BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya No Judul

advertisement
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Sebelumnya
No
Judul Skripsi
Metodologi
Hasil
1.
Pengaruh Terpaan
Kekerasan Media AudioVisual Pada Kognisi
Agresif dan Afeksi Agresif
Studi Meta-Analisis.
Oleh: Mirra Noor Milla
(Universitas Gadjah
Mada)
Pendekatan
kuantitatif.
Jenis penelitian
eksplanatif.
Metode penelitian
meta-analysis.
Berdasarkan hasil dari
korelasi sebesar 0,366 dapat
disimpulkan terdapat
hubungan antara terpaan
kekerasan di media audiovisual dengan kognisi dan
afeksi agresif.
Pengaruh Tayangan
Drama Korea di Televisi
Terhadap Perilaku
Remaja Kelurahan
Simpan baru Kecamatan
Tampan Kota Pekanbaru.
Oleh: Helen Melisa
Pendekatan
Kuantitatif.
Jenis Penelitian
Deskriptif.
Metode Penelitian
Obeservasi,
Angket, dan
Dokumentasi.
Adanya 8,5% pengaruh
tayangan drama Korea di
televisi terhadap perilaku
remaja kelurahan simpan baru
kecamatan tampan kota
Pekanbaru.
Pengaruh Tayangan Film
Kartun “Crayon Sinchan”
Terhadap Perilaku Anak
Dengan Orang Tua Pada
Sekolah Dasar Yayasan
Wisma Semen Gresik.
Oleh: Angga Pradana
Putera.
Pendekatan
Kuantitatif.
Jenis Penelitian
Eksplanatif.
Metode Penelitian
Survei.
Terdapat pengaruh perilaku
yang signifikan antara
menonton tayangan film
kartun Crayon Sinchan
terhadap perilaku anak
dengan orang tua.
Does Viewing Television
Affect the Academic
Performance of Children?
(Year of 2012)
Pendekatan
kuantitatif.
Jenis penelitian
eksplanatif.
Metode penelitian
survei.
Studi ini memberikan bukti
bahwa menonton televisi
memiliki dampak negatif
pada kinerja anak di sekolah,
meskipun kita tidak bisa
mengabaikan kemungkinan
instrumen yang lemah.
2.
3.
4.
5.
By: Wataru Kureishi (a
Senior Researcher in the
National Institute of
Population and Social
Security Research, Tokyo,
Japan.)
: Keiko Yoshida ( a
Associate Professor in the
Faculty of Economics at
Momoyama Gakuin
University, Osaka, Japan.)
Watching Sex on
7
Television Predicts
Adolescent Initiation of
Sexual Behavior
(Year of 2004)
Pendekatan
Kuantitatif.
Jenis Penelitian
Eksplanatif.
Metode Survey.
By: Rebecca L. Colins,
Marc N. Elliot, Sandra H.
Berry, David E. Kanouse,
Dale Kunkel, Sarah B.
Hunter, Angela Miu.
(University of California)
2.2
Analisis regresi multivariat
menunjukkan bahwa remaja
yang melihat lebih banyak
konten seksual pada awal
lebih mungkin untuk memulai
hubungan seksual dan
kemajuan kegiatan seksual
noncoital lebih maju selama
tahun berikutnya.
Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris disebut communication berasal
dari bahasa Latin communicatio yang bersumber dari kata communis yang berarti
sama, yang dimana sama ini dengan maksud sama makna. (Effendy, 2011: 9).
Menurut Onong Uchyana dalam buku Sosiologi Komunikasi (Bungin, 2006:
31) mengatakan bahwa komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian
pikiran atau perasaan oleh seseorang (Komunikator) kepada orang lain (komunikan).
Menurut Laswell, komunikasi adalah “proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
(Effendy, 2011: 10)
Sedangkan menurut Carl I. Hovland dalam buku Ilmu Komunikasi (Effendy,
2011: 10), komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas
asas – asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Dimana
objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga
pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik.
Manusia merupakan makhluk yang membutuhkan interaksi. Komunikasi
merupakan proses pernyataan isi pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa.
Dengan adanya komunikasi, maka manusia dapat memahami dan berinteraksi antara
satu dengan yang lain.
2.2.2 Komunikasi Massa
7
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana yang dikemukakan oleh
Bittner (Rakhmat, 2003: 188), adalah bahwa “komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass
communication is messages communicated through a mass medium to a large
number of people).”
Komunikasi massa (Bungin, 2011: 71), merupakan proses komunikasi yang
dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk
menyampaikan informasi kepada khalayak luas.
Sedangkan menurut Gerbner dalam buku Psikologi Komunikasi (Rakhmat,
2007: 188), “komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan
teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang
dalam masyarakat indsutri.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa yaitu komunikasi kepada
khalayak banyak secara serempak dengan menggunakan media sebagai salurannya.
2.2.2.1
Karakteristik Komunikasi Massa
Karakteristik komunikasi massa (Effendy, 2011: 22) :
1. Komunikasi berlangsung satu arah
Komunikasi satu arah adalah komunikasi yang tidak terdapat arus balik dari
komunikan kepada komunkator. Dengan kata lain, wartawan sebagai komunkator
tidak mengetahui tanggapan khalayak yang dijadikan sasarannya. Yang dimaksud
tidak mengetahui adalah tidak mengetahui pada waktu proses komunkasi itu
berlangsung.
2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga
Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu
institusi atau organisasi. Komunikator pada komunikasi massa, misalnya wartawan
surat kabar, atau penyiar televisi karena media yang dipergunakannya adalah suatu
lembaga.
3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum
Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum karena ditujukan
kepada umum dan mengenai kepentingan umum.
4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan
7
Ciri lain media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan
pada pihak khalayak dalam menerima pesan – pesan yang disebarkan.
5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen
Khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam
proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat
heterogen. Dalam keadaanya yang terpencar, dimana satu sama lainnya tidak saling
mengenal, dengan perbedaan latar belakang.
2.2.2.2
Jenis Media Massa
Menurut Effendy, dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Massa (2011: 24),
media massa terbagi menjadi 3 jenis, yaitu media cetak, media elektronik, dan media
online.
1. Media Cetak
Merupakan media yang paling tua jika dibandingkan dengan media lainnya.
Media cetak adalah sebuah media yang sifatnya tertulis dan tercetak seperti koran,
tabloid, majalah.
2. Media Elektronik
Merupakan jenis media massa yang disebarluaskan melalui teknologi yaitu
alat – alat elektronik seperti televisi, radio. Jenis media ini menggunakan suara dan
gambar dengan teknologi elektro yang dapat menyebarkan informasi secara cepat.
Televisi juga mempunyai kelebihan dari media massa lainnya, yaitu bersifat audio
visual.
3.
Media Online (internet)
Media yang menggunakan internet dalam penyebarannya. Media online lebih
cepat dalam penyebarannya dan semakin populer karena penggunaan yang semakin
dipermudah dengan adanya telpon genggam yang sekarang dikenal dengan smart
phone. Maka berbagai informasi dan hiburan dapat kita nikmati secara cepat, dimana
saja dan kapan saja.
2.2.2.3
Fungsi Komunikasi Massa
Dalam buku Ilmi Komunikasi (Effendy, 2011: 29), Joseph R.Dominick menyebutkan
beberapa fungsi komunikasi massa bagi masyarakat, yaitu :
a. Fungsi pengawasan (surveillance)
Fungsi pengawasan dibagi menjadi dua jenis yaitu :
1. Pengawasan peringatan (warning or beware surveillance)
7
Pengawasan jenis ini terjadi jika media menyampaikan informasi kepada kita
mengenai ancaman, misalkan letusan gunung berapi, kondisi ekonomi yang
mengalami depresi, dan sebagainya.
2. Pengawasan instrumental (instrumental surveillance)
Jenis kedua ini berkaitan dengan penyebaran informasi yang berguna bagi
kehidupan sehari – hari, misalkan berita tentang film yang dipertunjukkan di bioskop
setempat, harga barang kebutuhan di pasar, dan sebagainya.
b. Fungsi penafsiran (interpretation)
Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga informasi
beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Misalkan tajuk rencana surat
kabar yang bersifat sindiran, dengan berbentuk kartun, atau gambar lucu.
c. Fungsi keterkaitan atau hubungan (linkage)
Media masaa mampu menghubungkan unsru – unsure yang terdapat di dalam
masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran perseorangan.
Contohnya mengenai kegiatan periklanan yang mengubungkan kebutuhan dengan
produk – produk penjual.
d. Fungsi penyebaran nilai (transmission of values)
Fungsi ini disebut juga sosialisasi. Media massa menyajikan penggambaran
masyarakat, dengan membaca, mendengarkan, dan menonton maka seseorang
mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai – nilai apa yang penting.
e. Fungsi hiburan (entertainment)
Hiburan merupakan fungsi media massa. Hal ini tampak jelas pada televisi, film,
rekaman suara, majalah, dan sebagainya.
2.2.3 Televisi
Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh
pada kehidupan manusia. Televisi mengalami perkembangan secara dramatis,
terutama melalui pertumbuhan televisi kabel. Transmisi program televisi kabel
menjangkau seluruh pelosok negeri dengan bantuan satelit dan diterima langsung
pada layar televisi di rumah dengan menggunakan wire yang membuka tambahan
saluran televisi bagi pemirsa (Ardianto, 2012: 134).
Menurut Effendy, siaran televisi merupakan media dari jaringan komunikasi
dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah,
komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan
keserempakan dan komunikannya bersifat heterogen (Effendy, 2002: 21). Penonton
7
televisi kini kebih selektif, jam tayang televisi bertambah, dan penerimaan
programnya mengalami peningkatan dari waktu ke waktu dimana system
penyampaian program lebih berkembang lagi.
2.2.3.1 Fungsi Televisi
Berikut beberapa fungsi televisi sebagai sebuah media massa (Ardianto, 2012: 137):
1. Mendidik
Perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dan signifikan,
merubah pola pikir, dari yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut
sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Kehebatan media
mampu mengambil alih peran guru dalam dunia pendidikan di segala bidang. Untuk
itu, media harus mampu menyediakan tayangan yang mendidik, karena berpengaruh
pada kecerdasan pendidikan ank bangsa.
2. Kontrol sosial
Televisi mempunyai fungsi sebagai kontrol sosial, dalam arti televisi berperan
sebagai pengontrol negara. Melalui televisi, seseorang dapat mengetahui bagaimana
sebuah sistem kehidupan sosial itu diciptakan. Karena mudahnya mengakses sebuah
tayangan di televisi, maka sangat memungkinkan adanya pertukaran informasi antar
masyarakat, etnis, ataupun segala macam kebudayaan. Sehingga secara sosial,
masyarakat dapat memperhatikan satu sama lain demi terciptanya stabilitas sosial
dalam sebuah negara.
3. Hiburan
Penggunaan televisi sekarang sudah bukan lagi menjadi kebutuhan mewah, hal
ini terbukti bahwa dulunya televisi hanya bisa dinikmati kaum elite, namun sekarang
rakyat jelata pun juga memiliki televisi. Televisi merupakan media hiburan yang
sudah merakyat dan digandrungi berbagai kalangan masyarakat.
4. Sumber informasi
Kehadiran televisi menjadi sangat penting sebagai sarana hubungan interaksi
satu dengan yang lain dalam hal menyangkut perbedaan dan persamaan persepsi
tentang suatu isu yang terjadi di belahan dunia ini. Sebagai alat informasi, segi
keefektifitasan televisi tergolong media yang paling banyak peminatnya bila
dibandingkan dengan media lainnya. Ada beberapa hal keunikan televisi bila
dibandingkan dengan media lainnya yaitu televisi tidak membutuhkan kemampuan
membaca seperti media cetak, tidak seperti film televisi adalah gratis, tidak seperti
radio tetapi televisi mengombinasikan gambar dan suara.
7
2.2.3.2 Jenis Program Televisi
Menurut Morissan (2008: 207), jenis program televisi dibagi menjadi 2, yaitu
sebagai berikut :
1. Program Informasi yaitu program televisi yang isinya ada 2 macam :
a.
Hard news yang merupakan berita penting yang harus segera disiarkan
kepada masyarakat. Hard news bisa dibagi menjadi 3, yaitu Straight News,
Features, dan Infotainment.
b. Soft news yang merupakan informasi kombinasi antara fakta dan opini
dimana tidak harus cepat ditayangkan. Berita pada soft news dari segi struktur
penulisan lebih luwes, tidak formal seperti hard news.
2. Program Hiburan
Program hiburan adalah bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur
penontonnya dalam banyak macam bentuk seperti :
a. Musik
Merupakan pertunjukan yang menampilkan kemampuan seseorang pada
suatu lokasi baik indoor maupun outdoor. Program acara musik biasanya
menampilkan artis yang terkenal untuk menarik perhatian audiens.
b. Drama
Adalah pertunjukan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau
karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain
(artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Misalkan sinetron, film.
c. Permainan
Merupakan bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik secara
individu atau kelompok yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu.
Misalkan quiz, variety show.
d. Pertunjukan
Merupakan program yang menampilkan kemampuan seseorang pada suatu
lokasi baik indoor maupun outdoor yang bertujuan untuk menghibur audiensnya.
Misalkan sulap, lawak.
2.2.3.3 Kekuatan dan Kelemahan Televisi
Kekuatan televisi :
7
1. Audio visual yang menyebabkan kesal realistik sehingga daya rangsang
cukup tinggi, misalkan dengan ikut berdebar – debar saat ada adegan
pembunuhan.
2. Televisi menguasai jarak dan ruang, serta waktu. Sehingga berbagai
peristiwa di belahan bumi manapun dapat dilihat saat itu juga.
3. Penyiaran suatu peristiwa dengan media televisi juga sangat cepat,
termasuk siaran langsung yang mampu membangkitkan emosi massa.
Kelemahan televisi :
1. Televisi bersifat sesaat atau sekilas, yang berarti penonton tidak dapat
mengulang gambar dan suara yang diterima.
2. Terikat durasi. Misalkan dengan memotong beberapa adegan karena waktu
yang tidak cukup.
3. Ketergantungan televisi pada listrik. Jika tidak ada listrik, maka kita tidak
akan bisa mendapatkan hiburan di televisi.
4. Membutuhkan biaya dan waktu yang cukup lama untuk memproduksi suatu
tayangan di televisi.
2.2.3.4 Faktor – faktor yang perlu diperhatikan (Ardianto, 2012: 140)
Pesan yang akan disampaikan melalui media televisi memerlukan pertimbanganpertimbangan lain agar pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak sasaran.
Karena itu, faktor – faktor yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Pemirsa
Dalam setiap bentuk komunikasi, melalui media apapun, komunikator akan
menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikannya. Namun untuk
komunikasi melalui media elektronik, terlebih khusus televisi, faktor pemirsa perlu
mendapat perhatian lebih, dimana komunikator harus memahami kebiasaan dan
minat pemirsa, baik yang termasuk kategori anak – anak, remaja, dewasa maupun
orang tua.
2. Waktu
Menyesuaikan waktu penayangan dengan minat dan kebiasaan pemirsa agar
setiap acara dapat ditayangkan secara proporsional dan dapat diterima oleh khalayak
sasaran.
3. Durasi
7
Durasi berkaitan dengan waktu, yaitu jumlah menit dalam setiap tayangan acara.
Durasi disesuaikan dengan jenis acara dan tuntutan skrip atau naskah. Namun yang
terpenting adalah dengan durasi tertentu, tujuan acara tercapai.
4. Metode Penyajian
Metode penyajian disini adalah mengemas pesan sedemikian rupa dengan
metode penyajian tertentu dimana pesan nonhiburan dapat mengundang unsur
hiburan, tetapi mendidik dan informatif.
2.2.4
Variety Show
Televisi mempunyai dampak yang besar terhadap masyarakat dengan
mempengaruhi penontonnya dengan tayangan yang disajikannya. Salah satu yang
mempengaruhi adalah berupa program acara variety show.
Menurut Naratama dalam bukunya yang berjudul Menjadi Sutradara Televisi
(2004: 37), dalam sebuah variety show ada tempat untuk banyak hal. Hal itu
dikarakteristik oleh tingginya bagian untuk bicara dan banyaknya ruang untuk
diberikan kepada isi atau konten. Pertunjukan, format radio yang spesifik untuk
memberikan informasi dan alternatif musik. Dari berita, hasil, komentar, features,
wawancara untuk drama radio dan semua suara – semua radio jurnalistik dan gaya
artistik dapat menjadi sebuah variety show. Struktur dari show ini adalah secara hati
– hati merencanakan dan menyusun antara konten dan dramatisasi. Lewat cara ini
variety show mendapatkan profil yang spesifik dimana hasilnya dari mengikuti
beberapa elemen :
1. Mencampur topik yang sudah dipilih oleh editorial
2. “Rhytym” dari show, adalah hubungan antara bicara dan musik, tempo
dan panjangnya artikel individu
3. Gaya presenter, orang yang membawakan konten kepada pendengar dan
karakteristik variety show melalui personality presenter tersebut.
Dengan semakin maraknya program – program yang dibuat di televisi, maka
semakin mudahnya kita bisa melihat berbagai perkembangan yang terjadi di dunia
pertelevisian. Semakin mudah juga kita bisa memilih mana program yang baik dan
tidak untuk ditonton. Variety show memberikan hiburan dan bisa mempengaruhi
emosi manusia. Misalkan pada tayangan Running Man, emosi kita dapat tersalurkan
melalui tertawa, karena Running Man menghibur penontonnya dengan melakukan
berbagai permainan yang unik dan berbeda di setiap minggunya dan dilakukan
secara langsung tanpa adanya kejadian yang dibuat – buat.
7
2.2.5
Perilaku
Komunikasi merupakan suatu hubungan timbal balik yang memiliki efek pada
setiap komunikator dan komunikannya, karena setiap pesan yang disampaikan
menimbulkan perubahan yang terjadi pada kedua pihak. Suatu komunikasi akan
disebut efektif apabila menghasilkan perubahan – perubahan atau efek – efek seperti
sikap, pengetahuan, dan perilaku. Menurut Kurt Lewin dalam buku Psikologi
Komunikasi (Rakhmat, 2007: 27), perilaku manusia harus dilihat dalam konteksnya.
Dari fisika, Lewin meminjam konsep medan (field) untuk menunjukkan totalitas
gaya yang mempengaruhi seseorang pada saat tertentu. Perilaku manusia bukan
sekadar
respons
pada
stimuli,
melainkan
produk
berbagai
gaya
yang
mempegaruhinya secara spontan. Lewin menyebut seluruh gaya psikologis yang
mempengaruhi manusia terdiri dari tujuan dan kebutuhan individu, semua faktor
yang disadarinya, dan kesadaran diri.
Dalam
buku
Psikologi
Komunikasi
(Rachmat,
2007:
27),
Carl
Rogers
menggarisbesarkan pandangan humanism sebagai berikut :
1. Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi dimana
dirinya sendiri yang menjadi pusat. Perilaku manusia berpusat pada konsep
diri, dimana persepsi manusia tentang identitas dirinya bersifat fleksibel dan
berubah – ubah.
2. Manusia
berperilaku
untuk
mempertahankan,
meningkatkan,
dan
mengaktualisasikan diri.
3. Seorang individu bereaksi pada situasi dengan persepsi tentang dirinya dan
dunianya. Individu bereaksi pada “realitas” seperti yang dipersepsikannya
dan dengan cara yang sesuai dengan konsep dirinya.
4. Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri
yang berupa penyempitan dan pengkakuan (rigidification) persepsi dan
perilaku penyesuaian serta penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti
rasionalisasi.
5. Kecenderungan batiniah setiap manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan
diri. Dalam kondisi normal, ia berperilaku rasional dan konstruktif, serta
memilih jalan menuju pengembangan dan aktualitas diri.
2.2.5.1 Faktor Personal yang Mempengaruhi Perilaku Manusia (Rachmat,
2007: 28)
a. Faktor Biologis
7
Manusia adalah makhluk biologis yang tidak berbeda dengan hewan lain. Ia lapar
jika tidak makan selama dua puluh jam, kucing pun demikian. Ia memerlukan lawan
jenisnya untuk kegiatan reproduktifnya, begitu pula anjing. Faktor biologis terlibat
dalam seluruh kegiatan manusia, dengan berpadu dengan faktor sosiopsikologis,
bahwa warisan biologis manusia menentukan perilakunya dapat diawali sampai
struktur DNA yang menyimpan seluruh memori warisan biologis yang diterima dari
kedua orang tuanya.
b. Faktor Sosiopsikologis
Karena manusia adalah makhluk sosial, dari proses sosial ia memperoleh beberapa
karakteristik yang mempengaruhi perilakunya. Kita dapat mengklarifikasikannya ke
dalam tiga komponen yaitu :
1. Komponen afektif
Merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis. Terdiri dari :
Sikap, Emosi, Motif sosiogenis yang merupakan keinginan dalam diri kita.
Misalkan keinginan memperoleh rasa aman, keinginan akan penghargaan.
2. Komponen Kognitif
Merupakan aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang
diketahui manusia. Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor
sosiopsikologis. Kepercayaan disini dimaksudkan keyakinan bahwa sesuatu
itu benar atau salah.
3. Komponen Konatif
Merupakan aspek yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan
bertindak. Kebiasaan merupakan perilaku manusia yang menetap dan
berlangsung secara otomatis, tanpa direncanakan. Sedangkan kemauanlah
yang membuat seseorang menjadi besar atau kecil. Kemauan erat kaitannya
dengan tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai suatu
tujuan.
2.2.5.2 Faktor Situasional yang Mempengaruhi Perilaku (Rachmat, 2007: 29)
Edward G. Sampson (1976) merangkum seluruh faktor situasional sebagai berikut :
1. Aspek – aspek objektif dari lingkungan
a. Faktor ekologis
1. Faktor geografis
2. Faktor iklim dan metrologis
7
b. Faktor desain dan arsitektural
c. Faktor temporal
d. Analisis suasana perilaku
e. Faktor teknologis
f. Faktor sosial
1. Struktur organisasi
2. System peranan
3. Struktur kelompok
4. Karakteristik populasi
2. Lingkungan psikososial seperti dipersepsi oleh kita
a. iklim organisasi dan kelompok
b. ethos dan iklim institusional dan cultural
3. Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku
a. orang lain
b. situasi pendorong perilaku
2.2.6
Teori khusus
2.2.6.1 Teori Kultivasi
Teori kultivasi (cultivation theory) pertama kali dikenalkan oleh Professor
George Gerbner ketika ia menjadi Dekan Annenberg of Communication di
Universitas Pennysilvania Amerika Serikat. Awalnya ia melakukan penelitian tentang
“indikator budaya” di pertengahan tahun 60-an untuk mempelajari pengaruh
menonton televisi. Ia ingin mengetahui dunia nyata seperti apa yang dibayangkan,
dipersepsikan oleh penonton televisi. (Nurudin, 2007: 167)
McQuail dalam bukunya Teori Komunikasi Massa (2011: 256) menyatakan
bahwa hipotesis utama dari penelitian ini adalah bahwa menonton televisi secara
berangsur – angsur mengarahkan pada adopsi keyakinan mengenai sifat dasar dari
dunia sosial yang mengikuti pandangan akan realitas yang memiliki stereotip,
terdistorsi, dan sangat selektif sebagaimana yang digambarkan dengan cara yang
sistematis di fiksi dan berita televisi. Semakin banyak seseorang menghabiskan
waktu menonton televisi, maka ia akan semakin mengadopsi pandangan dominan
mengenai dunia yang ditampilkan media tersebut.
Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan sikap dan nilai
tertentu. Media pun kemudian memelihara dan menyebarkan sikap dan nilai itu
antaranggota masyarakat kemudian mengikatnya bersama – sama. Dengan kata lain,
media mempengaruhi penonton dan masing – masing penonton dengan cara
7
meyakininya. Jadi, para pecandu televisi akan memiliki kecenderungan sikap yang
sama satu sama lain. (Nurudin, 2007: 169)
Menurut teori kultivasi, media khususnya televisi, merupakan sarana utama
kita untuk belajar tentang masyarakat dan kultur kita dimana melalui kontak kita
dengan televisi (dan media lainnya), kita belajar tentang dunia, orang – orangnya,
nilai –nilai, serta adat kebiasaannya. Teori kultivasi berpendapat bahwa pecandu
berat televisi membentuk suatu citra realitas yang tidak konsisten dengan kenyataan.
Dalam buku Komunikasi Massa (Ardianto, 2012: 66), Frederick Williams
mengomentari peneltian yang sama, “Orang yang merupakan pecandu berat televisi
seringkali mempunyai sikap stereotip tentang peran jenis kelamin, dokter, bandit,
atau tokoh lainnya yang biasa muncul dalam serial televisi. Dalam dunia mereka, ibu
rumah tangga mungkin digambarkan sebagai orang yang paling mengurusi
kebersihan kamar kecil. Suami adalah orang yang selalu menjadi korban dalam kisah
lucu. Perwira polisi menjalani hari – hari yang menyenangkan. Orang meninggal
tanpa mengalami sekarat dan semua bandit berwajah seram.” Persepsi dan cara
pandang masyarakat, sangat besar dipengaruhi oleh televisi, atau dalam kalimat lain,
apa yang dipikirkan oleh kita adalah apa yang dipikirkan oleh televisi.
Gerbner menyatakan bahwa televisi merupakan suatu kekuatan yang secara
dominan dapat mempengaruhi masyarakat modern dimana kekuatan tersebut berasal
dari kemampuan televisi melalui berbagai simbol untuk memberikan berbagai
gambaran yang terlihat nyata dan penting seperti sebuah kehidupan sehari-hari.
Televisi mampu mempengaruhi penontonnya, sehingga apa yang ditampilkan di
layar kaca dipandang sebagai sebuah kehidupan yang nyata layaknya kehidupan
sehari-hari. Realitas yang tampil di media dipandang sebagai sebuah realitas objektif.
Teori Kultivasi (Cultivation Theory) merupakan salah satu teori yang dapat
digunakan untuk menjelaskan dampak media bagi khalayak. Dengan demikian bisa
dikatakan bahwa penelitian
kultivasi yang dilakukan oleh Gerbner lebih
menekankan pada “dampak”. Dampak yang berkaitan adalah dengan perubahan
sikap, perasaan dan perilaku dari audiensnya. Dari pernyataan tersebut dapat
dijelaskan bahwa media massa dampak kognatif, afektif dan konatif (Ardianto, 2005:
49) :
1. Dampak Kognitif
Berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga audiens yang semula tidak
tahu, tidak mengerti dan bingung menjadi jelas. Dampak ini berkaitan dengan
7
penyampaian informasi, pengetahuan, keterampilan maupun kepercayaan oleh media
massa.
2. Dampak Afektif
Berkaitan dengan perasaan. Akibat dari menonton acara yang di tayangkan di
televisi, timbul perasaan tertentu pada audiens. Dampak afektif terjadi ketika pada
audiens timbul perasaan tertentu, contoh: gembira, iba, percaya, terharu, dan lainlain. Sehingga dampak dari tayangan tersebut dikatakan sampai pada tahap efektif
apabila tayangan di televisi mengubah pada apa yang dirasakan, disenangi atau
dibenci khalayak.
3. Dampak Konatif
Berkaitan dengan niat, tekad, upaya, usaha, yang cenderung menjadi suatu
kegiatan atau tindakan. Efek konatif sering juga disebut sebagai efek behavioral atau
sebuah aksi karena berbentuk perilaku (Effendy, 2003: 318). Dampak pada tayangan
di televisi pada tahap konatif apabila tayangan di televisi menimbulkan pola-pola
tindakan, kegiatan atau perilaku yang dapat diamati.
2.3
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran memudahkan mengerti alur pikir dari penelitian ini.
Peneliti ingin meneliti apakah variety show Running Man dapat mempengaruhi
perilaku penonton.
Perubahan Perilaku (Y)
-
Kognitif
-
Afektif
-
Konatif
Tayangan Variety Show Running Man (X)
-
Waktu
-
Pemain
-
Lokasi
-
Permainan
-
7
2.4
Operasional Konsep
2.4.1 Tabel Operasional Konsep
Variabel
Tayangan
Dimensi
Indikator
Waktu
1. Tayangan Running Man ditonton
setiap minggu penayangannya.
2. Tayangan Running Man ditonton
selama 90 menit.
Variety Show
Running
Man
(X)
1.
Pemain Running Man
menarik.
Pemain
2.
Lokasi
Permainan
Para pemain Running
Man menunjukkan rasa
solidaritas dan kekompakan yang
baik.
1.
Lokasi syuting Running
Man menampilkan berbagai
lokasi di Korea yang menarik.
2.
Lokasi syuting Running
Man di berbagai negara lain
memberikan ketertarikan saat
menonton.
1.
Tayangan Running Man
memberikan permainan yang
variatif dan kreatif di setiap
episodenya.
2.
Permainan yang ada di
tayangan Running Man dibuat
untuk mudah dimengerti oleh
penonton.
7
Skala
Skala Likert
Dengan skor:
5= Sangat
setuju
4= Setuju
3= Netral
2=Tidak
Setuju
1= Sangat
Tidak Setuju
Perubahan
Kognitif
Perilaku
(Y)
1.
Penonton mengetahui
setiap karakter pemain Running
Man.
2.
Penonton suka dengan
style pemain Running Man.
3.
Penonton suka dengan
karakteristik setiap pemain
Running Man. Misalkan bahasa
tubuh, gaya bicara.
1.
Afektif
Penonton merasa puas
dengan tayangan Running Man
dan akan memanfaatkan waktu
senggang dengan menonton
tayangan Running Man secara
rutin.
2.
Penonton merasa
penasaran dengan episode
lanjutan yang akan ditayangkan.
3.
Penonton ikut merasa
kesal/ senang disaat salah satu
anggota tim Running Man
kesukaan Penonton
kalah/menang.
4.
Penonton suka
mengikuti style pemain Running
Man. Misalkan gaya rambut.
7
Konatif
1.
2.
3.
4.
5.
Penonton suka membeli
pernak pernik yang sehubungan
dengan Running Man. Misalkan
jaket, hoodie, dll.
Penonton ingin menjadi
pemain inti Running Man.
Penonton ingin
mempraktekkan kegiatan –
kegiatan yang dilakukan oleh
pemain Running Man.
Penonton termotivasi
untuk melihat secara langsung
tayangan Running Man di Korea.
Penonton menjadi
termotivasi untuk melakukan
budaya – budaya di Korea,
seperti memakan makanan korea,
berbicara bahasa korea, dsb.
7
Download