4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur G. Lewotobi Laki-laki (kiri) dan Perempuan (kanan) KETERANGAN UMUM Nama Lain : Lobetobi, Lewotobi, Lowetobi Lokasi a. Geografi Puncak : 832’ LS dan 122 46,30’BT (Kemerling, 1929) b. Administratif : Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ketinggian : 1584 m dpl Kota Terdekat : Larantuka Tipe Gunungapi : Strato dengan kubah (doma) lava Pos Pengamatan : Desa Nawakote Boru, Kec. Wulanggitang, Kab. Flores Timur, Prop. Nusa Tenggara Timur. Posisi Geografi : 08o 33’ 03,93” LS, 122o 43’ 37,50” BT, Ketinggian 370 m dpl. PENDAHULUAN G. Lewotobi merupakan salah satu gunungapi strato bertipe andesitik yang terletak di bagian timur Pulau Flores. G. Lewotobi ini sering disebut gunungapi kembar karena mempunyai dua puncak yaitu G. Lewotobi Laki-laki dengan ketinggian 1584 m dpl dan G. Lewotobi Perempuan dengan ketinggian 1703 m dpl di selatan. Cara Mencapai Puncak Pencapaian puncak G. Lewotobi Laki-laki dilakukan dari arah barat dimulai dari Kp. Duang yang terletak lk. 7 km dari puncak G. Lewotobi. Lama perjalanan dari kaki sampai puncak lk. 5 jam melalui jalan setapak yang cukup baik. Inventarisasi Sumber Daya Gunungapi Sumber daya gunungapi yang bisa dimanfaatkan penduduk sekitar adalah berupa bahan galian batu dan pasir yang terdapat di desa Nobo Konga, Nurri dan Waiula SEJARAH KEGIATAN GUNUNGAPI Sejarah G. Lewotobi Laki-Laki ditulis oleh Kemmerling (1929), Stehn (1940), Neumann van Padang (1951), dan Kriswati (2006). Sejarah erupsi G. Lewotobi Laki-Laki yang tercatat adalah tahun 1650, 1700, 1861, 1868, 1869, 1907, 1909, 1910, 1914, 1932, 1933, 1939, 1940, 1969, 1970, 1971, 1990, 1991, 1992, 1999, dan 2002-2003. Antara tahun 1650 dan 1700 terjadi erupsi aliran lava. 1861 4 dan 18 Mei terjadi erupsi abu 1865 Terjadi erupsi abu 1868 13 Juli dan 15 Desember, erupsi abu dengan lontaran batu 1869 Erupsi abu dengan lontaran abu , menimbulkan kerusakan dan korban manusia 1889 Erupsi abu 1907 28 September sampai 18 Oktober, erupsi abu dengan aliran lava dan menimbulkan kerusakan serta korban manusia 1909 dan 1910 Kegiatan dimulai pada 9 April dan berakhir pada 21 Mei 1910, terjadi aliran lava . Sampai 23 Januari 1910 sering terjadi hujan abu. 1914 Pada 29 Juni terjadi erupsi dan kemudian terjadi aliran lava Erupsi berlangsung dari 23 Mei 1932 sampai Desember 1933. kegiatan dimulai dengan 1932 dan 1933 erupsi abu, disertai suara dentuman sampai 31 Mei. Kemudian terjadi pembentukan kubah lava dengan awan panas guguran, terutama ke arah baratlaut dan utara. 1939 dan 1940 Erupsi abu tanpa aliran lava, berlangsung dari 17 Desember 1939 sampai 21 April 1940. 1969 dan 1970 Erupsi abu 1971 Dalam Januari terjadi erupsi dan disertai dengan hujan abu. 1990 2 April 1990 terjadi erupsi abu. 1991 Rentetan erupsi dimulai pada 11 Mei 1991 dengan terjadinya 4 kali erupsi setinggi 500 meter dari bibir kawah diiringi suara gemuruh. Setelah itu erupsi terjadi menerus hingga tahun 1992 dengan ketinggian kolom asap bervariasi dari 300 hingga 750 meter. Material abu tersebar hingga 7 km jauhnya dari kawah dengan daerah yang terkena adalah Desa Boru, Hokeng, Wolorana, Sukutukang, Duri, dan Bawalatang dengan ketebalan abu berkisar 0.5 – 2 mm. Pada malam hari kadang muncul sinar api di puncak. Pada 8 Juni hingga sepanjang bulan Juli erupsi disertai lontaran material pijar, terlontar ke udara setinggi 50 meter dan sejauh 100 meter dari puncak. Aktivitas erupsi mulai menurun sejak Agustus dan asap erupsi mulai normal kembali hingga akhir tahun 1991. 1992 28 Juli 1992 pukul 14:49 WITA terjadi erupsi abu berwarna kelabu tebal. Tinggi asap mencapai 1000 meter dari bibir kawah ke arah barat dan baratdaya disertai suara dentuman keras. Sebaran abu jatuh di Desa Hokeng, Wolorona, Boru, Bawalatang, dan Duang dengan ketebalan abu antara 0.5 – 2 mm. Di lereng timurlaut terjadi kebakaran yang kemungkinan disebabkan oleh lemparan material pijar. Pada tanggal 30 Juli 1992 teramati sinar api di permukaan kawah dari arah timurlaut yang kemunculannya berselang antara 30 detik hingga 1 menit. 1999 Pada tanggal 21 Maret 1999 pukul 17:47 WITA terjadi erupsi disertai suara gemuruh. Asap erupsi berwarna kelabu mencapai tinggi 250 meter di atas puncak, condong ke arah timurlaut. Status kegiatan G. Lewotobi dinaikkan menjadi level 2 (Waspada). Kegiatan erupsi berlanjut sampai bulan April. Selama April 1999 terjadi 32 kali erupsi dengan kolom asap mencapai ketinggian 150 – 500 meter. Pada 29 April pukul 18:31, erupsi asap disertai lontaran material pijar yang jatuh pada jarak sekitar 50 meter dari kawah ke arah baratdaya. Selama Mei 1999 terjadi 20 kali erupsi asap dengan ketinggian kolom asap sekitar 250 – 500 meter. Abu jatuh di Desa Boru, Kumaebang, Riang Wulu, Bawalatang, Wolorona, dan Sukutuang. Letusan tanggal 7 Mei diawali oleh munculnya sinar api ke permukaan setinggi 25 meter dan disertai lontaran material pijar ke lereng barat berjarak 100 meter dari kawah. Erupsi besar terjadi pada 1 Juli 1999 pukul 11:10 WITA. Asap erupsi bewarna kelabu tebal mencapai ketinggian 1000 meter dari puncak dengan tekanan gas kuat dan suara dentuman yang keras sebanyak 3 kali. Material erupsi berupa abu tersebar ke baratdaya, baratlaut, barat, dan selatan sejauh lk. 8 km dari titik erupsi ( Desa Boru, Kumaebang, Bawalatang, Duang, dan Watobuku) dengan ketebalan abu mancapai 0.5 – 1 mm. Lontaran material pijar ke lereng utara sejauh 2.5 km dari titik erupsi dan ke lereng selatan sejauh 500 meter, mengakibatkan kebakaran. Status G. Lewotobi dinaikkan ke level 3 (SIAGA). Tanggal 12 Juli 1999 status kegiatan kembali diturunkan ke level 2 (Waspada) kerena telah terjadi penurunan aktivitas erupsi. 2002 -2003 Sejak Oktober 2002 tingkat kegiatan vulkanik G. Lewotobi dinaikkan ke level 2 (Waspada). Pada 12 Oktober 2002 pukul 23:30 WITA, terjadi erupsi dan terdengar dentuman lemah. Erupsi menghasilkan kolom asap tinggi 500 meter di atas puncak dan endapan abu mencapai 5 km dari puncak G. Lewotobi Laki-laki. Pada 30 Mei 2003, erupsi terjadi dengan ketinggian kolom asap mencapai ketinggian 200 m di atas puncak. Abu jatuh di sekitar Pos PGA G. Lewotobi yang berjarak 5 km dari kawah. Erupsi besar terjadi pada malam hari Minggu tanggal 31 Agustus 2003 pukul 19:30 WITA. Erupsi 31 Agustus 2003 yang terjadi pada malam hari menyemburkan material pijar dalam radius 1 km dari pusat erupsi, diikuti oleh suara dentuman yang sangat keras sehingga mengagetkan penduduk yang bermukim di lereng bawah G. Lewotobi Laki-laki. Secara resmi tingkat kegiatan G. Lewotobi dinaikkan statusnya menjadi level 3 (Siaga). Kolom asap diperkirakan mencapai ketinggian 2500 meter dari puncak. Erupsi disertai juga jatuhan abu. Sebaran abu menimpa 5 perkampungan di lereng baratlaut (Desa Boru, Boru Kedang, Nawa Kote, Wuri, Nobo, Konga, dan Hokeng Jaya) yang berjarak sekitar 6 km dari puncak dan 2 secara keseluruhan mencapai daerah seluas 12 km . Dampak erupsi ini cukup signifikan seperti jatuhan abu menyebabkan gangguan kesehatan, merusak tanaman pertanian penduduk, dan kebakaran hutan. Satu-satunya stasiun gempa milik PVMBG turut terbakar total. Tebal abu berkisar 3 – 4 cm, menyebabkan tanaman pangan, holtikultura, dan tanaman perkebunan menjadi layu. Pengungsian dilakukan tetapi tidak terjadi korban jiwa dalam erupsi ini. Setelah 2 minggu sejak erupsi besar, terjadi penurunan aktivitas vulkanik G. Lewotobi sehingga status kegiatannya diturunkan menjadi Waspada (Level 2). Tanggal 4 November 2003 status kegiatannya diturunkan kembali menjadi Normal (Level 1). Karakter Erupsi Karakter erupsi G. Lewotobi dilihat dari sejarah erupsinya mengalami beberapa kali pergantian. Tahun 1932 terjadi pembentukkan kubah lava dan proses erupsi mengakibatkan munculnya awan panas guguran. Setelah erupsi tersebut karakter erupsi G. Lewotobi lebih bersifat erupsi magmatik yang menghasilkan aliran lava. Sejak tahun 1990 erupsi G. Lewotobi lebih bersifat eksplosif dan menghasilkan jatuhan piroklastik. Sehingga dapat disimpulkan karakter erupsi G. Lewotobi adalah : a. Erupsi eksplosif yang menghasilkan lontaran material pijar dan endapan abu b. Erupsi magmatis yang menghasilkan kubah lava, aliran lava, dan awan panas guguran. GEOLOGI Morfologi G. Lewotobi Laki-laki terletak berdampingan dengan G. Lewotobi Perempuan. Kedua gunungapi langsung berbatasan dengan laut di sebelah timur dan selatan. Morfologi G. Lewotobi Laki-laki runcing dan terjal. Sebuah kawah terdapat di puncaknya, dan dindingnya dibangun oleh lava. Kawah membuka ke timurlaut. Terdapat sebuah kawah yang kecil terletak di sebelah utara kawah utama ini, kemungkinan terbentuk karena erupsi freatik. Stratigrafi Dari data petrografi, umumnya batuan G. Lewotobi adalah andesit. Batuan lava muda yang tercatat dalam sejarah juga andesit, hanya sebagian kecil andesit basaltik. Ciri petrografi lava G. Lewotobi sangat mirip dengan lava gunungapi di Jawa. Dua tipe lava, theoleitic dan calc-alkaline dijumpai pada G. Lewotobi. Lava theoleitic yang terdiri dari andesit basaltik dan andesit banyak mengandung fenokris plagioklas dan piroksen. Sedangkan lava calc-alkaline yang terdiri dari basalt, andesit basaltik, andesit, dan dasit, semuanya adalah phyric dan banyak mengandung fenokris olivin dengan magnetit sebagai fase assesoris yang umum (Mawardi, 1990). Berdasarkan analisa foto udara hitam putih berskala 1 : 40.000, liputan tahun 1946, dengan jalur terbang berarah barat – timur, terlihat G. Lewotobi laki-laki lebih muda dan terbentuk pada lereng atas bagian baratlaut G. Lewotobi Perempuan. Evolusi kegiatan G. Lewotobi laki-laki terjadi sebanyak 4 fase kegiatan dan batuan yang dihasilkan sebanyak 18 satuan batuan dan lebih bersifat efusif. Struktur Geologi Struktur yang berkembang di daerah G. Lewotobi berupa sesar normal yang berarah timurlaut – baratdaya, kelurusan vulkanik berarah baratlaut – tenggara yang dimanifestasikan oleh adanya titik-titik erupsi di sepanjang arah kelurusan. Sesar normal ini mengaktifkan G. Lewotobi Laki-laki, sedangkan kelurusan vulkanik mengaktifkan kembali G. Lewotobi Perempuan dan Laki-Laki. Selain kedua struktur tersebut, struktur yang berkembang di G. Lewotobi yaitu struktur kawah. Pada G. Lewotobi Laki-laki terdapat satu kawah yang terbuka ke arah utara – timurlaut. GEOFISIKA Seismik Metoda seismik dilakukan dengan memasang stasiun seismik permanen dan temporer di sekitar puncak dan lereng. Tipe gempa yang terekam di G. Lewotobi Laki-laki adalah Gempa Vulkanik Dalam (VA), Gempa Vulkanik-Dangkal (VB), Gempa Tremor Hembusan, Gempa Erupsi, Gempa Tektonik Lokal (TL), dan Gempa Tektonik Jauh (TJ). Gempa-Gempa Vulkanik Dalam G. Lewotobi mempunyai S-P antara 0.2 – 4 detik dengan frekuensi dominan gempa vulkanik berkisar 2 – 4.5 Hz. DEFORMASI Pengukuran deformasi dilakukan dengan metoda GPS dengan menggunakan receiver GPS leica System 1200. Terdapat 8 titik benchmark yang diukur dan tersebar di lereng barat daya hingga timurlaut dan puncak. Stasiun POS digunakan sebagai titik reference yang koordinat awalnya didapatkan dari pemrosesan PPP (Precise Point Positioning). Vektor pergeseran Benchmark GPS pemantauan deformasi G. Lewotobi Laki-laki ( Mei 2007 terhadap Juli 2006 ) dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 122o 51’00” 08o 32’00” BT LS U 122o 42’00” 08o 36’00” BT LS Lokasi Benchmark dan stasiun seismik G. Lewotobi. Tanda panah merupakan vektor pergeseran BM G. Lewotobi Laki-laki. GEOKIMIA Kimia Batuan Penelitian telah dilakukan terhadap 4 sampel batuan dari 4 lokasi yang berbeda di sekitar G. Lewotobi Laki-laki, yang dinamai sebagai : LW-24 : Lava Erupsi 1933, Jenis Andesit LW-27 : Lava Erupsi 1933, Jenis Andesit LW-29 : Lava Erupsi 1914, Jenis Andesit LW-30 : Bom andesit summit, erupsi 1914 Data hasil analisis geokimia lava G. Lewotobi mempunyai kisaran SiO 2 antara 52- 63 %berat, namun tidak dijumpai lava yang kaya akan MgO. Rasio K 2O/Na2 umumnya kurang dari 1 bahkan di lava calc alkaline sekalipun. Kandungan TiO2 umumnya kurang dari 1,2 %berat, khas semua lava busur kepulauan. Lava Lewotobi semuanya jenuh silika. Berdasarkan kandungan SiO2 maka sifat dan karakteristik G. Lewotobi Laki-laki adalah batuannya berjenis intermediate rock (batuan menengah) dan berupa batuan andesit yang bersifat cukup asam dan terbentuk dari magma yang asam pula. Sifat magma yang asam mencerminkan viskositas (kekentalan) yang tinggi dan menyebabkan mudah terjadi penumpukan energi karena gas relatif sulit dilepaskan. Dengan demikian letusan G. Lewotobi Laki-laki akan bersifat eksplosif. Dari hubungan kandungan K2O dan SiO2, batuan G. Lewotobi Laki-laki termasuk dalam famili batuan Calk Alkaline. Dari kandungan MgO yang lebih kecil dari 10% memperlihatkan bahwa batuan gunungapi ini terbentuk dari magma sekunder. Adanya kandungan Ni dan Cr menunjukkan bahwa lava Lewotobi telah mengalami banyak fraksinasi dari magma induknya. Berdasarkan data petrografi, umumnya batuan G. Lewotobi laki-laki adalah andesit. Batuan lava muda yang tercatat dalam sejarah juga andesit, hanya sebagian kecil andesit basaltik. Ciri petrografi lava-lava G. Lewotobi (Laki-laki dan Perempuan) sangat mirip dengan lava gunungapi di Jawa. Dua tipe lava, tholeitic dan calc-alkaline, dijumpai pada gunuagapi Lewotobi ini. Hal ini mirip seperti pada G. Krakatau (Whitford, 1975) dan G. Guntur (Whitford, 1975; Purbawinata, 1990). Lava-lava tholeitic , yang terdiri dari andesit basaltik dan andesit , banyak mengandung fenokris plagioklas dan piroksen. Sedangkan lava calc alkaline, yang terdiri dari basalt, andesit basaltik, andesit, dan dasit, semuanya adalah “phyric” dan banyak mengandung fenokris olivin dengan magnetit sebagai fase assesori yang umum. MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Kegiatan G. Lewotobi Laki-Laki dipantau secara terus menerus baik secara visual maupun seismik dari Pos Pengamatan G. Lewotobi. Visual Pemantauan visual dilakukan setiap hari terhadap kondisi hembusan asap kawah dan gejala gunungapi lainnya. Seismik Kegempaan di G. Lewotobi selama ini dipantau dengan menggunakan seismograf VR-60 yang dioperasikan secara sistim radio telemetri (RTS) dan seismometer satu komponen vertikal jenis L4-C. Lokasi seismometer G. Lewotobi Laki-Laki terletak pada koordinat 8°32'36.7" LS dan 122°46'25.3" BT, pada ketinggian 1235 m dpl. KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI Jenis Potensi bahaya G. Lewotobi yang dapat mengancam manusia dan harta benda terdiri atas awan panas, aliran dan guguran lava, gas beracun, lontaran batu (pijar), dan jatuhan hujan abu serta lahar. Tingkat kerawanan bencana G. Lewotobi dibagi menjadi tiga tingkat secara berurutan dari tertinggi ke terendah adalah: Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II, dan Kawasan Rawan Bencana I. Peta Kawasan Rawan Bencana G. Lewotobi DAFTAR PUSTAKA Data Dasar Gunungapi Api Indonesia 1979, Berita Berkala Vulkanologi Edisi Khusus, Direktorat Vulkanologi. Estu Kriswati, E, 2006, Pengamatan Terpadu Gunungapi Lewotobi Laki-laki, Laporan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Gunawan, A., 1991. .Analis Kimia Unsur Utama Batuan Gunungapi Lewotobi Lakilaki Dikaitkan Dengan Aspek Vulkanologi, Skripsi. Kusumadinata, K. 1979. Data Dasar Gunungapi, Direktorat Vulkanologi, Bandung Kushendratno ST, dkk, 2007. Peringatan Dini Bahaya Gunungapi Lewotobi Perempuan, Laporan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Mawardi dan R. Sukhyar, R. 1990. penyelidikan Petrologi pendahuluan G. Lewotobi laki-laki dan Perempuan Laporan, Direktorat Vulkanologi. Mawardi dkk. 1991 Penyelidikan Petrokimia G. Lewotobi, Flores Timur, Direktorat Vulkanologi. Sukhyar R, 1990. Berita berkala Vulkanologi, Edisi khusus, G. Lewotobi laki-laki dan G. Lewotobi Perempuan. Situs resmi Kabupaten Flores Timur. 9