efek bimbingan fungsi manajemen terhadap

advertisement
EFEK BIMBINGAN FUNGSI MANAJEMEN TERHADAP
PELAKSANAAN FUNGSI MANAJERIAL KEPALA RUANGAN DI
RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN
THE EFFECT OF COACHING ABOUT MANAGEMENT FUNCTION ON
THE OPERATION OF ROOM SUPERVISORS’ MANAGERIAL
FUNCTION AT SOUTH SULAWESI PROVINCE LOCAL HOSPITALS
1
Junaidi, 2Ariyanti Saleh, 3Budu
1
RS Khusus Daerah Sulawesi Selatan,
Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin,
3
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin
2
Alamat korespondensi:
Junaidi
RS Khusus Daerah prov. Sul-Sel
Jl. Lanto Daeng Pasewang, Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan
HP. 081242706155
Email : [email protected]
Abstrak
Untuk menerapkan manajemen keperawatan diruang rawat inap diperlukan seorang kepala ruangan yang
memenuhi standar sebagai manajer. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efek bimbingan tentang fungsi
manajemen terhadap pelaksanaan fungsi manajerial kepala ruangan di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD)
Provinsi Sulawesi Selatan. Jenis penelitian adalah pre-eksperimen dengan pendekatan one group pretest-posttest
design. Instrumen yang digunakan adalah kuisioner dan lembar observasi. Jumlah sampel penelitian adalah 20
orang kepala ruangan perawatan. Menggunakan teknik Purposive Sampling. Hasil penelitian sebelum dilakukan
bimbingan rata-rata pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruangan masuk kategori kurang, dengan nilai untuk
pelaksanaan fungsi perencanaan mean 32.1, fungsi pengorganisasian mean 28.4, fungsi pengarahan mean 84.85,
dan fungsi pengendalian mean 40.45. Setelah dilakukan bimbingan nilai rata-rata pelaksanaan fungsi
manajerial kepala ruangan menunjukkan perbedaan. Hasil uji t-berpasangan menunjukkan peningkatan
pelaksanaan fungsi manajerial kepala ruangan dengan masing-masing fungsi perencanaan dengan nilai mean
45.05 (p=0,001), fungsi pengorganisasian dengan nilai mean 35.65 (p=0,001), fungsi pengarahan dengan nilai
mean 94.75 (p=0,001), dan fungsi pengendalian dengan nilai mean 44.50 (p=0,001). Perbedaan efek coaching ini
tampak pada peningkatan volume aktivitas dan penerapan fungsi manajemen kepala ruangan dalam menjalankan
tugas pokoknya sehari-hari di ruang perawatan. Kesimpulan penelitian terdapat perbedaan efek pelaksanaan
fungsi manajerial sebelum dan setelah dilakukan bimbingan.
Kata Kunci : Fungsi manajemen, coaching, kepala ruangan
Abstract
To be able to implement nursing management in the ward a nurse with nursing manager ability is required. This
study aims to examine the effect of coaching about management function in the operation of room supervisors’
managerial function at south Sulawesi Province Local Hospitals. The research was conducted as a preexperiment study with one group pretest-posttest design. It used questionnaires and observasion sheets as
instrument. The samples were 20 nursing room supervisors. Use purposive technical sampling. The results
revealed that before coaching, the average value of room supervisors’ management function was on the low
category. The mean values were 32.1 for planning function, 28.4 for organizational function, 84.85 for
supervising function, and 40.45 for control function. After coaching, there was a change in the average value of
managerial function of the room supervisors. The result of paired t-test revealed that there was an increase of
mean values to 45.05 (p=0,001) for planning function, 35.65 (p=0,001) for organizational function, 94.75
(p=0,001) for supervising function, and 44.50 (p=0,001) for control function. The effect of coaching could be
seen in the increase of activity volume and the implementation of managerial function of the room supervisors in
conducting their daily jobs in the wards. Conclusion of this study had different result before and after coaching
about supervisors’ managerial function.
Keywords : Management function, coaching, room supervisors
PENDAHULUAN
Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang kesehatan dituntut untuk selalu professional
dalam menyediakan dan memberikan layanan kesehatan baik dalam berbentuk pelayanan
medik, rehabilitasi medik dan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Manajemen
keperawatan merupakan koordinasi dan integrasi dari sumber-sumber keperawatan dengan
menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan, objektifitas asuhan keperawatan dan
pelayanan keperawatan. Proses manajemen dibagi empat fase yaitu ; perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), pengendalian (controlling)
yang
merupakan suatu siklus yang saling berkaitan satu sama lain (Terry & Rue, 2011).
Tenaga perawat sebagai sumber daya manusia di rumah sakit selama 24 jam selalu
berinteraksi dengan pasiennya, memiliki waktu kontak serta jumlah yang paling banyak
dibanding dengan tenaga kesehatan lainnya sehingga memiliki konstribusi yang besar dalam
upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan yang diberikan dibanding dengan
tenaga kesehatan yang lain. Salah satu upaya yang sangat penting dalam meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan adalah meningkatkan sumber daya manusia dan manajemen
keperawatan (Marquis & Huston, 2010).
Sesuai penelitian Warsito (2006) mengatakan
bahwa kepala ruangan yang memiliki kompetensi manajerial yang baik akan menghasilkan
asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi. Pelaksanaan manajemen keperawatan harus
didukung oleh kemampuan serta keterampilan manajerial dalam pelayanan keperawatan baik
perawat sebagai staf, ketua tim, kepala ruang, pengawas (supervisor) atau kepala bidang. Di
tingkat lower manajer, peran kepala ruangan sangat penting dalam operasional kerja unit
perawatan. Salah satu perannya adalah mengkoordinir pelaksanaan dari fungsi-fungsi
manajemen.
Salah satu bentuk yang paling tepat digunakan adalah teknik bimbingan (coaching)
karena dapat menjadi kunci pembuka potensi seseorang kepala ruangan untuk
memaksimalkan kinerjanya. Bimbingan (coaching) dapat dilakukan oleh supervisor
keperawatan, kepala seksi atau kepala bidang perawatan. Pendapat Terry & Rue (2011)
mengatakan bahwa coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada
mengajarinya. Hal ini di dukung oleh penelitian Atihuta (2009) menyatakan bahwa bimbingan
yang berkesinambungan dan sistematis akan meningkatkan kinerja staf / karyawan.
Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Provinsi Sulawesi Selatan sebagai rumah sakit
rujukan pelayanan kesehatan jiwa di wilayah Indonesia timur di dirikan oleh pemerintah
Hindia Belanda tahun 1920. Saat ini RSKD terdiri atas 20 unit ruang perawatan, khusus
ruang perawatan jiwa sebanyak 13 ruangan (Poliklinik, Unit Gawat Darurat, PICU (Psychiatri
Intensive Care Unit) dan ruang perawatan) sisanya sebanyak 7 unit ruangan untuk perawatan
gangguan fisik. Metode keperawatan yang diterapkan di RSKD adalah motode keperawatan
Tim dimana setiap ruang perawatan dipimpin oleh seorang kepala ruangan, satu atau lebih
ketua tim dan beberapa orang perawat pelaksana. Tingkat pendidikan perawat pun masih
bervariasi mulai yang setingkat SPK (Sekolah Perawat Kesehatan), diploma tiga sampai
tingkat sarjana (Ners). Untuk di tingkat kepala ruangan diharapkan yang memimpin tiap unit
tersebut adalah seorang sarjana keperawatan (Ners) yang memiliki kompetensi yang
diangggap cukup baik dari segi kemampuan manajerial dan kemampuan teknis asuhan
keperawatan. Tujuan penelitian untuk menilai perbedaan efek bimbingan (coaching) tentang
fungsi manajemen kepala ruangan terhadap pelaksanaan fungsi manajerial kepala ruangan di
Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.
BAHAN DAN METODE
Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah quasi-eksperimental
dengan bentuk one-group pretest-posttest design yaitu mengukur hasil perlakukan sebelum
dan setelah dilakukan intervensi. Hasil penelitian ini akan membandingkan dengan keadaan
sebelum dan setelah diberi perlakukan.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di RS Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.
Pelaksanaan kegiatan penelitian mulai 18 Maret sampai dengan 19 April 2014.
Populasi, Sampel dan Sampling
Populasi pada penelitian ini adalah semua kepala ruangan yang ada di RS Khusus
Daerah provinsi Sulawesi Selatan pada saat penelitian berlangsung. Jumlah sampel pada
penelitian ini adalah
20 orang kepala ruangan, responden yang dikumpulkan dengan
menggunakan teknik purposive sampling.
Tehnik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan quesioner, yaitu
menggunakan lembaran observasi yang terdiri dari masing-masing teknis pelaksaan fungsi
manajerial kepala ruangan dengan kriteria penilaian, jika sering dilakukan dengan skor 4,
selalu dilakukan dengan skor 3, jarang dilakukan dengan skor 2, dan jika tidak pernah
dilakukan dengan skor skor 1. Lembaran observasi yang digunakan menggunakan lembaran
yang standar yaitu evaluasi kinerja kepala ruangan di unit perawatan. Penilaian kinerja kepala
ruangan dinilai berdasarkan prestasi kerja yang dicapai setelah bimbingan yang dibandingkan
dengan keadaan sebelum bimbingan dengan kategori baik dan kurang baik, sesuai kriteria
objektif untuk tiap-tiap varibel yang akan diteliti.
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dengan menggunakan bantuan perangkat lunak komputer. Kegiatan
ini dilakukan melalui beberapa tahapan yakni editing, coding, processing atau memasukkan
data (entry data) dan cleaning. Setelah itu data dianalisis secara univariat dan bivariat
digunakan uji t berpasangan, dengan nilai kemaknaan p < 0,05.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Menunjukkan bahwa pelaksanaan fungsi perencanaan kepala ruangan
sebelum dilakukan coaching sebagian besar berada pada kategori kurang sebanyak 17 orang
(85%). Setelah dilakukan coaching pelaksanaan fungsi perencanaan kepala ruangan angkanya
meningkat menjadi 16 orang (80%) berada pada kategori baik. Hasil Uji chi-square p=0,001.
Karena nilai p < α maka ada perbedaan yaitu peningkatan pelaksanaan fungsi perencanaan
kepala ruangan sebelum dan setelah dilakukan coaching.
Tabel 2. Menunjukkan bahwa pelaksanaan fungsi pengorganisasian kepala ruangan
sebelum dilakukan coaching sebagian besar berada pada kategori kurang sebanyak 17 orang
(85%). Setelah dilakukan coaching pelaksanaan fungsi pengorganisasian kepala ruangan
angkanya meningkat menjadi 16 orang (80%) berada pada kategori baik. Hasil Uji chi-square
p=0,001. Karena nilai p < α maka ada perbedaan yaitu peningkatan pelaksanaan fungsi
pengorganisasian kepala ruangan sebelum dan setelah dilakukan coaching.
Tabel 3. Menunjukkan bahwa pelaksanaan fungsi pengarahan kepala ruangan sebelum
dilakukan coaching sebagian besar berada pada kategori kurang sebanyak 18 orang (90%).
Setelah dilakukan coaching pelaksanaan fungsi pengarahan kepala ruangan angkanya
meningkat menjadi 13 orang (65%) berada pada kategori baik. Hasil Uji chi-square p=0,001.
Karena nilai p < α maka ada perbedaan yaitu peningkatan pelaksanaan fungsi pengarahan
kepala ruangan sebelum dan setelah dilakukan coaching.
Tabel 4. Menunjukkan bahwa pelaksanaan fungsi pengendalian kepala ruangan
sebelum dilakukan coaching sebagian besar berada pada kategori kurang sebanyak 16 orang
(80%). Setelah dilakukan coaching pelaksanaan fungsi pengendalian kepala ruangan
angkanya meningkat menjadi 16 orang (80%) berada pada kategori baik. Hasil Uji chi-square
p=0,001. Karena nilai p < α maka ada perbedaan yaitu peningkatan pelaksanaan fungsi
pengendalian kepala ruangan sebelum dan setelah dilakukan coaching.
Tabel 5. Tampak perbedaan yaitu peningkatan pelaksanaan fungsi manajemen kepala
ruangan sebelum dan setelah dilakuan coaching. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil uji t
berpasangan nilai p < α untuk masing-masing responden. Dimana nilai selisih mean paling
besar di peroleh di ruangan stroke centar dan selisih mean paling kecil di peroleh pada
ruangan anggrek.
PEMBAHASAN
Pelaksanaan fungsi perencanaan kepala ruangan dalam penelitian ini yang meliputi
pembuatan visi ruangan, misi ruangan, filosofi dan rencana jangka pendek (rencana harian,
bulanan dan tahunan). Nilai mean juga menunjukkan perbedaan sebesar 12.95 poin antara
sebelum dan setelah dilakukan coaching yang berarti ada peningkatan pelaksaaan fungsi
perencanaan kepala ruangan. Perubahan sistem pengelolaan perawatan yang terjadi saat
ini menuju ke arah konsep manajerialisme dimana peran para manajer unit (yang tidak
langsung melakukan pelayanan medik)
peranan
yang
sangat
penting
semakin meningkat,
karena
mempunyai
dalam merencanakan, melaksanakan dan mengawasi
jalannya kegiatan, hal ini tentunya mempunyai konsekuensi bahwa harus tersedia sumber
daya manusia yang mempunyai dasar keilmuan dan wawasan tentang manajemen di ruang /
unit perawatan (Teviana, 2011). Hal ini sejalan dengan penelitian Buheli (2010) yang
menyatakan terdapat faktor-faktor yang memengaruhi kinerja perawat dalam penerapan
proses keperawatan yaitu ; sistem nilai organisasi, gaya kepemimpinan dan sistem imbalan
(upah).
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan melalui
kegiatan orang lain (Marquis & Huston, 2010). Kegiatannya dapat berupa penugasan dalam
bentuk kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara pengoordinasian aktivitas yang tepat,
baik vertikal maupun horizontal (Hariyati, 2010). Setelah dilakukan coaching selama
penelitian ini tentang bagaimana melaksanakan fungsi pengorganisasian di ruang perawatan
yang meliputi pembuatan struktur organisasi, jadwal dinas dan pembuatan jadwal pasien,
kepala ruangan sudah mampu melaksanakan fungsi tersebut dengan baik.
Salah satu kegiatan dalam fungsi pengarahan adalah pendelegasian. Setelah dilakukan
coaching, kepala ruangan mampu mengaplikasikan pendelegasian dengan baik. Kondisi ini
sesuai dengan hasil penelitian Mua (2011) menunjukkan bahwa pendelegasian wewenang
berpengaruh positif dalam meningkatkan efektifitas kerja karyawan. Pelaksanaan fungsi
pengarahan kepala ruangan setelah dilakukan coaching mengalami peningkatan dengan
selisih mean sebelum dan setelah dilakukan coaching adalah 9,9. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Astuty (2011) menyatakan semakin baik fungsi supervisi dilakukan maka semakin
baik pula kepuasan kerja perawat pelaksana begitu pula sebaliknya. Peran kepala ruangan
dalam pelaksanaan fungsi pengarahan secara terus menerus dapat meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan kompetensi perawat pelaksana dalam memberikan pelayanan
asuhan keperawatan kepada pasien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sigit (2009)
mengemukakan fungsi pengarahan kepala ruangan mampu meningkatkan kemampuan
perawat dan memberikan kepuasan kerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Berdasarkan hasil penelitian Lupia (2009) apabila seorang mempunyai pengetahuan yang
baik tentang pekerjaannya maka akan menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan demikian
sebaliknya, dimana variabel pengetahuan berpengaruh terhadap kinerja perawat dalam
melaksanakan tugasnya.
Evaluasi fungsi pengendalian merupakan kegiatan penilaian keberhasilan pelayanan
keperawatan yang dilakukan secara obyektif sebagai upaya yang dapat mendorong
terjadinya perubahan perkembangan sistem dalam peningkatan mutu pelayanan. Adanya
umpan balik dan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi akan memudahkan manajer dalam
melakukan upaya
perbaikan (Saputra, 2012).
terhadap hasil kerja yang
Evaluasi merupakan proses pengakuan
dilakukan oleh perawat yang dilakukan kepala ruang yang
dapat memotivasi perawat untuk melakukan pekerjaanya dengan baik, sehingga apabila
seorang kepala ruang memberikan penilaian yang obyektif terhadap prestasi kerja yang
dihasilkan maka perawat pelaksanapun akan termotivasi untuk menyelesaikan tugasnya
dengan baik (Hafizurachman, 2009).
Dari hasil penelitian didapatkan tingkat pendidikan kepala ruangan yang cukup
beragam sehingga pada saat melaksanakan coaching fungsi manajemen kepala ruangan
berbeda pula secara teknis operasional. Misalnya saja di ruangan stroke center tingkat
pendidikan kepala ruangannya adalah S2, jika dibandingkan dengan ruangan poliklinik
lulusan diploma tiga keperawatan. Hasil penelitian Wahyuni (2007) seorang manajer yang
memimpin langsung perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sudah sepantasnya
mempunyai kemampuan intelektual yang lebih tinggi dari perawatnya. Kepala ruangan
kesulitan dalam melaksanakan fungsi manajemen di ruangan secara maksimal dan lebih
banyak mengerjakan kegiatan rutinitas ADL (activity daily living) pasien. Hal ini didukung
penelitian Suroso (2011), yang menyatakan ada hubungan bermakna antara beban kerja
dengan kelelahan atau stress kerja perawat dimana standar beban kerja perawat senantiasa
harus sesuai dengan asuhan keperawatan yang berorientasi pada kebutuhan pasien.
KESIMPULAN DAN SARAN
Ada perbedaan fungsi manajemen kepala ruangan terhadap pelaksanaan fungsi manajerial
sebelum dan setelah dilakukan bimbingan (coaching). Fungsi manajemen kepala ruangan
mengalami peningkatan yang setelah dilakukan bimbingan (coaching). Oleh karena itu
disarankan kiranya bimbingan (coaching) ini dapat dilakukan secara berkesinambungan,
bertahap, sistematis dan terjadwal. Selain itu diperlukan kegiatan supervisi sebagai bentuk
evaluasi terhadap hasil bimbingan (coaching) yang telah dilakukan kepada kepala ruangan
secara periodik dan terjadwal.
DAFTAR PUSTAKA
Astuty,M. (2011). Hubungan Pelaksanaan Fungsi Pengarahan Kepala Ruangan dengan
Kepuasan
Kerja
Perawat
Pelaksana
di
RS
Haji
Jakarta,http://lontar.ui.ac/file?=digital/20281714T%20mazly%20astuty.pdf
Atihuta, J. A. (2009). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Mutu Pelayanan di
Rumah
Sakit
Umum
Daerah
Dr.M.Haulussy
Ambon.
http://sg3.atback.mail.ymail.com , di akses tanggal 6 Februari 2014.
Buheli. (2010), Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat dalam Penerapan
Proses
Keperawatan
di
RSUD
Toto
Bone
Bolango.http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JHS/article/view/930
Hafizurachman. (2009). Pengaruh Status Kesehatan, Kemampuan dan Motivasi Terhadap
Kinerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah. http://mji.ui.ac. di akses tanggal 6
Februari 2014.
Hariyanti. (2010). Pengaruh Komunikasi dan Motivasi terhadap Kinerja Perawat di Runah
Sakit
Umum
Daerah
Karanganyer,
http://e_jurnal.stieaub.ac.id/index/php/probank/artisle/dowmload/177/155
Lupia,L. (2009). Hubungan Faktor-Faktor Motivasi dengan Kinerja Perawat dalam
melaksanakan Askep di ruangan Rawat Inap RSUD Kenfamenanu
Kab.TTU.http://digilib.unismu.ac.id/download.phh?id
Mua.E.L. (2011). Pengaruh Pelatihan Supervisi Klinik Kepala Ruangan terhadap Kepuasan
Kerja dan kinerja perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap di RS Woodward Palu,
http://eprints.undip.ac.id/ 17376/1/emanuel-versi-hasmoko.pdf. Akses tanggal 6
Februari 2014
Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan ; Teori
dan Aplikasi (4 ed.). (E. K. Yudha, A. O. Tampubolon, Eds., Widyawati, W. E.
Handayani, & F. Ariani, Trans.) Jakarta: EGC.
Saputra,A.D. (2012), Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Komunikasi Organisasi dan Motivasi
terhadap Kinerja Tenaga Akademik pada Akper RSPAD Jakarta,
http://repository.gunadarma.ac.id/bistream/123456789/5304/1jurnal.pdf
Sigit, A. (2009). Pengaruh Fungsi Pengarahan Kepala Ruangan terhadap Kepuasan Kerja
Perawat
pelaksana
di
RSUD
Banyuwangi.
http://ejournal.stieauh.ac.id/index.php/prolank/artikel/viewfile/177/155, di akses
tanggal 6 Februari 2014.
Suroso, J. (2011). Hubungan Kepuasan Kerja dengan Kinerja Perawat Suatu Rumah Sakit
Negeri
di
Kabupaten
Banyumas.
http://jurnal.ump.ac.id/index.php/gaster/article/view/174/166, di akses tanggal 6
Februari 2014.
Terry, G. R., & Rue, L. W. (2011). Principles of Management. (G. A. Ticoalu, Ed.) Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Teviana.T. (2011), Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Intern terhadap
Efektifitas Kerja Pegawai pada RS Estomilu Medan, http://ojsstieharapan.ac.id/indexphp/jkb/journal/view/75
Wahyuni,S. (2007). Analisis Kompetensi Karu dalam Pelaksanaan Standar Manajemen
Pelayanan Keperawatan dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Perawat dalam
Mengimplementasikan MPKP di Instalasi Rawat Inap RSUD Banjar
Negara,http://undip.ac.id/18327/1/sriwahyuni.pdf
Warsito, B. E. (2006). Pengaruh Persepsi Perawat Pelaksana tentang Fungsi Manajerial
Karu terhadap Pelaksananaan Manajemen Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat
Inap
Rumah
Sakit
Jiwa
Daerah
Dr.Amino
Semarang.
http://sg3.attach.mail.com/id.f1900/mail.yahoo. com/ya/securedowloa, di akses
tanggal 6 Februari 2014.
LAMPIRAN
Tabel 1 : Pelaksanaan fungsi perencanaan kepala ruangan
sebelum dan setelah dilakukan coaching
Fungsi
Perencanaan
Sebelum coaching
Baik
Kurang
Total
Setelah coaching
Baik
Kurang
n
%
n
%
n
3
13
15
65
0
4
0
20
3
17
15
85
16
80
4
20
20
100
Total
ρ
%
0,001
Tabel 2 : Pelaksanaan fungsi pengorganisasian kepala ruangan
sebelum dan setelah dilakukan coaching
Fungsi
pengorganisasian
Sebelum coaching
Baik
Kurang
Total
Setelah coaching
Baik
Kurang
n
%
n
%
n
3
13
15
65
0
4
0
20
3
17
15
85
16
80
4
20
20
100
Total
ρ
%
0,001
Tabel 3 : Pelaksanaan fungsi pengarahan kepala ruangan
sebelum dan setelah dilakukan coaching
Fungsi
pengarahan
Sebelum coaching
Baik
Kurang
Total
Setelah coaching
Baik
Kurang
n
%
n
%
n
2
11
10
55
0
7
0
35
2
18
10
90
13
65
7
35
20
100
Total
ρ
%
0,001
Tabel 4 : Pelaksanaan fungsi pengendalian kepala ruangan
sebelum dan setelah dilakukan coaching
Fungsi
pengendalian
Sebelum coaching
Baik
Kurang
Total
Setelah coaching
Baik
Kurang
n
%
n
%
n
4
12
20
60
0
4
0
20
4
16
20
80
16
80
4
20
20
100
Total
ρ
%
0,001
Tabel 5 : Pelaksanaan fungsi manajerial kepala ruangan
sebelum dan setelah dilakukan coaching berdasarkan
ruangan (n = 20)
Mean ± SD
Ruangan
UGD Jiwa
Picu Mahoni
Picu Meranti
Kenari
Nyiur
Sawit
Kenanga
Cempaka
Palem
Ketapang
Flamboyan
Beringin
UGD Fisik
ICU / ICCU
Stroke Center
Cemara
Cendana
Kasih Sayang
Anggrek
Poliklinik
*uji t berpasangan
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
46.75
57.75
46.75
57.25
49
58.5
51
56.5
47.5
54.75
52
58
47.25
58.25
45.75
57
47.5
56.75
45.25
56
46.5
56
46.25
55.25
43
52.25
45.25
55.75
44.25
56.5
44.75
55
46.5
54
46
49.75
44.75
47.5
43
47
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
±
23.5
28.01
25.28
26.84
22.84
26.14
30.62
26.23
28.25
25.38
28.95
26.34
26.6
25.91
26.17
27.47
21.88
26.23
27.82
26.49
27.3
26.2
27.87
24.78
20.51
31.86
25.07
25.05
25.96
24.74
26.17
25.01
28.19
27.44
28.57
31.11
28.12
30
22.73
27.5
Selisih
mean
p
11
0,005*
10.5
0,016*
9.5
0,009*
5.5
0,005*
7.25
0,012*
6
0,005*
11
0,022*
11.25
0,032*
9.25
0,038*
10.75
0,022*
9.5
0,010*
9
0,020*
9.25
0,001*
10.5
0,017*
12.25
0,011*
10.25
0,021*
7.5
0,014*
3.75
0,003*
2.75
0,003*
4
0,018*
Download