COACHING SUPPORT TERHADAP PENINGKATAN KEPATUHAN PENATALAKSANAAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 Naskah Publikasi Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta DIFRAN NOBEL BISTARA 20131050029 PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015 2 COACHING SUPPORT TERHADAP PENINGKATAN KEPATUHAN PENATALAKSANAAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 Difran Nobel Bistara1, Arlina Dewi2, Sri Sumaryani3 ABSTRAK Penyakit diabetes mellitus (DM) tidak dapat disembuhkan, tetapi bisa dikelola dengan mematuhi empat pilar penatalaksanaan DM. Mematuhi peraturan ini seumur hidup tentunya menjadi stresor bagi pasien sehingga banyak yang gagal mematuhinya. Kepatuhan penderita terhadap pengelolaan penyakitnya menjadi salah satu indikator keberhasilan suatu pengobatan. Coaching support merupakan metode untuk membantu individu mengelola penyakit yang diderita dan untuk meningkatkan kepatuhan penderita DM tipe 2 dengan melibatkan peran serta keluarga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh coaching support dalam meningkatkan kepatuhan penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 2. Penelitian ini adalah penelitian quasy eksperiment dengan menggunakan metode pretest posttest with control group design. Responden dalam penelitian ini adalah penderita DM tipe 2 sebanyak 60 orang dan diambil dengan teknik simple random sampling dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner kepatuhan. Coaching Support diberikan pada kelompok perlakuan selama dua minggu. Data dianalisis menggunakan uji statistik yaitu Paired t-Test dan Independent t-Test, dan regresi linear berganda dengan signifikansi p<0,05. Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi perbedaan kepatuhan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan p-value = 0,000. Intervensi coaching support adalah variabel yang paling berpengaruh untuk kepatuhan penderita DM tipe 2 dengan sig 0,000. Intervensi coaching support efektif terhadap peningkatan kepatuhan penderita DM tipe 2. Coaching support dapat dilakukan dengan baik karena responden dan keluarga proaktif, dan akan lebih baik alat ukur kepatuhan penderita DM tipe 2 lebih dikembangkan untuk penelitian selanjutnya. Kata Kunci: Coaching Support, penderita DM tipe 2, kepatuhan 3 ABSTRACT Diabetes mellitus (DM) is not curable, but can be managed with four pillars of the DM management. Comply with this rule for life must be so many stressors for patients who fail to comply. Patient compliance to the management of the disease is one indicator of the success of a treatment. Coaching support is the one of method to help, managing, improving, DM type 2 patient and family compliance. The aim of this study was to prove influence of coaching support in improving compliance management of type 2 diabetes mellitus. Quasi experiment with pretest-posttest control group design was carried out this study. The subjects were 60 patient of diabetes mellitus type 2 were selected by simple random sampling, and purposive sampling divided in to two group, control group and treatment group. Data were collected by the compliance questionaire. Coaching Support was given to treatment group during two weeks. Data were analyzed by statistic software, using paired t test for pre-posttest and independent t test, and multiple linear regression with p-value <0,05 was considered significant. The analysis showed that there was a significant difference in compliance between the control group and the group treated with p-value = 0.000. Intervention coaching support is the most influential variable for the compliance of patients with type 2 diabetes mellitus with 0,000 sig. Coaching support able to increase patient compliance support with type 2 diabetes Coaching can be done either because the respondent and family proactive, and will better patient compliance measurement tool type 2 diabetes mellitus is more developed for further research. Keywords: Coaching Support, patient of type 2 diabetes mellitus, compliance PENDAHULUAN Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal. Penyakit DM ini memerlukan kemampuan dari penderita untuk mematuhi penatalaksanaan penyakitnya yang dianjurkan oleh petugas kesehatan (ADA, 2015; IDF, 2010; Vugt et al, 2013). Prevalensi DM di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2014 sebanyak 217 ribu kasus. Kabupaten Sleman memiliki kasus DM tipe 2 terbanyak di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tahun 2014 di Kabupaten Sleman terdapat 25 ribu kasus DM tipe 2, angka tersebut mengalami peningkatan 2 kali lipat di atas prevalensi tahun 2011 yaitu sebanyak 12 ribu kasus DM tipe 2 (Dinkes Sleman, 2015). Penyakit DM ini tidak dapat disembuhkan, tetapi bisa dikelola dengan mematuhi empat pilar penatalaksanaan DM meliputi pendidikan kesehatan, perencanaan makan atau diet, latihan fisik teratur dan minum obat hipoglikemi 4 oral (OHO) atau insulin seumur hidup. Mematuhi peraturan ini seumur hidup tentunya menjadi stressor berat bagi pasien sehingga banyak yang gagal mematuhinya (Purba, 2008). Kepatuhan penderita terhadap pengelolaan penyakitnya menjadi salah satu indikator keberhasilan suatu pengobatan. Kepatuhan pengobatan pada penderita DM tipe 2 juga harus diikuti dengan perbaikan kualitas pelayanan kesehatan, sikap dan keterampilan petugasnya, serta pola hidup penderita beserta keluarganya. Kesadaran dari penderita DM tipe 2 itu sendiri yang mampu menghasilkan kepatuhan yang optimal dalam mengelola penyakit yang diderita sehingga dapat mencegah kegagalan terapi. Dampak kegagalan terapi tersebut dapat menimbulkan komplikasi yang sangat fatal (Kim et al, 2012). Keberhasilan penatalaksanaan DM tipe 2 perlu ditingkatkan dengan melaksanakan promosi kesehatan yang melibatkan tenaga kesehatan dan sistem pendukungnya dari penderita DM tipe 2. Teori Health Promotion Model menjelaskan bahwa perilaku promosi kesehatan merupakan hasil tindakan yang ditujukan untuk mendapatkan hasil kesehatan yang optimal (Tomey & Alligood, 2010). Kesehatan yang optimal merupakan penunjang kehidupan penderita DM tipe 2 menjadi produktif. Coaching support merupakan penyedia layanan kesehatan yang dapat membantu penderita DM tipe2 untuk mengidentifikasi isu-isu, kepercayaan, dan kepedulian yang dapat menghalangi atau dukungan mengubah gaya hidupnya atau tanggung jawab atas kesehatannya (Liddy et al, 2014). Peneliti mencoba membuktikan membuktikan aplikasi metode coaching support sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kepatuhan penderita DM tipe 2 yang memunculkan perbaikan perilaku penderita dalam mengelola empat pilar DM dengan pendekatan Health Promotion Model Nola J Pender. METODE Penelitian Quasy Eksperimental dengan pre post test design with control group. Peneliti akan melibatkan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, kemudian kelompok kontrol dan kelompok perlakuan tersebut masing-masing akan diberikan penyuluhan pilar penatalaksanaan DM dan dilakukan pre-test yaitu berupa pengukuran kepatuhan, kemudian untuk pemberian intervensi coacing support diberikan pada kelompok perlakuan. Setelah dua minggu kedua kelompok dilakukan post-test. Penetapan sampel dilakukan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (simple random sampling) kemudian pembagiannya dilakukan sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (purposive sampling) yaitu 30 orang untuk kelompok kontrol dan 30 orang untuk kelompok perlakuan. Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Depok III Kabupaten Sleman Yogyakarta, dilaksanakan pada 24 Agustus sampai dengan 06 September 5 2015. Variabel penelitian terdiri dari dua variabel yaitu variabel independen adalah coaching support dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan. HASIL Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi frekuensi karakteristik responden (N=60) No. 1 2 3 4 Karakteristik Umur (tahun) 46-55 Kelompok Kontrol (n=30) N % Kelompok Perlakuan (n=30) n % ρ* 11 36,67 9 30 0,765** 56-65 66-75 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Terakhir 12 7 40 23,33 12 9 40 30 11 19 36,67 63,33 8 22 26,67 73,33 0,580* Tidak Sekolah SD SMP SMA Diploma/S1/S2 Lama DM <6 Tahun ≥6 Tahun 2 7 7 10 4 6,67 23,33 23,33 33,33 13,33 2 8 8 9 3 6,67 26,67 26,67 30 10 1,000** 17 13 56,67 43,33 10 20 33,33 66,67 0,119* * p<0,05 Based on uji Pearson Chi-Square ** p<0,05 Based on uji Chi-Square Fisher’s Exact Test Tabel 1 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lama menderita DM antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Analisis Bivariat Kepatuhan Tabel 2 Perubahan kepatuhan responden sebelum dan setelah diberikan coaching support Responden Kepatuhan Sebelum Setelah (Mean±SD) (Mean±SD) Kelompok Kontrol 25,93±3,88 26,93±3,24 Kelompok Perlakuan 25,93±3,43 30,73±2,83 *p<0,05 Based on paired t-test 95% CI T ρ* -1,37 ; -0,63 -5,54 ; -4,07 5,58 13,33 0,00 0,00 Tabel 2 menjelaskan bahwa berdasarkan hasil uji statistik Paired t-Test didapatkan nilai p = 0,00. Nilai p<0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan secara signifikan kepatuhan sebelum dan setelah diberikan intervensi. Hal ini dibuktikan dengan nilai rerata 95% CI pada dua kelompok tidak 6 melibatkan angka 0 maka hasilnya dikatakan bermakna. Pada kelompok perlakuan terjadi peningkatan kepatuhan lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol ditandai dengan nilai t hitung 13,33. Tabel 3 Nilai selisih kepatuhan responden sebelum dan setelah diberikan coaching support Kelompok Kontrol (Mean±SD) Nilai selisih 1,00±0,98 *p<0, 05 based on independent t-test Kepatuhan Kelompok Perlakuan (Mean±SD) 4,80±1,97 Mean Difference 95% CI ρ* 3,80 -4,61 ; -3,0 0,00 Tabel 3 menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata perubahan kepatuhan sebelum dan setelah diberikan Coaching Support pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sebesar 3,80 point. Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-Test didapatkan nilai p = 0,00. Nilai p <0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan perubahan kepatuhan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan secara signifikan. Analisis Multivariat Regresi linear berganda Kepatuhan Tabel 4 Hasil analisis bivariat faktor risiko yang berhubungan dengan kepatuhan ρ* 0,666 0,497 0,027 0,802 0,000 Faktor risiko Umur responden Jenis kelamin Pendidikan Lama menderita DM Intervensi Coaching Support *p<0,25 Based on data primer 2015 Hasil analisis bivariat dari faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan menunjukkan bahwa terdapat dua variabel yang memiliki nilai p<0,25 yaitu pendidikan dan intervensi Coaching Support. Variabel tersebut akan dipaparkan pada analisis regresi linear berganda untuk variabel yang mempengaruhi kepatuhan, sehingga dapat dilanjutkan ke analisis selanjutnya. Tabel 5 Hasil analisis regresi linear intervensi coaching support terhadap kepatuhan Faktor Risiko Constant Intervensi coaching support Pendidikan *p<0,05 Based on regresi linier B 25,82 3,69 0,79 Beta 0,52 0,25 Sig 0,000 0,000 0,021 Tabel 5 menunjukkan nilai konstan untuk kepatuhan menunjukkan terdapat perubahan kepatuhan tanpa ada kontribusi dari variabel lain adalah 25,82. Hasil analisis regresi linear didapatkan intervensi Coaching Support merupakan faktor yang paling mempengaruhi peningkatan kepatuhan. Persamaan regresi linear: Y= a+b1x1+b2x2: 25,82 + 3,69 (Coaching Support) + 0,79 (Pendidikan), jika variabel Coaching Support bernilai 0 maka kepatuhan sebesar 25,82. Setiap 7 penambahan 1 frekuensi intervensi Coaching Support maka kepatuhan akan meningkat sebesar 3,69. Setiap penambahan 1 jenjang pendidikan, maka kepatuhan akan meningkat sebesar 0,79. PEMBAHASAN Karakteristik Responden Data karakteristik yang diperoleh dari responden pada kelompok kontrol dan perlakuan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan karakteristik umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lama menderita DM. Homogenitas dari karakteristik responden antara kelompok kontrol dan perlakuan dapat disimpulkan dengan akurat tanpa jenjang perbedaan yang bermakna. Hasil pengukuran variabel karakteristik responden berdasarkan umur terdapat pada rentang 56-65 tahun. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan terkait dengan karakteristik penyakit DM. Secara fisik pada usia lansia terjadi penurunan fungsi tubuh dan timbul permasalahan degeneratif seperti menderita penyakit DM tipe 2. Orang yang berusia lanjut, berkaitan dengan kepatuhan cenderung mengikuti anjuran petugas kesehatan, lebih memiliki tanggung jawab, lebih tertib, dan lebih teliti dalam mengelola penyakit DM tipe 2 yang diderita (Glauber et al, 2014). Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar jenis kelamin perempuan. Menurut penelitian Choudhry et al (2009), faktor risiko tidak patuh berobat adalah dari jenis kelamin, perempuan kebanyakan lebih tidak patuh dibandingkan laki-laki dalam mengontrol gula darah. Responden yang berjenis kelamin perempuan cenderung untuk tidak patuh dalam mengikuti rejimen pengobatan dikarenakan perempuan menganggap bahwa diet dan olah raga itu tidak penting dalam mengontrol penyakit diabetes mellitus. Gaya hidup yang serba instan, makan banyak dan kurang aktifitas fisik menjadi faktor rentannya perempuan menderita diabetes mellitus (Korbel et al, 2007). Karakteristik responden berdasarkan jenjang pendidikan terakhir sebagian besar tamat SMA. Tingkat pendidikan formal merupakan landasan penderita dalam berbuat sesuatu, membuat lebih mengerti dan memahami sesuatu, atau menerima dan menolak sesuatu. Tingkat pendidikan formal juga memungkinkan perbedaan pengetahuan dan pengambilan keputusan terkait kondisi kesehatannya. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik memiliki peluang untuk lebih patuh dibanding yang berpengetahuan kurang baik (Damayanti et al, 2011). Penelitian Peters et al (2009) mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka dia akan cenderung berperilaku positif karena pendidikan yang diperoleh dapat meletakkan dasar-dasar pengertian dalam diri seseorang. Sementara itu Notoadmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan domain dari perilaku yang sangat penting untuk 8 terbentuknya tindakan seseorang. Begitu juga dengan pengetahuan yang dimiliki oleh pasien DM tipe 2 mengenai manfaat terapi serta komplikasi yang mungkin terjadi, sehingga diharapkan dapat membentuk perilaku yang positif salah satunya berupa kepatuhan dalam melaksanakan empat pilar penatalaksanaan DM di rumah. Hasil pengukuran karakteristik responden berdasarkan lama menderita DM sebagian besar ≥6 tahun. Menurut penelitian Shapiro (2008), menyatakan bahwa semakin lama penderita mengalami penyakit DM tipe 2 maka semakin tinggi angka kejadian ketidakpatuhan. Hal itu dikarenakan program pengobatan yang kompleks dan rumit sehingga dibutuhkan perubahan gaya hidup pada penderita. Pengaruh Coaching Support terhadap Peningkatan Kepatuhan Panatalaksanaan DM Tipe 2 Hasil pengukuran variabel kepatuhan pada penderita DM tipe 2 pada kelompok perlakuan menunjukkan bahwa seluruh responden mengalami peningkatan kepatuhan setelah diberikan coaching support. Hasil paired t-Test menunjukkan bahwa baik pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan sama-sama mengalami perubahan dengan nilai p=0,00. Rata-rata mengalami peningkatan kepatuhan. Namun, pada kelompok kontrol hanya terjadi peningkatan sebesar 5,58. Sementara, kelompok perlakuan nilai t hitung lebih besar yaitu 13,33. Kelompok perlakuan mendapatkan intervensi coaching support selama 2 minggu yang artinya coaching support berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan penatalaksanaan DM tipe 2. Hasil analisa data dengan menggunakan independent sample t-Test didapatkan nilai p=0,00. Nilai p<0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan perubahan kepatuhan penatalaksanaan DM tipe 2 antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan secara signifikan. Responden sebelum diberikan coaching support cenderung mengalami ketidakpatuhan. Responden sebagian besar pada rentang usia 56-65 tahun. Menurut Glauber et al (2014), orang yang berusia lanjut, berkaitan dengan kepatuhan cenderung mengikuti anjuran petugas kesehatan, lebih memiliki tanggung jawab, lebih tertib, dan lebih teliti dalam mengelola penyakit DM tipe 2 yang diderita. Namun, terdapat faktor lain yang melatarbelakangi orang berusia lanjut tidak patuh dalam mengelola penyakit DM yang dideritanya, diantaranya meliputi ketidakteraturan kontrol dikarenakan penderita kadang lupa minum obat dan obat masih ada sehingga waktu kontrol diundur oleh penderita. Alasan lain keterlambatan kontrol dikarenakan tidak ada yang mengantar untuk periksa ke tempat pelayanan kesehatan. Peningkatan kepatuhan pada kelompok perlakuan banyak dialami responden berjenis kelamin perempuan. Responden yang berjenis kelamin 9 perempuan cenderung untuk lebih patuh dalam mengikuti rejimen pengobatan dikarenakan laki-laki melakukan aktivitas fisik di luar rumah lebih banyak daripada perempuan sehingga mempunyai kecenderungan untuk tidak patuh dan laki-laki juga mengkonsumsi lebih banyak kalori dengan komposisi diitnya tidak tepat (Mohebi et al, 2013). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Espino et al (2011) yang mengemukakan bahwa laki-laki lebih bersifat aktif dalam menjalankan berbagai aturan dibandingkan perempuan. Selain itu, laki-laki biasanya mengkonsumsi segala sesuatu yang sudah disediakan keluarganya, dimana keluarganya sudah menyiapkan diet yang sesuai untuknya. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kepatuhan banyak dialami oleh responden yang mempunyai pendidikan sekolah menengah atas (SMA). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Damayanti et al (2011) menyatakan responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik memiliki peluang untuk lebih patuh dibanding yang berpengetahuan kurang baik. Faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan penatalaksanaan DM tipe 2 adalah lama menderita DM. Hasil penelitian didapatkan kepatuhan penderita DM tipe 2 cenderung rendah pada responden dengan lama menderita DM ≥ 6 tahun. Menurut penelitian Shapiro (2008), menyatakan bahwa semakin lama penderita mengalami penyakit DM tipe 2 maka semakin tinggi angka kejadian ketidakpatuhan. Hal itu dikarenakan program pengobatan yang kompleks dan rumit sehingga dibutuhkan perubahan gaya hidup pada penderita. Ketidakpatuhan yang dialami penderita DM tipe 2 dalam mengelola penyakitnya dapat dicegah dengan pemberian edukasi terkait pilar penatalaksanaan DM. Pilar penatalaksanaan DM meliputi perencanaan makan atau pengelolaan diet, latihan jasmani, obat hiperglikemik dan pendidikan kesehatan. Perencanaan makan atau pengelolaan diet merupakan hal yang paling utama dalam penatalaksanaan DM. Pengelolaan diet yang baik harus memenuhi 3J yaitu jumlah, jenis, dan jadwal (Mansjoer, 2001). Edukasi pasien merupakan salah satu pilar penting dalam pengelolaan DM untuk mengoptimalkan terapi pengobatan. Jika edukasi dapat dijalankan secara efektif dapat meningkatkan kepatuhan dan pengelolaan diri sendiri oleh pasien terhadap penyakitnya (Cooper et al, 2009). Hasil dari edukasi tersebut dapat meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap namun tidak merubah persepsi negatif tentang DM sehingga ketidakpatuhan dapat muncul sewaktu-waktu dan dapat memperburuk kondisi penderita (Bagner et al, 2007). Coaching support merupakan metode lanjutan untuk membantu individu mengelola penyakit yang diderita terutama yang bersifat kronis (Navicharern, 2012). Coaching support merupakan penyedia layanan kesehatan yang dapat membantu penderita DM tipe 2 untuk mengidentifikasi isu-isu, kepercayaan, dan 10 kepedulian yang dapat menghalangi atau dukungan mengubah gaya hidupnya atau tanggung jawab atas kesehatannya (Liddy et al, 2014). Pemberian coaching support dapat mempengaruhi perilaku penderita DM tipe 2 untuk melakukan pengelolaan penyakit DM sesuai dengan hal-hal yang sudah disarankan oleh coach (Browning et al, 2011). Coaching support yaitu berupa edukasi pada penderita DM dengan menunjukkan intervensi langsung dan menawarkan intervensi secara tidak langsung dengan melibatkan peran serta keluarga (Thom et al, 2013). Tujuan dari coaching support berfokus pada peningkatan kepatuhan penderita DM tipe 2 dengan melibatkan peran serta keluarga. Pemberian coaching support diawali dengan kontrak dengan keluarga untuk menetapkan kesepakatan untuk berkomitmen mengubah sudut pandang yang positif mengenai pengelolaan penyakit DM yang diderita melalui peningkatan kepatuhan empat pilar penatalaksanaan DM (Vugt et al, 2013; Wolever et al, 2013). Keberhasilan dari intervensi coaching support tidak lepas dari peran aktif responden, keluarga dan ketersediaan waktu. Peran peneliti sangat penting dalam mengkoordinasi peserta dalam kelompok dan menjadi role model. Dukungan dan motivasi tidak hanya dari diri namun dari lingkungan sekitar terutama dukungan keluarga sangat membantu dalam proses peningkatan keluarga (Stacey et al, 2013). Faktor yang paling Berpengaruh terhadap Peningkatan Kepatuhan Penatalaksanaan DM Tipe 2 Penelitian ini akan menguraikan faktor yang lebih berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan penatalaksanaan DM tipe 2. Berdasarkan hasil analisis multivariat regresi linier menunjukkan intervensi dengan coaching support merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan. Ketidakpatuhan penderita DM tipe 2 dikarenakan ketidakteraturan kontrol, penderita lupa minum obat dan obat masih ada sehingga waktu kontrol diundur oleh penderita. Alasan lain keterlambatan kontrol dikarenakan tidak ada yang mengantar untuk periksa ke tempat pelayanan kesehatan. Keberhasilan penatalaksanaan DM tipe 2 perlu ditingkatkan dengan melaksanakan promosi kesehatan yang melibatkan tenaga kesehatan dan sistem pendukungnya dari penderita DM tipe 2. Teori Health Promotion Model menjelaskan bahwa perilaku promosi kesehatan merupakan hasil tindakan yang ditujukan untuk mendapatkan hasil kesehatan yang optimal (Tomey & Alligood, 2010). Kesehatan yang optimal merupakan penunjang kehidupan penderita DM tipe 2 menjadi produktif. Pendekatan coaching support guna memfasilitasi pencapaian tujuan kesehatan. Pendidikan kesehatan dilakukan secara kontinu sesuai dengan masalah 11 yang dihadapi oleh penderita sehingga penderita DM menjadi mandiri. Keuntungan metode ini adalah penderita DM tipe 2 dapat lebih berpartisipasi aktif terhadap apa yang telah dibuat dalam melakukan aturan-aturan pengobatan yang dianjurkan dengan atau tanpa bantuan praktisi kesehatan (Cooper et al, 2009). Pendekatan coaching support lebih menekankan pada panduan penderita DM tipe 2 untuk berbicara tentang apa yang paling mengganggu tentang kondisi yang mereka alami, apa yang paling ingin mereka ubah, dukungan yang mereka dapat untuk terjadi perubahan, hambatan atau kesulitan yang harus diminimalkan untuk memajukan perilaku sehat (Liddy et al, 2014). Peran utama dari pelatih kesehatan (health coach) bukan untuk mengajar, memberi saran atau nasihat penderita tetapi pembinaan kesehatan berfokus pada isu-isu khusus dan masalah yang unik untuk setiap penderita DM tipe 2 sesuai dengan konteks kehidupan penderita (Vugt et al, 2013). Faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan penderita DM dalam mengelola penyakit DM tipe 2 yang diderita adalah tingkat pendidikan. Sebagian besar penderita memiliki latar belakang pendidikan menengah atas (SMA). Tingkat pendidikan formal merupakan landasan penderita dalam berbuat sesuatu, membuat lebih mengerti dan memahami sesuatu, atau menerima dan menolak sesuatu (Notoadmojo, 2012). Tingkat pendidikan formal juga memungkinkan perbedaan pengetahuan dan pengambilan keputusan. Seseorang dengan pendidikan baik, lebih matang terhadap proses perubahan pada dirinya, sehingga lebih mudah menerima pengaruh luar yang positif, obyektif, dan terbuka terhadap berbagai informasi termasuk informasi kesehatan (Damayanti et al, 2011). Hal ini dapat diasumsikan bahwa pendidikan merupakan faktor penting dalam memahami penyakit, dan pengelolaan penyakit DM. Penderita DM tipe 2 dengan pendidikan tinggi akan dapat mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam menghadapi stresor karena pemahaman yang baik terhadap suatu informasi (Peters et al, 2009). Penderita DM tipe 2 yang telah mendapatkan intervensi coaching support membuat individu bersikap positif serta akan mengambil tindakan yang tepat dan bermanfaat bagi dirinya sehingga kepatuhan meningkat (Liddy et al, 2014). Intervensi coaching support dapat mengubah sudut pandang yang positif mengenai pengelolaan penyakit DM yang diderita melalui peningkatan kepatuhan empat pilar penatalaksanaan DM (Thom et al, 2013). Intervensi coaching support diawali dengan tahap pengkajian terhadap permasalahan yang dialami penderita, dilanjutkan mendefinisikan tujuan yang berfokus pada permasalahan perubahan fisik berupa ketidakstabilan kadar gula dalam darah. Perubahan psikologis yang dialami penderita DM tipe 2 berupa ketidakpatuhan dalam penatalaksanaan DM. Tahap berikutnya analisa situasi yang terjadi, dan menetapkan berbagai pilihan, serta mencapai perubahan dengan mengidentifikasi dan menentukan komitmen 12 dalam melaksanakan tindakan. Tahapan ini tercapai saat penderita DM tipe 2 memahami manfaat dari kepatuhan pengelolaan penyakit DM tipe 2 (Stacey et al, 2013). Pelaksanaan coaching support pada penderita DM tipe 2 untuk pengelolaan penyakit DM yang diderita melalui pendidikan kesehatan selama 2 minggu. Pendidikan kesehatan yang diberikan terbagi dalam empat pertemuan, yang meliputi: pemberian materi dan leaflet tentang empat pilar penatalksanaan DM. Pertemuan kedua evaluasi pemahaman materi pertama dan dilanjutkan demonstrasi pengaturan diet dan latihan jasmani. Pertemuan ketiga evaluasi pertemuan kedua dan dilanjutkan demonstrasi pengelolaan obat, Pertemuan keempat evaluasi materi pertama sampai materi terakhir (Vugt et al, 2013; Wolever et al, 2013). Kepatuhan penderita DM untuk mengikuti aturan kesehatan tergantung pada proses komunikasi antar penderita dengan petugas kesehatan. Pemberian informasi kurang jelas disertai ketidakpuasan penderita terhadap pengobatan dari praktisi akan mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita DM (Bagner et al, 2007). Keuntungan intervensi coaching support adalah penderita DM tipe 2 dapat lebih berpartisipasi aktif terhadap apa yang telah dibuat dalam melakukan aturanaturan pengobatan yang dianjurkan dengan atau tanpa bantuan praktisi kesehatan (Cooper et al, 2009). PENUTUP Simpulan Terdapat peningkatan kepatuhan pada kelompok perlakuan setelah diberikan coaching support. Intervensi coaching support merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan setelah dibandingkan dengan variabel karakteristik usia, jenis kelamin, pendidikan, dan lama menderita DM. Saran Penderita DM tipe 2 diharapkan dapat menilai kemampuan diri sendiri untuk melaksanakan perilaku promosi kesehatan yaitu berupa kepatuhan dalam pengelolaan penyakit DM tipe 2 yang dideritanya. Pengelolaan penyakit DM tipe 2 melalui coaching support lebih teratur dilaksanakan, sehingga dapat menyelesaikan masalah pasien lebih singkat dan bisa dilakukan secara berkelanjutan. 13 DAFTAR PUSTAKA ADA. (2014). Standards od Medical Care in Diabetes-2014. Journal of Diabetes Care, Vol.35. http://professional.diabetes. org/admn/UserFiles/0%20%20Sea/Documents/January%20Supplement %20Combined Final.pdf Bagner, D.M., & Williams, L.B. (2007). Type 1 Diabetes in Youth: The Relationship Between Adherence and Executive Functioning. Children’s Healthcare, 36(2), 169–179. www.tandfonline.com Browning, C., Chapman, A., Cowlishaw, S., Li, Z., Thomas, S.A., Yang, H., and Zhang, T. (2011). The Happy Life Club™ study protocol: A cluster randomised controlled trial of a type 2 diabetes health coach intervention. BMC Public Health, 11:90. http://www.biomedcentral.com/14712458/11/90 Choudhry, N.K., Shrank, W.H., Levin, R.L., Lee, J.L., Jan, S.A., Brookhart, M.A., Solomon, D.H. (2009). Measuring Concurrent Adherence to Multiple Related Medications. The American Journal of Managed Care; 15:7. www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19589013 Cooper, S., Hall, L., Penland, A., Krueger, A., May, J. (2009). Measuring Medication Adherence. Population Health Management; 12:1. www.medscape.com/viewarticle/735837 Damayanti, S., Sitorus, R., Sabri, L. (2011). Hubungan Antara Spiritualitas dan Efikasi Diri dengan Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RS Jogja. Tesis: Universitas Indonesia. Dinas Kesehatan Sleman. (2015). Pola Penyakit Rawat Jalan Puskesmas. Daerah Istimewa Yogyakarta Espino, J.D., Cosiales, P.B., Martinez, M.S., Toledo, E., Salvado, J.S., Gonzalez, M.A.M. (2011). Adherence to the Mediterranean Diet in Patient with Type 2 Diabetes Mellitus and HbA1c Level. Ann Nutr Metab; 58:74-78 Glauber, H.S., Rishe, N., and Karnieli, E. (2014). Introduction to Personalized Medicine in Diabetes Mellitus. Rambam Maimonides Med J; Volume 5, Issue 1, e0002. www.rmmj.org.il International Diabetes Federation. (2010). Diabetes Atlas, Fifth Edition. http://www.idf.org/diabetesatlas/5e/the-global-burden Kim, M.Y., Suh, Sunghwang, Jin Sang Man, Kim S.W., Bae, Ji Cheol, Hur Kyu Yeon, Kim, S.H., Rha, M.Y., Cho, Y.Y., Lee, M.S., Kim, K.W., Kim, J.H. (2012). Education as Prescription for Patients with Type 2 Diabetes Mellitus: Compliance and Efficacy in Clinical Practice. Diabetes Metab J 2012; 36: 452-459. http://www.ncbi.nlm.nih. Korbel, C.D., Wiebe, D.J., Berg, C.A. (2007). Gender Differences in Adherence to Type 1 Diabetes Management Across Adolescence: The Mediating Role of Depression. Children’s Healthcare, 36(1), 83–98 Liddy Clare, Jhonston Sharon, Nash Kate, Ward Natalie, Irving Hannah. (2014). Health Coaching in Primary Care: a Feasibility Model for Diabetes Care. BMC Family Practice 2014, 15:60. http://www.biomedcentral.com/ Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3. Media Aesculapius, Jakarta. 14 Mohebi, S., Sharifirad, G., Feizi, A., Botlani, S., Hozori, M., and Azadbakht, L. (2013). Can health promotion model constructs predict nutritional behavior among diabetic patients?. J Res Med Sci; 18(4): 346–359. Navicharern, R. (2012). Diabetes Self-Management, Fasting Blood Sugar And Quality Of Life Among Type 2 Diabetic Patients With Foot Ulcers. J Med Assoc Thai; 95(5):746. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22435243 Notoadmojo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta Peters, L.W.H., Kok, G., Dam, G.T.M.T., Buijs, G.J., and Paulussen, T.G.W.M. (2009). Effective elements of school health promotion across behavioral domains: a systematic review of reviews. BMC Public Health, 9:182. http://www.biomedcentral.com/ Purba, C.I.(2008) Pengalaman Ketidakpatuhan Pasien Terhadap Penatalaksanaan Diabetes Millitus (Studi Fenomenologi dalam konteks asuhan keperawatan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta). Depok : Thesis Shapiro, L. (2008). Adherence to treatment in diabetes: A journey towards health promoting behavior. Journal of Diabetes Nursing Vol 12 No 7. http://www.thejournalofdiabetesnursing.co.uk/ Stacey Dawn, Krywhorucko J., Belkora J., Davison B.J., Durand M.A., Eden K., Hoffman A.S., Koerner M., Legare F., Loiselle M.C., Ricard. (2013). Coaching and Guidance with Patient Decision Aids: A Review of Theoretical and Empirical Evidence. BMC Medical Informatics and Decision Making 2013, 13(Suppl 2):S11. http://www.biomedcentral.com/ Thom, D.H., Ghorob, A., Hessler, D., Vore, D.D., Chen, E., Bodenheimer, T.A. (2013). Impact of Peer Health Coaching on Glycemic Control in LowIncome Patients With Diabetes: A Randomized Controlled Trial. Ann Fam Med;11:137-144. www.annfammed.org Tomey, M., & Alligood. (2010). Nursing Theoriest and Their Work. 6th Ed. St Louis: Mosby Elsevier, Inc Vugt M.V., De Wit M., Hendriks S.H., Roelosfen Y., Bilo H.J., Snoek F.J. (2013). Web-based Self Management with and without Coaching for Type 2 Diabetes Patients in Primary Care: Design of a Randomized Controlled Trial. BMC Endocrine Disorders 2013, 13:53. http://www.biomedcentral.com/ Wolever, R.Q., Simmons, L.A., Sforzo, G.A., Dill Diana. Kaye, Miranda, Bechard, E.M., Southard, Elaine., Kennedy, Mary, Volsoo Justine. (2013). A Systematic Review of the Literature on Health and Wellness Coaching: Defining a Key Behavioral Intervention in Healthcare. Global Adv Health Med. 2013;2(4)38-57. http://www.ncbi.nlm.nih.gov 15