawarkan untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan.
Definisi lain menurut Keegan (1995: 9): "A product is any goods,
services, or idea that can offered to a market and that satisfies customer's
want and need".
Artinya produk adalah segala barang, jasa, atau gagasan yang dapat
ditawarkan kepada pasar dan dapat memuaskan segala keinginan dan
kebutuhan konsumen.
Kesimpulan yang didapat dari kedua definisi diatas, bahwa produk
adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada konsumen, termasuk
didalamnya barang, jasa, atau gagasan, yang dapat memuaskan kebutuhan
atau keinginan konsumen.
2. Tingkat Produk
Produsen, dalam upayanya menawarkan produk dipasaran perlu
membuat suatu perencanaan dan memperhatikan terlebih dahulu posisi
produk yang dihasilkannya sesuai dengan tingkatan produk yang ada.
Gambar 2.1.
Lima Tingkatan Product
Five Product Level
Kotler (200: 395)
Menurut Kotler (2000: 395), terdapat lima tingkatan produk, yaitu:
a. Manfaat Utama (Core Benefit)
Adalah manfaat utama yang sebenarnya ingin dibeli oleh konsumen,
misalnya seorang yang menyewakan kamar hotel sebenarnya dia
membeli sesuatu agar yang bersangkutan dapat istirahat dan tidur.
b. Produk Dasar (Basic Product)
Adalah sesuatu yang melengkapi dan mutlak harus dimiliki. Jadi
misalnya sebuah kamar hotel, termasuk didalamnya tempat tidur, meja
hias, kamar mandi, kloset, kursi, dan.lain - lain.
c. Produk yang Diharapkan (Expected Product)
Adalah kumpulan atribut dan kondisi yang umumnya diharapkan bila
membeli produk tersebut, misalnya konsumen jasa perhotelan
mengharapkan tempat tidur dan kamar mandi yang bersih, handuk
yang selalu baru setiap hari, dan lain - lain.
d. Produk yang Ditingkatkan (Augmented Product)
Adalah produk yang ditingkatkan agar sesuai dengan keinginan
konsumen sampai melampaui harapan mereka. Misalnya suatu hotel
dapat meningkatkan produknya dengan menyertakan satu set televisi
dengan kendali jarak jauh, bunga segar, check in cepat, check out
segera, makanan dan pelayanan kamar yang baik dan sebagainya.
e. Produk Potensial (Potensial Product)
Adalah segala perluasan dari transformasi yang mungkin akan dialami
oleh suatu produk. Dimasa yang akan datang, dimana perusahaan –
perusahaan secara intensif mencari cara – cara baru untuk memuaskan
Konsumen yang berbeda dengan para pesaingnya. Misalnya para
pelanggan hotel diberikan kenang – kenangan yang berbentuk satu set
perlengkapan makan, tiket gratis ke suatu tempat hiburan, gantungan
kunci berlogo hotel yang bersangkutan dan lain - lain.
3. Klasifikasi Produk
Menurut Kotler dan Armstrong (1977: 241-243) klasifikasi produk
terdiri atas dua kelompok utama, yaitu barang konsumsi (consumer goods)
dan barang industri (industrial goods). Perbedaan antara kedua kelompok
utama produk tersebut terletak pada perlakuan produk yang telah dibeli
oleh konsumen.
Barang konsumsi (Consumer Goods) adalah barang-barang yang
dibeli oleh konsumen pribadi. Pemasar biasanya mengklasifikasikan
barang konsumsi atas dasar kebiasaan konsumen dalam berbelanja, karena
cara konsumen berbelanja mempunyai implikasi langsung bagi strategi
pemasaran nya. Barang konsumsi dapat dibagi lagi menjadi empat
golongan yaitu:
a. Barang Kebutuhan Sehari-hari (Convenience Goods)
Yaitu barang-barang yang frekwensi pembeliannya tinggi dan hanya
memerlukan sedikit usaha dalam perbandingan dan pembelian,
keputusan pembelian dilakukan dengan cepat. Contohnya: sabun,
rokok.
b. Barang Belanjaan (Shoping Goods)
Yaitu barang-barang yang mana dalam proses pemilihan dan
keputusan
pembeliannya
konsumen
melakukan
pembandingan
berdasarkan harga kwalitas, model, dan hal-hal lainnya. Frekwensi
pembelian agak jarang dan tidak teratur. Contohnya: Meubel,
Kosmetik.
c. Barang Spesial (Special Goods)
Yaitu barang-barang dengan karakteristik tertentu atau merek yang
untuk kelompok pembeli tertentu dalam melakukan pembelian,
biasanya melakukan usaha khusus. Contohnya : peralatan menyelam,
peralatan fotografi.
d. Barang yang tidak dicari (Unsought Goods)
Merupakan barang-barang yang tidak terpikir oleh konsumen untuk
merencanakan pembelian barang-barang ini. Contohnya: batu nisan,
batu baterai.
Barang Industri (lndustrial Goods) adalah barang-barang yang dibeli
dengan tujuan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang lain. Sehingga
perbedaan antara barang industri dan barang konsumsi dapat dilihat
berdasarkan tujuan pembelian barang tersebut. Barang industri juga dapat
dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
a. Bahan baku dan suku cadang (Materials and Parts)
Yaitu barang-barang yang seluruhnya menjadi bagian dari produk akhir.
Misalnya: besi, tutup botol
b. Barang modal (Capital Items)
Yaitu barang-barang yang hanya sebagian memasuki produk akhir.
Misalnya: alat-alat kantor, mobil Derek.
c. Persediaan dan jasa (Supplies and Services)
Yaitu barang-barang yang sama sekali tidak menjadi bagian akhir dari
produk akhir. Misalnya: pelumas, kertas tik.
4. Hierarki Produk
Hierarki produk merupakan urutan kebutuhan manusia akan lima
jenis produk yang dapat memenuhi kebutuhannya. Dimana antara satu
produk dan produk lainnya memiliki hubungan status sama lain.
Menurut Kotler (2000: 396) hierarki produk terdiri atas:
a.
Kelompok Kebutuhan (Need Family)
Merupakan kebutuhan dasar atau inti bagi manusia. Contohnya: rasa
aman, rasa lapar.
b.
Kelompok Produk (Product Family)
Merupakan seluruh kelas produk yang dapat memuaskan dasar atau
inti dengan cukup efektif. Contohnya: tabungan dengan penghasilan
seseorang.
c.
Kelas Produk (Product Class)
Merupakan sekumpulan produk didalam kelompok produk yang
memiliki hubungan fungsional tertentu. Contohnya: instrumen
keuangan.
d.
Lini Produk (Product Line)
Merupakan
sekumpulan
produk
didalam
kelas
produk
yang
berhubungan erat, karena berfungsi dengan cara yang sama atau karena
dijual pada kelompok pelanggan yang sama atau dipasarkan melalui
jalur distribusi yang sama atau karena harganya berbeda dengan skala
yang sama. Contohnya: asuransi jiwa.
e.
Tipe Produk (Product TyPe)
Merupakan produk yang ada dalam lini produk yang memiliki salah
satu bentuk dari produk tersebut. Contohnya: tabungan berjangka.
f.
Merek (Brand)
Merupakan nama yang dihubungkan dengan salah satu atau lebih
produk dalam lini produk yang digunakan untuk mengidentifikasikan
sumber atau karakter dari tipe produk tersebut. Contohnya: Coca-cola,
Mercedes Benz.
g.
Jenis Produk (Product Item)
Merupakan suatu unit dalam merek atau lini produk yang berbeda
dalam ukuran, harga, penampilan, atau atribut lainnya. Contohnya:
Asuransi yang dapat diperbaharui.
5. Tampilan Produk
Menurut Beardon (1996: 218-226) suatu produk memiliki ciri-ciri
khususnya yang ditampilkan. Bagi suatu media untuk promosi, hal ini
lazim disebut sebagai tampilan produk (product features) yang terdiri atas:
a. Kualitas (Quality)
Kualitas suatu produk akan menentukan seseorang konsumen membeli
atau sebaliknya tidak membeli produk tersebut. Konsumen sangat
memperhatikan kekuatan atau daya tahan dan bentuk fisik suatu
produk.
b. Desain (Design)
Dalam disain harus dipertimbangkan tentang model, keindahan, dan
fungsi dari suatu produk, ini berarti bahwa produk harus memiliki
model yang menarik dan indah, disamping bermanfaat bagi konsumen.
c. Merek (Brand)
Pemberian merek pada suatu produk sangat berguna untuk
mengidentifikasikan produk. Konsumen akan lebih mudah mencari
produk yang telah lebih dikenal melalui merek produk. Di pasar
swalayan, dimana produk dipajang di rak secara bersama-sama merek
sangat menolong dalam hal pemilihan atas suatu produk disamping
memberi pengaruh secara psikologis, oleh karena merek dapat
memberikan citra tertentu atas produk.
d. Kemasan (Packaging)
Kemasan merupakan salah satu bagian penting dari produk. Fungsi
dasar dari kemasan adalah untuk memberikan perlindungan pada
produk yang ada didalamnya. Saat ini fungsi kemasan semakin
berkembang, yaitu sebagai salah satu media promosi yang efektif bagi
produk yang dikemasnya.
B. Merek
Suatu merek sebagai salah satu bagian dari hierarki produk dapat
memberikan tanda bagi konsumen mengenai sumber dari produk tersebut, dan
dapat memberikan perlindungan bagi konsumen ataupun produsen dari para
pesaing yang berusaha memberikan produk-produk yang tampak identik.
Bagi perusahaan, keputusan pemberian merek pada produk dihadapkan
pada keputusan dalam menggunakan bahasa dari negara yang bersangkutan
atau menggunakan bahasa dari negara lain sebagai nama mereknya.
1. Definisi Merek
Menurut Kotler (2000: 404): "A Brand is a name, term, symbol, or a
combination of them, intended to identify the good services of one seller or
group of sellers and to differentiate them those of competitors."
Arti dari definisi tersebut yaitu mereka adalah sebuah nama, inisial,
tanda, simbol, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksud untuk
mengidentifikasikan produk atau jasa dari seorang penjual kelompok
penjual dan untuk membedakan dari produk atau jasa pesaing.
2. lstilah Merek
Selain merek, ada beberapa istilah lain yang sangat berkait dengan
merek pada suatu produk. lstilah-istilah tersebut menurut Bearden (1996:
221-222) terdiri atas:
a. Merek (Brand)
Yaitu sebuah nama istilah, tanda simbol atau desain, atau kombinasi
dari semuanya ini, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan
produk atau jasa dari seorang penjual atau kelompok penjual dan untuk
membedakannya dari produk atau jasa pesaing.
b. Nama merek (Brand Name)
Yaitu bagian dari suatu merek yang dapat dilafalkan atau diucapkan.
c. Tanda merek (Brand Mark)
Yaitu bagian dari suatu merek yang dikenal tetapi tidak dilafalkan
seperti simbol, desain, atau semacamnya.
d. Merek dagang (Trademark)
Yaitu merek atau bagian dari suatu merek yang mendapatkan
perlindungan hukum, karena mampu memperoleh hak eksklusif
penjual untuk menggunakan nama mereka atau tanda merek.
e. Hak cipta (Copyright)
Yaitu hak sah untuk memproduksi, menerbitkan, dan menjual bahan
dan bentuk tulisan, musik, atau karya seni.
3. Syarat-syarat Merek yang Baik
Keputusan pemberian merek terhadap suatu produk memerlukan
pertimbangan tertentu agar merek dapat diterima dengan baik. Adapun
syarat-syarat merek yang baik menurut Aaker (1991: 196) adalah:
a. Mudah dihapal dan diingat.
b. Menunjukan kelas produk tertentu
c. Mendukung sebuah slogan atau symbol
d. Menunjukan asosiasi-asosiasi yang, diinginkan tanpa menjadi bosan
atau sepele.
e. Nama tersebut sebaiknya otentik, bisa dipercaya, dan menyenangkan
serta tidak menyentuh harapan-harapan yang salah.
f. Istimewa, nama itu seharusnya tidak menimbulkan kebingungan
terhadap nama-nama pesaing lain.
g. Keberadaanya dapat dilindungi dari segi hukum.
Kriteria merek yang baik juga disampaikan oleh Kotler (1991- 451)
diantara lain adalah:
a. Merek harus menunjukan suatu ciri-ciri produk seperti manfaat dari
mutu suatu produk.
b. Merek harus menyarankan ciri-ciri produk seperti kemampuan dari
warna pada produk.
c. Merek harus mudah diucapkan, dikenali, dan diingat.
d. Merek harus menarik perhatian.
e. Merek harus punya kekhasan dan unik.
f. Merek harus tidak memiliki arti yang buruk dinegara lain dan bahasa
lain.
g. Merek harus terdaftar dan memenuhi kriteria dalam Undang- Undang
Merek Dagang.
Sedangkan menuru Arnold (4992: 16) sebuah merek sebaiknya:
terdiri dari unsur fisik yang unggul, rasional, dan daya tarik emosional.
Sehingga merek memiliki tampilan yang istimewa dan berkepribadian
yang jelas sehingga memberikan keuntungan nilai-nilai tersendiri bagi
konsumen.
4. Manfaat Merek
Merek pada suatu produk dapat memberikan berbagai manfaat baik
itu bagi produsen maupun bagi konsumen. Hal ini ditunjang dengan
semakin maraknya pasar yang menawarkan beragam produk yang
kesemuanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan serta keinginan
konsumen.
Pride dan Ferrel (1995: 326) memberikan penjelasan mengenai
manfaat merek bagi masing-masing konsumen dan produsen, adalah:
a. Bagi Konsumen :
a) Membantu untuk mengidentifikasikn produk tertentu yang mereka
sukai atau tidak sukai sehingga mengurangi waktu yang
dibutuhkan untuk membeli suatu produk.
b) Membantu dalam mengevaluasi, terutama ketika mereka tidak
mampu menilai ciri-ciri produk. Dengan demikian mereka dapat
melambangkan tingkat mutu tertentu bagi pembeli.
c) Membantu mengurangi resiko ketika membeli suatu produk.
d) Menawarkan imbalan psikologis yang berasal dari pemikiran
sebuah merek yang merupakan simbol status.
b. Bagi Produsen:
a) Mengidentifikasikan produk-produk yang membantu pengulangan
pembelian menjadi lebih mudah bagi pembeli.
b) Membantu dalam memperkenalkan suatu produk baru,
c) Membantu usaha-usaha promosi, karena promosi setiap produk
yang bermerek serupa.
d) Membantu mengusahakan loyalitas merek. Loyalitas merek dapat
mengalami penurunan, sebagian disebabkan oleh ketergantungan
para pemasar pada penjualan kupon dan promosi jangka pendek
lainnya dan sebagian lagi karena banyak munculnya produk baru.
Sedangkan menurut Arnold (1992: 9) manfaat dari mereka antara
lain adalah: bahwa merek merupakan semacam bentuk mental sekilas. Dan
keuntungan yang dimilikinya adalah bahwa merek tersebut menggantikan
ketidaktentuan menjadi usaha yang sungguh-sungguh dalam menganalisa
pilihan diantara kategori produk yang sama Konsumen akan tidak
menghabiskan waktu dan tenaga untuk memperlakukan setiap pembelian
sebagai pembelian pertama kalinya dimana dengan memilih merek
tertentu, konsumen dapat menghemat waktu dan melakukan pilihan yang
bebas resiko dan dapat diandalkan.
C. Pemberian Merek Asing (Foreign Branding)
Keputusan pemberian merek pada suatu produk harus dipilih secara
hati-hati, baik itu untuk merek dalam bahasa asing ataupun tidak. Hal ini
dikarenakan suatu merek dapat memberikan asosiasi positif ataupun negatif
terhadap produk yang nantinya akan berpengaruh pada penerimaan dan
evaluasi produk oleh konsumen. Dan dalam pemberian merek asing akan
melekatkan citra dari negara asal bahasa dengan produk.
1. Definisi Merek Asing.
Menurut Leclerc, Schmitt, dan Dube (1994): "Foreign Branding is
the strategy of spelling or pronouncing a Brand name in a foreign
language”
Arti definisi tersebut, pemberian merek asing adalah strategi
pengejaan atau pengucapan sebuah merek kedalam bahasa asing.
Definisi lain yang dipaparkan oleh Aaker (1996: 82): "One more
strategic option is to associate one's Brand with a country or region that
will add credibility or it"
Definisi tersebut memiliki arti bahwa salah satu pilihan strategi
adalah menghubungkan sebuah merek dengan suatu Negara atau kawasan
yang akan menambahkan kredibilitas merek tersebut. Dari kedua definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa merek asing adalah pengejaan ataupun
pengucapan
sebuah
merek
dalam
bahasa
suatu
Negara
dan
menghubungkan dengan sebuah Negara atau kawasan tempat bahasa asing
tersebut berasal yang dapat menambah kredibilitas merek tersebut.
2. Tujuan Pemberian Merek Asing
Melihat hubungan antara pemberian merek asing dengan persepsi
yang akan ditimbulkan, maka pemberian merek dalam bahasa asing
memiliki tujuan tertentu seperti yang telah dipaparkan oleh Charmasson
(1988: 157) sebagai berikut:
a. Menciptakan citra produk
Dengan menggunakan bahasa asing dari suatu negara, maka akan
memberikan persepsi bahwa produk tersebut diproduksi oleh negara
tersebut atau berhubungan dengan negara tersebut Sehingga citra yang
ditimbulkan produk akan berhubungan dengan citra dimana bahasa
Negara tersebut berasal.
b. Meningkatkan kualitas Produk
Biasanya negara tempat asal bahasa asing yang digunakan sebagai
merek memiliki kelebihan dalam produksi produk yang sama.
Sehingga dengan menggunakan bahasa asing dari Negara tersebut
dapat memberikan kesan kualitas yang baik terhadap produk.
c. Menciptakan keistimewaan
Merek dengan bahasa asing biasanya memiliki keunikan tersendiri
dibandingkan dengan merek-merek lain. Sehingga produk dapat
berkesan lebih istimewa dan konsumen akan merasa lebih bangga
apabila merek tersebut menggunakan bahasa dari Negara yang
memang memiliki kelebihan dalam memproduksi produk tersebut.
3. Fungsi Merek Asing
Menurut Aaker (1991: 162), merek asing mempunyai beberapa fungsi
yang antara lain adalah:
a. Membantu Penyusunan Informasi
Dengan menggunakan merek berbahasa asing, maka akan membantu
konsumen untuk mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan diakses.
Sebuah merek asing juga dapat memberikan informasi yang padat bagi
konsumen, mempengaruhi pengingatan kembali atas informasi
terutama pada saat konsumen melakukan pembuatan keputusan
pembelian.
b. Menciptakan Perbedaan
Sebuah merek asing dapat menjadi dasar penting dalam usaha
membedakan dan memisahkan antara suatu merek dengan merek
lainnya. Perbedaan ini juga dapat menjadi suatu keunggulan kompetitif
atas suatu.
c. Menimbulkan Keinginan Membeli
Pengaruh yang diberikan merek asing terhadap suatu produk adalah
pada saat konsumen mengambil keputusan pembelian. Dimana merek
asing tersebut memberikan kredibilitas dan rasa percaya diri pada
konsumen.
d. Menciptakan Sikap / Perasaan Positif
Merek bahasa asing mampu memberikan rangsangan perasaan positif
sesuai dengan asal negaranya. Dan beberapa merek asing yang
menciptakan perasaan positif selama pengalaman tersebut menjadi
sesuatu yang lain daripada yang lain.
e. Menjadi Dasar untuk Melakukan Perluasan
Sebuah merek asing mampu menghasilkan dasar bagi perluasan
dengan menciptakan rasa kesesuaian antara merek tersebut dengan
sebuah produk baru, atau dengan menampilkan alasan untuk membeli
produk perluasan tersebut.
4. Kriteria Merek Berbahasa Asing yang baik
Menurut Kepferer (1989: 217), merek berbahasa asing memiliki
kriteria sebagai berikut:
a. Merek harus memiliki arti yang positif dalam bahasa negara lain.
Dikarenakan pada tiap-tiap negara memiliki bahasa yang berbeda,
maka sebuah kata dalam suatu bahasa dapat Memiliki arti yang
berbeda dalam bahasa yang lain dan belum tentu diketahui oleh semua
orang. Oleh karenanya, keputusan pemberian merek asing oleh suatu
perusahaan harus didahului dengan menyelidiki apakah suatu merek
tersebut memiliki arti positif maupun negatif dalam bahasa lainnya
agar merek tersebut tidak menimbulkan persepsi yang tidak diinginkan
dimata konsumen.
b. Merek harus mudah diucapkan
Dikarenakan tidak setiap orang mampu membaca merek dalam bahasa
asing yang seringkali sulit untuk dilafalkan merek yang dipilih
sebaiknya mudah untuk diucapkan oleh masyarakat dimana produk
tersebut dipasarkan agar masyarakat lebih mudah untuk mengingatnya.
c. Bahasa asing yang digunakan sebaiknya berasal dari Negara dengan
citra yang baik
Dikarenakan setiap negara memiliki citra dan budaya yang berbeda,
maka ada beberapa Negara memiliki citra yang baik untuk produkproduk tertentu. Sehingga dalam hal ini produsen harus berhati-hati
dalam memilih merek berbahasa asing agar merek asing yang
digunakan memiliki citra baik dan sesuai bagi produk tersebut
sehingga konsumen akan memiliki anggapan bahwa produk tersebut
berkualitas dan diharapkan konsumen akan lebih tertarik untuk
membeli produk tersebut.
d. Nama yang dipilih memiliki arti sesuai dengan jenis produk
Sebaiknya merek asing yang digunakan memiliki arti. Hal ini
dikarenakan konsumen biasanya berkeinginan untuk mengetahui arti
sesungguhnya merek tersebut. Sehingga merek yang digunakan
sebaiknya sesuai dengan jenis produk agar nama tersebut benar-benar
sesuai dengan produknya.
5. Merek Berbahasa Inggris
Merek berbahasa inggris, sering digunakan oleh para produsen
dengan alasan bahwa Bahasa inggris merupakan bahasa yang telah
mendunia, sehingga telah diketahui oleh sebagian besar konsumen.
Selanjutnya, pengetahuan akan merek terdiri atas 2 dimensi: kesadaran
merek (seperti ingatan dan pengenalan merek) serta citra atau asosiasi
merek (yaitu persepsi merek seperti yang direfleksikan oleh suatu jaringan
asosiasi dalam ingatan konsumen) (Keller, 1993)
Hasil riset yang dilakukan oleh Leclerc, Schmitt, dan Dube-Rioux
(1989) menyatakan bahwa efek dari penyebutan nama merek berbahasa
Perancis atau Inggris terhadap persepsi dari produk cangkokan memiliki
tampilan yang seimbang antara Hedonik dan Utilitarian dan menurut
Leclerc, Schmitt dan Dube (1994), produk hedonik adalah produk yang
dinilai berdasarkan seberapa besar kesenangan yang diberikannya.
Sedangkan produk Utilitarian adalah produk yang dinilai berdasarkan atas
seberapa besar produk tersebut memberikan fungsi.
Produk yang memiliki merek berbahasa Inggris dan merupakan
produk Utilitarian, akan lebih disukai dari pada produk dengan merek
Perancis karena, kurangnya keserasian antara tampilan yang disuguhkan
oleh.steorotip kebudayaan dengan tampilan produk. Sedangkan merek
Perancis dengan asosiasi yang hedonik akan memberikan keserasian
persepsi yang lebih baik untuk produk-produk hedonik dibandingkan
dengan nama Inggris dan hasilnya akan lebih positif terhadap sikap merek
(Brand atittudes)
Bagi produk hybrid, dimana adanya keseimbangan yang relative
antara tampilan hedonik dan utilitarian. Merek Perancis dan Inggris akan
menghasilkan sikap merek yang sama positifnya (Leclerc, Scmitt, dan
Dube, 1994).
D. Iklan
Setiap pengusaha menginginkan hasil produksinya laku keras di
pasaran, maka peusahaannya harus melakukan komunikasi pemasaran.
Menurut Shimp, (1997: 107) komunikasi pemasaran adalah proses
penyesuaian persepsi anatara komunikator pemasaran dengan konsumen
mengenai suatu produk bermerek.
Yang dimaksud dengan penyesuaian persepsi di sini adalah baik
komunikator maupun konsumen mempunyai pemahaman dan penilaian yang
sama bahwa produk yang ditawarkan itu baik dan cocok untuk dikonsumsi.
1. Definisi Iklan
Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi pemasaran yang
dilakukan dengan menunjukan performance (penampilan wajah) atau
informasi-informasi suatu produk bermerek melalui media massa, dengan
maksud agar orang yang melihat atau mendengarnya memperhatikan dan
tertarik untuk membelinya (Wells, et al.1998; 8)
Iklan juga dapat didefinisikan sebagai sebuah pengiriman pesan
melalui suatu media yang dibayar sendiri oleh pemasang iklan. Iklan
merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan mempengaruhi setiap
lapisan atau anggota masyarakat, ukuran yang digunakan juga sangat
beragam, mulai dari yang paling kecil dan sederhana sampai iklan yang
berwarna dengan ukuran raksasa.
2. Kekuatan dan Kelemahan Iklan
Menurut Tom Brannan (2004: 52) iklan mempunyai kelemahan dan
kekuatan yaitu:
a. Kekuatan Iklan.
Kekuatan
iklan
dan
fungsinya
yang
serbaguna
dapat
memberikan beragam kreativitas yang dapat diimplementasikan
melalui penglihatan, suara atau bahkan penciuman.
Disamping itu, iklan mampu mengatasi pesan dan proposisi
paling kompleks sekalipun. Iklan juga secara luas telah digunakan
untuk menjelaskan berbagai argumen yang kompleks atas nama
kelompok kepentingan tertentu.
Kekuatan utama dari iklan barangkali terletak pada fakta bahwa
iklan dibayar untuk publisitas. Artinya, kita dapat memilih media yang
tepat untuk mencapai audiens sasaran, melaksanakan kampanye dan,
yang paling penting, menyampaikan pesan secara secara tepat
mengenai apa yang kita inginkan.
b. Kelemahan Iklan.
Tidak semua teknik periklanan mempunyai kekuatan. Dalam
pemasaran langsung, iklan memang mampu berperan sebagai tenaga
penjual, sedangkan dalam lingkup yang lebih luas iklan hanya bisa
membantu mendekatkan pada penjualan, biasanya dengan cara
membangun merek. Teknik periklanan sering kali mengalami kesulitan
memberikan kontribusinya secara konkret. Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan jika pemahaman kita tentang proses penjualan tidak
sempurna.
E. Media
Harold D. Laswell (Effendi, 1997: 10) mengatakan bahwa cara yang
baik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan Who
says what, in which channel, to whom, with what effect, and which channel?
Laswell menunjukan sebuah kegiatan komunikasi yang menggunakan saluran
komunikasi. Saluran komunikasi ini dapat diwujudkan melalui penggunaan
media. dalam proses komunikasi primer, komunikator dengan komunikan
berhadapan langsung tanpa disela oleh objek lainnya atau media, sehingga
efek dari komunikasi dapat diperoleh secara langsung. Sedangkan dalam
komunikasi sekunder, proses komunikasi yang terjadi antara komunikator
dengan komunikan terjadi melalui penggunaan alat atau media.
Onong U. Effendi (1997; 18) mengatakan bahwa proses komunikasi
sekunder menggunakan media yang dapat digolongkan sebagai media massa
dan media nirmassa atau nonmassa. Lebih lanjut Effendy juga menyebutkan
contoh media massa: radio, surat kabar, dan film bioskop. Media-media itu
dikategorikan sebagai media massa karena memiliki sifat masif atau missal.
Adapun contoh media nonmassa adalah: surat, telepon, telegram, poster,
spanduk, papan pengumuman, bulletin, majalah, radio amatir.
Sedangkan dalam istilah ekonomi, media dibagi menjadi dua, yaitu
media luar ruang (outdoor advertising) dan media dalam ruang (indoor
advertising). Contoh dari media luar ruang adalah papan nama, spanduk, dan
poster, sedangkan contoh media dalam ruang adalah selebaran, faksimili, dan
surat.
Griffin dan Ebert berkata: “Advertising is a paid nonpersonal
communication by identified sponsors to inform an audience about products.”
(1996: 523). Advertising tidak menggunakan komunikasi primer, tetapi semua
bentuk komunikasi yang menggunakan media sebagai saluran penyampaian
pesan, baik ditujukan pada massa, kelompok, atau personal. Dalam kajian
advertising dikenal pula istilah media lini-atas (above the line) dan media lini
bawah (below the line). Contoh media lini-atas adalah media yang ditujukan
pada khalayak ramai seperti televisi, radio, bioskop, dan surat kabar,
sedangkan media lini-bawah meliputu poster, banner, folder atau brosur yang
ditujukan pada kalangan tetuju atau mungkin juga individu.
1. Karakteristik Media
Beberapa jenis media memiliki karakteristik yang meliputi
kekuatan dan kelemahan dari tiap-tiap jenis media, diantaranya:
a. Televisi, jenis media ini memiliki beberapa kekuatan dan kelemahan
diantaranya:
•
Kekuatan
1. Memiliki daya jangkauan yang cukup luas
2. Memiliki efek suara dan gambar (gambar bergerak) yang
secara langsung dapat dilihat.
3. Memilki daya rangsang yang sangat kuat atau cukup tinggi.
•
Kelemahan
1. Hanya dapat dilihat dan didengar kembali apabila ada
pengulangan siaran.
2.
Harga tarif sewa slot iklan memerlukan biaya yang cukup
mahal.
b. Radio, kekuatan dan kelemahannya anatara lain:
• Kekuatan
1. Pesan yang disampaikan juga dapat dalam bentuk ulasan
2. Memiliki daya rangsang tinggi
3. Para pendengar dapat berimajinasi melalui suara
4. Harga tarif slot iklan dapat terjangkau
• Kelemahan
1. Hanya terdengar suara
2. Hanya dapat didengar jika siaran diputar kembali
3. Memiliki jangkauan yang terbatas
c. Surat kabar, kekuatan dan kelemahannya antara lain:
• Kekuatan
1. Dapat dibaca dimana saja
2. Dapat dibaca berulang kali
3. Biaya pemasangan relative murah atau rendah
• Kelemahan
1. Memeiliki jangkauan yang terbatas
2. Memiliki daya rangsang yang cukup rendah
3. Kualitas visual tergantung pada kualitas cetakan
d. Majalah, kekuatan dan kelemahannya antara lain:
•
Kekuatan
1. Dapat dibaca dimana saja
2. Dapat dibaca berulang-ulang
3. Biaya relatif lebih rendah
4. Kualitas visual cukup tinggi karena mutu kertas lebih baik dari
surat kabar
5. Memiliki daya rangsang yang cukup
6. Biaya untuk sewa ruang iklan relative sedang
7. Jika selesai dibaca, biasanya disimpan untuk dibuka kembali
kemudian
•
Kelemahan
1. Memiliki daya jangkauan yang terbatas
2. Memiliki daya rangsang yang rendah
3. Dibeli jika ada berita yang dapat menarik perhatian.
F. Persepsi
Setiap produk yang ada dipasaran dan memilliki karakteristik tertentu
akan menimbulkan persepsi dan sikap tertentu bagi konsumen. Karenanya,
bagi produsen persepsi konsumen amatlah penting. Persepsi konsumen yang
positif akan mendorong perilaku konsumen dalam membentuk keputusan
untuk membeli dan mengkonsumsi suatu produk.
1. Definisi persepsi
Menurut D. Weils dan prensky (1996: 257): “perception is the
process by which an individual select stimuli, organizes information about
select and interprets the information"
Yang artinya: Persepsi adalah suatu proses dimana seseorang memilih
stimuli
dan
mengorganisasikan
informasi
tersebut,
kemudian
menginterprestasikannya.
Sedangkan menurut Kotler (2000: 173): "Perception is the process
by which an individual select, organizes an interprets information inputs
to create a meaningful picture of the world”.
Artinya: Persepsi adalah sebuah proses yang mencakup dimana seseorang
memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan masukan infomasi untuk
menciptakan sebuah gambaran yang penuh arti.
Definisi persepsi lainnya disampaikan oleh Sciffman dan Lazar
(2000: 122) "Perception is defined as the process by which an Individual
selects, organizes and interprets stimuli a meaningful and coherenth
picture of the world". Artinya: Persepsi didefinisikan menjadi suatu proses
dimana individu menyeleksi, mengorganisasikan, menginterprestasikan
stimuli menjadi suatu bentuk yang bermakna dan berarti berhubungan
dengan gambaran dunia.
2. Persepsi dan Produk.
Produk memliki atribut yang menyertainya, terdiri atas suatu bentuk
fisik dan produk tambahan. Atribut-atribut tersebut dapat mempengaruhi
persepsi konsumen terhadap suatu produk. Richardtson dan K. Jain (1994)
menyatakan bawa persepsi konsumen terhadap produk dipengaruhi oleh:
1. Tanda Intrinsik
Menampilkan atribut-atribut yang berhubungan secara langsung dengan
produk dan tidak dapat dimanipulasi tanpa merubah produk secara fisik.
Seperti bahan-bahan yang digunakan.
2. Tanda Ekstrinsik
Merupakan atribut-atribut produk yang tidak memiliki hubungan secara
fisik terhadap produk. seperti kemasan.
Sedangkan menurut Morris dan Hallaq (1994: 268) persepsi
konsumen terhadap produk dilihat melalui:
1. Tanda Intrinsik yang berupa cita rasa, kinerja, dan kualitas.
2. Tanda Ekstrinsik terdiri atas: harga, merek dan asal negara.
Tanda Intrinsik merupakan semua atribut yang mempengaruhi
produk secara fisik (rasa, warna, bentuk dan tingkatan rasa). Sedangkan
ekstrinsik merupakan semua atribut dari produk yang berhubungan dengan
produk tetapi tidak memiliki hubungan secara fisik dari produk itu sendiri
dan menjadi bagian luar dari produk. Seperti: harga, merek dan iklan
merupakan tanda ekstrinsik untuk kualitas (A. Zeitham. L: 1998).
Tabel 2.1
Perbandingan Atribut Intrinsik dan Ekstrinsik
yang mempengaruhi persepsi konsumen
Morris & Hallaq
A. Zeitham L
Richardson &
K. Jain
Bahan-bahan yang • Citarasa
• Rasa
INTRINSIK
digunakan
langsung
secara • Kinerja
• Warna
terhadap • Kualitas
• Tekstur
produk
EKSTRINSIK
•
Warna
• Harga
• Harga
•
Merek
• Merek
• Merek
•
Kemasan
• Asal Negara
• Iklan
Richardtson dan K. Jain, Morris dan Hallaq, A. Zeitham. L
3. Demensi Persepsi
Berdasarkan teori yang dikemukakan Richarsdson dan K. Jain (1994)
bahwa tanda intrinsik dan tanda ekstrinsik yang mempengaruhi
persepsi konsumen terdiri atas beberapa dimensi. Untuk lebih jelasnya,
beberapa keterangan tentang indicator tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tanda Intrinsik
Merupakan
semua
bahan-bahan
yang
digunakan
untuk
memproduksi produk tersebut, berhubungan langsung dengan
produk dan tidak merubah bentuk fisik dari produk. dimana bahanbahan tersebut menjadi bahan baku dari produk yang dikonsumsi.
2. Tanda Ekstrinsik
Merupakan semua atribut yang memiliki hubungan secara fisik
dengan produk atau secara tidak langsung. Yang terdiri atas:
• Harga
Menurut Stanton (1994: 240) definisi harga adalah: "Price is the
money (plus some goods) that is needed to acquire some
combinations. of product and, its accompanying service."
Artinya harga merupakan jumlah uang (ditambah sejumlah
barang)
yang
diperlukan
untuk
mendapatkan
sejumlah
kombinasi dari suatu produk dan pelayanannya.
Kotler (1996: 3O) berpendapat bahwa: “price is amount of
money charged for a product or service, or the sum of the value
that consumer exchange for the benefit of having or using the
product or service." Definisi tersebut memiliki pengertian
bahwa harga adalah sejumlah uang yang dikenakan untuk suatu
produk atau jasa, atau jumlah nilai yang dibayar oleh konsumen
atas keuntungan dari pemilikan atau penggunaan dari produk
atau jasa tersebut.
• Merek
Dari ketiga definisi yang dikemukakan Kotler (2000:404) Aaker
(1991: 7) dan Arnold (1992: 247) dapat disimpulkan pengertian
dari mereka adalah: nama, istilah, tanda, atau kombinasi dari
semuanya itu, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasikan
produk atau jasa, sehingga dapat membedakannya dari pesaing.
• Kemasan
Kotler (2000: 418) mengemukakan bahwa pengertian dari
kemasan adalah:" Packaging includes the activities of designing
and producing the container for a product." Yang artinya,
pengemasan
mencakup
semua
kegiatan
merancang
dan
memproduksi wadah atau pembungkus untuk suatu produk.
Stanton (1994: 273) menerangkan bahwa kemasan adalah
"Packaging which consits of all the activities of designing and
producing the countainer or wrapper for the product.” Yang
artinya bahwa pengemasan merupakan kelompok aktivitas
secara umum dalam suatu perencanaan produk yang melibatkan
kegiatan merancang dan membuat wadah atau tempat bagi suatu
hasil produk.
3. Persepsi dan Strategi Pemasaran
Informasi merupakan bahan utama yang diperlukan para
pemasar
untuk
mempengaruhi
konsumen.
Oleh
karena
itu,
pengetahuan dari informasi merupakan hal-hal yang sangat perlu
dalam strategi pemasaran. Di dalam strategi pemasaran terdapat tujuh
faktor khusus yang digunakan, antara lain:
a. Strategi Pemasaran melalui Media
Didalam kenyataannya proses pengenalan produk melalui media
seharusnya lebih baik dilakukan secara selektif daripada secara
acak untuk memudahkan strategi melalui media. Jika proses
pengenalan produk dilakukan secara acak, maka pesan yang
terkandung dalam iklan tersebut tidak dapat ditangkap dengan jelas
oleh konsumen. Sedangkan jika proses pengenalan produk
dilakukan secara tidak acak, maka maksud atau tujuan dari
pemasaran tersebut dapat dimengerti atau ditangkap dengan baik
oleh konsumen.
Para konsumen sangat selektif untuk memilih kategori produk yang
sangat cocok dengannya dan akan mempertimbangkan berbagai
informasi produk yang akan dipilihnya. Dan dalam situasi
pemasarannya, para pemasar harus menemukan media yang cocok
untuk target pemasarannya. Iklan merupakan alat yang tepat untuk
menyampaikan maksud atau pesan dalam suatu produk dan media
sangat berperan penting dalam hal ini. Salah stu media yang
menunjukan eksistensinya adalah iklan melalui majalah atau surat
kabar, karena pesan atau maksud yang disampaikan melalui media
majalah atau surat kabar jelas menarik. Dan target-target
pemasaran melalui media dapat diklasifikasikan berdasarkan umur,
suku, kelas sosial, dan berdasarkan minat seseorang.
b. Strategi Pemasaran melaui Pedagang Kecil (Retail)
Banyak lingkungan pedagang-pedagang kecil yang memiliki
informasi atau pengetahuan yang sangat luas. Faktanya bahwa para
konsumen tidak dapat memproses semua informasi, dan para
pedagang yang menjadi solusi dari kecemasan para konsumen.
Mereka tidak ingin para konsumen menjadi cemas. Para pedagang
kecil biasanya menggunakan cara yang efektif untuk mengenalkan
produknya. Strategi yang dilakukan para pedagang kecil adalah
mendesain interior toko nya seindah mungkin, barang-barang
disusun berdasarkan klasifikasinya, dengan cara ini konsumen akan
melihat bahwa toko tersebut merupakan toko serba ada. Dengan
cara seperti ini dapat meningkatkan total penjualan. Dari segi
penempatan atau pendirian sebuah toko pun sangat berpengaruh,
jika pendapatan ingin tinggi maka penempatan sebuah toko
ditempat yang strategis. Selain penempatan atau pendirian sebauh
toko, harga, serta kualitas dari sebuah merek (brand) juga sangat
mempengaruhi target penjualan.
c. Iklan dan Desain Kemasan
Iklan dan desain harus memiliki dua faktor yang harus dipenuhi
yaitu menarik perhatian dan dapat menyampaikan maksud dengan
jelas. Banyak aspek yang harus diperhatikan dalam proses
pemasaran yaitu target pemasaran, produk yang akan dipasarkan,
dan situasi pasar. Jika produk yang dipasarkan menarik, merk nya
pun berkualitas, serta target pemasarannya mudah dijangkau, maka
perhatian konsumen atas produk tersebut akan tinggi dan
pemasarannya pun juga tidak banyak masalah. Para konsumen
akan menyukai suatu produk penyampaian dan informasi terhadap
produk tersebut jelas. Tetapi adakalanya konsumen akan sangat
jenuh pada sebuah produk, pada saat itu sulit untuk meraih
konsumen pada angka yang sangat tinggi dan para pemasar sangat
sulit untuk meningkatkan penjualan pada saat ketertarikan mereka
pada suatu produk lemah. Diduga bahwa kejenuhan konsumen
terhadap suatu produk disebabkan oleh desain kemasan yang
membosankan, oleh karena itu diperlukan pembaharuan atau
inovasi terhadap desain kemasan tersebut. Terdapat beberapa
strategi untuk membuat desain kemasan menjadi lebih menarik,
salah satunya adalah memanfatkan karakteristik yang dapat
memacu sebagi contoh: membuat desain lebih berwarna dan
disertai dengan gambar animasi. Yang kedua adalah dapat
menyampaikan pesan dan informasi dengan jelas.
Iklan juga merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk
meningkatkan target penjualan. Untuk menarik perhatian para
konsumen para pembuat iklan biasanya menggunakan artis atau
bintang iklan dalam mempromosikan suatu produk dan jenis
kelamin juga sangat mempengaruhi ketertarikan konsumen
terhadap sebuah iklan.
d. Peraturan dari Pesan dalam Pemasaran
Banyak agen-agen iklan yang lebih mengarahkan pesan suatu
produk dalam iklan
kepada penafsiran dan penggabungan
terhadap suatu hal yang berkaitan.
e. Merek-Merek yang Berkembang
Shakespeare dengan penafsirannya mengatakan bahwa, para
pelaku pasar tidak percaya bahwa “setangkai mawar dengan jenis
yang berbeda terdapat bau yang sama”. Nama merek meupakan hal
yang sangat penting bagi konsumen dan produk industri. Suatu
perusahaan yang ingin merubah nama atau merek produknya akan
sangat sulit menemukan nama yang sesuai dengan permintaan
pasar. Ketika mereka akan merubah suatu nama atau merek, suatu
perusahaan biasanya
ingin
meningkatkan
keuntungan
dari
ketertarikan konsumen terhadap produk yang lama.
f. Evaluasi dalam Periklanan
Periklanan yang sukses harus menjalankan 4 hal penting yaitu:
a) Penampilan : harus dapat ditangkap secara fisik oleh konsumen
b)
Perhatian
: harus dapat diperhatikan oleh konsumen
c)
Penafsiran
: harus benar-benar dapat dimengerti
d)
Ingatan : harus benar-benar tersimpan dalam ingatan
Kelengkapan dari periklanan harus diteliti secara menyeluruh,
banyak dari percobaan yang terpaku kepada perhatian serta
ingatan. Kekuatan dalam menarik perhatian konsumen terdapat
pada perdagangan dan desain kemasan. Para pelaku pasar biasanya
meneliti penafsiran konsumen dan ketertarikan mereka terhadap
suatu barang.
4. Hubungan antara Persepsi dan Merek berbahasa Inggris
Persepsi konsumen dapat tercipta melalui tanda Intrinsik dan
ekstrinsik dari atribut-atribut atau produk tertentu. Mereka telah
menjadi bagian dari tanda ekstrinsik dari suatu produk. Sehingga
merek memiliki kaitan terhadap terbentuknya suatu persepsi konsumen
terhadap produk. Menurut Morris dan Hallaq (1994: 268) tanda
ekstrinsik sering digunakan oleh konsumen sebagai pengganti dari
kualitas suatu produk. Sedangkan tanda intrinsik sering digunakan
sebagai dasar untuk mengevaluasi produk secara keseluruhan.
Sehingga merek berbahasa Inggris yang baik dan menjadi bagian dari
tanda ekstrinsik dapat memberikan pengaruh terhadap persepsi
konsumen baik secara negatif maupun positif.
Seperti yang telah dipaparkan oleh Mc'Guire (1976), bahwa kedua
tanda intrinsik dan ekstrinsik dapat memberikan informasi perspektif
pada konsumen sehingga mempengaruhi persepsi konsumen terhadap
produk tertentu.
Gambar 2.2
Pengaruh Intrinsik dan Ektrinsik terhadap persepsi konsumen
Intrinsik
• Citarasa
• Kinerja
• Kualitas
Persepsi Konsumen
Ektrinsik
• Harga
• Merek
• Kemasan
• Asal
negara
G. Penelitian Terdahulu
Boonghee Yoo, Neveen Donthu, Sungho Lee, (2000) “An
Examination of Selected Marketing Mix Elements and Brand Equity”. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa seringnya promosi harga, seperti potongan
harga, terkait pada ekuitas merek yang rendah, sementara pengeluaran
pengiklanan yang besar, harga yang tinggi, citra took yang baik, dan
intensistas distribusi yang tinggi terkait dengan pada ekuitas merek yang
tinggi. Ekuitas merek memberikan keunggulan kompetitif yang bertahan
karena menciptakan penghalang kompetitif yang berarti.
Gil dan Sanchez (1997), melakukan studi dengan judul “Consumers
preferences for wine attributes: a conjoint approach”. Hasil studi ini
menunjukan bahwa konsumen di daerah Navarra preferensi utamanya pada
asal produk anggur, preferensi yang kedua pada harga, dan yang ketiga pada
tahun pembuatan. Konsumen di daerah Aragon preferensi utamanya juga pad
asal produk, tetapi preferensi kedua pada tahun pembuatan dan ketiga pada
harga. Konsumen di dua daerah ini memiliki perbedaan perilaku yang
signifikan berkenaan dengan preferensinya terhadap harga dan asal produk
anggur.
Leclerc, Bernd H. Schmitt, Dube (1994) Melakukan studi dengan
judul “Foreign Branding and its Effects on Product Perceptions an
Attitudes”. Hasil study ini menyatakan bahwa efek dari penyebutan nama
merek berbahasa perancis dan inggris terhadap persepsi dari produk
cangkokan memeliki tampilan yang seimbang antara Hedonik dan Utilitarian.
Monjardino dan Monteiro (2000) melakukan studi dengan judul
“Conjoint measurement of preferences for traditional cheeses in Lisbon”.
Hasil studi ini menunjukan bahwa sebanyak 28% responden preferensinya
pada bentuk keju yang krim. Sebanyak 16,2% responden pada harga yang
murah. Sebanyak 55,8% pada tanda asal keju diproduksi yaitu dari Lisbon.
H. Kerangka Pemikiran
Dalam rangka memenangkan kompetisi dipasaran, pemberian merek
terhadap suatu produk akan memberikan ciri khas tersendiri. Merek pada
produk memberikan identitas bagi produk, informasi bagi konsumen dan
kemudahan dalam mengenali produk. Mereka juga memberikan gambaran
secara umum terhadap produk. Pada akhirnya, dalam pemberian merek
produsen dihadapkan pada masalah apakah menggunakan merek dalam bahasa
asing dan media apa untuk memasarkan kepada konsumen.
Apabila merek dalam bahasa asing, iklan dan media nya sudah
terpilih, maka nama merek iklan dan media nya akan disesuaikan dengan
produk tersebut. Sehingga adanya penggunaan merek dalam bahasa asing
tertentu diharapkan memberikan citra berkualitas / baik terhadap produk.
Dengan demikian, pemberian merek berbahasa asing iklan dan
media akan memberikan persepsi tertentu bagi konsumen. Dimana konsumen
juga dapat melihat, menilai melalui iklan dan media akan produk tersebut.
Secara singkat, uraian dari kerangka pemikiran diatas dapat dilihat pada bagan
berikut ini:
Pemberian Merek Bahasa
Asing
Iklan
Media
Persepsi Konsumen
I. Perumusan Hipotesa
Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya maka pada penelitian
ini digunakan Hipotesis sebagai berikut:
Ho 1: Tidak Terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian merek
berbahasa asing terhadap persepsi konsumen produk minuman
kesehatan Vita Charm.
Ha1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian merek terhadap
persepsi konsumen konsumen produk minuman kesehatan Vita Charm.
Ho 2: Tidak Terdapat pengaruh yang signifikan antara iklan terhadap persepsi
konsumen konsumen produk minuman kesehatan Vita Charm.
Ha2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara iklan terhadap persepsi
konsumen konsumen produk minuman kesehatan Vita Charm.
Ho3: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara media terhadap persepsi
konsumen produk minuman kesehatan Vita Charm.
Ha3: Terdapat pengaruh yang signifikan antara media terhadap persepsi
konsumen produk minuman kesehatan Vita Charm.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ditujukan dan dilakukan secara sengaja (purposive)
dengan
responden
adalah
masyarakat
umum
(Karyawan/pegawai,
Pelajar/Mahasiswa, pengusaha dan lain-lain) yang menjadi pemegang
keputusan pembelian produk minuman kesehatan Vita Charm untuk keperluan
yang dibutuhkan.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang mengkonsumsi
produk minuman kesehatan Vita Charm pada saat penelitian berlangsung
dan pelanggan yang berlangganan produk tersebut.
2. Sampel
Dalam penelitian ini menggunakan metode sampel probability yaitu
teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi
setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Metode
yang digunakan adalah simple random sampling yaitu pengambilan
sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa melihat strata yang
ada di dalam itu. Maka sampel yang diambil adalah 100 responden, sesuai
dengan teori.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan penelitian ini diperlukan data-data yang dapat
memberikan pemecahan dari permasalahan yang telah ditentukan pada bab
sebelumnya. Berdasarkan cara perolehan dari data tersebut jenis data yang
dipergunakan adalah:
1. Data Primer, diperoleh melalui survey lapangan yaitu dengan cara:
a. Wawancara (Interview)
Yaitu dengan memberikan berbagai pertanyaan kepada pihak-pihak
yang telah mengkonsumsi produk minuman kesehatan Vita Charm.
b. Angket (Kuisioner)
Yaitu dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab dengan jumlah pertanyaan 17
pertanyaan, sebelum dilakukan penyebaran kepada 100 responden
terlebih dahulu dilakukan try out untuk menguji pertanyaan-pertanyaan
mana saja yang valid.
D. Metode Analisis
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
instrument yang disusun berbentuk kuesioner yang di isi oleh para responden.
Kuesioner diberikan kepada pelanggan produk minuman kesehatan Vita
Charm selesai transaksi pada saat penelitian berlansung. Isi kuesioner disusun
berdasarkan indikator yang berasal dari konstruk dan sintesis dari masingmasing variabel penelitian.
Pedoman kuesioner disusun sesuai dengan jumlah variabel penelitian,
yaitu:
1. Merek Berbahasa Asing
2. Iklan
3. Media
4. Persepsi Konsumen
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh merek berbahasa asing, iklan
dan media terhadap persepsi konsumen dilakukan dengan menggunakan skala
likert (R.A likert, 1932) mengembangkan prosedur perskalaan dimana
mewakili suatu kontinum bipolar. Pada ujung sebelah kiri (dengan angka
rendah) menggambarkan suatu jawaban negatif, sedangkan ujung kanan
(dengan angka besar) menggambarkan positif. Seperti:
Sangat Tidak
Tidak Setuju
Tabel 3.1
Skala Likert
Ragu
Setuju
Setuju
Sangat
Setuju
( STS )
( TS )
(R)
(S)
( SS )
1
2
3
4
5
Sumber: Parasuraman (1998)
Selanjutnya data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dimana
hasil analisisnya akan dipresentasikan dalam bentuk tabel. Hasil dalam tabel
dianalisis berdasarkan variabel merek berbahasa asing, iklan dan media yang
kemudian dapat dilihat pengaruhnya kepada persepsi konsumen. Setelah
dilakukan perhitungan atas kuesioner pengolahan data kuantitatif yang didapat
mengenai kualitas pelayanan dan kualitas produk terhadap kepusan pelanggan,
maka sebelum di uji statistik di atas terlebih dahulu data yang diperoleh harus
dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Iqbal Hasan (2002:77)
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
a.
Uji Validitas
Sebagaimana dikemukakan dimuka, bahwa validitas adalah
ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrument pengukur mampu
mengukur apa yang diukur. Menurut Mardani (2001:51) uji validitas
dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah dibuat dapat
digunakan untuk mengukur apa hendak diukur secara cepat. Tipe
validitas yang digunakan adalah validitas konstruksi (Construct
validity). Validitas kontruksi menentukan validitas alat pengukur
dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh dari masingmasing item yang berupa pertanyaan ataupun pertanyaan dengan skor
totalnya.
Skor total ini merupakan nilai yang diperoleh dari hasil
penjumlahan semua skor item. Korelasi antara skor item dengan skor
totalnya harus signifikan berdasarkan dimensi konsep berkorelasi
dengan skor totalnya maka dapat disimpulkan bahwa alat pengukur
tersebut valid.
b. Uji Reliabilitas
Apabila suatu alat pengukuran telah dinyatakan valid, maka
tahap berikutnya adalah mengukur reliabilitas dari alat. Sebagai
ukuran yang menunjukkan konsistensi dari alat ukur dalam mengukur
gejala yang sama dilain kesempatan. Untuk melihat reliabilitas, maka
dihitung alpha cronbach
masing-masing instrument. Variabel-
variabel tersebut dikatakan reliable bila cronbach alpha nya memiliki
nilai lebih besar 0,60 (Purbayu 2005:251). Uji reliabilitas bertujuan
untuk melihat konsistensi alat ukur yang akan digunakan yakni
apakah alat ukur tersebut akurat, stabil dan konsisten. Teknik yang
digunakan adalah koefisien alpha cronbach dengan rumus:
rn =
2
S I 
k 
1
−
 ∑ 2
( k − 1) 
S t 
Keterangan :
rn
= Reliabilitas tes
k
= Jumlah soal
∑S
St
2
2
i
= Jumlah varian dari skor soal
= Jumlah varian dari skor total
Reliabilitas suatu instrument dapat diterima jika memilki
koefisien alpha cronbach minimal 0, 60 yang berarti bahwa
instrument tersebut dapat digunakan sebagai pengumpulan data yang
handal yaitu hasil pengukuran relatif konsisten jika dilakukan
pengukuran ulang.
2. Uji Asumsi Klasik
Apabila menggunakan OLS (Ordinary Least Square) dalam
ekonometrika dijelaskan bahwa peniliti tidak dapat menghindarkan diri
dari
penyimpangan-penyimpangan
asumsi
klasik.
Uji
asumsi
menggunakan SPSS 11.5 for windows.
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan
distribusi data. Uji ini merupakan pengujian yang paling banyak
dilakukan untuk analisis statistic parametric. Penggunaan uji
normalitas karena pada analisis statistic parametic, asumsi yang harus
dimiliki oleh data adalah bahwa data tesebut terdistribusi secara
normal. Maksud data terdistribusi secara normal adalah bahwa data
akan mengikuti bentuk distribusi normal. Bahwa data memusat pada
nilai rata-rata dan median. Untuk mengetahui bentuk distribusi data
kita bisa menggunakan grafik distribusi.
2. Uji Multikolinearitas
Uji asumsi ini berarti bahwa antara variabel independent yang
satu dengan independent yang lain dalam model regresi tidak saling
berhubungan secara sempurna atau mendekati sempurna. Suatu data
terbebas dari multikolinearitas jika nilai Variance Inflation Factor
(VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0, 1.
3. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi
dimana variable dependent tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri.
Maksud korelasi dengan diri sendiri adalah bahwa nilai dari variable
dependent tidak berhubungan dengan nilai variabel itu sendiri, baik
nilai variabel sebelumnya atau nilai periode sesudahnya. Untuk
mendeteksi gejala autokorelasi kita menggunakan uji Durbin-Watson
(DW). Uji ini menghasilkan nilai DW dihitung (d) dan nilai DW
tabel (d L & dV ) .
Hipotesisnya adalah :
Ho : Tidak ada autokorelasi, jika Durbin Watson -2 sampai dengan 2
Ha : Ada autokorelasi positif/negatif jika Durbin-Watson <-2 maka
terjadi autokorelasi positif, dan jika DW >2 maka terjadi
autokorelasi negatif
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji asumsi ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual
antara satu pengamatan dan pengamatan yang lain. Dalam regresi,
salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah bahwa varians dan
residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tidak
memiliki pola tertentu. Pola yang tidak sama ini ditunjukkan dengan
nilai yang tidak sama antar satu varians dari residual. Gejala varians
yang tidak sama ini disebut dengan gejala heterokedastisitas,
sedangkan adanya gejala varians residual yang sama dari suatu
pengamatan
ke
pengamatan
yang
lain
disebut
dengan
heterokedastisitas. Salah satu uji untuk menguji heterokedasitisas ini
adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual.
3. Analisis Regresi Berganda
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis regresi berganda (Multiple Regression). Analisis regresi
berganda adalah analisis tentang hubungan antara satu dependent variable
dengan dua atau lebih independent variable (Arikunto 2002:56).
Persamaannya yaitu:
Y = a+b1x1+b2x2 +b3X3…….error
Keterangan:
Y = Variabel terikat (persepsi konsumen)
a = Konstanta (harga y bila x = 0)
b = Koefesien regresi yang menunjukan angka peningkatan atau
penurunan variabel dependen yang didasarkan pada hubungan
nilai variabel independent.
X1= Variabel bebas (merek berbahasa asing)
X2 = Variabel bebas (iklan)
X3 = Variabel bebas (media)
4. Penguji Hipotesis
1. Uji t
Metode pengujian ini untuk menguji koefisien regresi secara
parsial dari variabel bebas terhadap variabel terikat dengan hipotesis
yang telah dikemukakan oleh Subiyanto (2000:203) sebagai berikut:
Jika:
Jika sig t > 0.05 maka Ha ditolak dan Ho diterima, berarti secara
parsial tidak ada pengaruh antara variabel bebas dan terikat.
Jika sig t < 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, berarti secara
parsial ada pengaruh antara variabel bebas dan terikat.
2. Uji F
Digunakan untuk mengetahui pengujian variabel bebas secara
simultan menurut Suprato (2000:267), langkah-langkah uji F-statistik
adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis nol dan hipotesis alternatife yang digunakan yaitu:
Ho : b1 = 0, artinya tidak ada pengaruh antara merek asing, iklan
dan media terhadap persepsi konsumen pada produk minuman
kesehatan Vita Charm.
Ha: b1 ≠ 0, artinya ada pengaruh antara merek asing, iklan dan
media terhadap persepsi konsumen pada produk minuman
kesehatan Vita Charm.
Tingkat signifikan yang digunakan yaitu α = 0.05
b. Menghitung nilai F :
Fhitung =
R 2 (k − 1)
(1 − R 2 ) (n − k − 1)
Dimana:
R2
= Koefisien regresi yang ditemukan
k
= Jumlah variabel bebas
n
= Jumlah sampel
F
= Fhitung yang selanjutnya diuji dengan Ftabel
Jika sig F > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima, berarti
tidak ada pengaruh antara variabel bebas dan terikat.
Jika sig F < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti
ada pengaruh antara variabel bebas dengan terikat.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan dari rumusan hipotesis, variabel
penelitian yang akan dianalisis dikelompokkan kedalam empat variabel. Yakni
variable dependent (Y) dan variable indenpendent (X1, X2 dan X3).
1. Variabel terikat (Variable Dependent)
Yaitu variabel terikat dalam penelitian ini adalah Persepsi
konsumen dimana merek asing, iklan dan media yang baik dan yang
dirasakan konsumen akan mempengaruhi persepsi konsumen. Variabel
terikat di konotasikan dengan huruf (Y).
2. Variabel bebas (Variable Independent)
Yaitu variabel bebas dalam penelitian ini adalah merek asing, iklan
dan media yang di konotasikan (X1), (X2) dan (X3).
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel
Variabel
Sub Variabel
(X1)
Merek
Asing
Merek
(X2)
Iklan
Iklan
(X3)
Media
(Y)
Persepsi
Konsumen
Media
Persepsi
Sumber: Data Primer 2007
Dimensi /
Ukuran
1. Merek harus memiliki arti Ordinal
yang positif dalam bahasa
Negara lain
2. Merek
harus
mudah
diucapkan
3. Bahasa asing yang digunakan
sebaiknya bahasa dari Negara
dengan citra yang baik
4. Nama yang dipilih harus
memiliki arti yang sesuai
dengan jenis produk
1. Memberikan informasi yang Ordinal
berkaitan
dengan
jenis
produk
2. Merupakan
bentuk
komunikasi pemasaran
3. Memiliki daya tarik kepada
konsumen mengenai produk
yang ditawarkan
Indikator
4. Iklan
mampu
bersaing
dengan iklan produk lain
yang sejenis.
5. iklan mengandung pesan
yang positif.
1. Sebagai Alat Komunikasi
2. Memiliki Daya Jangkau Yang
Menyeluruh
3. Segmentasi yang dituju dapat
tercapai
1. Menampilkan atribut-atribut
yang berhubungan dengan
produk tersebut
2. Memiliki ciri-ciri khas dalam
kemasan
3. Harga
berbeda
dengan
produk lain yang sejenis
4. Citarasa yang khas
5. Produk Memiliki kualitas
Ordinal
Ordinal
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan
Perjalanan
di Indonesia berawal pada tahun 1948 ketika
penerimaan masyarakat terhadap minuman kesehatan tradisional semakin
meluas. Untuk memenuhi kebutuhan ini sebuah
pabrik dibangun di
Semarang, lalu di Jakarta dua tahun kemudian.
Sejalan dengan berkembangnya usaha dan kebutuhan masyarakat,
pun membangun berbagai fasilitas produksi serta unit usaha baru,
dimulai dengan pasta gigi dan sikat gigi dengan merek FORMULA.
Pada tahun 1985
membentuk holding company dengan nama
ADA, singkatan dari Attention, Direction and Action. Di bawah bendera
ADA pengembangan usaha dan diversifikasi produk pun terus berlanjut.
Peningkatan kapasitas produksi yang terus menerus berlangsung dan
bertambahnya produk yang dihasilkan membutuhkan tim penjualan yang
solid. Untuk menangani dan menguasai jalur distribusi dalam penyebaran
produk-produk
ini, Manajemen menunjuk P.T. Arta Boga Cemerlang
sebagai distributor tunggal di Indonesia. Penetrasi produk-produk
ke
pasar tradisional maupun modern ditangani dan dikelola dengan baik oleh
Arta Boga Cemerlang.
Gambar 4.2
Logo Perusahaan
Pada tahun 1995 ADA kembali berganti nama menjadi ORANG
TUA. Merek ORANG TUA yang sarat nilai historis ternyata telah
mengakar dalam masyarakat Indonesia, sehingga menjadi salah satu
keunggulan dalam memposisikan dirinya di tengah masyarakat. Di lain
sisi, kata ORANG TUA itu juga identik dengan minuman kesehatan
tradisional yang sudah tertanam di benak konsumen. Oleh karena itu
revitalisasi nama dan logo dirasa perlu dilakukan sejalan dengan strategi
pengembangan bisnis
yang memasuki bisnis consumer goods.
Gambar 4.2
Logo Perusahaan
Pada tahun 2004 logo ORANG TUA dimodifikasi untuk
mencerminkan
sebagai perusahaan produk-produk bermerek pilihan
utama konsumen yang dinamis, penuh semangat, berjiwa muda, dan
menjadi kebanggaan para karyawannya.
Gambar 4.2
Logo Perusahaan
Bisnis semakin berkembang dengan penambahan unit usaha dan
produk-produk baru. Kini
telah memasuki berbagai kategori industri,
seperti Personal Care, Confectionery, Health Drink, Biscuit, Noodle,
Dairy Product dan Jelly Product. Perusahaan yang semula bergerak dalam
produksi minuman kesehatan tradisional kini telah berkembang menjadi
produsen produk kebutuhan sehari-hari.
2. Produk Vita Charm
Vita Charm adalah sebuah produk minuman susu fermentasi yang
memiliki kandungan atau komposisi didalamnya berupa Multi Probiotik
dan mengandung sari buah asli. Dimana didalam kandungan produk
tersebut terdapat lactobacilius dan bifido defensia.
Kandungan lactobacilius memiliki reaksi didalam usus halus
sedangkan bifido defensia bereaksi didalam usus besar.
3. Jenis-jenis Produk Vita Charm dan manfaatnya
a.
Vita Charm Classic White
Minuman susu fermentasi yang mengandung kultur probiotik
hidup Lactobacilius acidophilus yang diformulasikan dengan
cermat untuk kesehatan pencernaan.
b.
Vita Charm Strawberry
Minuman susu fermentasi rasa strawberry yang mengandung kultur
probiotik hidup Lactobacilius acidophilus untuk menjaga kondisi
tubuh.
c.
Vita Charm Orange
Minuman susu fermentasi
yang mengandung kultur probiotik
hidup Lactobacilius acidophilus untuk membantu penyerapan
laktosa. VitaCharm Orange, mengandung kebaikan jus jeruk,
manfaat susu fermentasi, dan khasiat probiotik.
d.
Vita Charm Grape
Minuman susu fermentasi rasa manis anggur yang mengandung
kultur probiotik hidup Lactobacilus acidophilus membantu
menekan jumlah bakteri merugikan di pencernaan Anda.
e.
Vita Charm Apple
Perpaduan eksotis dari jus apel dengan Minuman susu fermentasi
yang
menyegarkan
mengandung
kultur probiotik
hidup
Lactobacilus acidophilus yang membantu menjaga keseimbangan
mikroflora didalam usus.
B. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen
Pengujian validitas tiap butir pertanyaan digunakan analisis item,
yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan
jumlah skor tiap butir. Mansyur (1979) menyatakan bahwasannya didalam
analisis item, teknik korelasi dalam menentukan validitas item ini sampai
sekarang merupakan teknik yang paling banyak digunakan.
Kemudian didalam memberikan interpretasi terhadap koefisien
korelasi adalah item yang mempunyai korelasi positif dengan skor total serta
korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item ini memiliki validitas yang
cukup tinggi.
Pengujian validitas adalah berkaitan dengan masalah adanya
kepercayaan terhadap alat tes (instrument). Suatu instrument dapat memiliki
tingkat kepercayaan yang tinggi apabila hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan hasil tetap. Dengan demikian masalah reliabilitas tes
(instrument) berhubungan dengan masalah ketetapan hasil. Jika terjadi
perubahan tes (instrument), maka perubahan itu dianggap tidak berarti.
Untuk mengetahui apakah pertanyaan yang diajukan kepada
konsumen dapat dikatakan valid atau tidak, maka penulis melakukan uji coba
atau try out kepada 15 responden dengan memberikan 17 butir pertanyaan
untuk menguji validitas dan reliabilitas dari seluruh pertanyaan yang telah
diberikan.
Standarisaasi kuisioner dilakukan setelah dilakukannya try out terhadap
15 responden. Kuisioner dibagi menjadi empat variabel utama yaitu variabel
merek berbahasa asing, variabel Iklan, variabel media dan Variabel persepsi
konsumen.
Variabel merek asing dibagi menjadi empat indikator yaitu merek harus
memiliki arti yang positif dalam bahasa negara lain, merek harus mudah
diucapkan, bahasa asing yang digunakan berasal dari bahasa negara dengan
citra yang baik, nama yang dipilih memiliki arti yang sesuai dengan produk.
Pada variabel Iklan dibagi menjadi lima indikator yaitu memberikan
informasi yang berkaitan dengan jenis produk, merupakan bentuk komunikasi
pemasaran, memiliki daya tarik kepada konsumen terhadap produk yang
ditawarkan, mampu bersaing dengan iklan produk lain sejenis dan iklan
mengandung pesan yang positif.
Pada variabel media dibagi menjadi tiga indikator yaitu sebagai alat
komunikasi, memiliki daya jangkau yang menyeluruh, dan segmentasi yang
dituju dapat tercapai.
Pada variabel persepsi konsumen dibagi menjadi lima indikator yaitu
menampilkan atribut-atribut yang berhubungan dengan produk tersebut,
memiliki ciri-ciri khas dalam kemasan, harga berbeda dengan produk lain
yang sejenis, cita rasa yang khas, dan produk memiliki kualitas.
Dari hasil try out diperoleh data yang menyatakan bahwa dari 17
pertanyaan yang diberikan kepada 15 responden tidak satupun pertanyaan
tersebut yang memiliki nilai korelasi negatif. Sehingga ketika dilakukan
penyebaran terhadap 100 responden 17 pertanyaan tersebut digunakan
kembali.
Tabel 4.1
Hasil Try out instrument pengaruh merek berbahasa asing, iklan dan media
terhadap persepsi konsumen pada produk minuman kesehatan Vita Charm
No. Butir Instrumen
r-hitung
r-tabel
keterangan
Merek berbahasa asing
(X1)
1
Valid
0,621
0,533
Valid
2
0,749
0,533
Valid
3
0,691
0,533
0,638
Valid
4
0,533
Iklan (X2)
Valid
5
0,657
0,576
0,785
Valid
6
0,576
7
0,797
Valid
0,576
Valid
8
0,614
0,576
0,671
Valid
9
0,576
Media (X3)
Valid
0,848
10
0,532
0,849
Valid
11
0,532
0,876
Valid
12
0,532
Persepsi Konsumen (Y)
Valid
0,892
13
0,576
0,846
Valid
14
0,576
0,916
Valid
15
0,576
0,804
Valid
16
0,576
0,879
Valid
17
0,576
Sumber: Data Primer yang telah diolah
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran relative konsisten apabila pengukuran tersebut di ulangi dua kali
atau lebih. The realibility of measure andicate the stability and consistency
whit which the instrument is measuring the concept and help to assess the
goodness of a measure (Uma Sekaran 2000:204).
Pengujian dilakukan dengan menggunakan koefisien Cronbach’s
Alpha yaitu koefisien yang menunjukan hubungan yang positif antara item
atau pertanyaan yang satu dengan yang lain.
Reliable atau tidak nya pengukuran harus memenuhi suatu kriteria.
Dari banyak nya penetapan standar reliabilitas maka penelitian ini akan
menggunakan reliabilitas dengan koefisien Cronbach’s Alpha lebih dari 0,60.
Item-item pertanyaan yang digunakan dalam suatu kuesioner dinyatakan
reliable apabila memiliki Cronbach’s Alpha > 0,60 (Uma Sekaran), maka pada
dasar pengambilan keputusan adalah:
1. Jika Cronbach’s Alpha > 0,60 maka pertanyaan dalam kuesioner
dinyatakan reliabel.
2. Jika Cronbach’s Alpha < 0,60 maka pertanyaan dalam kuesioner
dinyatakan tidak reliabel.
Berdasarkan hasil pengelolaan data, diperoleh hasil pengujian
reliabilitas yang dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:
No
1
R
3
4
Variabel
Merek Berbahasa
Asing
Iklan
Media
Persepsi Konsumen
Tabel 4.2
Uji Reliabilitas
Cronbach’s
Coefficient
Item
Alpha
4
0,834
5
3
5
0,891
0,931
0,951
Kesimpula
n
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Berdasarkan pengukuran reliabilitas diatas dengan menggunakan
software SPSs.
Seperti tabel diatas, koefisien Cronbach’s Alpha untuk masingmasing Variabel ternyata data yang dihasilkan melalui pengujian reliabilitas
dengan menggunakan software SPSs lebih besar dari pada 0,60, artinya
Cronbach’s Alpha dapat diterima, setelah pengujian validitas dan reliabilitas,
menyatakan bahwa seluruh item pertanyaan dari masing-masing variabel
dinyatakan valid dan reliabel.
C. Deskriftif Analisis
Merek berbahasa asing, iklan dan media terhadap persepsi konsumen
dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yang berkaitan dengan
merek
berbahasa asing, iklan dan media tersebut. Hal ini berdasarkan output dari
kuesioner yang diberikan kepada responden.
1. Merek berbahasa asing (X1)
Merek berbahasa asing dapat diukur dengan menggunakan indikator
sebagai berikut: merek Vita Charm memiliki arti yang positif apabila
diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia, merek Vita Charm mudah
diucapkan, merek Vita Charm dapat mencerminkan citra yang berkualitas/
baik seperti negara asal, merek Vita Charm memiliki arti yang sesuai
dengan jenis produk yang berupa produk minuman kesehatan.
Tabel 4.3
Merek Vita Charm memiliki arti yang positif
apabila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
Pertanyaan
Frekwensi
Prosentase
No
1 Sangat tidak setuju
0
0,0
2 Tidak setuju
10
10,0
3 Ragu-ragu
27
27,0
4 Setuju
51
51,0
5 Sangat setuju
12
12,0
Jumlah
100
100%
Sumber: data primer yang telah diolah
Tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa 10 responden yang
menyatakan tidak setuju, 27 responden yang menyatakan ragu-ragu, 51
responden yang menyatakan setuju, 12 responden yang menyatakan sangat
setuju, Artinya sebanyak 51% responden menyatakan setuju bahwa merek
Vita Charm memiliki arti yang positif apabila diterjemahkan kedalam
bahasa indonesia.
Tabel 4.4
Merek Vita Charm mudah diucapkan
Pertanyaan
Frekwensi
Prosentase
Sangat tidak setuju
7
7,0
Tidak setuju
15
15,0
Ragu-ragu
28
28,0
Setuju
39
39,0
Sangat setuju
11
11,0
Jumlah
100
100%
Sumber: data primer yang telah diolah
No
1
2
3
4
5
Tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa 7 responden yang
menyatakan sangat tidak setuju, 15 responden yang menyatakan tidak
setuju, 28 responden yang menyatakan ragu-ragu, 39 responden yang
menyatakan setuju, dan 11 responden yang menyatakan sangat setuju.
Artinya sebanyak 39% responden yang menyatakan setuju bahwa merek
Vita Charm mudah untuk diucapkan.
Tabel 4.5
Merek Vita Charm dapat mencerminkan citra yang berkualitas
seperti Negara asal
No
Pertanyaan
Frekwensi
Prosentase
1
Sangat tidak setuju
0
0,0
2
Tidak setuju
20
20,0
3
Ragu-ragu
28
28,0
4
Setuju
41
41,0
5
Sangat setuju
11
11,0
Jumlah
100
100%
Sumber: data primer yang telah diolah
Tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa 20 responden yang
menyatakan sangat tidak setuju, 28 responden yang menyatakan ragu-ragu,
41 responden yang menyatakan setuju, 11 responden yang menyatakan
sangat setuju. Artinya sebanyak 41% responden yang menyatakan setuju
bahwa merek Vita Charm dapat mencerminkan citra yang berkualitas
seperti negara asal.
Tabel 4.6
Merek Vita Charm memiliki arti yang sesuai dengan jenis produk
yang berupa produk minuman kesehatan
Pertanyaan
Frekwensi
Prosentase
Sangat tidak setuju
2
2,0
Tidak setuju
21
21,0
Ragu-ragu
31
31,0
Setuju
32
32,0
Sangat setuju
14
14,0
Jumlah
100
100%
Sumber: data primer yang telah diolah
No
1
2
3
4
5
Tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa 2 responden yang
menyatakan sangat tidak setuju, 21 responden yang menyatakan tidak
setuju, 31 responden yang menyatakan ragu-ragu, 32 responden yang
menyatakan setuju, dan 14 responden yang menyatakan sangat setuju.
Artinya sebanyak 32% responden yang menyatakan setuju bahwa merek
Vita Charm memiliki arti yang sesuai dengan jenis produk yang berupa
minuman kesehatan.
2. Iklan (X2)
Iklan dapat diukur dengan menggunakan indikator sebagai berikut:
dengan adanya iklan Vita Charm menyebabkan anda ingin mencobanya
walaupun belum pernah, anda lebih menyukai iklan produk minuman
kesehatan Vita Charm dibandingkan dengan produk minuman kesehatan
lainnya, iklan produk minuman kesehatan Vita Charm mengandung pesan
yang positif, anda lebih menyukai iklan yang ditayangkan di televisi
dibandingkan dengan media lainnya, iklan Vita Charm memberikan
seluruh informasi tentang komposisi dan khasiat produk.
Tabel 4.7
Dengan adanya iklan Vita Charm menyebabkan anda ingin
mencobanya walaupun belum pernah
No
Pertanyaan
Frekwensi
Prosentase
1
2
3
4
5
Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat setuju
Jumlah
Sumber: data primer yang telah diolah
6
5
34
50
5
100
6,0
5,0
34,0
50,0
5,0
100%
Tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa 6 responden yang
menyatakan sangat tidak setuju, 5 responden yang menyatakan tidak
setuju, 34 responden yang menyatakan ragu-ragu, 50 responden yang
menyatakan setuju, dan 5 responden yang menyatakan sangat setuju.
Artinya sebanyak 50% responden yang menyatakan setuju bahwa dengan
adanya iklan Vita Charm menyebabkan ingin mencobanya.
Tabel 4.8
Iklan Vita Charm lebih disukai dibandingkan dengan produk
minuman kesehatan lainnya
No
Pertanyaan
Frekwensi
Prosentase
1
Sangat tidak setuju
0
0,0
2
Tidak setuju
23
23,0
3
Ragu-ragu
41
41,0
4
Setuju
33
33,0
5
Sangat setuju
3
3,0
Jumlah
100
100%
Sumber: data primer yang telah diolah
Tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa 23 responden yang
menyatakan tidak setuju, 41 responden yang menyatakan ragu-ragu, 33
responden yang menyatakan setuju, 3 responden yang menyatakan sangat
setuju. Artinya sebanyak 41% responden yang menyatakan ragu-ragu
bahwa iklan Vita Charm lebih disukai dibandingkan dengan produk
minuman kesehatan lainnya.
No
Tabel 4.9
Iklan Produk Minuman Kesehatan Vita Charm
mengandung pesan yang positif
Pertanyaan
Frekwensi
Prosentase
1
2
3
4
5
Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat setuju
Jumlah
Sumber: data primer yang telah diolah
0
27
32
35
6
100
0,0
27,0
32,0
35,0
6,0
100%
Tabel 4.9 diatas dapat diketahui bahwa 27 responden yang
menyatakan tidak setuju, 32 responden yang menyatakan ragu-ragu, 35
responden yang menyatakan setuju, 6 responden yang menyatakan sangat
setuju. Artinya sebanyak 35% responden yang menyatakan setuju bahwa
ilan produk minuman kesehatan Vita Charm mengandung pesan yang
positif.
Tabel 4.10
Iklan Televisi lebih disukai dibandingkan dengan iklan
di Media lainnya
No
Pertanyaan
Frekwensi
Prosentase
1
Sangat tidak setuju
0,0
0,0
2
Tidak setuju
27
27,0
3
Ragu-ragu
32
32,0
4
Setuju
34
34,0
5
Sangat setuju
7
7,0
Jumlah
100
100%
Sumber: data primer yang telah diolah
Tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa 27 responden yang
menyatakan tidak setuju, 32 responden yang menyatakan ragu-ragu, 34
responden yang menyatakan setuju, 7 responden yang menyatakan sangat
setuju. Artinya sebanyak 34% responden yang menyatakan setuju bahwa
iklan televisi lebih disukai dibandingkan dengan iklan di media lainya.
Tabel 4.11
Iklan Vita Charm telah memberikan informasi tentang Komposisi
dan khasiat produk
No
Pertanyaan
Frekwensi
Prosentase
1
2
3
4
5
Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat setuju
Jumlah
Sumber: data primer yang telah diolah
0
19
33
40
8
100
0,0
19,0
33,0
40,0
8,0
100%
Tabel 4.11 diatas dapat diketahui bahwa 19 responden yang
menyatakan tidak setuju, 33 responden yang menyatakan ragu-ragu, 40
responden yang menyatakan setuju, 8 responden yang menyatakan sangat
setuju. Artinya sebanyak 40% responden yang menyatakan setuju bahwa
iklan Vita Charm telah memberikan informasi tentang komposisi dan
khasiat produk.
3. Media (X3)
Media dapat diukur dengan menggunakan indikator sebagai
berikut: media elektronik lebih akurat dalam penyampaian informasi
tentang produk Vita Charm dibandingkan dengan media lainnya, televisi
merupakan media yang sering dilihat didalam menyampaikan semua
informasi, televisi mempunyai daya jangkauan yang cukup luas
dibandingkan dengan media lainnya dalam penyampaian iklan.
Tabel 4.12
Media Elektronik lebih akurat dalam penyampaian informasi
tentang produk Vita Charm dibandingkan dengan media lainnya
No
1
2
3
4
5
Pertanyaan
Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat setuju
Jumlah
Sumber: data primer yang telah diolah
Frekwensi
6
10
21
52
11
100
Prosentase
6.0
10.0
21.0
52.0
11.0
100%
Tabel 4.12 diatas dapat diketahui bahwa 6 responden yang
menyatakan sangat tidak setuju, 10 responden yang menyatakan tidak
setuju, 21 responden yang menyatakan ragu-ragu, 52 responden yang
menyatakan setuju, dan 11 responden yang menyatakan sangat setuju.
Artinya sebanyak 52% responden yang menyatakan setuju bahwa media
elektronik lebih akurat dalam penyampaian informasi tentang produk Vita
Charm dibandingkan dengan media lainnya.
Tabel 4.13
Televisi merupakan media yang sering dilihat didalam
menyampaikan seluruh informasi
No
Pertanyaan
Frekwensi
Prosentase
1
Sangat tidak setuju
0
0.0
2
Tidak setuju
13
13.0
3
Ragu-ragu
14
14.0
4
Setuju
53
53.0
5
Sangat setuju
20
20.0
Jumlah
100
100%
Sumber: data primer yang telah diolah
Tabel 4.13 diatas dapat diketahui bahwa 13 responden yang
menyatakan tidak setuju, 14 responden yang menyatakan ragu-ragu, 53
responden yang menyatakan setuju, 20 responden yang menyatakan sangat
setuju. Artinya sebanyak 53% responden yang menyatakan setuju bahwa
televisi merupakan media yang sering dilihat didalam menyampaikan
seluruh informasi.
Tabel 4.14
Televisi mempunyai daya jangkauan yang cukup luas
dibandingkan dengan media lainnya dalam penyampaian iklan
No
Pertanyaan
Frekwensi
Prosentase
1
Sangat tidak setuju
12
12.0
2
Tidak setuju
4
4.0
3
Ragu-ragu
23
23.0
4
Setuju
33
33.0
5
Sangat setuju
28
28.0
Jumlah
100
100%
Sumber: data primer yang telah diolah
Tabel 4.14 diatas dapat diketahui bahwa 12 responden yang
menyatakan sangat tidak setuju, 4 responden yang menyatakan tidak
setuju, 23 responden yang menyatakan ragu-ragu, 33 responden yang
menyatakan setuju, dan 28 responden yang menyatakan sangat setuju.
Artinya sebanyak 33% responden yang menyatakan setuju bahwa televisi
mempunyai daya jangkau yang cukup luas dibandingkan dengan media
lainnya dalam penyampaian iklan.
4. Persepsi Konsumen (Y)
Kepuasan konsumen dapat diukur dengan indikator sebagai
berikut: Vita Charm memiliki ciri-ciri khusus pada kemasan produknya,
kemasan Vita Charm menarik dan sesuai, harga Vita Charm lebih murah
dibandingkan dengan minuman kesehatan lainnya, Vita Charm memiliki
cita rasa yang khas, produk Vita Charm merupakan salah satu produk yang
berkualitas.
Tabel 4.15
Vita Charm memiliki ciri-ciri khusus pada kemasan produknya
No
Pertanyaan
Frekwensi
Prosentase
1
2
3
4
5
Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat setuju
Jumlah
Sumber: data primer yang telah diolah
6
5
34
50
5
100
6.0
5.0
34.0
50.0
5.0
100%
Tabel 4.15 diatas dapat diketahui bahwa 6 responden yang
menyatakan sangat tidak setuju, 5 responden yang menyatakan tidak
setuju, 34 responden yang menyatakan cukup ragu-ragu, 50 responden
yang menyatakan setuju, dan 5 responden yang menyatakan sangat setuju.
Artinya sebanyak 50% responden yang menyatakan setuju bahwa Vita
Charm memiliki ciri-ciri khusus pada kemasan produknya.
Tabel 4.16
Kemasan Vita Charm menarik dan sesuai
No
Pertanyaan
Frekwensi
Prosentase
1
Sangat tidak setuju
0
0.0
2
Tidak setuju
24
24.0
3
Ragu-ragu
28
28.0
4
Setuju
45
45.0
5
Sangat setuju
3
3.0
Jumlah
100
100%
Sumber: data primer yang telah diolah
Tabel 4.16 diatas dapat diketahui bahwa 24 responden yang
menyatakan sangat tidak setuju, 28 responden yang menyatakan ragu-ragu,
45 responden yang menyatakan setuju, 3 responden yang menyatakan
sangat setuju. Artinya sebanyak 45% responden yang menyatakan setuju
bahwa kemasan Vita Charm menarik dan sesuai.
Tabel 4.17
Harga Vita Charm lebih murah dibandingkan dengan
minuman kesehatan lainnya
No
1
2
3
4
5
Pertanyaan
Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat setuju
Jumlah
Sumber: data primer yang telah diolah
Frekwensi
0
27
32
35
6
100
Prosentase
0.0
27.0
32.0
35.0
6.0
100%
Tabel 4.17 diatas dapat diketahui bahwa 27 responden yang
menyatakan tidak setuju, 32 responden yang menyatakan ragu-ragu, 35
responden yang menyatakan setuju, 6 responden yang menyatakan sangat
setuju. Artinya sebanyak 35% responden yang menyatakan setuju bahwa
harga Vita Charm lebih murah dibandingkan dengan minuman kesehatan
lainnya.
Tabel 4.18
Vita Charm memiliki cita rasa yang khas
No
Pertanyaan
Frekwensi
Prosentase
1
Sangat tidak setuju
0
0.0
2
Tidak setuju
27
27.0
3
Ragu-ragu
32
32.0
4
Setuju
34
34.0
5
Sangat setuju
7
7.0
Jumlah
100
100%
Sumber: data primer yang telah diolah
Tabel 4.18 diatas dapat diketahui bahwa 27 responden yang
menyatakan tidak setuju, 32 responden yang menyatakan ragu-ragu, 34
responden yang menyatakan setuju, 7 responden yang menyatakan sangat
setuju. Artinya sebanyak 34% responden yang menyatakan setuju bahwa
Vita Charm memiliki cita rasa yang khas.
Tabel 4.19
Produk Vita Charm merupakan salah satu produk yang berkualitas
No
1
2
3
4
5
Pertanyaan
Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat setuju
Jumlah
Sumber: data primer yang telah diolah
Frekuensi
0
19
32
40
9
100
Persentase
0.0
19.0
32.0
40.0
9.0
100%
Tabel 4.19 diatas dapat diketahui bahwa 19 responden yang
menyatakan tidak setuju, 32 responden yang menyatakan ragu-ragu, 40
responden yang menyatakan setuju, 9 responden yang menyatakan sangat
setuju. Artinya sebanyak 40% responden yang menyatakan setuju bahwa
produk Vita Charm merupakan salah satu produk yang berkualitas.
D. Asumsi Klasik
Suatu model persamaan regresi yang telah di uji dan dibutuhkan dapat
diterima secara ekonometrik, maka diperlukan cara sebagai estimasi yaitu
dengan menggunakan metode kuadrat terkecil atau OLS (Original Least
Square). Dapat dikatakan bahwa setiap penelitian tidak akan dapat
menghindari pengimpangan dari asumsi kenormalan klasik. Untuk dapat
memenuhi syarat BLUE (Best Linier Unbias Estimate), maka dapat diperlukan
beberapa asumsi klasik sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regrsi
variable devenden dan indevenden atau keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal
atau mendekati normal.
Untuk mengetahui variabel dependen dan independent atau
keduanya berdistribusi normal atau tidak, dapat dilihat pada gambar 4.1.
berikut.
Gambar 4.1
Uji Normalitas Data
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: pesepsi
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Berdasarkan gambar 4.1 diatas bahwa Normal P-P Plot of
Regression
Standardized
Residual
menunjukkan
bahwa
titik-titik
menyebar disekitar garis diagonal atau mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi layak digunakan atau berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Jika terjadi korelasi, maka
terdapat multikolinearitas, dimana model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas, dapat dilihat dalam tabel 4.20
dibawah ini:
Tabel 4.20
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
Model
1
(Constant)
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
Collinearity
Statistics
tolerance
VIF
2,339
2,127
1,100
,274
merek
,305
099
.283
3,087
,003
,712
1,404
iklan
,299
,061
,346
3,087
,000
,679
1,474
media
,434
,194
,191
2,242
,004
,824
1,213
a Dependent Variable: pesepsi
Penyimpangan asumsi model klasik yang pertama adalah adanya
multikolinearitas dalam model regresi yang dihasilkan. Model regresi yang
bebas dari masalah multikoliniearitas menurut Sugardito yaitu pada nilai
VIF (Variance Inflation Factor) yaitu tidak lebih dari 10 dan tolerannya
tidak kurang dari 0.1. Jika kita lihat pada tabel diatas maka dapat diketahui
bahwa nilai VIF X1 sebesar 1.404, X2 sebesar 1.474, X3 1.213 dan nilai
tolerance X1 sebesar 0.712, X2 sebesar 0.679, X3 sebesar 0.824. Maka
dapat disimpulkan bahwa model regresi terbebas dari multikolinearitas dan
layak digunakan.
3. Uji Autokorelasi
Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.21 dibawah ini:
Tabel 4.21
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary(b)
Adjusted R
Model
R
R Square
Square
1
,652(a)
,426
,408
a Predictors: (Constant), iklan, media, merek
b Dependent Variable: pesepsi
Std. Error
of the Estimate
1,64589
Durbin-Watson
1,664
Uji autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi
dimana variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya. Artinya bahwa
nilai dari variabel dependen tidak berhubungan dengan variabel itu sendiri,
baik nilai periode sebelumnya maupun nilai periode sesudahnya.
Pada tabel 4.21 diatas dapat dilihat bahwa nilai Durbin Watson
(DW) yang diperoleh darai hasil 1.664. Hal ini berarti angka durbin
watson berada diantara -2 sampai dengan 2. Jadi dapat disimpulkan bahwa
model tersebut tidak ada atau tidak terjadi autokorelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode T dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya) pada model regresi yang dibuat dalam penelitian ini
(Singgih Santoso 2000).
4. Uji Heterokedastisitas
Masalah heteroskedastisitas terjadi apabila kesalahan atau
residual pada model yang sedang diamati tidak memiliki varians yang
konstan dari satu observasi ke observasi lainnya. Gejala heterokedastisitas
lebih sering terjadi apabila regresi menggunakan data berupa silang tempat
(cross-section) dibandingkan dengan data runtut waktu (time-series).
Hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 4.4
Hasil Uji Heterokedastisitas
Scatterplot
Dependent Variable: pesepsi
Regression Standardized Predicted
Value
3
2
1
0
-1
Berdasarkan gambar 4.4 diatas, Scatterplot menunjukkan
-2
-4
-2
0
2
Regression Studentized Residual
penyebaran titik data sebagai berikut, menunjukkan model regresi linier
berganda terbebas dari uji asumsi klasik heterokedastisitas, yaitu:
b. Titik-titik data menyebar di atas dan di sekitar angka nol
c. Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja
d. Penyebaran titik-titik tidak tidak berpola
Penyebaran titik-titik dan tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemungkinan menyempit dan melebar kembali
Sehinga dapat disimpulkan bahwa regresi berganda antara
variabel merek berbahasa asing (X1) iklan (X2) dan media (X3) dengan
variabel persepsi konsumen (Y) memiliki heterokedasitisitas.
E. Analisa Regresi Berganda
Tabel 4.22
Hasil Analisis Regresi Berganda
Variabel
Koefisien
tsignifikan
regresi
hitung
konstan
2,339
1,100
0,274
Merek bahasa asing
0,305
3,087
0,003
Iklan
0,299
3,087
0,000
Media
0,434
2,242
0,004
Ad.R = 0,408
F-hitung =
23,710
R Multiplier = 0,652 F-tabel = 2,70
R Squer = 0,426
T-tabel = 1,66
Standar Eror of
Signifikasi =
Estimate = 1,64589
0,000
Sumber out spss
Persepsi Konsumen = 2,339 + 0,305 X1 + 0,299 X2 + 0,434 X3
persamaan koefisien regresi di atas dapat dijelaskan bahwa:
a. Merek berbahasa asing adalah merupakan strategi pengejaaan atau
pengucapan sebuah merek ke dalam bahasa asing. Pada Tabel 4.22 di atas
dapat dilihat bahwa pemberian merek berbahasa asing terdapat pengaruh
yang signifikan dengan persepsi konsumen dengan nilai koefisien regresi
0,305. Dapat dikatakan sangat berpengaruh dikarenakan suatu merek dapat
memberikan asosiasi positif ataupun negatif terhadap produk yang
nantinya akan berpengaruh pada penerimaan dan evaluasi produk oleh
konsumen.
b. Koefisien regresi iklan adalah 0,299 yang berarti terdapat pengaruh yang
signifikan dengan persepsi konsumen. Hal ini sama seperti yang oleh
(Shimp 1997: 107) bahwa iklan adalah proses penyesuaian persepsi antara
komunikator pemasaran dengan konsumen mengenai suatu produk
bermerek.
c. Koefesien regresi media adalah sebesar 0,434 menyatakan bahwa setiap
penambahan media sebesar 1 satuan maka persepsi konsumen akan
meningkat sebesar 0,434 dengan asumsi variabel lainnya tetap.
F. Pengujian Hipotesis
Tabel 4.23
Model Summary(b)
Model
R
R Square
Adjusted R Square
1
,652(a)
,426
,408
a Predictors: (Constant), iklan, media, merek
b Dependent Variable: pesepsi
Std. Error of the
Estimate
1,64589
Durbin-Watson
1,664
Tabel 4.23 model summary diatas, terlihat bahwa koefisien korelasi
berganda antara pemberian merek berbahasa asing (X1), iklan (X2) dan Media
(X3) adalah sebesar 0,652. Nilai koefisien determinasi dari persamaan regresi
adalah sebesar 0,426. hal ini menunjukan bahwa variabel merek berbahasa
asing, iklan dan media memiliki hubungan yang kuat
Dengan menggunakan persamaan regresi lebih dari satu variabel
maka koefiisien determinasi yang baik untuk digunakan dalam menjelaskan
persamaan ini adalah determinasi R Square yang sudah disesuaikan (Adjusted
R Square) karena disesuaikan dengan jumlah variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini. Maka nilai Adjusted R Square = 0.408. Artiya
40,8% variabel dependen persepsi konsumen dijelaskan oleh variabel
independen merek berbahasa asing, iklan dan media, sedangkan sisanya
sebesar 58,2% (100%-40,8%) dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel
yang digunakan atau dipengaruhi oleh faktor lain, seperti brosur dan lain-lain.
1. Pengujian variabel bebas secara parsial (merek berbahasa asing, iklan dan
media) terhadap persepsi konsumen.
Hasil pengujian variabel independen terhadap variabel dependen
secara parsial atau individual, sebagai berikut:
a. Pengaruh merek berbahasa asing (X1) terhadap persepsi konsumen (Y)
Berdasarkan uji signifikan dengan menggunakan uji t, untuk
variabel bebas merek berbahasa asing koefisien persamaan regresi dapat
diperoleh nilai t-hitung sebesar 3,087 dengan nilai signifikan 0, 003. Nilai
t-tabel untuk pengujian signifikan diperoleh dengan nilai alpha 5%, dan
derajat kebesaran (df) = n- jumlah variabel independen = 100 - 3 = 97,
maka dapat diperoleh t- tabel sebesar 1,66. artinya nilai t-hitung lebih
besar dari t –tabel (3,087 > 1,66) dan nilai signifikan lebih kecil dari alpha
(0,003 < 0,005), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara
variabel merek berbahasa asing (X1) terhadap persepsi konsumen (Y).
Sehingga hasil pengujian pada tingkat signifikan 5% hipotesis nol (Ho)
ditolak dan Hipotesis alternatif (Ha) diterima.
Hal ini diperkuat dengan penjelasan dari Charmasson (1988:157),
bahwa dengan adanya pemberian merek berbahasa asing maka akan
memberikan atau
menimbulkan persepsi bahwa
produk tersebut
diproduksi oleh negara tersebut atau berhubungan dengan Negara tersebut.
b. Pengaruh iklan (X2) terhadap persepsi konsumen (Y)
Berdasarkan uji signifikan dengan menggunakan uji t, untuk
variabel bebas iklan koefisien persamaan regresi dapat diperoleh nilai thitung sebesar 3,087 dengan nilai signifikan 0,000. Nilai t-tabel untuk
pengujian signifikan diperoleh dengan nilai alpha 5%, dan derajat
kebesaran (df) = n- jumlah variabel independen = 100 - 3 = 97, maka dapat
diperoleh t- tabel sebesar 1,66. artinya niali t-hitung lebih besar dari t –
tabel (3,087 > 1,66) dan nilai signifikan lebih kecil dari alpha (0,000 <
0,005), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara variabel
iklan (X2) terhadap persepsi konsumen (Y). Sehingga hasil pengujian pada
tingkat signifikan 5% hipotesis nol (Ho) ditolak dan Hipotesis alternative
(Ha) diterima.
Hal ini sama seperti yang telah dikemukan oleh Wells, (1998: 8)
menurutnya iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi pemasaran
yang dilakukan dengan menunjukan performance atau informasi suatu
produk bermerek dengan maksud agar orang yang melihat atau mendengar
iklan akan terpengaruh untuk membelinya. Jadi dengan kata lain bahwa
iklan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap timbulnya suatu persepsi
dari konsumen
c. Pengaruh media (X3) terhadap persepsi konsumen (Y)
Berdasarkan uji signifikan dengan menggunakan uji t, untuk
variabel bebas media koefisien persamaan regresi dapat diperoleh nilai thitung sebesar 2,242 dengan nilai signifikan 0,000. Nilai t-tabel untuk
pengujian signifikan diperoleh dengan nilai alpha 5%, dan derajat
kebesaran (df) = n- jumlah variabel independen = 100 - 3 = 97, maka dapat
diperoleh t- tabel sebesar 1,66. artinya niali t-hitung lebih besar dari t –
tabel (2,242 > 1,66) dan nilai signifikan lebih kecil dari alpha (0,004 <
0,005), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengruh antara variabel
media (X3) terhadap persepsi konsumen (Y). Sehingga hasil pengujian
pada tingkat signifikan 5% hipotesis nol (Ho) ditolak dan Hipotesis
alternative (Ha) diterima.
Selain berdasarkan hasil penghitungan diatas bahwa pengaruh
media terhadap persepsi konsumen sangatlah jelas karena media
merupakan sebuah sarana atau objek untuk menyampaikan pesan atau
iklan yang ingin disampaikan oleh produsen kepada konsumen mengenai
produk bermerek yang ingin mereka tawarkan, dari hasil penyampaian ini
maka akan menimbulkan suatu persepsi kepada konsumen mengenai apa
yang telah mereka saksikan.
d. Pengaruh variabel merek berbahasa asing (X1), iklan (X2) dan media (X3)
secara bersama sama dengan persepsi konsumen (Y).
Tabel 4.24
Hasil Perhitungan Uji t
Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
Model
1
(Constant)
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
Collinearity
Statistics
tolerance
VIF
2,339
2,127
1,100
,274
merek
,305
099
.283
3,087
,003
,712
1,404
iklan
,299
,061
,346
3,087
,000
,679
1,474
media
,434
,194
,191
2,242
,004
,824
1,213
a Dependent Variable: pesepsi
Koefisien konstan adalah sebesar 2,339 dengnan nilai t-hitung sebesar
1,100 dan nilai signifikan sebesar 0,274. Koefesien merek berbahasa asing
adalah sebesar 0,305 dengan nilai t-hitung sebesar 3,087 dan nilai
signifikan sebesar 0,003. sedangkan nilai koefisien iklan adalah sebesar
0,299 dengan nilai t-hitung 3,087 dan nilai signifikan 0,000. sedangkan
nilai koefisien media 0,434 dengan nilai t-hitung 2,242 dan nilai signifikan
sebesar 0,004.
Dari Hasil persamaan regresinya adalah:
Y = 2.339 + 0.305x1 + 0.299x2 + 0.434x3
Dimana:
Y = Persepsi Konsumen
X1 = Merek Berbahasa Asing
X2 = Iklan
X3 = Media
Artinya jika variabel merek berbahasa asing (X1) bertambah 1 satuan,
maka variabel persepsi konsumen akan bertambah sebesar 0,305. Jika
variabel iklan (X3) bertambah 1 satuan maka akan bertambah 0,299.
Sedangkan apabila variabel media (X3) betambah 1 satuan maka akan
bertambah 0,434. Dan nilai konstan sebesar 2,339, berarti nilai persepsi
konsumen (Y) bertambah sebesar 2,339 dengan anggapan bahwa nilai
variabel merek berbahasa asing (X1), Iklan (X2), dan media (X3) adalah
konstan.
2. Pengujian variabel bebas secara simultan
Hasil pengujian secara bersama-sama antara variabel independen dengan
variabel dependen secara simultan atau keseluruhan dapat dilihat pada
tabel 4.24. Bahwa hasil uji F menunjukan nilai F-hitung (23,710) > F-tabel
(2,70) dan nilai signifikan pada alpha 5%. Hal ini berarti F-hitung lebih
besar dari F-tabel.
Tabel 4.25
ANOVA(b)
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
23,710
,000(a)
Regression
192,689
3
64,230
Residual
260,061
97
2,709
Total
452,750
99
a Predictors: (Constant), iklan, media, merek
b Dependent Variable: pesepsi
Tabel 4.25 diatas menunjukan p-value 0,000 < 0,05 artinya signifikan,
sedangkan F hitung 23,710 > dari F table 2,70 artinya signifikan (df1 = 4 1= 3 dan df2 = 100 – 3 = 97). Signifikan disini berarti dapat disimpulkan
hipotesis nol (Ho) ditolak dan Hipotesis alternatif (Ha) diterima, artinya
bahwa ada pengaruh secara bersama-sama antara variabel merek
berbahasa asing, iklan dan media terhadap persepsi konsumen.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh yang signifikan antara merek berbahasa asing terhadap
persepsi konsumen produk minuman kesehatan Vita Charm.
2. Ada pengaruh yang signifikan antara iklan terhadap persepsi konsumen
produk minuman kesehatan Vita Charm.
3. Ada pengaruh yang signifikan antara media terhadap persepsi konsumen
produk minuman kesehatan Vita Charm.
4. Ada pengaruh yang signifikan antara pemberian merek asing, iklan dan
media secara bersama-sama (simultan) terhadap persepsi konsumen
dengan nilai F-hitung 23.710 lebih besar dari F-tabel 2.70 dan nilai
signifikansinya 0.000 < 0.05, maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan
hipotesis alternatif (Ha) diterima.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah disebutkan diatas, bahwa terdapat
pengaruh yang kuat antara variabel independen yaitu pemberian merek asing
(X1) iklan (X2) dan Media (X3) terhadap variabel dependen persepsi
konsumen (Y) pada produk minuman kesehatan Vita Charm. Maka implikasi
dari penelitian ini adalah secara parsial pemberian merek berbahasa asing,
iklan dan media mempengaruhi terhadap persepsi konsumen produk minuman
kesehatan Vita Charm. Sedangkan secara simultan pemberian merek
berbahasa asing, iklan dan media juga mempengaruhi terhadap persepsi
konsumen produk minuman kesehatan Vita Charm.
Implikasinya sebagai perusahaan yang berorientasi pada keuntungan
dan ingin memenangkan pasar produk yang sejenis, sebaiknya perusahaan
lebih memperhatikan dan melakukan pengembangan didalam tanda intrinsik
serta ekstrinsik dari produk yang ternyata menjadi acuan persepsi bagi
konsumen produk minuman kesehatan Vita Charm.
Selain itu juga perusahaan haruslah terlebih dahulu memahami sifat
dan karakteristik media, sehingga perusahaan dapat dengan mudah dalam
mengatur strategi pemilihan media promosi. Karena pemilihan media yang
sangat tepat ini akan sangat membantu perusahaan dalam melakukan prediksi
peluang promosi setelah biaya promosi, sehingga kegiatan promosi dapat
berjalan secara efektif dan efisien. Media-media itu merupakan media yang
dapat berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dengan konsumen,
strategi pemilihan media membantu perusahaan dalam menentukan besar
biaya promosi dengan prediksi pendapatan dalam kurun waktu tertentu. Selain
itu juga pemahaman segmentasi pasar sangat penting untuk menetapkan
penggunaan media, bentuk visual, dan pesan iklan, karena tiga hal itu sangat
menentukan efektivitas penyampaian pesan pada konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”. FEIS UIN Press, Cetakan 1,
Grafika Karya Utama, Jakarta, 2004.
Aaker, David A, Building Strong Brands, New York: The Free Press, 1996.
Aaker, David A, Managing Brand Equity, Capitalizing on The Value of A Brand
Name, New York: The Free Press, 1991.
Arnold David, The Handbook of Brand Management, Addison-Wesley Publishing
Company Reading, MA, 1992.
Budi Santoso, Purbayu. “Analisis Statistikdengan Microsoft Exel dan SPSS”.
Andi Yogyakarta, 2005.
Bearden, William O, Marketing: Principles and Perpective, Richard D. Irwin Inc.
1995.
Charmasson, Henri, The Name is The Game, Homewood, IL, Dow Jones-Irwin
Inc,1995.
Dajan, Anto, Pengantar Metode Statistik Jilid II, LP3S, 1986.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Management, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 1999.
Kepferer, Jean Paul, Brand Management, New York: The Free Press, 1989.
Keegan, Warren J, Moniarty, Sandra E. and Duncan, Thomas R, Basic Of
Marketing, Prentice Hall Inc, 1996.
Kennedy Jhon E, Soemanagara Dermawan R, Marketing Communication, PT.
Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2006.
Keller, Kevin Lane, Conceptualizing, Measurring, and Managing Customerbased
Brand Equity, Journal of Marketing, 57, 1993.
Leclerc, France, Bernd H. Schmitt, and Laurette Dube, Foreign Branding and its
Effects on Product Perceptions and Attitudes, Journal of Marketig
Research, Vol. XXXI, 1994.
McGuire, William. J, Some Internal Factor Influencing Consumer Choice,
Journal of Consumer Research, Vol. II (March), 1976.
Moris Linda J., and Jhon Hallaq. Changing Short Korean Market Place:
Perceptions of Consumers Good. Journal of Marketing Consumer
Marketing.
Park C., Whan, Beernard J. Jaworski, and Deborah J. Maclnnis, Strategic Brand
Concept Image Management, Journal of Marketing, 50, 1986.
Pride, William M,. and O. C Ferrel, Marketing 7th Edition, Boston: Hougthon
Miffin Company, 1995.
Richardson, Paul S., alan S Dick dan Arun K. Jain, Extrinsic and Intrinsic Cue
Effects on Perceptions ao Store Brand Quality, Journal of Marketing
Research, 1994.
Schiffman L dan Nazar Kanuk L., Consumer Behavior, 7th Edition, 2000.
Sevilla, Consuelo G. etall, Pengantar Metode Penelitian, Terjemahan, UI-Press,
Jakarta, 1993.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, LP3ES, 1995.
Stanton, William J and harles Futrell, Fundamentals of Marketing, 10th, New
York, Mc. Graw Hill, 1994.
Supranto, J., Statistik Teori dan Aplikasi, Edisi kelima, Jakarta: Erlangga, 1995.
Supranto, J., Metode Riset dan Aplikasinya Dalam Pemasaran, Edisi kelima,
Erlangga, Jakarta, 1997.
Wells, William D David Prensky, Consumer Behavior, Prentice Hall, New York,
1989.
Download