publikasi media pada acara pertemuan pembahasan

advertisement
PUBLIKASI MEDIA
PADA ACARA PERTEMUAN
PEMBAHASAN PERUBAHAN IKLIM
DENGAN CLIMATE PARLIEMENT
Saatnya Beralih pada Energi Terbarukan
Politikindonesia - Selama ini, penggunaan energi masih
didominasi oleh bahan fosil, seperti minyak dan batu
bara. Padahal, pemanfaatan energi jenis ini bisa
merusak lingkungan dan berpengaruh pada perusakan
lapisan ozon dan membuat cuaca tidak normal.
Sumber energi terbarukan saat ini masih menjadi
sebuah potensi yang belum dimanfaatkan secara
dioptimal.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP), Suseno Sukoyono,
mengatakan, sejumlah pihak kini mulai menyerukan penghentian penggunaan bahan bakar
yang berasal dari fosil dan menggantinya dengan pemanfaatan energi terbarukan, seperti
tenaga angin, ombak hingga tenaga matahari.
"Salah satu dampak dari perubahan cuaca yang tidak menentu seperti sekarang ini
dikarenakan konsumsi bahan minyak yang terlalu tinggi. Sehingga merusak lapisan ozon
dan membuat cuaca di dunia maupun Indonesia menjadi tidak menentu," ujar dia saat
menerima kunjungan perwakilan Climate Parliament di Kantor Kementerian Perikanan dan
Kelautan, Jakarta, Selasa (12/11).
Celakanya, semua sektor, terutama seperti pertanian dan perikanan sangat bergantung
pada cuaca. Jika ini dibiarkan, maka produktivitas pertanian dan perikanan akan terus
terganggu. Oleh karena itu, semua pihak harus berusaha menyelamatkan negaranya dari
cuaca buruk. Sehingga produksi pangan seperti perikanan tetap terjaga.
Suseno mengatakan, apabila perairan lautnya mampu dioptimalkan, pastinya kebutuhan
energi tidak perlu lagi menggunakan bahan bakar berbahan fosil, tapi semua menggunakan
energi terbarukan. Pemanfaatan energi terbarukan ini akan menekan penggunaan dari
bahan bakar fosil dan dapat meredam efek buruk berupa perubahan cuaca yang ekstreem.
Akan tetapi, hal itu tidak bisa dilakukan secara instan, tapi dimulai sedikit demi sedikit, mulai
dari mulai skala terkecil hingga besar. "Jadi sesuai dengan job desk kami di BPSDM KP, ini
akan dimulai dari pelatihan-pelatihan dan penyuluhan mengenai manfaat dan pentingnya
penggunaan perairan laut. Hal itu akan kami lakukan saat melakukan kunjungan atau
bertemu langsung dengan para nelayan dan petambak," tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Suseno memaparkan kedatangan perwakilan Climate Parliament ini
untuk mengajak seluruh dunia, termasuk Indonesia untuk melawan tindakan perusakan
lingkungan. Tapi caranya, lebih pada pemanfaatan energi dengan menggunkan bio energi
dan mengurangi penggunaan bahan bakar minyak.
Dijelaskan pula, Climate Parliament merupakan sebuah lembaga internasional yang terdiri
dari para legislator dari seluruh dunia. Mereka berkonsentrasi memerangi bahaya
perubahan iklim di dunia. "Jadi kedatangan mereka dari Inggris ini hanya ingin mengajak
Indonesia memerangi perubahan iklim," imbuhnya.
Mengenai ajakan Climate Parliament tersebut, Suseno menyatakan dukungannya dan siap
membuka kerja sama untuk menggelar berbagai seminar dan pelatihan tentang pentingnya
gerakan penanggulangan perubahan iklim.
"Awalnya, mereka ini bertemu dengan Ketua Unit Kerja Presiden Bidang. Pengawasan dan
Pengendalian Pembangunan (UKP4) Kuntoro Mangkusubroto dan direkomendasikan untuk
bertemu BPSDM KP. Karena kami selama ini cukup gencar membuat pelatihan tentang
peduli lingkungan. Dalam kerangka itu, kami siap bekerjasama lebih jauh dengan Climate
Parliament terkait program penanggulangan perubahan iklim," ucap Suseno.
Sementara itu, Chairman Climate Parliament Sir Graham Watson menambahkan, jika
kehadiran Climate Parliament di Indonesia untuk mengajak parlemen Indonesia bergabung
dalam gerakan bersama menanggulangi dampak buruk perubahan iklim.
"Besarnya dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim, sehingga upaya penanganan
dan pencegahannya tidak bisa dilakukan masing-masing negara. Kita tidak bisa bergerak
sendiri-sendiri. Selain membuat ongkosnya menjadi mahal, efek pencegahannya juga
menjadi kurang maksimal. Mari kita bekerja sama, karena masing-masing negara memiliki
potensi yang berbeda dan bisa saling dimanfaatkan secara bersama," jelasnya.
Diungkapkan, dengan adanya kerjasama penanggulangan dampak perubahan iklim,
masing-masing negara bisa fokus pada potensi yang dimiliki negaranya dan kemudian
selebihnya mendapatkan bantuan dari negara lain. Sehingga berbagai negara bisa berbagi
pengetahuan dan wawasan, terkait pemanfaatn energi terbarukan ini secara detail.
"Untuk itu kami mengajak Indonesia berpartisipasi dan bergabung untuk menjaga
lingkungan. Karena untuk menyelamatkan dunia dari cuaca yang tidak menentu ini tidak
bisa dengan satu negara, tapi harus bersatu dengan seluruh negara yang ada di dunia,"
tandasnya.
Menurutnya, pemanfaatan sumber energi terbarukan sebenarnya tidak memerlukan cost
yang tinggi. Karena banyak negera yang sudah memulainya. Seperti beberapa negara di
kawasan Afrika diketahui titik-titik lokasi yang dapat diandalkan untuk menyerap tenaga
matahari secara lebih maksimal.
(eva/rin/kap)
Neraca, Rabu 13 November 2013
Daftar Isi
1. Saatnya Beralih pada Energi Terbarukan,
www.politikindonesia.com
2. Optimalisasi Perairan Laut Untuk Energi Terbarukan,
Harian Neraca
Download