BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Pemasaran
Pemasaran seringkali disalahartikan dan dianggap sebagai bagian dari
penjualan. Nyatanya, pemasaran dan penjualan merupakan 2 hal yang sangat
berbeda, baik dari segi fokus, cara, serta tujuan. Meskipun begitu, kedua praktik ini
memegang peranan yang sama penting dalam suatu perusahaan. Pemasaran dan
penjualan merupakan motor penggerak perusahaan. Perusahaan tidak dapat berjalan
dengan baik apabila salah satu dari keduanya tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Ali
Hasan
(2013,
p4)
mendefinisikan
pemasaran
sebagai
proses
mengidentifikasi, menciptakan dan mengkomunikasikan nilai, serta memelihara
hubungan
yang memuaskan pelanggan untuk memaksimalkan keuntungan
perusahaan. Untuk memahami lebih jauh mengenai konsep pemasaran, berikut
beberapa pengertian mengenai pemasaran menurut beberapa ahli (Sunyoto, 2013,
p194) :
1.
William J. Stanton (1991) mengemukakan pemasaran sebagai suatu sistem total
dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan , menentukan harga,
promosi, dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan
dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan
2.
Philip Kotler (1992) berpendapat bahwa pemasaran merupakan proses sosial dan
manajerial dengan mana seseorang atau kelompok memperoleh apa yang mereka
butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran
adalah fungsi bisnis yang mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen yang
harus dipuaskan oleh kegiatan manusia lain, yang menghaslkan alat pemuas
kebutuhan, yang berupa barang maupun jasa.
2.1.1.1 Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran atau Marketing Mix adalah seperangkat alat pemasaran
taktis yang diintegrasikan perusahaan untuk menghasilkan respon yang diharapkan
dari pasar sasarannya. Bauran pemasaran terdiri atas segala sesuatu yang dapat
9
10
dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya (Kotler dan
Armstrong, 2012, p75).
Kotler dan Armstrong (2012, p75-76) kemudian mengelompokkan bauran
pemasaran tersebut kedalam 4 kelompok variabel yang dikenal sebagai 4P:
1. Product, yaitu kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan
kepada target konsumen.
2. Price, yaitu jumlah uang yang harus dibayarkan konsumen untuk
memperoleh produk.
3. Place, yaitu seluruh kegiatan perusahaan yang membuat sebuah produk
tersedia bagi target konsumen.
4. Promotion, atau seluruh kegiatan yang mengkomunikasikan manfaat produk
dan membujuk target konsumen untuk membeli produk tersebut.
2.1.2 Promosi
Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran yange merupakan
aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi, dan
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima,
membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan
(Buchari, 2007, p97).
Sedangkan menurut Ali Hasan (2013, p603), promosi merupakan proses
mengkomunikasikan variabel bauran pemasaran yang sangat penting untuk
dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan produk, dimana inti dari kegiatan
ini adalah suatu bentuk kegiatan komunikasi pemasaran yang berusaha untuk
menyebarkan informasi, mempengaruhi, mengingatkan pasar sasaran agar bersedia
menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan oleh perusahaan
(penjual dan pembeli).
Ali Hasan lebih lanjut menerangkan bahwa kegiatan promosi yang ideal
adalah untuk mengintegrasikan semua elemen promosi untuk menciptakan dialog
interaktif secara konsisten antara perusahaan dan pelanggan demi mencapai berbagai
tujuan secara maksimal berikut ini:
-
Menciptakan atau meningkatkan awareness produk atau brand
-
Meningkatkan preferensi brand pada target pasar
-
Meningkatkan penjualan dan market share
-
Memperkenalkan produk baru
11
-
Menarik pelanggan baru
2.1.2.1 Bauran Promosi
Phlilip Kotler, seperti yang tercantum dalam buku karangan Drs. Djaslim
Saladin (2007, p172), mengungkapkan bahwa bauran promosi atau promotional mix
terdiri atas empat alat utama:
1. Periklanan (Advertising)
Periklanan adalah semua bentuk penyajian non-personal, promosi ide-ide,
promosi barang atau jasa yang dilakukan oleh sponsor yang dibayar.
2. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Promosi penjualan adalah variasi insentif jangka pendek untuk merangsang
pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa.
3. Hubungan masyarakat dan Publisitas (Public Relation and Publicity)
Hubungan masyarakat adalah suatu usaha (variasi) dari rancangan program
guna memperbaiki, mempertahankan, atau melindungi perusahaan atau citra
produk.
4. Penjualan Persoanal (Personal Selling)
Penjualan pribadi atau tatap muka adalah penyajian lisan dalam suatu
pembicaraan dengan satu atau beberapa pembeli potensial dengan tujuan
untuk melakukan penjualan.
5. Pemasaran Langsung (Direct Marketing)
Komunikasi secara langsung yang digunakan dari mail, telepon, fax, e-mail,
atau internet untuk mendapatkan tanggapan langsung dari konsumen secara
jelas.
2.1.3
Periklanan
2.1.3.1 Pengertian Periklanan
Periklanan menurut Sunyoto (2013, p158) merupakan salah satu bentuk dari
komunikasi impersonal yang digunakan oleh perusahaan barang dan jasa.
Sangadji dan Sopiah (2010, p225) mengatakan bahwa periklanan adalah
bentuk presentasi dan promosi nonpribadi tentang ide, barang, dan jasa, yang dibayar
oleh sponsor tertentu, dimana sponsornya dapat berupa perorangan, kelompok, atau
organisasi.
12
Kemudian Kennedy dan Soemanagara (2006, p49) mengatakan bahwa
periklanan merupakan kegiatan komunikasi pemasaran yang menggunakan media
massa dalam proses penyampaian pesannya.
Dari ketiga pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa periklanan
merupakan salah satu kegiatan komunikasi pemasaran dalam bentuk penyajian nonpersonal yang digunakan perusahaan dalam menyampaikan pesan mengenai barang
dan jasanya dengan menggunakan media massa.
2.1.3.2 Tujuan Periklanan
Sangadji dan Sopiah (2010, p225) mengatakan bahwa sebuah iklan bertujuan
untuk meningkatkan reaksi calon pembeli atau pembeli potensial terhadap
perusahaan dan penawaran produk perusahaan.
Sedangkan menurut Sunyoto (2013, p158), tujuan periklanan di antaranya,
yaitu:
1. Iklan yang bersifat memberikan informasi, yaitu iklan yang secara panjang
lebar menerangkan produk dalam tahap rintisan (perkenalan) untuk
menciptakan permintaan atas produk tersebut.
2. Iklan membujuk, yaitu iklan menjadi penting dalam situasi persaingan
dimana sasaran perusahaan adalah menciptakan permintaan yang selektif
akan merek tertentu.
3. Iklan pengingat, yaitu iklan ini akan sangat penting dalam tahap kedewasaan
suatu produk untuk menjaga agar konsumen selalu ingat akan produk
tersebut.
4. Iklan pemantapan, yaitu iklan yang berusaha meyakinkan para pembeli
bahwa mereka telah mengambil pilihan yang tepat.
2.1.3.3 Jenis-Jenis Iklan
Menurut May Iwin dan Jim Altchison (2005, p7), terdapat 6 jenis iklan:
1. Iklan Strategis
Digunakan untuk membangun merek. Perhatian utama iklan strategis ini
dalam jangka waktu panjang adalah memposisikan merek serta membangun
pangsa pikiran dan pangsa pasar.
13
2. Iklan Taktis
Dirancang untuk mendorong konsumen agar segera melakukan penawaran
khusus jangka pendek yang memacu konsumen memberikan jawaban pada
hari yang sama.
3. Iklan Ritel
Iklan ritel yaitu semacam penetapan harga untuk sebagian barang yang
mempunyai keuntungan sedikit atau tanpa keuntungan sama sekali untuk
menarik perhatian konsumen. Sedangkan sisa barang lainnya mempunyai
harga normal.
4. Iklan Korporat
Dilakukan
ketika
sebuah
perusahaan
melakukan
kampanye
untuk
mengkomunikasikan nilai-nilai korporatnya kepada publik. Iklan korporat
sering kali berbicara pengawasan mutu, peluncuran merek dagang atau logo
perusahaan yang baru, atau mempublikasikan kepedulian perusahaan
terhadap lingkungan
hidup.
Adanya kalanya
iklan
korporat
harus
mengkoreksi persepsi publik tentang perusahaan.
5. Iklan Bisnis
Terjadi ketika perusahaan berbicara kepada perusahaan lain yang biasanya
dilakukan melalui majalah bisnis. Alasan munculnya iklan ini umumnya
penerbitan saham baru, rencana ekspansi baru, membangun goodwill
korporat, atau memperkenalkan struktur dan layanan perusahaan baru
6. Iklan Layanan Masyarakat
Sering kali dilakukan berbagai institusi dan organisasi amal yang berusaha
meringankan berbagai masalah sosial.
2.1.3.4
Sifat-Sifat Iklan
Oleh karena iklan mempunyai tujuan, fungsi dan jenis yang berbeda, maka
perlu diketahui sifat-sifat iklan sebagai komponen promosi. Sifat-sifat iklan
(Surachman, 2008, p193) tersebut sebagai berikut:
1. Presentasi publik
Iklan adalah cara berkomunikasi yang sangat umum. Sifatnya yang umum
itu memberikan semacam keabsahan produk atau merek dan penawaran yang
distandarkan. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan harus mudah
dimengerti oleh masyarakat luas.
14
2. Tersebar luas
Iklan adalah media berdaya sebar luas yang memungkinkan penjualan akan
lebih
meningkat
karena
mengulang
satu
pesan
berkali-kali.
Iklan
memungkinkan konsumen menerima dan membandingkan pesan dari berbagai
pesaing.
3. Ekspresi yang lebih kuat
Iklan memberikan peluang untuk mendramatisasi produk, merek dan
perusahaanya melalui penggunaan cetakan, suara dan warna yang penuh seni.
Kemampuan berekspresi dan kreatif dengan selalu menghadirkan hal-hal baru
yang dengan situasi kemungkinan besar dan dapat memperkuat pesan atau
mengalihkan perhatian pesan lain dari pesaing.
4. Tidak bersifat pribadi
Iklan tidak memiliki kemampuan untuk memaksa, seperti hanya cara-cara
wiraniaga menawarkan produk atau jasa dengan “setengah memaksa”. Iklan
hanya mampu berkomunikasi satu arah.
2.1.4 Iklan Televisi
Iklan televisi adalah iklan yang memiliki cakupan, jangkauan, dan repetisi
yang tinggi dan dapat menampilkan pesan multimedia (suara, gambar, dan animasi)
yang dapat mempertajam ingatan (Suyanto, p5, 2015).
Iklan televisi adalah sebuah dunia magis yang dapat mengubah komoditas ke
dalam gemerlapan yang memikat dan memesona menjadi sebuah sistem yang keluar
dari imajinasi dan muncul kedalam dunia nyata melalui media (Bungin, p107, 2011).
2.1.4.1 Fungsi Iklan Televisi
Ashwini Machey dan Anjan Kumar Bordoloi (2013) dalam jurnal mereka
yang berjudul “ Exploring Television Advertisements’ Effectiveness On Buying
Preferences: College Students’ Perspectives ” menyatakan bahwa terdapat beberapa
fungsi dari periklanan yang dimiliki oleh iklan televisi, yaitu:
1. Menghasilkan permintaan terhadap produk dan jasa
2. Menciptakan kompetisi diatara produsen dan distributor
3. Mengedukasi konsumen dengan memberikan mereka lebih banyak informasi
mengenai produk-produk dan jasa berbeda yang tersedia di pasar. Jadi,
15
melalui iklan televisi konsumen dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan
mereka, dengan waktu dan biaya yang lebih sedikit
4. Membantu produsen untuk mendemonstrasikan produk mereka kepada
konsumen potensial
5. Berusaha mengubah sikap konsumen terhadap produk
2.1.5
Event Marketing
2.1.5.1 Pengertian Event Marketing
Phil Crowther dalam jurnalnya yang berjudul ‘Marketing Event Outcomes:
Form Tactical to Strategic’ (2011, p68) yang dimuat dalam International Journal of
Event and Festival Management dinyatakan sebagai istilah inklusif yang terdiri atas
beragam acara organisasi yang memiliki utilitas pemasaran, mulai dari yang sebesar
kongres atau pameran dagang, hingga sekecil dan seintim seminar atau acara
hospitality.
Didih Suryadi (2011, p109) mengungkapkan bahwa konsep event marketing
yaitu suatu rangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh pemilik brand sehingga
terjalinnya interaksi antara pelanggan dengan produk dalam suatu aktivitas tertentu.
Konsep event marketing menurut Kotler dan Keller (2007, p205) adalah
ketika perusahaan mensponsori kegiatan dan program-program yang dirancang untuk
menciptakan interaksi setiap hari atau interaksi yang berkaitan dengan merek.
Sebuah acara yang membantu perusahaan dalam memasarkan produk/jasa, ide,
tempat atau seseorang, serta berkomunikasi dengan target audiens dan memiliki
potensi untuk berkomunikasi dengan mereka.
2.1.5.2 Peran dan Fungsi Event Marketing
Event memiliki pengaruh yang besar karena keterlibatan customer
didalamnya. Menurut Summardy dan Yoris Sebastian (2010), event atau brand
activation memiliki peranan yang cukup besar dalam kegiatan komunikasi
pemasaran. Sebelumnya event dianggap sebagai pelengkap kegiatan komunikasi
lainnya karena perusahaan masih banyak mengandalkan kegiatan pemasangan iklan
pada media massa. Perusahaan lebih mengunggulkan event marketing karena
diyakini dapat membangkitkan emosi target audience dan memberikan kesan yang
lebih mendalam kepada merek, sehingga dapat menciptakan brand loyalty.
16
Event marketing adalah komunikasi pemasaran dengan 4 (empat) pendekatan
yang berbeda menurut Hoyle (2006, p45) yaitu :
1.
Emotional communication method, dimana event marketing mencoba untuk
lebih dekat lagi dengan penekanan dalam menawarkan produknya kepada
konsumen, melainkan dengan cara menyentuh perasaan dan emosi dari
konsumen
2.
Touches the customer by involiving them in activities, yaitu ketika konsumen
telah cita rasa terhadap suatu produk, maka mereka akan senantiasa
menyampaikan suatu informasi nilai suatu produknya kepada orang-orang
terdekat lainnya.
3.
Intellectual dimension, dimana dimensi kepandaian dari perusahaan tersebut
dalam menyusun suatu acara untuk konsumen.
2.1.5.3 Jenis-jenis Event Marketing
Jenis-jenis event marketing menurut Khoon Y Koh (2010, p24) yaitu sebagai
berikut :
a.
Local Public Special Events
Acara ini dimaksudkan lebih untuk rakyat lokal yang umumnya skala kecil dan
dipasarkan hanya di media lokal.
b.
Regional Public Special Events
Acara ini khusus publik dirancang untuk menarik lokal dan non lokal untuk
berpartisipasi dimana dipasarkan diluar daerah lingkungan masyarakat sekitar.
c.
National International Public Special Events
Acara ini khusus publik dimaksudkan untuk menbarik wisatawan nasional dan
internasional dalam desain yang manarik, durasi yang lam dan dipasarkan secara
nasional dan internasional
2.1.5.4 Prinsip Event Marketing
Keberhasilan setiap event untuk mendapatkan peserta sangat tergantung
kepada pemasarnya dalam melaksanakan prinsip–prinsip pemasaran. Menurut Hoyle,
L.H. yang diterjemahkan oleh Suryo, K.I. (2006, p15) prinsip lima P pada pemasaran
adalah sebagai berikut :
1. Product
Produk merupakan aspek yang pertama kali harus dipahami oleh pemasar event.
17
Produk tersebut dapat berupa program pendidikan, barang – barang produksi
daerah, atau materi konvensi. Produk juga dapat berupa reuni keluarga atau
peluncuran produk baru oleh sebuah perusahaan.
2. Price
Tanggung jawab utama seorang pemasar event adalah memahami sasaran
keuangan organisasi. Bila sasaran keuangan telah ditetapkan, dengan riset pasar
akan dapat diketahui pola penetapan harga pesaing : Siapakah yang memiliki
produk yang sama, untuk target pasar yang mana, dan berapa harganya. Yang juga
penting
untuk
diperhatikan
adalah
tingkat
permintaan
produk
dan
indikatorindikator ekonomi, seperti kondisi tingkat ekonomi pada umumnya di
suatu kota atau wilayah.
3. Place
Pada industri real estate, acuan yang digunakan untuk menentukan nilai sebuah
properti adalah lokasi dari properti tersebut. Sama halnya dengan pemasaran
sebuah event. Lokasi dari event tidak hanya menentukan siapa yang datang,
namun juga karakter dan jenis event tersebut. Hal ini adalah pertimbangan untuk
bagian paling awal dari tahap perencanaan.
4. Public Relation
Public Relation adalah bagian penting dalam pemasaran. Kita dapat mengiklankan
apa saja yang kita inginkan. Public Relation dapat menentukan apa yang orang
pikirkan pada kita – dan tujuan kita. Inti dari sebuah kampanye kehumasan adalah
hal bagian dari sebuah proses yang tidak pernah berhenti; namun merupakan
usaha berlanjut untuk membangun tanggapan positif dari organisasi dan produk –
produknya.
5. Positioning
Pemasaran event bergantung pada penempatan yang tepat pada produk tersebut.
Tidak ada event yang dapat dijual dengan efektif hingga sebuah rencana
pemasaran dikembangkan. Positioning adalah strategi untuk memutuskan, melalui
intuisi, riset, dan evaluasi, kepada area yang diinginkan konsumen dan dapat
dipenuhi oleh event tersebut.
18
2.1.6 Brand Equity
2.1.6.1 Pengertian Ekuitas Merek
Menurut Durianto, et.al. (2004, p4), ”Ekuitas merek (brand equity) adalah
seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol,
yang mampu menambahkan atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah
produk atau jasa baik perusahaan maupun pada pelanggan.” Agar aset dan liabilitas
mendasari brand equity, maka aset dan liabilitas merek harus berhubungan dengan
nama atau sebuah simbol sehingga jika dilakukan perubahan terhadap nama dan
simbol merek, beberapa atau semua aset dan liabilitas yang menjadi dasar ekuitas
merek (brand equity) akan berubah pula.
2.1.6.2 Lima Kategori Ekuitas Merek
Menurut Aaker (dalam Durianto, et al, 2004, pp3-4) ekuitas merek dapat
dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu:
1.
Kesadaran merek (brand awareness)
Kesanggupan calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa
merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.
2.
Asosiasi merek (brand association)
Segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah merek. Asosiasi
ini merupakan atribut yang ada di dalam merek itu dan memiliki suatu tingkat
kekuatan.
3.
Persepsi kualitas (perceived quality)
Persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu
produk atau jasa layanan yang berkaitan dengan apa yang diharapkan
pelanggan.
4.
Loyalitas merek (brand loyalty)
Loyalitas merek merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada
sebuah merek.
5.
Aset-aset merek lainnya (other proprietary brand assets)
Ekuitas merek dapat memberikan nilai, baik bagi perusahaan maupun bagi
konsumen.
19
2.1.6.3 Peran Ekuitas Merek
Menurut Durianto, et.al. (2004, p6), ekuitas merek mempunyai peranan
kepada konsumen dan perusahaan. Peran ekuitas merek bagi konsumen diantaranya
adalah:
1. Aset (nama, simbol) yang dikandungnya dapat membantu dalam
menafsirkan, memproses, dan menyimpan informasi yang terkait dengan
produk dan merek tersebut.
2. Ekuitas merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam
pengambilan keputusan pembelian atas dasar pengalaman masa lalu dalam
penggunaan atau kedekatan, asosiasi dengan berbagai karakteristik merek.
3. Dalam kenyataannya, persepsi kualitas dan asosiasi merek dapat
mempertinggi tingkat kepuasan konsumen.
Peran ekuitas merek bagi perusahaan, antara lain sebagai berikut:
1. Ekuitas merek yang kuat dapat mempertinggi keberhasilan program dalam
memikat konsumen baru atau mempertahankan konsumen lama. Promosi
yang dilakukan akan lebih efektif jika merek dikenal. Ekuitas merek yang
kuat dapat menghilangkan keraguan konsumen terhadap kualitas merek.
2. Ekuitas merek yang kuat dapat digunakan sebagai dasar untuk
pertumbuhan dan perluasan merek kepada produk lainnya atau
menciptakan bidang bisnis baru yang terkait yang biayanya akan jauh lebih
mahal untuk dimasuki tanpa merek yang memiliki ekuitas merek tersebut.
3. Ekuitas merek yang kuat dapat meningkatkan penjualan karena mampu
menciptakan loyalitas saluran distribusi.
2.1.7
Brand Awareness
Menurut Eti Rochaety (2007, p35), brand awareness merupakan kemampuan
seseorang pelanggan untuk mengingat suatu merek tertentu atau iklan tertentu secara
spontan atau setelah dirancang dengan kata-kata kunci. Kesadaran ini digunakan
sebagai salah satu indikator efektivitas pemasaran.
Sedangkan brand awareness menurut Susanto & Wijanarko (2004), adalah
kesanggupan seorang
calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali
bahwa suatu brand merupakan bagian dari kategori brand tersebut. Kemudian Brand
Awareness menurut Kotler (2012, p268) adalah kemampuan pembeli potensial untuk
20
mengenal dan mengingat bahwa semua brand adalah sebuah bagian dari sebuah
kategori produk tertentu.
2.1.8 Purchase Intention
Purchase intention atau minat beli menurut Ali Hasan (2013, p173)
merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil
tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat
kemungkinan konsumen melakukan pembelian. Kemudian menurut Irawan (2011,
p66-79), purchase intention menurut adalah keinginan yang kuat atau gairah
kecenderungan hati yang sangat tinggi untuk mendapatkan sesuatu dengan cara
pengorbanan, dan mendapatkan sesuatu dengan membayarkan uang. Sedangkan
purchase intention menurut Wijaya (2008, p41) adalah pernyataan mental dari
konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek
tertentu.
2.2 Kerangka Penelitian
Iklan Televisi
(X1)
Brand Awareness
(Y)
Event Marketing
(X2)
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
Sumber: Penulis
Purchase Intention
(Z)
21
2.3
Hipotesis
Berdasarkan teori penunjang dan kerangka pemikiran yang dihubungkan
dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, maka diajukan hipotesis
sebagai berikut :
Hipotesis 1
Ho = Iklan televisi (X1) dan event marketing (X2) tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap brand awareness (Y) produk Charm Extra Dry baik
secara individual maupun secara simultan
Ha = Iklan televisi (X1) dan event marketing (X2) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap brand awareness (Y) produk Charm Extra Dry baik
secara individual maupun secara simultan
Hipotesis 2
Ho = Iklan televisi (X1) dan event marketing (X2) tidak memiliki dampak yang
signifikan terhadap purchase intention (Z) melalui brand awareness (Y)
produk Charm Extra Dry baik secara individual maupun secara simultan
Ha = Iklan televisi (X1) dan event marketing (X2) memiliki dampak yang
signifikan terhadap purchase intention (Z) melalui brand awareness (Y)
produk Charm Extra Dry baik secara individual maupun secara simultan
22
Download