EK302-032083-831-9 814KB Dec 19 2011 06

advertisement
INDUSTRI
PERTEMUAN 9
Pengertian Industri dan Industrialisasi
• Industri merupakan kumpulan perusahaan-perusahaan yang
menghasilkan barang homogen atau barang yang memiliki sifat saling
mengganti yang sangat erat. Dari sisi pembentukan pendapatan secara
makro industri merupakan kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai
tambah. (Hasibuan, 1993: 12)
• Industrialisasi adalah sistem produksi yang muncul dari perkembangan
yang mantap, penelitian dan penggunaan pengetahuan ilmiah. Ia dilandasi
oleh pembagian tenaga kerja dan spesialisasi, menggunakan alat-alat
bantu mekanik, kimiawi, mesin dan organisasi serta intelektual dalam
•
produksi.
Industrialisasi dalam arti sempit, menggambarkan penggunaan secara luas
sumber-sumber tenaga non-hayati dalam rangka produksi barang atau jasa.
Meskipun defiinisi ini terasa sangat membatasi, industrialisasi tidak hanya di
terdapat pabrik atau manufaktur, tapi bisa juga meliputi pertanian karena
pertanian tidak bisa lepas dari mekanisasi (pemakaian sumber tenaga nonhayati). Demikian pula dengan transportasi dan komunnikasi.
Lintasan Sejarah Sektor Industri
• Pada sekitar tahun 1920-an industri di Indonesia hamper
semuanya dipegang oleh orang asing meskipun jumlahnya
relative sedikit. Industri yang ada pada saat itu adalah industri
kecil atau industri rumah tangga seperti tekstil, padi, dll.
Sedangkan perusahaan besar modern hanya ada dua buah,
itupun milik asing. Yaitu pabrik rokok milik Britisb Anerican
Tobacco dan perakitan kendaraan bermotor General Motor
Car Assembly.
Sekitar tahun 1930-an depresi besar melanda Indonesia
dengan meruntuhkan perekonomian penerimaan ekspor pun
menurun sehingga mengakibatkan pengangguran. Situasi
tersebut memaksa pemerintah untuk bertindak dengan
mengubah system dan pola kebijaksanaan ekonomi kemudian
memberikan kemudahan dalam pemberian ijin dan fasilitas
bagi pendirian industri baru.
• Pada masa perang dunia II kondisi industrialisasi di Indonesia
cukup baik. Namun, pada masa kependudukan jepang kondisi
industrialisasi di Indonesia kurang baik. Hal itu karena adanya
larangna impor bahan mentah, diangkutnya barang-barang
capital kejepang, dan pemaksaan tenaga kerja sehingga
investasi Negara asing nihil.
Namun lima belas tahun setelah indonesia merdeka,
Indonesia mampu menjadi pengimpor besar barang-barang
capital dan teknologi . pada tahun 1951 pemerintah
mengeluarkan kebijakan RUP (Rancangan urgensi
perekonomian) dengan mendorong industri-industri kecil
umtuk maju dan membatasi industri-industri besar yang
dimiliki oleh eropa dan cina.
• Pada tahun 1957 sektor industri mengalami
stagnasi dan perekonomian mengalami masa
teduh, pada tahun 1960-an sector industri
tidak berkembang. Akibat karena situasi
polotik yang bergejolak, juga disebabkan
kurangnya modal dan tenaga ahli yang
terampil. Pemberlakuan dua undang-undang
baru, PMA tahun 1967 dan PMDN tahun 1968
ternyata mampu membangkitkan gairah
sector industri.
Konsep dan Tujuan Industrialisasi
• Dalam konsep sejarah pembangunan ekonomi, konsep
industrialisasi berawal dari revolusi industri pertama pada
pertengahan abad ke-18 di Inggris, yang ditandai dengan
penemuan metode baru untuk permintalan, dan penemuan
kapas yanng mencipatakan spesialisasi dalam produksi, seta
peningkatan produktivitas dari faktor produksi yang
digunakan.
Sejarah ekonomi dunia menunjukan bahwa industrialissi
merupakan suatu proses interasksi antara pengemebangan
teknologi, inovasi, spesialisasi, produksi, dan perdagangan
anatarnegara, yang pada akhirnya sejalan dengan
meningkatnya pendapatan masyarakat mendorong perubahan
struktur ekonomi dibanyak negara, dari yang tadinya berbasis
pertanian menjadi berbasis industri.
Argumentasi Industrialisasi
• Teori argumentasi keunggulan komparatif akan
mengembangkan subsektor atau jenis-jenis industri yang
memiliki keunggulan komparatif.
• Teori argumentasi keterkaitan industrial akan mengutamakan
pengembangan-pengembangan industri dibidang ekonomi.
• Teori argumentasi penciptaan kesempatan kerja,
memprioritaskan pengembangan industri-industri yang
mampu menyerap banyak tenaga kerja. Salah satu jenisnya
yaitu padat karya ataupun industri kecil.
• Teori argumentasi loncatan teknologi mempercayai dengan
menggunakn teknologi tinggi maka akan memberikan nilai
tambah yang sangat besar, dan harus mampu diiringi dengan
kemajuan teknologi disektor lain.
Strategi Industrialisasi
• Pola subsitusi impor (import substitution), dikenal dengan
istilah strategi “orientasi ke dalam” atau inward looking
strategy ialah suatu strategi industrialisasi yang
mengutamakan pengembangan jenis-jenis industri untuk
menggantikan kebutuhan akan impor produk-produk sejenis.
Sedangkan yang kedua merupakan strategi promosi ekspor
(export promotion), dikenal dengan istilah “orientasi keluar”
atau outward looking ialah strategi indusrialisasi yang
mengutamakan pengemabangan jenis produksi yang
bertujuan untuk menghasilan produk untuk di ekspor. Dalam
strategi ekpor ini biasanya berkelanjutan dari strategi impor.
Namun dalam proses industrialisasi bisa saja strategi promosi
ekspor dijalankan tanpa harus didahului oleh strategi impor.
Hal itu bergantung antara lain pada potensi relative pasar
dalam negri yang bersangkutan.
KLASIFIKASI INDUSTRIALISASI
• Didasarkan pada kriteria yaitu berdasarkan
bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar,
modal, atau jenis teknologi yang digunakan.
• Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi
suatu negara juga turut menentukan
keanekaragaman industri negara tersebut,
semakin besar dan kompleks kebutuhan
masyarakat yang harus dipenuhi, maka
semakin beranekaragam jenis industri.
Klasifikasi Industri Berdasarkan Bahan Baku
• Industri Ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya
diperoleh langsung dari alam. Misal : Industri hasil
pertanian, industri hasil perikanan, dan industri hasil
perhutanan.
• Industri Nonekstraktif, yaitu industri yang mengolah
lebih lanjut hasil-hasil industri lain. Misalnya : Industri
kayu lapis, industri permintalan, dan industri kain.
• Industri Fasilitatif atau disebut juga industri tertier.
Kegiatan industrinya adalah dengan menjual jasa
layanan untuk keperluan orang lain.
• Misalnya : Perbankan, perdagangan, angkutan, dan
pariwisata
Klasifikasi Industri berdasarkan Tenaga Kerja
• Industri Rumah Tangga, yaitu industri yang menggunakan
tenaga kerja kurang dari 4 orang. Ciri industri ini memiliki
modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota
keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala
rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya :
Industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan
industri makanan ringan.
• Industri Kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah
sekitar 5 samapai 19 orang. Ciri industri kecil ini adalah
memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari
lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara.
Misalnya : industri genteng, industri batubara, industri
pengolahan rotan.
• Industri Sedang, yaitu industri yang menggunakan tenga
kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang ini
adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja
memiliki ketrampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan
memliki kemampuan manajerial tertentu. Misalnya :
Industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik.
• Industri Besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja
lebih dari dari 100 orang. Ciri industri besar ini adalah
memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam
bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki
ketrampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih
melalui uji kemampuan dan kelayakan. Misalnya : Industri
tekstil, industri
Klasifikasi Industri berdasarkan Produksi yang Dihasilkan
• Industri Primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau
benda yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Barang atau
benda yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau
dipergunakan secara langsung. Misalnya : Industri anyaman,
industri konveksi, industri makanan dan minuman.
• Industri Sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang
atau benda yang membutuhkan pengelolahan lebih lanjut
sebelum dinikmati atau digunakan. Misalnya : Industri
pemintalan benang, industri ban, industri baja, dan industri
tekstil.
• Industri Tertier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa
barang atau benda yang dapat dinikmati atau dipergunakan
baik secara langsung maupun tidak langsung, melainkan
berupa jasa layanan yang dapat mempermudah atau
membantu kebutuhan masyarakat. Misalnya : Industri
angkutan, industri perbankan, industri perdagangan, dan
industri pariwisata.
Klasifikasi Industri berdasrakan Bahan Baku
• Industri Pertanian, yaitu industri yang mengolah
bahan mentah yang diperoleh dari hasil kegiatan
pertanian. Misalnya : Industri minyak goreng, industri
gula, industri kopi, industri teh, dan industri
makanan.
• Industri Pertambangan, yaitu industri yang mengolah
bahan mentah yang berasal dari hasil pertambangan.
Misalnya : Industri semen, industri baja, dan industri
BBM.
• Industri Jasa, yaitu industri yang mengolah jasa
layanan yang dapat mempermudah dan meringankan
beban masyarakat tetapi menguntungkan. Misalnya:
Industri perbankan, industri perdagangan, industri
pariwisata, industri transportasi, industri seni dan
hiburan.
Klasifikasi Industri berdasarkan Lokasi Unit Usaha
• Industri Berorientasi pada Pasar, yaitu industri yang didirikan
mendekati daerah persebaran konsumen.
• Industri Berorientasi pada Tenaga Kerja, yaitu industri yang didirikan
mendekati daerah pemusatan pendudukan, terutama daerah yang
memiliki banyak angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.
• Industri Berorientasi pada Pengolahan, yaitu industri yang didirikan
dekat atau ditempat pengolahan. Misalnya : Industri BBM di
Balongan Indramayu ( dekat dengan kilang minyak ).
• Industri Berorientasi pada Bahan Baku, yaitu industri yang didirikan
di tempat tersedianya bahan baku. Misalnya : Industri pengalengan
ikan berdekatan dengan pelabuhan laut, dan indutri gula
berdekatan lahan tebu.
• Industri yang tidak terkait oleh persyaratan yang lain, yaitu industri
yang didirikan tidak terkait oleh syarat-syarat di atas. Industri ini
dapat didirikan dimana saja, karena bahan baku, tenaga kerja, dan
pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan dimana saja. Misalnya :
Industri elektronik, Industri otomotif, dan industri transportasi.
Klasifikasi Industri berdasarkan Proses Produksi
• Industri Hulu, yaitu industri yang hanya mengolah
bahan mentah menjadi barang setengah jadi.
Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku
untuk kegiatan industri yang lain. Misalnya : Industri
kayu lais, industri alumunium, industri pemintalan,
dan industri baja.
• Industri Hilir, yaitu industri yang mengolah barang
setengah jadi menjadi barang jadi sehingga barang
yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau
dinikmati oleh konsumen.
Misalnya : Industri pesawat terbang, industri
konveksi, industri otomotif, dan industri meubeler.
•
Faktor-faktor pendorong industrialisasi
• Kemampuan teknologi dan inovasi.
• Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita.
• Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya
memiliki industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan
industri tengah seperti mesin alat produksi akan mengalami proses
industrialisasi lebih cepat.
• Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan
jumlah penduduk. Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan
pertumbuhan kegiatan ekonomi.
• Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap
implementasi, jenis industri unggulan dan insentif yang diberikan.
• Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih
lambat dalam industrialisasi.
• Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea
masuk bagi industri orientasi ekspor.
Perkembangan Sektor Industri Manufaktur
• Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan
industri di suatu negara. Perkembangan industri manufaktur di suatu
negara juga dapat digunakan untuk melihat perkembangan industri secara
nasional di negara itu. Perkembangan ini dapat dilihat baik dari aspek
kualitas produk yang dihasilkannya maupun kinerja industri secara
keseluruhan.
• Sejak krisis ekonomi dunia yang terjadi tahun 1998 dan merontokkan
berbagai sendi perekonomian nasional, perkembangan industri di
Indonesia secara nasional belum memperlihatkan perkembangan yang
menggembirakan. Bahkan perkembangan industri nasional, khususnya
industri manufaktur, lebih sering terlihat merosot ketimbang grafik
peningkatannya.
• Sebuah hasil riset yang dilakukan pada tahun 2006 oleh sebuah lembaga
internasional terhadap prospek industri manufakfur di berbagai negara
memperlihatkan hasil yang cukup memprihatinkan. Dari 60 negara yang
menjadi objek penelitian, posisi industri manuaktur Indonesia beradah di
posisi terbawah bersama beberapa negara Asia, seperti Vietnam. Riset
yang meneliti aspek daya saing produk industri manufaktur Indonesia di
pasar global, menempatkannya pada posisi yang sangat rendah.
• Perkembangan industri manufaktur di Indonesia juga dapat dilihat dari
kontribusinya terhadap produk domestik bruto atau PDB. Bahkan pada
tahun 2005 dan awal tahun 2006, banyak pengamat ekonomi yang
mengkhawatirkan terjadinya de-industrialisasi di Indonesia akibat
pertumbuhan sektor industri manufaktur yang terus merosot.
• De-Industrialisasi merupakan gejala menurunnya sektor industri yang
ditandai dengan merosotnya pertumbuhan industri manufaktur yang
berlangsung secara terus menerus. Melorotnya perkembangan sektor
industri manufaktur saat itu mirip dengan gejala yang terjadi menjelang
ambruknya rezim orde baru pada krisis global yang terjadi pada tahun
1998. Selain menurunkan sumbangannya terhadap produk domestik
bruto, marosotnya pertumbuhan industri manufaktur juga menurunkan
kemampuannya dalam penyerapan tenaga kerja.
• Sebagai sektor industri yang sangat penting, perkembangan industri
manfaktur memang sangat diandalkan. Penurunan pertumbuhan sektor
industri ini dapat menimbulkan efek domino yang sangat meresahkan.
Bukan saja akan menyebabkan PDB menurun namun yang lebih
mengkhawatirkan adalah terjadinya gelombang pengangguran baru. Apa
lagi problem pengangguran yang ada saat ini saja masih belum mampu
diatasi dengan baik.
•
Permasalahan Sektor Industri Manufaktur
1. Kelemahan Struktural
• Basis ekspor dan pasar masih sempit walaupun Indonesia mempunyai
banyak sumber daya alam dan teknologi komunikasi, tapi produk dan
pasarnya masih terkonsentrasi:
a. Terbatas pada empat produk (kayu lapis, pakaian jadi, tekstil & alas
kaki).
b. Pasar tekstil dan pakaian jadi terbatas pada beberapa negara: USA,
Kanada,
Turki dan Norwegia.
c. USA, Jepang & Singapura mengimpor 50% dari total ekspor tekstil dan
pakaian jadi dari Indonesia.
d. Produk penyumbang 80% dari ekspor manufaktur indonesia masih
mudah
terpengaruh oleh perubahan permintaan produk di pasar terbatas.
e. Banyak produk manufaktur terpilih padat karya mengalami penurunan
harga muncul pesaing baru seperti cina dan vietman.
f. Produk manufaktur tradisional menurun daya saingnya sbg akibat factor
internal seperti tuntutan kenaikan upah.
• Ketergantungan Impor sangat Tinggi
Pada tahun 1990, Indonesia menarik banyak PMA untuk
industri berteknologi tinggi seperti kimia, elektronik,
otomotif, dsb, tapi masih proses penggabungan,
pengepakan dan assembling dengan hasil:
a. Nilai impor bahan baku, komponen dan input perantara
masih tinggidiatas 45%.
b. Industri padat karya seperti tekstil, pakaian jadi dan kulit
bergantung kepada impor bahan baku, komponen dan
input perantara masih tinggi.
c. PMA sector manufaktur masih bergantung kepada suplai
bahan baku dan komponen dari LN.
d. Peralihan teknologi (teknikal, manajemen, pemasaran,
pengembangan organisasi dan keterkaitan eksternal)
dari PMA masih terbatas.
e. Pengembangan produk dengan merek sendiri dan
pembangunan jaringan pemasaran masih terbatas.
• Tidak ada Industri Berteknologi Menengah
a. Kontribusi industri berteknologi menengah (logam,
karet, plastik, semen) terhadap pembangunan sektor
industri manufaktur menurun tahun 1985 -1997.
b. Kontribusi produk padat modal (material dari plastik,
karet, pupuk, kertas, besi & baja) thd ekspor
menurun 1985 – 1997
c. Produksi produk dg teknologi rendah berkembang
pesat.
• Konsentrasi Regional
Industri menengah dan besar terkonsentrasi di Jawa.
2. Kelemahan Organisasi
• Industri kecil dan menengah masih
terbelakangproduktivtas rendah Jumlah
TK masih banyak (padat Karya).
• Konsentrasi Pasar.
• Kapasitas menyerap dan mengembangkan
teknologi masih lemah.
• SDM yang lemah.
Strategi Pembangunan Sektor Industri
• Dalam startegi pelaksanaan industrialisasi:
1. Strategi substitusi impor (Inward Looking).
Bertujuan mengembangkan industri berorientasi
domestik yang dapat menggantikan produk impor.
Negara yang menggunakan strategi ini adalah Korea dan
Taiwan.
Pertimbangan menggunakan strategi ini:
• Sumber daya alam dan Faktor produksi cukup tersedia.
• Potensi permintaan dalam negeri memadai.
• Sebagai pendorong perkembangan industri manufaktur
dalam negeri.
• Kesempatan kerja menjadi luas.
• Pengurangan ketergantungan impor, sehingga defisit
berkurang.
2. Strategi promosi ekspor (outward looking)
• Beorientasi ke pasar internasional dalam usaha
pengembangan industri dalam negeri yang
memiliki keunggulan bersaing.
Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil :
• Pasar harus menciptakan sinyal harga yang
benar yang merefleksikan kelangkaan barang
baik pasar input maupun output.
• Tingkat proteksi impor harus rendah.
• Nilai tukar harus realistis.
• Ada insentif untuk peningkatan ekspor.
Thank you!
Download