BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Framework Manajemen Pemasaran Strategi Pemasaran Integrated Marketing Communication Marketing Mix Produk Brand Strategy Advertising Sales Promotion Events and Experience Public Relation Direct Selling Personal Selling Perilaku Konsumen Purchase Intention Brand Branding Management Brand Awareness 2.2 Manajemen Pemasaran Definisi manajemen pemasaran menurut (Kotler & Armstrong, Principles of Marketing, Twelfth Edition, 2008) adalah seni dan ilmu memilih target pasar dan membangun hubungan yang menguntungkan dengan target pasar itu sendiri. Tujuannya adalah menemukan, menarik, mempertahankan dan menumbuhkan pelanggan sasaran dengan menciptakan, memberikan dan mengkomunikasikan keunggulan nilai bagi pelanggan. Manajemen adalah kosa kata yang berasal dari bahasa Perancis kuno, yaitu menegement yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Sejauh ini memang belum ada kata yang mapan dan diterima secara universal sehingga pengertiannya untuk masing – masing para ahli masih memiliki banyak perbedaan. Jadi pengertian pemasaran menurut definisi dari segi social, maka marketing adalah proses social dimana terjadinya sebuah proses yang dilakukan oleh seorang individu atau organisasi dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan mereka membuat, menawarkan, dan bertukar produk dan jasa sesuai dengan apa yang mereka butuhkan dan yang memiliki nilai. Sedangkan dilihat dari segi manajerial maka marketing adalah seni daripada menjual produk dan jasa. Manajemen pemasaran menurut (Kotler & Armstrong, Principles of Marketing, Fourteenth Edition, 2012) adalah seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan membangun hubungan yang menguntungkan dengan mereka. Pemasaran menurut Fandy Tjiptono (2008:5) adalah merupakan fungsi yang memiliki kontak paling besar dengan lingkungan eksternal, padahal perusahaan hanya memiliki kendali yang terbatas terhadap lingkungan ekternal. Pemasaran bertujuan untuk menarik pembeli dalam mengkonsumsi produk dan jasa yang ditawarkan, oleh karena itu pemasaran memainkan strategi yang sangat penting dalam pengembangan strategi, Kotler dan Keller (2009:36) mengemukakan inti dari pemasaran adalah memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Sasaran dari bisnis adalah mengantarkan nilai pelanggan untuk menghasilkan laba. Untuk penciptaan dan menghantarkan nilai dapat meliputi fase memilih nilai, fase menyediakan nilai, fase mengkomunikasikan nilai. Menurut American Marketing Association adalah sebuah proses untuk menciptakan, mengkonfirmasikan dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemegang sahamnya. Jadi, manajemen pemasaran adalah sebuah ilmu untuk membangun hubungan yang baik dengan para pelanggan dengan cara menawarkan atau menjual produk atau jasa yang dibutuhkan oleh pelanggan. Untuk mengetahui apa yang di inginkan pelanggan mengenai produk atau jasa yang ada, maka di butuhkan Strategi Pemasaran, agar perusahaan dapat mengetahui dan membagi pasar menjadi segmen pelaanggan dan memilih segmen mana yang akan dituju. (Msahuleka, 2012). 2.3 Strategi Pemasaran Definisi Strategi pemasaran menurut (Kotler & Armstrong, Principles Of Marketing, 2010) adalah logika pemasaran dimana unit bisnis berharap untuk menciptakan nilai pelanggan dan mencapai keuntungan dengan hubungan pelanggan. Strategy pemasaran terdiri dari empat spesifik strategis, yaitu : 1. Kekuatan / Strengths Kemampuan internal perusahaan yang membantu mencapai tujuannya 2. Kesempatan / Opportunities Faktor eksternal bahwa perusahaan mungkin dapat memanfaatkan keuntungan 3. Kelemahan / Weakness Keterbatasan internal yang dapat mengganggu kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuannya 4. Ancaman / Threats Faktor eksternal yang dapat merusak atau menentang kinerja perusahaan Menurut (Cannon, Perreault, & McCarthy, 2008), strategi pemasaran yang efektif akan menyesuaikan peluang dengan sumber daya perusahaan tersebut (apa yang dapat dilakukan) dengan tujuannya (apa yang ingin dilakukan oleh manajemen puncak). Strategi yang sukses dimulai ketika seorang manajer yang kreatif menemukan suatu peluang pasar yang menarik, namun peluang untuk suatu perusahaan bisa jadi tidak menarik untuk perusahaan lain. Untuk merancang strategi pemasaran yang baik, manajer pemasaran harus menjawab dua pertanyaan penting : pelanggan apa yang akan kita layani (apa target pasar kita ?) dan bagaimana cara terbaik kita dalam melayani para pelanggan ini (Kotler & Armstrong, Principles of Marketing, Twelfth Edition, 2008) Menurut (Kotler & Armstrong, Principles Of Marketing, Eleventh Edition, 2006) strategi pemasaran adalah logika pemasaran dimana unit bisnis berharap untuk mencapai tujuan pemasaran. Melalui segmentasi pasar, targeting dan positioning, perusahaan memutuskan pelanggan yang akan dilayani dan bagaimana mengidentifikasikan total pasar, kemudian membagi menjadi segmen yang lebih kecil. Menurut Tjiptono (2002, 6) : “Strategi Pemasaran adalah alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut. Strategi pemasaran didasarkan atas lima konsep strategi sebagai berikut : 1. Segmentasi Pasar Tiap pasar terdiri dari bermacam – macam pembeli yang mempunyai kebutuhan dan kebiasaan yang berbeda. Perusahaan tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan semua pembeli, karena itu, perusahaan harus mengelompokkan satuan – satuan pasar yang bersifat homogen 2. Market Positioning Perusahaan tidak mungkin dapat menguasai pasar secara keseluruhan, maka prinsip strategi pemasaran yang ke dua adalah memilih pola spesifik pasar perusahaan yang akan memberikan kesempatan maksimum kepada perusahaan untuk mendapatkan kedudukan yang kuat. Dengan kata lain perusahaan harus memilih segmen pasar yang akan menghasilkan penjualan dan laba paling besar. Segmen pasar semacam ini memiliki empat karateristik yaitu : Berukuran cukup besar Mempunyai potensi untuk berkembang luas Tidak memiliki atau dipenuhi oleh perusahaan saingan Mempunyai kebutuhan yang belum terpenuhi, yang mana kebutuhan tersebut dapat dipuaskan oleh perusahaan yang memilih segmen pasar tersebut 3. Market Entry Strategy Market Entry Strategy adalah strategi perusahaan untuk memasuki segmen pasar yang dijadikan pasar sasaran penjualan. Terdapat beberapa cara agar dapat dilakukan strategi ini, yaitu : Membeli perusahaan lain Perusahaan pembeli tidak mengetahui tentang seluk beluk industry dan perusahaan yang dibeli Sangat menguntungkan untuk secepat mungkin memasuki segmen pasar yang dikuasai perusahaan yang dibeli Perusahaan menghadapi macam – macam penghalang untuk memasuki segmen pasar yang bersangkutan melalui internal development, misalnyua patent, economies of scale, saluran distribusi yang sulit dimasuki, biaya iklan yang mahal atau kesulitan bahan mentah Internal development, perusahaan lebih suka berkembang melalui usaha sendiri yaitu melalui research dan development karena berpendirian bahwa hanya dengan cara inilah kepempimpinan dalam industry bisa dapat dicapai Kerjasama dengan perusahaan lain 4. Marketing Mix Strategy Marketing mix strategy adalah kumpulan variable – variable yang dapat dipergunakan perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen. Variable – variable yang dapat mempengaruhi pembeli adalah 7P (product, price, place, promotion, people, process dan physical evidence) : Product, walaupun promosi yang dilakukan sangat menarik, namun jika tidak diikuti dengan produk yang bermutu makan akan usaha marketing mix ini tidak dapat berhasil Price, yang perlu diperhatikan dalam harga adalah tujuan dan fleksibilitas. Tingkata pada keseluruhan hidup produk, masalah geografis, diskon, penambahan dan pengurangan harga. Place, dibutuhkan perantara yang baik, karena perantara tersebut akan berhubungan dengan konsumen. Seperti tujuan, jenis aluran, paparan pasar, jenis perantaraan, dan lokasi toko yang jelas. Promotion, ada produt tentu harus diiringi dengan promotion, karena product dan promotion merupakan kunci sukses pemasaran, kombinasi promosi adalah Tujuan, Campuran Promosi, Kegiatan Periklanan, Promosi Penjualan, Publisitas, Price atau harga People, faktor manusia baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam aktivitas penyampaian produk di pasaran tidak bisa di hiraukan, peranan mereka sangat penting guna untuk menjalankan segala aktivitas yang berkaitan. Proses, arahan dan prosedur yang bertepatan bagi setiap aktivitas merupakan elemen yang akan menentukan kejayaan dan kemajuan pemasaran Physical Evidence, pengupayaan industry dalam penyampaian haruslah disesuaikan dengan sekitar pasaran, karena dengan hal tersebut pemasar dapat meningkatkan lagi keterkesanan dalam berkomunikasi dan melaksanakan penyampaian produk kepada konsumen / sasaran. 5. Timing strategy Penentuan yang tepat dalam memasarkan barang merupakan hal yang perlu diperhatikan. Merskipun perusahaan melihat adanya kesempatan baik menetapkan objektif dan menyusun strategy pemasaran, ini tidaklah berarti bahwa perusahaan dapat segera memulai kegiatan pemasaran. Perusahaan harus lebih dahulu melakukan persiapan – persiapan baik dibidang produksi maupun dibidang pemasaran, kemudian perusahaan juga harus menentukan saat yang tepat bagi pelemparan barang dan jasa ke pasar. “(Radiosunu, 1983, 31-34) Strategi pemasaran dapat dinyatakan sebagai dasar tindakan yang mengarah pada kegiatan atau usaha pemasaran, dari suatu perusahaan, dalam kondisi persaingan dan lingkungan yang selalu berubah agara dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Jadi dalam menetapkan strategi pemasaran yang akan dijalankan perusahaan haruslah terlebih dahulu melihat dan kondisi pasar serta menilai posisinya di pasar. Dengan mengetahui keadaan dan situasi serta posisinya di pasar dapat ditentukan kegiatan pemasaran yang harus dilaksanakan. Sedangkan menurut Guiltian dan Paul, strategi pemasaran adalah pernyataan pokok mengenai dampak atau akibat yang diharapkan akan dicapai dalam hal permintaan pada target pasar yang ditentukan 2.3.1 5 konsep dalam pengembangan Strategi Pemasaran Terdapat 5 konsep pengembangan Strategi Pemasaran, yaitu : 1. Segmentasi pasar Syarat segmentasi pasara yang efektif adalah : Dapat di ukur (Measurability) Dapat di masuki (Accessibility) Cukup besar (Substantiality) Dapat di tindak-lanjuti (Actionability) 2. Positioning Pasar Memilih pola konsentrasi pasar khusus, yang memberikan peluang maksimum untuk mencapai tujuan. 3. Strategi memasuki pasar Metode manjangkau segmen pasar sasaran : Membeli perusahaan lain yang sudah jalan Kerja sama dengan perusahaan lain 4. Strategi penentuan waktu Penentuan waktu yang tepat untuk melaksanakan program pemasaran sangat penting bagi perusahan, tidak terlalu cepat tidak juga terlalu lama. 5. Strategi bauran pemasaran Menetapkan bentuk penawaran pada segmen tertentu mencakup : Kebijakan produk Kebijakan harga Kebijakan distribusi Kebijakan promosi Jadi di dalam strategi pemasaran peneliti mendapat kan dua teori yang saling berkaitan yaitu Integrated Marketing Communication dan Brand Strategy, karena di dalam strategy pemasaran di bahas bagaimana sebuah perusahaan harus bertindak dalam upaya mempromosikan produk baru nya. Di kutip dari (theonebluesea). 2.4 Integrated Marketing Communications Menurut (Chitty, Barker, & Shimp, 2005), Integrated Marketing Communications adalah sebuah proses komunikasi yang memerlukan perencanaan, menciptakan, integrasi dan implementasi dalam bentuk keragaman komunikasi pemasaran, seperti iklan, promosi penjualan, personal selling, sponsorships dan publisitas yang di kirim ke pelanggan dan prospes yang ditargetkan merek dari waktu ke waktu. Tahap pertama dari proses IMC membutuhkan pemasar untuk profil segmen pelanggan / calon pelanggan, kemudian untukmenentukan jenis pesan apa dan saluran terbaik apa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan menginformasikan, membujuk, mengingatkan dan mendorong tindakan dari segmen pasar. Tujuan IMC adalah untuk secara langsung mempengaruhi perilaku khalayak yang ditargetkan. IMC terdiri dari semua saluran pesan melalui pelanggan / calon pelanggan memiliki kontak dengan merek, dan memanfaatkan semua jenis komunikasi yang relevan dengan pelanggan / prospek. IMC mensyaratkan bahwa semua media komunikasi merek dan pesan yang di sampaikan secara konsisten. 2.4.1 Key Features of IMC Terdapat 5 kunci dasar yang di sediakan IMC : 1. Mencari tau identitas pasar yang dituju Fitur kunci ini adalah semua harus dimulai dari profil segmen pelanggan, atau calon pelanggan, kemudian menentukan pesan dan media yang paling tepat untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan pelanggan dan prospek untuk merespon positif terhadap merek organisasi. Profil target pasar melibatkan pengumpulan data demografi, menentukan nilai dan lifestyle merek dan menganalisis perilaku pembelian mereka untuk menjawab pertanyaan berikut : Berapa banyak produk yang target pasar beli ? Seberapa sering mereka membeli ? Produk mana yang mereka beli 2. Menggunakan media yang sesuai IMC menggunakan semua bentuk komunikasi pemasaran dan media yang tepat sebagai calon saluran pengiriman pesan. Media yang relevan adalah media pesan apapun yang mampu mencapai target pelanggan dan menyajikan merek. 3. Memberikan informasi yang dibutuhkan pasar Ide kunci merangkum merek apa yang ada dalam benak target pasar, di bandingkan dengan pesaingnya dan secara konsisten memberikan ide yang sama di semua saluran media yang ada. 4. Membangun hubungan dengan konsumen Sebuah komunikasi pemasaran yang sukses membutuhkan hubungan yang baik antara merek dan kostumer. Hubungan dengan costumer yang sukses akan membuat kostumer melalukan pembelian kembali dan loyalty kepada merek tersebut. 5. Influence the target market’s behaviour Imc mensyaratkan bahwa upaya komunikasi organisasi mendorong beberapa bentuk respon perilaku, yaitu mereka harus memindahkan consumer untuk bertindak, dalam program IMC akhirnya di evaluasi hal apakah yang mempengaruhi perilaku, sebelum membeli sebuah merek baru. Konsumen umumnya harus dibuat sadar dengan merek dan manfaatnya, kemudia di dorong oleh pesan pemasaran persuasive untuk mengembangkan sikat yang menguntungkan terhadap itu. 2.4.2 Marketing Mix dalam IMC Marketing Mix menurut Kotler dan Keller (2006:496), terdiri dari : 1. Advertising Semua bentuk penyajian dan promosi non personal atas ide, barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan sponsor tertentu. 2. Sales Promotion Berbagai insentif jangka pendek untuk mendoro keinginan mencoba atau membeli suatu produk atau jasa 3. Events and Experience Kegiatan pemberian sponsor dan perubahaan dan program yang dibuat untuk menciptakan merek yang biasa saja atau merek yang special 4. Public relation and Publicity Berbagai program untuk mempromosikan dan melindungi citra perusahaan atau masing – masing produknya. 5. Direct selling Penggunaan surat, telepon, facsimile, e-mail dan alat penghubung non personal untuk berkomunikasi secara langsung dengan mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan dan calon pelanggan tertentu 6. Personal selling Interaksi langsung dengan satu pembeli atau lebih guna melakukan presentasi, menjawab pertanyaan dan menerima pesan Pengertian IMC (Integrated Marketing Communication) menurut (Moriarty, Mitchell, & Wells, 2011) adalah praktik memadukan semua upaya komunikasi pemasaran sehingga pesan yang dikiriim tetap konsisten dan persuasive. Ketika berbagai macam komunikasi pemasaran dan media dkombinasikan, kombinasi ini harusnya menciptakan dampak brand, dengan menambah dan mengurangi elemen – elemen dalam kampanye, perubahan – perubahan dalam hasil brand dapat menunjukkan efeknya dan membantu menunjukkan kombinasi fungsi komunikasi pemasaran dan media yang seperti apa yang paling bagus untuk brand Ada beberapa definisi IMC yang terkemuka menurut (Yeshin, 2006) : 1. Pengetahuan tentang kepentingan organisasi, yang diperoleh melalui interaksi dengan pihak dua arah 2. Pemilihan alat komunikasi yang mempromosikan pencapaian tujuan komunikasi, dalam kaitannya dengan sumber daya organisasi dan menguntungkan bagi penerima yang dimaksud 3. Koordinasi strategis berbagai alat komunikasi dengan cara yang konsisten dengan brand positioning dan memaksimalkan efek yang sinergis sehingga membangun merek yang kuat dan hubungan baik dengan stakeholder 4. Penggunaan yang tepat, tepat waktu dan evaluasi data-driven dan perencanaan untuk menentukan proses efektifitas 5. Hubungan antar fungsional dan antar organisasi yang kuat dengan mereka yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kampanye komunikasi pemasaran. 6. Dampak pada hubungan pelanggan, ekuitas merek dan penjualan. Pengertian IMC (Integrated Marketing Communication) menurut American Association of Advertising Agencies dalam (Belch & Belch, 2012) : konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang mengakui nilai tambah dari rencana komprehensif yang mengevaluasi peran strategis dari berbagai ilmu komunikasi 2.1 Periklanan Periklanan secara komprehensif adalah semua bentuk aktifitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara non personal yang dibayar oleh sponsor tertentu (Puspitasari, 2009). Sangadji dan Sopiah (2010, p225) mengatakan bahwa periklanan adalah bentuk presentasi dan promosi nonpribadi tentang ide, barang, dan jasa, yang dibayar oleh sponsor tertentu, dimana sponsornya dapat berupa perorangan, kelompok, atau organisasi. Kemudian Kennedy dan Soemanagara (2006, p49) mengatakan bahwa periklanan merupakan kegiatan komunikasi pemasaran yang menggunakan media massa dalam proses penyampaian pesannya. Dari ketiga pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa periklanan merupakan salah satu kegiatan komunikasi pemasaran dalam bentuk penyajian nonpersonal yang digunakan perusahaan dalam menyampaikan pesan mengenai barang dan jasanya dengan menggunakan media massa. 2.1.1 Tujuan Periklanan Sangadji dan Sopiah (2010, p225) mengatakan bahwa sebuah iklan bertujuan untuk meningkatkan reaksi calon pembeli atau pembeli potensial terhadap perusahaan dan penawaran produk perusahaan. Sedangkan menurut Sunyoto (2013, p158), tujuan periklanan di antaranya, yaitu: 1. Iklan yang bersifat memberikan informasi, yaitu iklan yang secara panjang lebar menerangkan produk dalam tahap rintisan (perkenalan) untuk menciptakan permintaan atas produk tersebut. 2. Iklan membujuk, yaitu iklan menjadi penting dalam situasi persaingan dimana sasaran perusahaan adalah menciptakan permintaan yang selektif akan merek tertentu. 3. Iklan pengingat, yaitu iklan ini akan sangat penting dalam tahap kedewasaan suatu produk untuk menjaga agar konsumen selalu ingat akan produk tersebut. 4. Iklan pemantapan, yaitu iklan yang berusaha meyakinkan para pembeli bahwa mereka telah mengambil pilihan yang tepat. 2.1.2 Fungsi Periklanan Investasi besar-besaran ini menunjukan bahwa banyak perusahaan yang memiliki keyakinan akan efektifitas periklanan. Secara umum, periklanan dihargai karena dikenal sebagai pelaksana beragam fungsi komunikasi. Fungsi periklanan antara lain (Belch & Belch, 2004).: 1. Informing (memberi informasi) Membuat konsumen sadar (aware) akan produk baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat produk, serta memfasilitasi penciptaan citra produk yang positif. 2. Persuading (mempersuasi) Membujuk konsumen untuk mencoba produk yang diiklankan,dengan mempersuasikan berbentuk mempengaruhi konsumen. 3. Reminding (mengingatkan) Menjaga agar produk perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen. 4. Adding value (memberi nilai tambah) Memberikan nilai tambah pada produk dengan mempengaruhi persepsi konsumen 2.1.3 Iklan Televisi Iklan televisi adalah iklan yang memiliki cakupan, jangkauan, dan repetisiyang tinggi dan dapat menampilkan pesan multimedia (suara, gambar, dan animasi) yang dapat mempertajam ingatan (Suyanto, p5, 2015). Iklan televisi adalah sebuah dunia magis yang dapat mengubah komoditas ke dalam gemerlapan yang memikat dan memesona menjadi sebuah sistem yang keluar dari imajinasi dan muncul kedalam dunia nyata melalui media (Bungin, p107, 2011). Menurut Mai Ngoc, Truong Duc (2015) apabila perusahaan ingin meningkatkan penjualan produk tertentu untukmemaksimalkan keuntungan mereka, maka mereka harus mendapatkan pembelian dari pelanggansebanyak mungkin. Karena itu pemasaran, terutama iklan di televisi adalah metode yang cocok untuk menyebarkan informasi produk ke besarjumlah pelanggan dan mendapatkan pelanggan. 2.1.4 Dimensi Iklan Televisi Mai Ngoc, Truong Duc (2015) dalam jurnal yang berjudul “The Effect of Television Commercials on Customer Purchase Intention – A Study of Milk Industry in Ho Chi Minh City, Vietnam” ,mengidentifikasi terdapat 4 indikator di dalam variable iklan televisi yaitu : 1. Interest adalah ketertarikan konsep yang ditampilkan iklan dan dirasakan oleh penonton secara keseluruhan. 2. Repitition adalah pengulangan iklan yang ditayangkan di televisi sehingga membantu konsumen untuk mengingat produk. 3. Humor adalah konsep iklan yang humoris. 4. Advertising Message adalah pesan iklan yang ingin disampaikan mengenai produk mampu diterima penonton. 2.7 Brand Strategy Lima strategy merek menurut Kotler (2000) : 1. Lakukan perluasan lini. Perluasan lini dapat dilakukan para pelaku usaha dengan cara menambahkan varian baru pada produk mereka. Hal ini sengaja dilakukan untuk memperluas target pasar yang mereka bidih dan menguatkan merek tersebut di kalangan masyarakat luas. 2. Perluasan Merek (Brand Extension) Strategi ini sering dilakukan beberapa perusahaan besar untuk menguasai pasar. Dengan cara memanfaatkan merek yang sudah dikenal banyak orang, sehingga ketika mengeluarkan produk baru dapat menjangkau pangsa pasar yang lebih luas. 3. Gunakan strategi multi-merek Selain menambahkan varian pada produk, salah satu strategi lainnya adalah menggunakan tambahan merek untuk kategori produk yang sama. Strategi ini dilakukan untuk menarik minat konsumen dari berbagai kalangan 4. Luncurkan merek baru Jika sebuah perusahaan meluncurkan merek baru dalam kategori baru, namun tidak memungkinkan untuk menggunakan merek yang sudah ada. Maka tidak ada salahnya jika menawarkan sebuah merek baru bagi produk yang akan mereka luncurkan. 5. Gunakan merek bersama. Menggabungkan dua atau lebih merek yang sudah terkenal dalam sebuah penawaran. 2.7.1 Brand Menurut Kotler (2005:82), merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan tampilan, manfaat dan jasa tertentu pada pembeli. Merek – merek terbaik memberikan mutu, dan merek lebih dari sekedar symbol. Brand atau merek menurut Keller dalam Tjiptono (2005 : 19 ) adalah produk yang mampu memberikan nilai tambahan yang secara unik membedakannya dari produk – produk lain yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan serupa. 2.7.2 Tingkatan Merek Menurut C.M Lingga Purnama (2002:119) merek mempunyai enam tingkatan, yaitu: 1. Atribut, yaitu merek mengingatkan kepada atribut – atribut tertentu. 2. Manfaat, yaitu merek lebih dari sekedar serangkaian atribut, pelanggan tidak membeli atribut tetapi membeli manfaat. Atribut diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional 3. Nilai, yaitu merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen 4. Budaya, yaitu merek juga mewakili budaya tertentu 5. Kepribadian, yaitu merek juga mencerminkan kepribadian tertentu 6. Pemakai, yaitu merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. 2.7.3 Peran dan Manfaat Brand Kotler (2005:90) berpendapat bahwa merek memiliki peranan dilihat dari sudut pandang produsen, dimana merek memiliki peranan serta kegunaan sebagai berikut : 1. Merek memudahkan penjual untuk memproses pesanan dan menelusuri bila terjadi kesalahan, di samping itu juga lebih mudah bagi produsen untuk menemukan kalau ada keluhan dari konsumen, yang setia dan menguntungkan. 2. Merek dan tanda dagang produsen memberikan perlindungan hokum atas tampilan produk yang unik, tanpa itu produk dapat di tiru oleh pesaing. 3. Merek membantu penjual melakukan segmentasi pasar 4. Merek yang baik membantu citra perusahaan. Dengan membawa nama perusahaan, merek membantu menginklankan mutu dan ukuran perusahaan. 2.7.4 Branding Branding menurut Amalia E. Maulana adalah kumpulan kegiatan komunikasi yang dilakukan perusahaan dalam rangka proses membangun dan membesarkan Brand. Branding bukan hanya tentang memenangkan hati target pasar supaya memilih brand kita, tetapi lebih penting lagi supaya pelanggan bisa melihat brand kita sebagai satu – satunya yang terbaik yang mampu memberikan solusi untuk mereka. 2.7.5 Tujuan Branding 1. Mampu menyampaikan pesan dengan jelas 2. Memastikan kredibilitas 3. Mampu menghubungkan target pasar atau konsumen secara emosional 4. Mampu menggerakkan atau memotivasi konsumen 5. Memastikan terciptanya kesetiaan pelanggan. 2.2 Brand Awareness Menurut jurnal yang berjudul “The Luwak White Koffie Advertisement Related to Brand Awareness” oleh Annisa dan Ida (2014) iklan didesain sedemikian rupa untuk mencapai beberapa tujuan yaitu membuat pasar sasaran menyadari suatu merek baru, memfasilitasi pemahaman konsumen tentang berbagai atribut dan manfaat merek yang di iklankan dibandingkan dengan merek pesaing, meningkatkan sikap dan niatan membeli, menarik sasaran untuk mencoba produk dan mendorong perilaku pembelian ulang. Brand adalah nama atau simbol yang diasosiasikan dengan produk atau jasa dan mampu menimbulkan makna psikologis atau asosiasi (Susanto dan Wijanarko, 2004). Brand inilah yang membedakan antara produk dan brand.Produk merupakan sesuatu yang dihasilkan di pabrik, namun yang sesungguhnya yang dibeli oleh konsumen adalah brand-nya. Brand yang kuat dicerminkan oleh brand awareness yang tinggi dan asosiasi merek (brand assosiation) yang kuat dan positif (Simamora, 2003).Kesadaran merek (brand awareness) yaitu kesanggupan seorang calon pembeli mengenali atau mengingat kembali suatu merek yang merupakan bagian dari kategori produk tertentu (Puspitasari, 2009). 2.2.1 Membangun dan Memperbaiki Brand Awareness Peran brand awareness dalam ekuitas brand (nilai brand) tergantung pada tingkat pencapaian kesadaran dalam benak konsumen. Durianto (2004: 30) menyatakan bahwa brand awareness dapat dibangun dan diperbaiki melalui cara-cara berikut: 1. Pesan yang disampaikan oleh suatu brand harus mudah diingat oleh konsumen. 2. Pesan yang disampaikan harus berbeda dengan produk lainnya serta harus ada hubungan antara brand dengan kategori produknya. 3. Memakai slogan maupun jingle lagu yang menarik sehingga membantu konsumen mengingat brand. 4. Jika suatu brand memiliki simbol, hendaknya simbol tersebut dapat dihubungkan dengan brandnya. 5. Perluasan nama brand dapat dipakai agar brand semakin diingat konsumen. 6. Brand awareness dapat dperkuat dengan memakai suatu isyarat yang sesuai dengan kategori produk, brand, maupunkeduanya. 7. Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan, karena membentuk ingatan adalah lebih sulit dibanding membentuk pengenalan. 2.2.2 Strategi Brand Awareness Awareness itu sumbernya banyak dan marketer harus tahu apa saja tools untuk menciptakannya. Kalau tidak, dia pasti akan berhadapan dengan situasi yang tidak efektif. Meski tools untuk mendongkrak awareness banyak sekali, tapi secara umum bisa dikelompokkan karena adanya komunikasi. Komunikasi tersebut bisa termasuk medianya apa, berapa besar frekuensinya, dan ujung-ujungnya pasti dana. Kalau kita lihat berdasarkan sumber-sumber yang paling besar, sudah pasti komunikasi menempati urutan pertama.Komunikasi itu bisa dilakukan melalui iklan televisi, media cetak, dan sejenisnya. Selanjutnya, sumber kedua yang menciptakan awareness adalah kalau produk itu dipakai. Jadi, awareness memang ada hubungannya dengan market sharekarena ini merupakan pekerjaan yang paralel. Kalau pangsa pasarnya tinggi, biasanya awarenessnya juga baik. Kalau market share sepeda motor Yamaha akhir-akhir ini relatif meningkat, umpamanya, otomatisawareness-nya juga mudah meningkat. Begitu juga awareness Kecap Bango yang naik setelah market share-nya meningkat. Sumber ketiga terbesar dalam penciptaaan brand awareness di Indonesia adalah word of mouth.Maka, menjadikan konsumen agar menceritakan dan merekomendasikan merek Anda dan sebagainya merupakan hal penting.Garis besarnya adalah tiga hal itu. 2.2.3 Nilai – nilai Brand Awareness Peran kesadaran merek dalam membantu mrek dapat dipahami dengan mengkaji bagaimana brand awareness menciptakan nilai (Budiman, 2004:6) yang diambil dari skripsi Nita, nilai – nilai tersebut adalah : 1. Jangkat yang menjadi cantolan bagi asosiasi lain Suatu merek yang kesdarannya tinggi akan membantu asosiasi melekat pada merek tersebut karena daya jelajah merek tersebut menjadi sangat tinggi dibenak konsumen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika kesadaran suatu merek rendah, suatu asosiasi yang diciptakan oleh pemasar akan sulit meekat pada merek tersebut. 2. Familiar / rasa suka Jika kesadaran merek kita sangat tinggi, konsumen akan sangat akrab dengan merek kita, dan lama kelamaan akan timbul rasa suka yang tinggi terhadap merek yang kita pasarkan. 3. Substansi / komitmen Brand awarenss dapat menandakan keberadaan, komitmen dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Jadi jika kesadaran atas merek tinggi, kehadiran merek ini akan selalu dapat kita rasakan. Sebuah merek dengan kesadaran konsumen tinggi biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Diiklankan secara luas 2. Eksistensi yang sudah teruji oleh waktu 3. Jangkauan distribusi yang luas 4. Merek tersebut dikelola dengan baik. Karena itu, jika kualitas dua merek adalah sama, kesadaran mrek akan menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan pembelian 4. Mempertimbangkan merek Proses pembelian adalah menyeleksi merek – merek yang dikenal dalam suatu kelompok untuk dipertimbangkan dan diputuskan merek mana yang akan dibeli. Merek dengan Top of Mind yang tinggi mempunyai nilai pertimbangan yang tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingtan, merek tersebut tidak akan dipertimbangkan dalam benak konsumen. Biasanya merek – merek yang disimpan dalam ingatan konsumen adalah yang disukai atau positif atau dibenci atau negative. 2.2.4 Dimensi Brand Awareness Merujuk pada jurnal yang berjudul “The Impact of Brand Awareness on Consumer Pruchase Intention; The Mediating Effect of Perceived Quality and Brand Loyalty” oleh Ya Ting Yang, (2009). Berikut adalah 4 dimensi dalam brand awareness: 1. Unaware of Brand (tidak menyadari merek): tingkat yang paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari adanya suatu merek. 2. Brand Recognition (pengenalan merek): tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini pentijng pada saat pembeli memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian. 3. Brand Recall (pengingat kembali terhadap merek): pengingat kembali tanpa bantuan. 4. Top of Mind (puncak pikiran): merek merupakan brand utama dari berbagai merek yang ada dibenak konsumen. 2.8 Perilaku Pembelian Menurut Kotler dan Armstrong (2001, p195) perlaku membeli konsumen adalah perilaku membeli dari konsumen akhir individu dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Purchase Behaviour (perilaku membeli) adalah perilaku yang mencakup dua macam pembelian : pembelian percobaan (tahap penyelidikan dimana para konsumen berusaha menilai suatu produk melalui pemakaian langsung) dan pembelian ulang, yang biasanya menandakan bahwa produk tersebut memenuhi persetujuan konsumen dan bahwa konsumen bersedia untuk memakainya lagi (Schiffman dan Kanuk, 2007, p506). 2.8.1 Empat Tipe Pembelian Menurut Kotler dan Armstrong (2001, pp219-222), tipe perilaku pembelian dibagi menjadi empat, yaitu : 1. Perilaku membeli yang kompleks Perilaku membeli konsumen dalam berbagai situasi bercirikan keterlibatan mendalam konsumen dalam membeli dan adanya perbedaan pandangan yang signifikan antara merek satu dengan yang lain. Atau dimana konsumen benar – benar terlibat dalam pembelian dan mempunyai pandangan berbeda dengan merek lain. 2. Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan Perilaku membeli konsumen dalam situasi bercirikan keterlibatan konsumen yang tinggi tetapi sedikit perbedaan yang dirasakan antara merek – merek yang ada. Atau konsumen sangat terlibat dengan pembelian barang, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan dengan merek – merek lain 3. Perilaku membeli karena kebiasaan Perlaku membeli konsumen yang rendah dan sedikit perbedaan yang dirasakan di antara merek – merek yang ada, di sini keterlibatan konsumen dengan merek (produk) rendah dan kecil perbedaan antar merek 4. Perilaku membeli yang mencari variasi Perilaku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan konsumen tetapi perbedaan di antara merek dianggap besar. Dalam hal ini konsumen sering beralih dari merek satu ke merek lain. 2.8.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi Perilaku Pembelian Menurut Siringoringo, 2004, pp130-131, faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian adalah : 1. Faktor – faktor pribadi Menurut Monlee dan Carla (2007,p14) faktor pribadi adalah hal unik pada seseorang. Banyak faktor pribadi yang mempengaruhi pembelian, berupa karakteristik individu seperti usia, gender, dan pendapatan. 2. Faktor social Faktor social adalah kekuatan ekternal yang mempengaruhi perilaku pembelian individu. Hal yang paling menonjol adalah kelompok rujukan dan status social (Monlee dan Carla, 2007, p117). Kelompok terdiri dari satu atau lebih orang yang memberikan pengaruh langsung terhadap pembelian, kelompok rujukan mempengaruhi pembelian seseorang melalui informasi yang diberikan. Schiffman dan Kanuk (2007, p299) berpendapat daya tarik selebriti dan kelonpok rujukan digunakan secara efektif oleh pemasar untuk berkomunikasi dengan pasar merek. 3. Sikap Monlee dan Carla (2007, p116) menyatakan sikap adalah evaluasi berkelanjutan, perasaan dan perilaku individu terhadap objek atau gagasan. Sikap konsumen terhadap perusahaan dan produknya sangat mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan promosi perusahaan. 2.3 Pruchase Intention Minat beli terjadi dari berbagai tahapan saat iklan masuk pada konsumen, mulai dari rasa perhatian terhadap iklan yang ditampilkan, kemudian membawa rasa ketertarikan terhadap produk yang diiklankan terjadi sehingga konsumen akan mulai mencoba dengan apa yang mereka ketahui diiklan tadi, dari tahap mencoba jadi mereka akan melakukan suatu tindakan pembelian (Tjiptono ; 2007 : 226).Meramalkan perilaku pembelian konsumen dimasa yang akan datang sangatlah penting dalam perencanaan pemasaran. Perilaku pembelian konsumen yang akan datang dapat diukur dari niat berperilaku,yaitu suatu keinginan yang kuat untuk terlibat dalam perilaku tertentu. Niat berperilaku adalah metode yang paling baik untuk memprediksi perilaku individu (Biehal, et. al.,1992; Bosnjak, Obermeir, and Tuten, 2006).Theory of Reasoned Action (TRA) mengasumsikan bahwa perilaku konsumen ditentukan oleh niat berperilaku konsumen. Pengukuran niat berperilaku dilakukan tepat sebelum pembelian dilakukan dan hal inilah yang membuat pengukuran niat berperilaku pada kasus-kasus tertentu menjadi kurang akurat (Fazekas, Senn, and Ledgerwood, 2001).Belk (1985) mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat melemahkan hubungan antara keinginan berperilaku dan perilaku yang diamati. Hal ini meliputi: penghalang waktu, kejadian lingkungan yang tak terduga, konteks situasional yang berbeda, dan informasi baru. Dari beberapa faktor tersebut penghalang waktu merupakan faktor utama yang dapat melemahkan keakuratan prediksi pengukuran niat berperilaku, mengingat sebagaimana faktor kognitif lainnya niat berperilaku dapat berubah sepanjang waktu. Semakin lama tenggang waktu yang diberikan, semakin banyak pengaruh lingkungan yang akan mengubah kepercayaan dan sikap konsumen.Disampingitu dari tenggang waktu yang ada juga akan memungkinkan konsumen menerima informasi baru yang kemudian akan merubah konteks situasi lingkungan yangberbeda antara saat pengukuran dengan situasi saat perilaku dinyatakan. 2.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Super dan Crites (Lidyawatie, 1998) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat, yaitu : 1. Perbedaan pekerjaan, artinya dengan adanya perbedaan pekerjaan seseorang dapat diperkirakan minat terhadap tingkat pekerjaan yang ingin dicapainya, aktivitas yang dilakukan, penggunaan waktu senggangnya, dan lain-lain. 2. Perbedaan sosial ekonomi, artinya seseorang yang mempunyai sosial ekonomi tinggi akan lebih mudah mencapai apa yang diinginkannya daripada yang mempunyai sosial ekonomi rendah. 3. Perbedaan hobi atau kegemaran, artinya bagaimana seseorang menggunakan waktu senggangnya. 4. Perbedaan jenis kelamin, artinya minat wanita akan berbeda dengan minat pria, misalnya dalam pola belanja. 5. Perbedaan usia, artinya usia anak-anak, remaja, dewasa dan orangtua akan berbeda minatnya terhadap suatu barang, aktivitas benda dan seseorang. 2.3.2 Perilaku Pembelian Menurut Kotler dan Armstrong (2001, p195) perlaku membeli konsumen adalah perilaku membeli dari konsumen akhir individu dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Purchase Behaviour (perilaku membeli) adalah perilaku yang mencakup dua macam pembelian : pembelian percobaan (tahap penyelidikan dimana para konsumen berusaha menilai suatu produk melalui pemakaian langsung) dan pembelian ulang, yang biasanya menandakan bahwa produk tersebut memenuhi persetujuan konsumen dan bahwa konsumen bersedia untuk memakainya lagi (Schiffman dan Kanuk, 2007, p506). 2.3.3 Strategi Menarik Minat Beli Pada dasarnya ada berbagai strategi pemasaran yang dapat kita coba untuk menarik minat beli, mari kita simak tips pemasaran berikut ini : 1. Informasikan keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh konsumen dari produk Anda. Informasi tersebut menjadi salah satu senjata bagi Anda untuk mendorong ketertarikan konsumen dengan penawaran yang disampaikan. Berikan bukti nyata kepada konsumen mengapa mereka perlu membeli produk Anda. 2. Publikasikan program-program promosi yang Anda lakukan. Penawaran promosi seperti diskon potongan harga, buy 1 get 1 free (beli 1 gratis 1), atau pemberian hadiah khusus bagi para konsumen setia, merupakan ajang bagi para pelaku usaha untuk menjaring konsumen sebanyak-banyaknya. Karena itu jangan pernah lupa menginformasikan kegiatan promosi yang Anda laksanakan, kepada khalayak ramai. 3. Bagikan contoh produk gratis kepada konsumen. Dari sampel gratis yang diberikan, secara tidak langsung akan mendorong para konsumen untuk ingin mengetahui dan mengenal lebih jauh lagi tentang produk yang Anda tawarkan. Dan tidak menutup kemungkinan bila banyak konsumen yang akhirnya membeli produk Anda setelah mendapatkan sampel gratis 4. Buatlah program khusus untuk membangun loyalitas konsumen. Pelanggan setia adalah aset paling penting bagi para pelaku usaha untuk menjaga kestabilan penjualan. Karena itu membuat program khusus bagi para pelanggan setia Anda, menjadi salah satu cara untuk mempertahankan loyalitas mereka. Sehingga pelanggan Anda tidak pindah ke produk lain. Misalnya saja dengan memberikan produk gratis bagi konsumen Anda yang berulang tahun, mengadakan kegiatan menarik seperti jalan sehat bersama atau mengadakan acara mudik gratis bersama bagi para pelanggan setia Anda. Kegiatan seperti inilah yang diadakan produsen susu anline, teh sariwangi, indomie, dll, sebagai tanda terimakasihnya kepada para pelanggan setia. 5. Berikan inovasi baru yang belum dimiliki produk lain. Dengan adanya inovasi baru pada produk Anda menjadi salah satu kelebihan yang dapat Anda jadikan sebagai modal usaha. Ketika produk Anda memiliki nilai lebih dibandingkan produk lainnya, maka peluang konsumen membeli produk Anda semakin terbuka lebar. Dan penjualan pun dapat meningkat seiring bertambahnya jumlah konsumen yang tertarik membeli produk Anda. 2.3.4 Empat Tipe Pembelian Menurut Kotler dan Armstrong (2001, pp219-222), tipe perilaku pembelian dibagi menjadi empat, yaitu : 5. Perilaku membeli yang kompleks Perilaku membeli konsumen dalam berbagai situasi bercirikan keterlibatan mendalam konsumen dalam membeli dan adanya perbedaan pandangan yang signifikan antara merek satu dengan yang lain. Atau dimana konsumen benar – benar terlibat dalam pembelian dan mempunyai pandangan berbeda dengan merek lain. 6. Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan Perilaku membeli konsumen dalam situasi bercirikan keterlibatan konsumen yang tinggi tetapi sedikit perbedaan yang dirasakan antara merek – merek yang ada. Atau konsumen sangat terlibat dengan pembelian barang, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan dengan merek – merek lain 7. Perilaku membeli karena kebiasaan Perlaku membeli konsumen yang rendah dan sedikit perbedaan yang dirasakan di antara merek – merek yang ada, di sini keterlibatan konsumen dengan merek (produk) rendah dan kecil perbedaan antar merek 8. Perilaku membeli yang mencari variasi Perilaku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan konsumen tetapi perbedaan di antara merek dianggap besar. Dalam hal ini konsumen sering beralih dari merek satu ke merek lain. 2.3.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi Perilaku Pembelian Menurut Siringoringo, 2004, pp130-131, faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian adalah : 4. Faktor – faktor pribadi Menurut Monlee dan Carla (2007,p14) faktor pribadi adalah hal unik pada seseorang. Banyak faktor pribadi yang mempengaruhi pembelian, berupa karakteristik individu seperti usia, gender, dan pendapatan. 5. Faktor social Faktor social adalah kekuatan ekternal yang mempengaruhi perilaku pembelian individu.Hal yang paling menonjol adalah kelompok rujukan dan status social (Monlee dan Carla, 2007, p117).Kelompok terdiri dari satu atau lebih orang yang memberikan pengaruh langsung terhadap pembelian, kelompok rujukan mempengaruhi pembelian seseorang melalui informasi yang diberikan.Schiffman dan Kanuk (2007, p299) berpendapat daya tarik selebriti dan kelonpok rujukan digunakan secara efektif oleh pemasar untuk berkomunikasi dengan pasar merek. 6. Sikap Monlee dan Carla (2007, p116) menyatakan sikap adalah evaluasi berkelanjutan, perasaan dan perilaku individu terhadap objek atau gagasan.Sikap konsumen terhadap perusahaan dan produknya sangat mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan promosi perusahaan. Menurut Belch, 2004, purchase intention adalah kecenderungan untuk membeli sebuah merek dan secara umum berdasarkan kesesuaian antara motif pembelian dengan atribut atau karateristik merek yang dapat dipertimbangkan. Menurut Engel, Kollat, dan Blackwellyang dikutip dari Lin dan Lin (2007), purchase intention adalah “process used to evaluate consumer decision making”. Peter dan olson (2002) mendefinisikan purchase intention adalah “Based on consumer attitude toward buying a brand”. Model AIDA merupakan unsure daripada Purchase Intention seperti yang dijelaskan oleh Kolter (2000), model AIDA terdiri dari : 1. Attention Ketertarikan konsumen dan produk, dalam melakukan pendekatan agar konsumen menyadari keberadaan produk dan kualitasnya. 2. Interest Kepekaan konsumen terhadap produk, dalam tahap ini konsumen ditumbuhkan dan diciptakan rasa ketertarikan terhadap produk tersebut.Perusahaan berusaha agar produknya mempunyai daya tarik dalam diri konsumen, sehingga konsumen memiliki rasa ingin tahu yang tahu dapat menimbulkan minatnya terhadap suatu produk. 3. Desire Keinginan konsumen untuk mencoba dan memiliki produk tersebut, rasa ingin tahu konsumen terhadap produk tersebut diarahkan kepada minat untuk membeli 4. Action Tindakan konsumen untuk mengambil keputusan melakukan pembelian. Menurut Lin dan Lin (2007), sebelum pembelian, konsumen mulai dengan mengumpulkan informasi produk berdasarkan pengalaman pribadi dan eksternal lingkungan. Ketika jumlah informasi mencapai tingkat tertentu, konsumen memulai penilaian dan proses evaluasi, dan membuat keputusan pembelian setelah perbandingan dan penilaian. Oleh karena itu, niat beli sering digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen dalam studi terkait. 2.3.7 Dimensi Minat Beli Merujuk pada jurnal yang berjudul “Effectiveness of Television Advertisement on Purchase Intention” oleh Hema Malini K.S & Shree Kala Kurup (2014). Berikut adalah 4 indikator dalam brand awareness: 1. Willing to Purchase; Kesediaan untuk membeli dan pilihan pertama yang akan dibeli. 2. Considering to Purchase; kemungkinan untuk membeli dan produk yang akan dipertimbangkan untuk digunakan. 2.4 Hipotesis Berdasarkan tujuan penelitian, maka rancangan hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. H1: Ada pengaruh iklan televisiterhadap brand awareness untuk produk T-Cash PT. Telkomsel. 2. H2: Ada pengaruh brand awarenessterhadap minat beliuntuk produk T-Cash PT. Telkomsel. 3. H3: Ada pengaruh iklan televisiterhadap minat beli secara langsung pada T-Cash PT. Telkomsel. 4. H4: Ada pengaruh iklan televisiterhadapminat belimelalui brand awareness pada produk T-Cash PT. Telkomsel. 2.5 Kerangka Pemikiran H3 Iklan Televisi H1 Brand Awareness H2 H4 Purchase Intention Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Sumber: Peneliti, 2016