PENGANTAR BAHASA ARAB `AMIYAH Oleh : Hindun 1.Pengertian Bahasa Arab `āmmiyyah disebut juga dārijah atau yaumiyyah. Wāfī menyebutnya sebagai al-lahjah al-mahalliyyah (local dialect) (1983:119). Sesuai dengan sebutannya, `āmmiyyah berasal dari kata `ām ‘umum’, dārijah berasal dari kata daraja ‘beredar, populer’, dan al-mahalliyyah ‘lokal’ berasal dari kata mahall ‘lokasi’ sehingga karakteristik “bahasa” ini adalah umum karena digunakan banyak orang, populer karena digunakan terus menerus, dan hanya digunakan di wilayah tertentu. Dialek dalam KBBI (2002:261) adalah variasi bahasa yang berbeda-beda menurut pemakai (misal bahasa dari suatu wilayah tertentu, kelompok sosial tertentu, atau kurun waktu tertentu). Dengan demikian, `āmmiyyah adalah dialek bahasa Arab yang digunakan dalam percakapan seharihari oleh sekelompok orang Arab, baik kelompok besar maupun kecil, pada wilayah tertentu. 2.Faktor-faktor yang Mendorong Kemunculannya Ada beberapa faktor yang mendorong lahirnya bahasa Arab `āmmiyyah, di antaranya adalah sebagai berikut. Faktor pertama adalah masalah geografis. Bahasa Arab pada awalnya digunakan oleh masyarakat yang berdiam di Semenanjung Arab atau Jazirah Arab. Sebagian besar wilayah Semenanjung Arab ini terdiri atas gurun dan gunung batu sehingga letak perkampungan satu kabilah dengan kabilah lain berjauhan. Bahasa Arab sebagai alat komunikasi masyarakat penghuni wilayah itupun menjadi beragam. Sebagaimana Sarhan mengatakan bahwa “sejak lama orang Arab tinggal di penjuru Semenanjung yang sangat luas. Mereka hidup dalam kabilah-kabilah yang berlainan, pada wilayah yang berjauhan, dan dalam lingkungan yang bermacam-macam. Hal inilah yang memicu timbulnya dialek yang menyimpangi bahasa bakunya, baik yang menyimpang sedikit maupun yang menyimpang jauh dari bahasa bakunya” (1956:35). Faktor kedua adalah letak wilayah Arab yang berada di persimpangan benua Asia, Afrika, dan Eropa sehingga persentuhan di antaranya sangat memungkinkan. Aspek ekonomi dapat dikatakan sebagai aspek utama. Sebagaimana diketahui bahwa Hijaz, khususnya kota Makkah, sejak masa sebelum masehi telah memainkan peranan penting dalam hal perdagangan. Kedatangan para saudagar dari berbagai wilayah pada musim haji yang terselenggara setiap tahun memberikan andil yang besar dalam memperkaya kosa kata Arab atau mempengaruh bahasa baku sehingga terjadi perubahan-perubahan. Faktor ketiga adalah ketika Islam berekspansi keluar negeri Hijaz yang dengan demikian membawa serta bahasa Arab bersama penggunanya. Ketika itulah bahasa Arab bertemu dengan bahasa-bahasa lain, baik yang besar seperti Parsi, Hindi, Turki, bahkan Spanyol maupun yang kecil seperti bahasa suku-suku. Pertemuan dan percampuran itu melahirkan kosa kata baru yang akhirnya juga mempengaruhi struktur kalimatnya. Adanya percampuran itu dapat dibuktikan pada puisi zajl di Andalusia yang menyelipkan dialek di dalamnya. Juga perjalanan para sastrawan ke wilayah pedalaman Hijaz dan bermukim beberapa waktu untuk mengasah kemurnian bahasa Arabnya. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Arab sudah terkontaminasi dengan bahasa lain. Faktor keempat adalah kolonisasi yang menimpa negara-negara Arab, baik pada Perang Dunia I maupun II. Para kolonialis tidak menghendaki bahasa Arab menjadi besar dan penting karena bahasa Arab identik dengan Islam. Oleh karena itu, secara tidak langsung mereka mendorong berkembangnya dialekdialek ini menjadi alat komunikasi sehari-hari secara meluas. Artinya tidak hanya dalam suasana informal, melainkan juga dalam suasana semi formal, bahkan formal. Faktor kelima adalah luasnya wilayah negara-negara Arab dewasa ini yang terdiri atas 21 negara dan masing-masing terdiri atas suku yang berbedabeda yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda pula. Luasnya wilayah yang meliputi Semenanjung Arab yang terdiri atas Saudi, Yaman, Oman, Qatar, Uni Emirat, Bahrain, dan Kuwait. Wilayah Bulan Sabit yang terdiri atas Palestina, Yordania, Libanon, Suriah, dan Irak. Wilayah Afrika Utara yang terdiri atas Mesir, Libya, Aljazair, Tunisia, Maroko Mauritania, Sudan, Somalia, dan Jibuti. Faktor-faktor di atas memberi pemahaman kepada kita mengapa `āmmiyyah itu tumbuh dan berkembang sehingga masing-masing wilayah mempunyai dialeknya sendiri. Akan tetapi, bila diperhatikan ada tiga kecenderungan dialek, yaitu wilayah Semenanjung Arab cenderung memakai dialek Saudi, wilayah Syam menggunakan dialeknya sendiri, dan wilayah Afrika Utara yang cenderung pada dialek Mesir. Mari kita perhatikan sapaan “Apa kabar”? yang berbeda-beda. Pada masyarakat yang tinggal di kawasan Semenanjung akan menyapa Kef hālak? ‘Bagaimana keadaanmu?’, masyarakat Syam akan menyapa Syelōnak? ‘Apa warnamu?’, dan masyarakat Mesir akan menyapa Izzayyak? ‘Bagaimana dengan kamu?’. Jadi, di samping bahasa Arab fus-ha, kita tidak dapat mengenyampingkan begitu saja keberadaan ragam dialek ini. II. Pengucapan (Pronounciation) dalam Al-Āmmiyyah 2.1 Perubahan Pengucapan Ada beberapa perubahan pengucapan dalam sebagian huruf atau pertukaran posisi huruf dalam satu kata. Perubahan dan pertukaran tersebut dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini. 2.1.1 Huruf Huruf Perubahan Bunyi Saudi Mesir ث t t Contoh Kata كثري،ثالثة Pengucapan Saudi talāta, kitīr Mesir talāta, kitīr ج - g جديد،مجيل jamīl, jadīd gamīl, gadīd ذ d d ذهب،هذا hāda, dahab hāda, dahab ز - g زوج،زجاج zugag, zauj Gugag, goz ض dz dz رضى،غضب ghadzab, ridza/riza ghadzab, ridza/riza ظ dl dl ظهر،نظارة ط t t طيارة،طازة ق g a قليل،قلب nadl-dlara, dluhr tāza, tayyaāra nadl-dlara, dluhr tāza, tayyaāra Galb, galil alb, alil Catatan: Ada bebarapa kata yang memakai huruf qaf dan tetap dibaca qaf. Di antaranya adalah القرآن، قرية، القاهرةdiucapkan al-Qāhirah, qaryah, dan al-Qur’ān. 2.1.2 Vokal Vokal u Perubahan Bunyi u, i, o Contoh Kata هو، جنيه،فول Pengucapan Keterangan fūl, jinǽh, howwa e kata medan æ kata lecet a a, ǽ اليمن،ابب bab, el-Yemǽn i i, e هي،كتاب kitāb, heyya ai ǽ, ē خري، فني،منني au Ō دور، لون،نوع fēn, khǽr, minǽn Nō`, lōn, dōr o kata kol 2.1.3 Penggantian Huruf dan Pertukaran Posisinya dalam Kata Bentuk ism fa`il dari fi`il ajwaf seperti سائق، بائع، قائلmenjadi سايق، بايع،قايل. Jadi, terjadi penggantian huruf hamzah dengan ya’ untuk mempermudah pengucapan. Bahkan, dari kata yang telah berubah tadi dapat berubah lagi menjadi سيّق، بيّع،قيّل. Alif diganti dengan tasydid. Perubahan yang lain adalah dengan menukarkan posisi huruf dalam kata, misalnya kata ملعقة،( زوجzōg, mal`a’a) menjadi معلقة،( جوزgōz, ma’la’a).