BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya No Judul Skripsi Metodologi Hasil 1. Pengaruh Terpaan Kekerasan Media AudioVisual Pada Kognisi Agresif dan Afeksi Agresif Studi Meta-Analisis. Oleh: Mirra Noor Milla (Universitas Gadjah Mada) Pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian eksplanatif. Metode penelitian meta-analysis. Berdasarkan hasil dari korelasi sebesar 0,366 dapat disimpulkan terdapat hubungan antara terpaan kekerasan di media audiovisual dengan kognisi dan afeksi agresif. Pengaruh Tayangan Drama Korea di Televisi Terhadap Perilaku Remaja Kelurahan Simpan baru Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Oleh: Helen Melisa Pendekatan Kuantitatif. Jenis Penelitian Deskriptif. Metode Penelitian Obeservasi, Angket, dan Dokumentasi. Adanya 8,5% pengaruh tayangan drama Korea di televisi terhadap perilaku remaja kelurahan simpan baru kecamatan tampan kota Pekanbaru. Pengaruh Tayangan Film Kartun “Crayon Sinchan” Terhadap Perilaku Anak Dengan Orang Tua Pada Sekolah Dasar Yayasan Wisma Semen Gresik. Oleh: Angga Pradana Putera. Pendekatan Kuantitatif. Jenis Penelitian Eksplanatif. Metode Penelitian Survei. Terdapat pengaruh perilaku yang signifikan antara menonton tayangan film kartun Crayon Sinchan terhadap perilaku anak dengan orang tua. Does Viewing Television Affect the Academic Performance of Children? (Year of 2012) Pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian eksplanatif. Metode penelitian survei. Studi ini memberikan bukti bahwa menonton televisi memiliki dampak negatif pada kinerja anak di sekolah, meskipun kita tidak bisa mengabaikan kemungkinan instrumen yang lemah. 2. 3. 4. 5. By: Wataru Kureishi (a Senior Researcher in the National Institute of Population and Social Security Research, Tokyo, Japan.) : Keiko Yoshida ( a Associate Professor in the Faculty of Economics at Momoyama Gakuin University, Osaka, Japan.) Watching Sex on 7 Television Predicts Adolescent Initiation of Sexual Behavior (Year of 2004) Pendekatan Kuantitatif. Jenis Penelitian Eksplanatif. Metode Survey. By: Rebecca L. Colins, Marc N. Elliot, Sandra H. Berry, David E. Kanouse, Dale Kunkel, Sarah B. Hunter, Angela Miu. (University of California) 2.2 Analisis regresi multivariat menunjukkan bahwa remaja yang melihat lebih banyak konten seksual pada awal lebih mungkin untuk memulai hubungan seksual dan kemajuan kegiatan seksual noncoital lebih maju selama tahun berikutnya. Landasan Teori 2.2.1 Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris disebut communication berasal dari bahasa Latin communicatio yang bersumber dari kata communis yang berarti sama, yang dimana sama ini dengan maksud sama makna. (Effendy, 2011: 9). Menurut Onong Uchyana dalam buku Sosiologi Komunikasi (Bungin, 2006: 31) mengatakan bahwa komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (Komunikator) kepada orang lain (komunikan). Menurut Laswell, komunikasi adalah “proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. (Effendy, 2011: 10) Sedangkan menurut Carl I. Hovland dalam buku Ilmu Komunikasi (Effendy, 2011: 10), komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas – asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Dimana objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik. Manusia merupakan makhluk yang membutuhkan interaksi. Komunikasi merupakan proses pernyataan isi pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa. Dengan adanya komunikasi, maka manusia dapat memahami dan berinteraksi antara satu dengan yang lain. 2.2.2 Komunikasi Massa 7 Definisi komunikasi massa yang paling sederhana yang dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, 2003: 188), adalah bahwa “komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people).” Komunikasi massa (Bungin, 2011: 71), merupakan proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Sedangkan menurut Gerbner dalam buku Psikologi Komunikasi (Rakhmat, 2007: 188), “komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat indsutri.” Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa yaitu komunikasi kepada khalayak banyak secara serempak dengan menggunakan media sebagai salurannya. 2.2.2.1 Karakteristik Komunikasi Massa Karakteristik komunikasi massa (Effendy, 2011: 22) : 1. Komunikasi berlangsung satu arah Komunikasi satu arah adalah komunikasi yang tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunkator. Dengan kata lain, wartawan sebagai komunkator tidak mengetahui tanggapan khalayak yang dijadikan sasarannya. Yang dimaksud tidak mengetahui adalah tidak mengetahui pada waktu proses komunkasi itu berlangsung. 2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Komunikator pada komunikasi massa, misalnya wartawan surat kabar, atau penyiar televisi karena media yang dipergunakannya adalah suatu lembaga. 3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. 4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan 7 Ciri lain media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan – pesan yang disebarkan. 5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen Khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam keadaanya yang terpencar, dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal, dengan perbedaan latar belakang. 2.2.2.2 Jenis Media Massa Menurut Effendy, dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Massa (2011: 24), media massa terbagi menjadi 3 jenis, yaitu media cetak, media elektronik, dan media online. 1. Media Cetak Merupakan media yang paling tua jika dibandingkan dengan media lainnya. Media cetak adalah sebuah media yang sifatnya tertulis dan tercetak seperti koran, tabloid, majalah. 2. Media Elektronik Merupakan jenis media massa yang disebarluaskan melalui teknologi yaitu alat – alat elektronik seperti televisi, radio. Jenis media ini menggunakan suara dan gambar dengan teknologi elektro yang dapat menyebarkan informasi secara cepat. Televisi juga mempunyai kelebihan dari media massa lainnya, yaitu bersifat audio visual. 3. Media Online (internet) Media yang menggunakan internet dalam penyebarannya. Media online lebih cepat dalam penyebarannya dan semakin populer karena penggunaan yang semakin dipermudah dengan adanya telpon genggam yang sekarang dikenal dengan smart phone. Maka berbagai informasi dan hiburan dapat kita nikmati secara cepat, dimana saja dan kapan saja. 2.2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa Dalam buku Ilmi Komunikasi (Effendy, 2011: 29), Joseph R.Dominick menyebutkan beberapa fungsi komunikasi massa bagi masyarakat, yaitu : a. Fungsi pengawasan (surveillance) Fungsi pengawasan dibagi menjadi dua jenis yaitu : 1. Pengawasan peringatan (warning or beware surveillance) 7 Pengawasan jenis ini terjadi jika media menyampaikan informasi kepada kita mengenai ancaman, misalkan letusan gunung berapi, kondisi ekonomi yang mengalami depresi, dan sebagainya. 2. Pengawasan instrumental (instrumental surveillance) Jenis kedua ini berkaitan dengan penyebaran informasi yang berguna bagi kehidupan sehari – hari, misalkan berita tentang film yang dipertunjukkan di bioskop setempat, harga barang kebutuhan di pasar, dan sebagainya. b. Fungsi penafsiran (interpretation) Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga informasi beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Misalkan tajuk rencana surat kabar yang bersifat sindiran, dengan berbentuk kartun, atau gambar lucu. c. Fungsi keterkaitan atau hubungan (linkage) Media masaa mampu menghubungkan unsru – unsure yang terdapat di dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran perseorangan. Contohnya mengenai kegiatan periklanan yang mengubungkan kebutuhan dengan produk – produk penjual. d. Fungsi penyebaran nilai (transmission of values) Fungsi ini disebut juga sosialisasi. Media massa menyajikan penggambaran masyarakat, dengan membaca, mendengarkan, dan menonton maka seseorang mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai – nilai apa yang penting. e. Fungsi hiburan (entertainment) Hiburan merupakan fungsi media massa. Hal ini tampak jelas pada televisi, film, rekaman suara, majalah, dan sebagainya. 2.2.3 Televisi Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Televisi mengalami perkembangan secara dramatis, terutama melalui pertumbuhan televisi kabel. Transmisi program televisi kabel menjangkau seluruh pelosok negeri dengan bantuan satelit dan diterima langsung pada layar televisi di rumah dengan menggunakan wire yang membuka tambahan saluran televisi bagi pemirsa (Ardianto, 2012: 134). Menurut Effendy, siaran televisi merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya bersifat heterogen (Effendy, 2002: 21). Penonton 7 televisi kini kebih selektif, jam tayang televisi bertambah, dan penerimaan programnya mengalami peningkatan dari waktu ke waktu dimana system penyampaian program lebih berkembang lagi. 2.2.3.1 Fungsi Televisi Berikut beberapa fungsi televisi sebagai sebuah media massa (Ardianto, 2012: 137): 1. Mendidik Perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dan signifikan, merubah pola pikir, dari yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Kehebatan media mampu mengambil alih peran guru dalam dunia pendidikan di segala bidang. Untuk itu, media harus mampu menyediakan tayangan yang mendidik, karena berpengaruh pada kecerdasan pendidikan ank bangsa. 2. Kontrol sosial Televisi mempunyai fungsi sebagai kontrol sosial, dalam arti televisi berperan sebagai pengontrol negara. Melalui televisi, seseorang dapat mengetahui bagaimana sebuah sistem kehidupan sosial itu diciptakan. Karena mudahnya mengakses sebuah tayangan di televisi, maka sangat memungkinkan adanya pertukaran informasi antar masyarakat, etnis, ataupun segala macam kebudayaan. Sehingga secara sosial, masyarakat dapat memperhatikan satu sama lain demi terciptanya stabilitas sosial dalam sebuah negara. 3. Hiburan Penggunaan televisi sekarang sudah bukan lagi menjadi kebutuhan mewah, hal ini terbukti bahwa dulunya televisi hanya bisa dinikmati kaum elite, namun sekarang rakyat jelata pun juga memiliki televisi. Televisi merupakan media hiburan yang sudah merakyat dan digandrungi berbagai kalangan masyarakat. 4. Sumber informasi Kehadiran televisi menjadi sangat penting sebagai sarana hubungan interaksi satu dengan yang lain dalam hal menyangkut perbedaan dan persamaan persepsi tentang suatu isu yang terjadi di belahan dunia ini. Sebagai alat informasi, segi keefektifitasan televisi tergolong media yang paling banyak peminatnya bila dibandingkan dengan media lainnya. Ada beberapa hal keunikan televisi bila dibandingkan dengan media lainnya yaitu televisi tidak membutuhkan kemampuan membaca seperti media cetak, tidak seperti film televisi adalah gratis, tidak seperti radio tetapi televisi mengombinasikan gambar dan suara. 7 2.2.3.2 Jenis Program Televisi Menurut Morissan (2008: 207), jenis program televisi dibagi menjadi 2, yaitu sebagai berikut : 1. Program Informasi yaitu program televisi yang isinya ada 2 macam : a. Hard news yang merupakan berita penting yang harus segera disiarkan kepada masyarakat. Hard news bisa dibagi menjadi 3, yaitu Straight News, Features, dan Infotainment. b. Soft news yang merupakan informasi kombinasi antara fakta dan opini dimana tidak harus cepat ditayangkan. Berita pada soft news dari segi struktur penulisan lebih luwes, tidak formal seperti hard news. 2. Program Hiburan Program hiburan adalah bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur penontonnya dalam banyak macam bentuk seperti : a. Musik Merupakan pertunjukan yang menampilkan kemampuan seseorang pada suatu lokasi baik indoor maupun outdoor. Program acara musik biasanya menampilkan artis yang terkenal untuk menarik perhatian audiens. b. Drama Adalah pertunjukan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Misalkan sinetron, film. c. Permainan Merupakan bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu atau kelompok yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu. Misalkan quiz, variety show. d. Pertunjukan Merupakan program yang menampilkan kemampuan seseorang pada suatu lokasi baik indoor maupun outdoor yang bertujuan untuk menghibur audiensnya. Misalkan sulap, lawak. 2.2.3.3 Kekuatan dan Kelemahan Televisi Kekuatan televisi : 7 1. Audio visual yang menyebabkan kesal realistik sehingga daya rangsang cukup tinggi, misalkan dengan ikut berdebar – debar saat ada adegan pembunuhan. 2. Televisi menguasai jarak dan ruang, serta waktu. Sehingga berbagai peristiwa di belahan bumi manapun dapat dilihat saat itu juga. 3. Penyiaran suatu peristiwa dengan media televisi juga sangat cepat, termasuk siaran langsung yang mampu membangkitkan emosi massa. Kelemahan televisi : 1. Televisi bersifat sesaat atau sekilas, yang berarti penonton tidak dapat mengulang gambar dan suara yang diterima. 2. Terikat durasi. Misalkan dengan memotong beberapa adegan karena waktu yang tidak cukup. 3. Ketergantungan televisi pada listrik. Jika tidak ada listrik, maka kita tidak akan bisa mendapatkan hiburan di televisi. 4. Membutuhkan biaya dan waktu yang cukup lama untuk memproduksi suatu tayangan di televisi. 2.2.3.4 Faktor – faktor yang perlu diperhatikan (Ardianto, 2012: 140) Pesan yang akan disampaikan melalui media televisi memerlukan pertimbanganpertimbangan lain agar pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak sasaran. Karena itu, faktor – faktor yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : 1. Pemirsa Dalam setiap bentuk komunikasi, melalui media apapun, komunikator akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikannya. Namun untuk komunikasi melalui media elektronik, terlebih khusus televisi, faktor pemirsa perlu mendapat perhatian lebih, dimana komunikator harus memahami kebiasaan dan minat pemirsa, baik yang termasuk kategori anak – anak, remaja, dewasa maupun orang tua. 2. Waktu Menyesuaikan waktu penayangan dengan minat dan kebiasaan pemirsa agar setiap acara dapat ditayangkan secara proporsional dan dapat diterima oleh khalayak sasaran. 3. Durasi 7 Durasi berkaitan dengan waktu, yaitu jumlah menit dalam setiap tayangan acara. Durasi disesuaikan dengan jenis acara dan tuntutan skrip atau naskah. Namun yang terpenting adalah dengan durasi tertentu, tujuan acara tercapai. 4. Metode Penyajian Metode penyajian disini adalah mengemas pesan sedemikian rupa dengan metode penyajian tertentu dimana pesan nonhiburan dapat mengundang unsur hiburan, tetapi mendidik dan informatif. 2.2.4 Variety Show Televisi mempunyai dampak yang besar terhadap masyarakat dengan mempengaruhi penontonnya dengan tayangan yang disajikannya. Salah satu yang mempengaruhi adalah berupa program acara variety show. Menurut Naratama dalam bukunya yang berjudul Menjadi Sutradara Televisi (2004: 37), dalam sebuah variety show ada tempat untuk banyak hal. Hal itu dikarakteristik oleh tingginya bagian untuk bicara dan banyaknya ruang untuk diberikan kepada isi atau konten. Pertunjukan, format radio yang spesifik untuk memberikan informasi dan alternatif musik. Dari berita, hasil, komentar, features, wawancara untuk drama radio dan semua suara – semua radio jurnalistik dan gaya artistik dapat menjadi sebuah variety show. Struktur dari show ini adalah secara hati – hati merencanakan dan menyusun antara konten dan dramatisasi. Lewat cara ini variety show mendapatkan profil yang spesifik dimana hasilnya dari mengikuti beberapa elemen : 1. Mencampur topik yang sudah dipilih oleh editorial 2. “Rhytym” dari show, adalah hubungan antara bicara dan musik, tempo dan panjangnya artikel individu 3. Gaya presenter, orang yang membawakan konten kepada pendengar dan karakteristik variety show melalui personality presenter tersebut. Dengan semakin maraknya program – program yang dibuat di televisi, maka semakin mudahnya kita bisa melihat berbagai perkembangan yang terjadi di dunia pertelevisian. Semakin mudah juga kita bisa memilih mana program yang baik dan tidak untuk ditonton. Variety show memberikan hiburan dan bisa mempengaruhi emosi manusia. Misalkan pada tayangan Running Man, emosi kita dapat tersalurkan melalui tertawa, karena Running Man menghibur penontonnya dengan melakukan berbagai permainan yang unik dan berbeda di setiap minggunya dan dilakukan secara langsung tanpa adanya kejadian yang dibuat – buat. 7 2.2.5 Perilaku Komunikasi merupakan suatu hubungan timbal balik yang memiliki efek pada setiap komunikator dan komunikannya, karena setiap pesan yang disampaikan menimbulkan perubahan yang terjadi pada kedua pihak. Suatu komunikasi akan disebut efektif apabila menghasilkan perubahan – perubahan atau efek – efek seperti sikap, pengetahuan, dan perilaku. Menurut Kurt Lewin dalam buku Psikologi Komunikasi (Rakhmat, 2007: 27), perilaku manusia harus dilihat dalam konteksnya. Dari fisika, Lewin meminjam konsep medan (field) untuk menunjukkan totalitas gaya yang mempengaruhi seseorang pada saat tertentu. Perilaku manusia bukan sekadar respons pada stimuli, melainkan produk berbagai gaya yang mempegaruhinya secara spontan. Lewin menyebut seluruh gaya psikologis yang mempengaruhi manusia terdiri dari tujuan dan kebutuhan individu, semua faktor yang disadarinya, dan kesadaran diri. Dalam buku Psikologi Komunikasi (Rachmat, 2007: 27), Carl Rogers menggarisbesarkan pandangan humanism sebagai berikut : 1. Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi dimana dirinya sendiri yang menjadi pusat. Perilaku manusia berpusat pada konsep diri, dimana persepsi manusia tentang identitas dirinya bersifat fleksibel dan berubah – ubah. 2. Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan diri. 3. Seorang individu bereaksi pada situasi dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya. Individu bereaksi pada “realitas” seperti yang dipersepsikannya dan dengan cara yang sesuai dengan konsep dirinya. 4. Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri yang berupa penyempitan dan pengkakuan (rigidification) persepsi dan perilaku penyesuaian serta penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi. 5. Kecenderungan batiniah setiap manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam kondisi normal, ia berperilaku rasional dan konstruktif, serta memilih jalan menuju pengembangan dan aktualitas diri. 2.2.5.1 Faktor Personal yang Mempengaruhi Perilaku Manusia (Rachmat, 2007: 28) a. Faktor Biologis 7 Manusia adalah makhluk biologis yang tidak berbeda dengan hewan lain. Ia lapar jika tidak makan selama dua puluh jam, kucing pun demikian. Ia memerlukan lawan jenisnya untuk kegiatan reproduktifnya, begitu pula anjing. Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, dengan berpadu dengan faktor sosiopsikologis, bahwa warisan biologis manusia menentukan perilakunya dapat diawali sampai struktur DNA yang menyimpan seluruh memori warisan biologis yang diterima dari kedua orang tuanya. b. Faktor Sosiopsikologis Karena manusia adalah makhluk sosial, dari proses sosial ia memperoleh beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya. Kita dapat mengklarifikasikannya ke dalam tiga komponen yaitu : 1. Komponen afektif Merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis. Terdiri dari : Sikap, Emosi, Motif sosiogenis yang merupakan keinginan dalam diri kita. Misalkan keinginan memperoleh rasa aman, keinginan akan penghargaan. 2. Komponen Kognitif Merupakan aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosiopsikologis. Kepercayaan disini dimaksudkan keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah. 3. Komponen Konatif Merupakan aspek yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak. Kebiasaan merupakan perilaku manusia yang menetap dan berlangsung secara otomatis, tanpa direncanakan. Sedangkan kemauanlah yang membuat seseorang menjadi besar atau kecil. Kemauan erat kaitannya dengan tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan. 2.2.5.2 Faktor Situasional yang Mempengaruhi Perilaku (Rachmat, 2007: 29) Edward G. Sampson (1976) merangkum seluruh faktor situasional sebagai berikut : 1. Aspek – aspek objektif dari lingkungan a. Faktor ekologis 1. Faktor geografis 2. Faktor iklim dan metrologis 7 b. Faktor desain dan arsitektural c. Faktor temporal d. Analisis suasana perilaku e. Faktor teknologis f. Faktor sosial 1. Struktur organisasi 2. System peranan 3. Struktur kelompok 4. Karakteristik populasi 2. Lingkungan psikososial seperti dipersepsi oleh kita a. iklim organisasi dan kelompok b. ethos dan iklim institusional dan cultural 3. Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku a. orang lain b. situasi pendorong perilaku 2.2.6 Teori khusus 2.2.6.1 Teori Kultivasi Teori kultivasi (cultivation theory) pertama kali dikenalkan oleh Professor George Gerbner ketika ia menjadi Dekan Annenberg of Communication di Universitas Pennysilvania Amerika Serikat. Awalnya ia melakukan penelitian tentang “indikator budaya” di pertengahan tahun 60-an untuk mempelajari pengaruh menonton televisi. Ia ingin mengetahui dunia nyata seperti apa yang dibayangkan, dipersepsikan oleh penonton televisi. (Nurudin, 2007: 167) McQuail dalam bukunya Teori Komunikasi Massa (2011: 256) menyatakan bahwa hipotesis utama dari penelitian ini adalah bahwa menonton televisi secara berangsur – angsur mengarahkan pada adopsi keyakinan mengenai sifat dasar dari dunia sosial yang mengikuti pandangan akan realitas yang memiliki stereotip, terdistorsi, dan sangat selektif sebagaimana yang digambarkan dengan cara yang sistematis di fiksi dan berita televisi. Semakin banyak seseorang menghabiskan waktu menonton televisi, maka ia akan semakin mengadopsi pandangan dominan mengenai dunia yang ditampilkan media tersebut. Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan sikap dan nilai tertentu. Media pun kemudian memelihara dan menyebarkan sikap dan nilai itu antaranggota masyarakat kemudian mengikatnya bersama – sama. Dengan kata lain, media mempengaruhi penonton dan masing – masing penonton dengan cara 7 meyakininya. Jadi, para pecandu televisi akan memiliki kecenderungan sikap yang sama satu sama lain. (Nurudin, 2007: 169) Menurut teori kultivasi, media khususnya televisi, merupakan sarana utama kita untuk belajar tentang masyarakat dan kultur kita dimana melalui kontak kita dengan televisi (dan media lainnya), kita belajar tentang dunia, orang – orangnya, nilai –nilai, serta adat kebiasaannya. Teori kultivasi berpendapat bahwa pecandu berat televisi membentuk suatu citra realitas yang tidak konsisten dengan kenyataan. Dalam buku Komunikasi Massa (Ardianto, 2012: 66), Frederick Williams mengomentari peneltian yang sama, “Orang yang merupakan pecandu berat televisi seringkali mempunyai sikap stereotip tentang peran jenis kelamin, dokter, bandit, atau tokoh lainnya yang biasa muncul dalam serial televisi. Dalam dunia mereka, ibu rumah tangga mungkin digambarkan sebagai orang yang paling mengurusi kebersihan kamar kecil. Suami adalah orang yang selalu menjadi korban dalam kisah lucu. Perwira polisi menjalani hari – hari yang menyenangkan. Orang meninggal tanpa mengalami sekarat dan semua bandit berwajah seram.” Persepsi dan cara pandang masyarakat, sangat besar dipengaruhi oleh televisi, atau dalam kalimat lain, apa yang dipikirkan oleh kita adalah apa yang dipikirkan oleh televisi. Gerbner menyatakan bahwa televisi merupakan suatu kekuatan yang secara dominan dapat mempengaruhi masyarakat modern dimana kekuatan tersebut berasal dari kemampuan televisi melalui berbagai simbol untuk memberikan berbagai gambaran yang terlihat nyata dan penting seperti sebuah kehidupan sehari-hari. Televisi mampu mempengaruhi penontonnya, sehingga apa yang ditampilkan di layar kaca dipandang sebagai sebuah kehidupan yang nyata layaknya kehidupan sehari-hari. Realitas yang tampil di media dipandang sebagai sebuah realitas objektif. Teori Kultivasi (Cultivation Theory) merupakan salah satu teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan dampak media bagi khalayak. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa penelitian kultivasi yang dilakukan oleh Gerbner lebih menekankan pada “dampak”. Dampak yang berkaitan adalah dengan perubahan sikap, perasaan dan perilaku dari audiensnya. Dari pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa media massa dampak kognatif, afektif dan konatif (Ardianto, 2005: 49) : 1. Dampak Kognitif Berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga audiens yang semula tidak tahu, tidak mengerti dan bingung menjadi jelas. Dampak ini berkaitan dengan 7 penyampaian informasi, pengetahuan, keterampilan maupun kepercayaan oleh media massa. 2. Dampak Afektif Berkaitan dengan perasaan. Akibat dari menonton acara yang di tayangkan di televisi, timbul perasaan tertentu pada audiens. Dampak afektif terjadi ketika pada audiens timbul perasaan tertentu, contoh: gembira, iba, percaya, terharu, dan lainlain. Sehingga dampak dari tayangan tersebut dikatakan sampai pada tahap efektif apabila tayangan di televisi mengubah pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. 3. Dampak Konatif Berkaitan dengan niat, tekad, upaya, usaha, yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Efek konatif sering juga disebut sebagai efek behavioral atau sebuah aksi karena berbentuk perilaku (Effendy, 2003: 318). Dampak pada tayangan di televisi pada tahap konatif apabila tayangan di televisi menimbulkan pola-pola tindakan, kegiatan atau perilaku yang dapat diamati. 2.3 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran memudahkan mengerti alur pikir dari penelitian ini. Peneliti ingin meneliti apakah variety show Running Man dapat mempengaruhi perilaku penonton. Perubahan Perilaku (Y) - Kognitif - Afektif - Konatif Tayangan Variety Show Running Man (X) - Waktu - Pemain - Lokasi - Permainan - 7 2.4 Operasional Konsep 2.4.1 Tabel Operasional Konsep Variabel Tayangan Dimensi Indikator Waktu 1. Tayangan Running Man ditonton setiap minggu penayangannya. 2. Tayangan Running Man ditonton selama 90 menit. Variety Show Running Man (X) 1. Pemain Running Man menarik. Pemain 2. Lokasi Permainan Para pemain Running Man menunjukkan rasa solidaritas dan kekompakan yang baik. 1. Lokasi syuting Running Man menampilkan berbagai lokasi di Korea yang menarik. 2. Lokasi syuting Running Man di berbagai negara lain memberikan ketertarikan saat menonton. 1. Tayangan Running Man memberikan permainan yang variatif dan kreatif di setiap episodenya. 2. Permainan yang ada di tayangan Running Man dibuat untuk mudah dimengerti oleh penonton. 7 Skala Skala Likert Dengan skor: 5= Sangat setuju 4= Setuju 3= Netral 2=Tidak Setuju 1= Sangat Tidak Setuju Perubahan Kognitif Perilaku (Y) 1. Penonton mengetahui setiap karakter pemain Running Man. 2. Penonton suka dengan style pemain Running Man. 3. Penonton suka dengan karakteristik setiap pemain Running Man. Misalkan bahasa tubuh, gaya bicara. 1. Afektif Penonton merasa puas dengan tayangan Running Man dan akan memanfaatkan waktu senggang dengan menonton tayangan Running Man secara rutin. 2. Penonton merasa penasaran dengan episode lanjutan yang akan ditayangkan. 3. Penonton ikut merasa kesal/ senang disaat salah satu anggota tim Running Man kesukaan Penonton kalah/menang. 4. Penonton suka mengikuti style pemain Running Man. Misalkan gaya rambut. 7 Konatif 1. 2. 3. 4. 5. Penonton suka membeli pernak pernik yang sehubungan dengan Running Man. Misalkan jaket, hoodie, dll. Penonton ingin menjadi pemain inti Running Man. Penonton ingin mempraktekkan kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh pemain Running Man. Penonton termotivasi untuk melihat secara langsung tayangan Running Man di Korea. Penonton menjadi termotivasi untuk melakukan budaya – budaya di Korea, seperti memakan makanan korea, berbicara bahasa korea, dsb. 7