cadangan karbon pada lahan gambut di lokasi demplot

advertisement
38
1
BASELINE SURVEY: CADANGAN KARBON PADA
LAHAN GAMBUT DI LOKASI DEMPLOT PENELITIAN
ICCTF (RIAU, JAMBI, KALIMANATAN TENGAH DAN
KALIMANTAN SELATAN)
Ai Dariah, 2Erni Susanti, dan 1Fahmuddin Agus
1
Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar No. 12 Bogor 16114
Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Jl. Tentara Pelajar
No. 1 Bogor 16111
2
Abstrak. Sehubungan dengan pentingnya peran lahan gambut sebagai penyimpan
cadangan karbon dan sumber emisi CO2 , maka pengukuran dan monitoring cadangan
karbon pada lahan gambut menjad i sangat penting. Tujuan dari kegiatan in i adalah untuk
melakukan baseline survey cadangan karbon di atas dan bawah permukaan tanah (below
dan above ground C-stock) pada lahan gambut di empat lokasi demplot penelitian ICCTF,
hasil base line survey ini akan dijadikan sebagai tolok ukur penilaian dampak aplikasi
teknologi pengelolaan lahan terhadap konservasi karbon dan peningkatan sekuestrasi
karbon. Pengamatan dan pengambilan sample dilakukan bulan Januari 2011-Mei 2011, di
4 lokasi demp lot ICCTF, yang terletak di: Desa Lebak Ogong, Kec. Sei Kipang, Kab.
Palawan, Prov. Riau; Desa Arang-Arang, Kec. Ku mpek Ulu, Kab. Muaro Jamb i, Prov.
Jamb i; Desa Jabiren, Kec. Jabireun Raya, Kab. Pulang Pisau, Prov. Kalimantan Tengah ;
dan Desa Tegal Arum, Kec. Landasan Ulin Timur, Kodya Banjar Baru, Prov. Kalimantan
Selatan. Bentuk penggunaan lahan yang diamat i simpanan karbonnya adalah kebun sawit
di Provinsi Jamb i dan Riau, karet di Provinsi Kalimantan Tengah dan padi di Kalimantan
Selatan. Pengukuran cadangan karbon dilakukan pada skala p lot. Hasil monitoring
menuju kan cadangan gambut di bawah permu kaan pada demplot percobaan di Jamb i
berkisar antara 1.241-2.098 t ha-1 di Riau 2.257-4.219 t ha-1 , di Kalimanatan Tengah
3.335-4.407 t ha-1 dan di Kalimantan Selatan 183-1.142 t ha-1 . Karakteristik gambut
(Ketebalan, cadangan karbon, simpanan karbon dan kadar abu) baik dalam maupun antar
plot sangat bervariasi, terutama pada gambut dangkal seperti di Kalsel. Cadangan C
sebelum perlakuan pada tanaman kelapa sawit u mur 3 -5 tahun di plot ICCTF di Riau dan
Jamb i berkisar antara 4,5-5,6 ton C ha-1 , cadangan C untuk tanaman karet umur 3-5 tahun
di plot ICCTF Kalimantan Tengah berkisar antara 4,1-4,9 ton C ha-1 . Cadangan C
nekro mas sebelum perlakuan di lo kasi ICCTF di Jamb i 0,8-12,6 ton C ha-1 , Riau 1,3-24,7
ton C ha-1 , Kalteng 0,3-3,5 ton C ha-1 dan Kalsel 0,4-4,2 ton ha-1 . Monitoring perubahan
C stock sebagai dampak perbaikan pengelolaan lahan, sebaiknya dilaku kan minimal
dalam jangka waktu 3 tahun
Kata Kunci: Cadangan, karbon, gambut
PENDAHULUAN
Tanah gambut merupakan penyimpan karbon (C) yang sangat besar. Cadangan C dalam
setiap meter ketebalan tanah gambut berkisar antara 300–700 t ha-1 . Jika ketebalan gambut
8 m, maka cadangan C di dalam tanahnya berkisar antara 2400-5600 t ha-1 , sebagai
445
Ai Dariah et al.
pembanding cadangan C dalam tanah mineral maksimal hanya 80 t ha-1 . Cadangan karbon
pada tanah gambut tersebar mulai dari lapisan permukaan sampai lapisan dasar gambut
(substratum) (Agus dan Subiksa, 2008).
Cadangan karbon dalam tanah gambut bersifat labil, yakn i sangat mudah teremisi
jika terjad i gangguan terhadap kondisi alaminya. Oleh karena itu lahan gambut
diperkirakan merupakan salah satu sumber emisi terbesar di Indonesia (Hooijer et al. 2010
dan WWF, 2008), sehubungan dengan pesatnya perkembangan pemanfaatan gambut
untuk pertanian khususnya perkebunan.
Cadangan karbon dalam tanah gambut (below ground C-stock) bervariasi
tergantung proses pembentukan dan keadaan lingkungan. Page et al. (2002) menyatakan
rata-rata kandungan C pada tanah gambut sekitar 60 kg C m-3 atau ekivalen dengan 600 t
C ha-1 untuk setiap meter ketebalan gambut. Di daerah tropis cadangan C dalam tanah
gambut bervariasi antara 250 t ha-1 untuk gambut tipis (<0,5 m) sampai lebih dari 5000
ton ha-1 untuk gambut sangat dalam (>10 m). Untuk setiap satu meter kedalaman gambut
tersimpan sekitar 300-700 ton C ha-1 (Agus et al. 2009; Wahyunto et al. 2003, 2004).
Selain ketebalan gambut, tingkat kematangan gambut juga berpengaruh terhadap
cadangan karbon dalam suatu volume tertentu. Hasil penelitian Agus et al. (2010) di
Kalimantan Barat menunjukkan rata-rata kerapatan karbon (carbon density) gambut
dengan tingkat kematangan saprik >65 kg C m -3 , sedangkan rata-rata kerapatan karbon
gambut dengan tingkat kematangan fibrik rata-rata < 40 kg C m-3 .
Cadangan Karbon di lahan gambut juga tersimpan dalam b io masa tanaman (above
ground C-stock). Nilai cadangan karbon dalam bio masa tanaman sangat bervariasi,
tergantung pada keragaman dan kerapatan tanaman, kesuburan tanah, kondisi iklim,
ketinggian tempat dari permu kaan laut, lamanya lahan dimanfaatkan untuk penggunaan
tertentu, serta cara pengelolaannya (Hairiah dan Rahayu, 2007). Umur tanaman juga
sangat menentukan besarnya cadangan karbon dalam tanaman, oleh karena itu To mich et
al. (1998) menyarankan untuk menggunakan nilai rata-rata waktu (time average) untuk
membandingan cadangan karbon pada berbagai jenis penggunaan lahan. Pendekatan ini
memungkinkan perbandingan simpanan karbon dalam suatu s istem, mulai dari saat
pertumbuhan tanaman sampai panen. Metode ini sama dengan yang dianut dalam metode
perhitungan rata-rata cadangan karbon yang dikembangkan oleh IPCC dalam Special
Report on Landuse, Land-Use Change and Forestry (Watson et al. 2000).
Sehubungan dengan pentingnya peran lahan gambut sebagai penyimpan cadangan
karbon dan sumber emisi CO2 , pengukuran dan monitoring cadangan karbon pada lahan
gambut menjadi sangat penting. Data hasil mon itoring dapat digunakan sebagai tolok ukur
untuk mengetahui keberlanjutan suatu sistem pengelolaan lahan gambut. Selain itu data
hasil mon itoring dan perhitungan neraca karbon penting dalam menghadapi sistem baru
perdagangan karbon pasca Kyoto Protocol (tahun 2012), yang disebut dengan mekan isme
446
Cadangan karbon pada lahan gambut di lokasi demplot penelitian ICCTF
REDD (Reducing Emissions from Degradation and Deforestation/ Mengurangi Emisi dari
Deforestasi dan Degradasi Hutan) (Agus, 2009).
Tujuan penelitian in i adalah melakukan baseline survey cadangan karbon (below
dan above ground C-stock) di lahan gambut pada empat lokasi demp lot penelitian ICCTF
(Indonesia Climate Change Truns Fund) , sebagai tolok ukur penilaian dampak aplikasi
teknologi pengelolaan lahan terhadap keberlanjutan konservasi karbon dan peningkatan
sekuestrasi karbon.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Pengamatan dan pengambilan sample dilaku kan bulan Januari 2011-Mei 2011, di
lokasi demp lot ICCTF (Indonesia Climate Change Truns Fund), yang terletak d i:
 Desa Lebak Ogong, Kec. Sei Kipang, Kab. Palawan, Provinsi Riau
 Desa Arang-Arang, Kec. Ku mpek Ulu, Kab. Muaro Jamb i, Provinsi Jamb i
 Desa Jabiren, Kec. Jabireun Raya, Kab. Pu lang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah
 Desa Tegal Arum, Kec. Landasan Ulin Timu r, Kodya Banjar Baru, Provinsi
Kalimantan Selatan
Bentuk penggunaan lahan yang diamat i simpanan karbonnya adalah kebun sawit di
Provinsi Jambi dan Riau, karet di Provinsi Kalimantan Tengah, dan padi di Kalimantan
Selatan. Penamaan titik-t itik pengamatan disesuaikan nama “calon plot perlakuan” (PA,
PT, PK, PTK, PM, AS, K= Calon plot untuk perlakuan pugam A, pugam T, pupuk
Kandang, tandan kolong tanah mineral, abu sekam dan kontrol).
Metode Penelitian
Pengukuran cadangan karbon dilakukan pada skala plot. Dua keg iatan utama yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah (1) pengukuran cadangan karbon pada tanah gambut
(below ground organic pool) dan (2) pengukuran cadangan karbon dalam tanaman (above
ground organic pool).
Pengukuran karbon tersimpan pada tanah g ambut
Pengukuran cadangan karbon pada tanah gambut mengacu pada metode yang
dikemu kakan Agus (2009). Pengamatan morfologi tanah gambut (kedalaman dan sifat sifat tanah pada setiap kedalaman) dan pengambilan contoh tanah dilakukan dengan
menggunakan bor gambut, pada setiap calon plot perlakuan. Sifat-sifat tanah gambut yang
diamati d i lapangan adalah kedalaman gambut sampai lapisan sub -stratum, tingkat
447
Ai Dariah et al.
kematangan gambut, dan tipe substratum. Contoh tanah untuk analisis BD (bulk
density)/berat isi dan kadar C diambil pada setiap kedalaman yang homogen. BD gambut
ditentukan di laboratoriu m dengan menggunakan metode gravimetris. Sedangkan
pengukuran kandungan C dilakukan dengan metode pengabu an kering.
Cadangan C pada lahan gabut (below ground C stock ) dihitung berdasarkan
persamaan:
C stock tanah gambut = BD x C x L x H,
dimana: BD= Bulk density (ton m-3 )
C = % C-organik
L = luas lahan gambut (m2 )
H = ketebalan gambut (m)
Pengukuran cadangan karbon dalam tanaman (above ground C stock)
Teknik pengamatan dan pengukuran cadangan karbon dalam tanaman mengacu
pada Juknis yang dikemu kakan oleh Haeriah dan Rahayu (200 7) dengan beberapa
modifikasi. Uku ran plot pengamatan mengikuti uku ran calon plot perlakuan pada masingmasing demplot. Pendugaan berat kering biomas pada tanaman kelapa sawit selain
dilakukan dengan menggunakan persamaan allometri, sebagai pembanding dilakukan juga
dengan cara semi destruktif, yakni dengan menghitung jumlah daun pada tanaman kelapa
sawit yang ada dalam plot pengamatan, selanjutnya diambil sample daun kelapa sawit
sebanyak 10 daun pada setiap plot pengamatan untuk ditimbang beratnya.
Berat kering bio mas kelapa sawit diprediksi dengan menggunakan persamaan yang
dipublikasikan oleh ICRAF (2010), yaitu :
BK = (0.0976 x H) + 0,0706,
Dimana: BK=berat kering (kg/pohon)
H = Tinggi tanaman (m)
Sedangkan untuk tanaman karet diprediksi dengan menggunakan persamaan
allo metri, yaitu:
BK = 0,11ρ (g cm-3 )D (cm)2.62
Dimana:
448
BK=berat kering (kg/pohon),
H= t inggi pohon (cm),
D=d iameter pohon (cm), dan ρ=Berat jen is kayu (g cm-3 )
Cadangan karbon pada lahan gambut di lokasi demplot penelitian ICCTF
Pengukuran diameter karet dilaku kan pada setiap plot perlakuan, karena jarak
tanam relatif teratur maka pengukuran dilakukan pada jarak 10, 25, 50 dan 100 m pada 6
baris tanaman atau sekitar 24 pohon pada setiap plot, selanjutnya dihitung jarak tanam
untuk menghitung ju mlah tanaman karet per plot pengamatan atau per ha lahan.
Pengukuran biomasa tumbuhan bawah (semua tu mbuhan hidup berupa pohon
berdiameter <5 cm, herba, ru mput-ru mputan) dilakukan dengan metode destructive
(merusak bagian tanaman). Ko mponen lainnya yang diukur adalah nekro masa yang ada di
permu kaan tanah, nekromas a berkayu (pohon mati, tunggul tanaman, cabang dan ranting)
dan nekromasa tidak berkayu (seresah daun yang masih utuh/serasah kasar atau
terdekomposisi sebagian/serasah halus).
Penetapan cadangan karbon pada biomas dan nekromas a dilakukan dengan
menggunakan persamaan berikut:
Simpanan C = 0,46 * BK,
dimana:
0,46 merupakan rata-rata kandungan C dalam tanaman (Haeriah dan Rahayu, 2007),
BK adalah berat kering bio mas dan nekro mas (kg)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Cadangan Karbon di B awah Permukaan Tanah (Below Ground C - Stock)
Tabel 1 menyajikan kisaran cadangan C di areal demp lot penelitian. Kedalaman
gambut pada empat lokasi penelit ian sangat bervariasi, berkisar antara 36 -647 cm, di
beberapa lokasi kedalaman gambut dalam satu demplot variasinya juga sangat lebar,
kondisi ini penting untuk diketahui karena akan sangat menentukan pengaruh dari
perlakuan yang diberikan, baik terhadap emisi maupun parameter lainnya.
Tabel 1.
Kedalaman, kematangan dominan, kematangan di permu kaan dan cadangan C
tanah gambut pada areal demp lot empat lokasi demp lot ICCTF
Areal
demplot
Jamb i
Kalteng
Kalsel
Riau
Ketebalan
(cm)
155-316
500-698
36-338
550-647
Kematangan
dominant
Hemik
Hemik
Fibrik
Hemik
Kematangan di
permu kaan
Saprik
Saprik
Saprik
Saprik
Simpanan
C (t ha-1 )
1241-2098
3335-4407
183-1142
2257-4219
449
Ai Dariah et al.
Demplot J ambi
Gambar 1 menunjukan morfologi tanah gambut pada lokasi demplot di jamb i.
Tingkat kematangan gambut di permu kaan adalah saprik. Ketebalan lapisan permu kaan
berkisar antara 10-50 cm. Lapisan bawah permu kaan dido minasi gambut dengan
kematangan hemik.
Kedalaman gambut
(cm)
PA1
PA2
PT1
PT2
PK1
PK2
PTK1
PTK2
PM1
PM2
K1
K2
Calot plot Perlakuan
0
100
200
300
400
Hemik
Fibrik
Saprik
Gambar 1. Morfologi tanah gambut pada masing-masing calon plot perlakuan di lokasi
ICCTF Jamb i. Variasi ketebalan dan kematangan merupakan sifat awal
gambut setempat; bukan disebabkan pengaruh perlakuan
Data pada Tabel 2 menunjukkan variab ilitas ketebalan, cadangan C dan kadar abu
pada maupun antar calon plot perlakuan pada demplot d i Jamb i. Pada calon plot perlakuan
PA dan PT terdapat gambut dengan ketebalan <2 m sedangkan pada calon plot perlakuan
lainnya rata-rata ketebalan gambut >2 m namun demikian ketebalan tert inggi masih <3m
(2,87 m), terdapat pada calon plot perlakuan TM.
Simpanan C tertinggi pada demplot di lokasi Jambi mencapai 2098 t ha-1 yaitu
pada titik dengan ketebalan gambut tertinggi pula. Namun simpanan karbon terendah
tidak terdapat pada titik dengan ketebalan gambut terendah (calon plot PT), melainkan
pada calon plot pupuk kandang yaitu sebesar 1241 t ha-1 .
Kadar abu yang relatif t inggi u mu mnya terdapat pada lapisan yang berdekatan
dengan substratum. Pada lapisan di atasnya rata-rata kadar abu <3%. Kadar abu
merupakan prosentase bahan mineral yang terkandung dalam tanah gambut, faktor ini
sangat menentukan tingkat kesuburan gambut. Oleh karena itu tanah mineral, terutama
yang banyak mengandung kation polyvalen, merupakan bahan amelioran yang sangat baik
digunakan di lahan gambut. Kation polyvalen dapat berfungsi sebagai jembatan pengikat
senyawa organik mono mer yang dapat meracuni tanaman menjadi bentuk polymer yang
tidak dapat terserap tanaman. Senyawa organik dalam bentuk poly mer juga men jadi sulit
untuk terdekomposisi sehingga bisa berdampak terhadap pengurangan emisi gas rumah
kaca.
450
Cadangan karbon pada lahan gambut di lokasi demplot penelitian ICCTF
Tabel 2.
Kondisi awal ketebalan, C-stock, dan kadar abu pada masing-masing calon plot
perlakuan pada lokasi demplot di Jambi
Lokasi
Pengamatan*)
C stock (t ha-1)
Ketebalan (cm)
Kadar abu (%)
M in
M ax
M in
M ax
M in
M ax
Calon plot PK
210
213
1241
1885
1,8
14,6
Calon plot TM
250
287
1820
1896
2,9
19,8
Calon plot K
215
274
1375
2098
1,1
35,9
Calon plot PA
155
200
1258
1361
2,0
22,2
Calon plot PTK
245
246
1814
2089
1,8
15,1
Calon plot PT
150
192
1281
1668
1,9
12,2
*) Variasi ketebalan, C-stock dan kematangan merupakan sifat awal gambut setempat; bukan
disebabkan pengaruh perlakuan
Dampak dari pembuatan saluran drainase terhadap simpanan karbon u mu mnya
bisa dilihat dari perbedaan ketebalan dan kematangan gambut pada titik-tit ik dengan jarak
yang berbeda dari saluran drainase (semakin dekat saluran drainase umumnya ketebalan
gambut semakin t ipis), seperti yang ditunjukkan hasil penelit ian Agus et al. (2010) pada
lahan gambut di Kalimantan Barat, terutama jika saluran drainase telah berumur relat if
lama dan dibuat cukup dalam. Namun demikian hasil pengamatan di lokasi ICCTF Jamb i
menunjukkan jarak dari saluran belum/t idak berpengaruh nyata terhadap ketebalan
gambut (Gambar 2).
Jarak ke saluran drainase (m)
Kedalaman
gambut (cm)
10 m
0
100
200
300
25 m
50 m
100 m
Series4
Fibrik
Hemik
Gambar 2. Ketebalan gambut pada titik-t itik pengamatan dengan berbagai jarak dari
saluran drainase di lokasi penelit ian ICCTF Jambi
Demplot Riau
Gambar 3 menunjukan morfo logi gambut pada lokasi demp lot di Provinsi Riau.
Kematangan gambut yang dominan adalah hemik, sedangkan tingkat kematangan gambut
di permu kaan adalah saprik. Ketebalan gambut saprik di permukaan sangat bervariasi, ada
yang mencapai >100 cm, namun di beberapa titik lapisan ini hanya mencapai ketebalan
451
Ai Dariah et al.
<20 cm. Bahan gambut dengan tingkat kematangan fibrik ditemu i pada lapisan bawah
pada beberapa titik pengeboran.
Gambut di lokasi ini tergolong gambut sangat dalam, dengan rata -rata kedalaman
>5 m. Ketebalan gambut terendah ditemui pada calon plot PT yaitu 5,25 m, sedangkan
ketebalan gambut tertinggi ditemu i pada calon plot kontrol (K) yaitu 6,97 m. Cadangan
karbon berkisar antara 2257-4219 t ha-1 (Tabel 3). Kadar abu di lapisan atas relatif rendah
(rata-rata <2%). Kadar abu men ingkat sampai >30% pada lapisan gambut yang dekat
dengan lapisan substratum.
Kedalaman gambut (cm)
Pelakuan
Fibrik
0
100
200
300
400
500
600
700
Hemik
Saprik
Gambar 3. Morfologi gambut pada masing-masing calon plot perlakuan di lokasi ICCTF
di Riau. Variasi ketebalan dan kematangan merupakan sifat awal gambut
setempat; bukan disebabkan pengaruh perlakuan
Tabel 3.
Kondisi awal ketebalan, C-stock, dan kadar abu pada masing-masing plot
sebelum perlakuan pada lokasi demp lot di Riau
Ketebalan (cm)
C stock (t ha-1)
Kadar abu (%)
Lokasi Pengamatan*)
M in
M ax
M in
M ax
M in
M ax
Calon plot PK
550
600
2946
3382
1,3
23,3
Calon plot PM
567
600
3334
3871
1,6
14,8
Calon plot K
550
697
3281
4219
1,5
9,2
Calon plot PA
600
600
3560
3800
1,9
12,7
Calon plot PTK
540
645
2932
3769
2,0
31,4
Calon plot PT
525
580
2257
3321
1,7
11,2
*) Variasi ketebalan, C-stock dan kematangan merupakan sifat awal gambut setempat; bukan
disebabkan pengaruh perlakuan
452
Cadangan karbon pada lahan gambut di lokasi demplot penelitian ICCTF
Demplot Kali mantan Tengah
Gambut di lokasi demplot di Kalimantan Tengah juga tergolong gambut dalam
(rata-rata kedalaman gambut 5-7 m). Kematangan dominan adalah hemik dan fibrik,
sedangkan kematangan gambut di permukaan adalah saprik dengan ketebalan yang relatif
tipis. Variabilitas ketebalan gambut antar calon plot perlakuan relatif rendah, hanya calon
plot PM yang rata-rata kedalaman gambutnya sekitar 5 m, sedangkan rata-rata kedalaman
gambut pada petak perlakuan lainnya rata-rata 6-7 m (Gambar 4).
Gambar 4. Ketebalan dan tingkat kematangan gambut pada beberapa titik pengamatan di
lokasi demp lot Kalimantan Tengah
Variabilitas ketebalan, simpanan C, dan kadar abu antar plot maupun di dalam plot
ditunjukan Tabel 4. Rata-rata simpanan C pada areal gambut di lo kasi in i >3500 t ha-1
(2722-4288 t ha-1 ). Kadar abu di beberapa lapisan terutama yang mendekati lapisan
substratum ada yang mencapai >56,9%. Pada gambut yang sangat dalam, keberadaan
bahan mineral di lap isan bawah kurang berkontribusi terhadap kesuburan tanah, karena
keterbatasan jangkauan perakaran tanaman. Demikian pula halnya terhadap emisi, karena
proses emisi terjad i pada lap ian permukaan.
Tabel 4.
Kondisi awal ketebalan, C-stock, dan kadar abu pada masing-masing plot pada
lokasi demp lot di Kalimantan Tengah.
Ketebalan (cm)
C stock (t ha-1)
Kadar abu (%)
Lokasi
pengamatan*)
M in
M ax
M in
M ax
M in
M ax
Calon plot PK
596
599
3749
4165
2,0
46,1
Calon plot PM
612
690
2722
4138
1,4
48,5
Calon plot K
649
698
3651
4288
1,1
40,3
Calon plot PA
570
613
3750
4165
2,1
56,9
Camon plot PM
500
500
3481
3824
2,4
47,2
Calon plot PT
570
600
3335
3956
1,7
50,6
*) Variasi ketebalan, C-stock dan kematangan merupakan sifat awal gambut setempat; bukan
disebabkan pengaruh perlakuan
453
Ai Dariah et al.
Demplot Kali mantan Selatan
Gambut di lokasi demplot ICCTF Kalimantan Selatan tergolong gambut sangat
tipis sampai tipis, yang paling tipis ketebalannya hanya mencapai 38 cm, dan sudah dapat
digolongkan sebagai peaty mineral (tanah mineral yang mengandung gambut).
Karakteristik dari peaty mineral sangat berbeda dibanding gambut, bukan hanya dalam hal
simpanan karbonnya, namun juga untuk sifat-sifat lainnya misalnya tingkat kesuburannya.
Ketebalan gambut tertinggi yang ditemui di lokasi ini hanya mencapai 160 cm (Gambar
5).
Perlakuan
Kedalaman
gambut (cm)
AS1
AS4
PT1
PT4
PA4
PA6
PKA1
PKA4
TM2
TM3
PK2
PK4
Fibrik
Hemik
0
100
200
Saprik
Gambar 5. Ketebalan dan tingkat kematangan gambut pada beberapa titik pengamatan di
lokasi demp lot penelitian d i Kalimantan Selatan. Variasi ketebalan dan
kematangan merupakan sifat awal gambut setempat; bukan disebabkan
pengaruh perlakuan
Variabilitas ketebalan gambut yang relatif tinggi terjadi dalam plot yang sama.
Misalnya untuk calon plot abu sekam (AS), dari 6 tit ik pengeboran yang dilakukan,
ditemu kan kedalaman terendah 38 cm sedangkan ketebalan tertinggi mencapai mencapai
ketebalam hamp ir 140 cm. Variab ilitas kedalaman gambut antar plot perlakuan dan dalam
plot penelitian di sajikan pada Gambar 6.
Kedalaman Gambut Pada Masing-Masing Plot Perlakuan
350
Kedalaman Gambut (cm)
300
250
200
150
100
50
0
As
PT
PKA
PA
TM
PK
Gambar 6. Variasi ketebalan gambut antar dan di dalam calon plot penelitian ICCTF
Kalimantan Selatan. Variasi ini merupakan keadaan awal ketebalan gambut
sebelum diberi perlakuan
454
Cadangan karbon pada lahan gambut di lokasi demplot penelitian ICCTF
Pada umu mnya peningkatan kadar abu yang signifikan umu mnya terjadi pada
lapisan yang mendekati substratum, namun di lokasi ini peningkatan kadar abu terjadi
pada lapisan tengah (Gambar 7). Faktor ini akan sangat berpengaruh, baik terhadap
kesuburan gambut maupun tingkat emisi yang terjad i.
Gambar 7. Keadaan awal distribusi kadar abu pada masing-masing plot pecobaan.
Variasi distribusi kadar abu merupakan sifat awal gambut setempat; bukan
disebabkan pengaruh perlakuan
Cadangan Karbon di atas Permukaan Tanah (above ground C-stock) Dempl ot J ambi
Ko mponen dari cadangan karbon di atas permukaan tanah di lokasi penelitian ini
adalah: tanaman utama kelapa sawit umur 3-5 tahun dengan tumbuhan bawah yang relatif
sudah bersih. Keadaan nekro mas berkayu cukup banyak yaitu berupa sisa-sisa pohon
(batang dan akar) yang terangkat ke atas permukaan. Tabel 5 menunjukkan hasil
pengukuran cadangan karbon di atas permukaan pada demp lot ICCTF d i Jamb i.
455
Ai Dariah et al.
Tabel 5.
Cadangan C (ton C ha-1 ) dalam tanaman kelapa sawit u mur 3-5 tahun
berdasarkan persamaan allo met ri dan berat pelepah ditambah dengan nekro mas
pada pada Demplot ICCTF Jamb i
Biomas1)
Lokasi
Pengamatan*
Calon plot
Calon plot
Calon Plot
Calon Plot
Calon Plot
Calon Plot
PA
PT
PK
PTK
PM
K
Total
Allometri
Berat
pelepah+daun
4,75
4,58
4,48
4,86
5,14
5,60
1,68
1,21
0,59
0,54
0,51
1,05
Nekromas
3,65
5,33
0,78
12,63
3,90
-
Biomas
Allometri+
Nekromas
8,40
9,91
5,26
17,49
9,04
5,60
Biomas berat
pelepah+daun+
nekromas
5,33
6,54
1,37
3,17
9,55
6,65
*variasi cadangan karbon bukan pengaruh dari perlakuan
1)
Dengan menggunakan persamaan allometri BK = (0,0976 x H) + 0,0706 (ICRAF, 2010)
Riau
Ko mponen cadangan karbon di atas permu kaan tanah pada demplot ICCTF d i Riau
adalah adalah: tanaman utama kelapa sawit u mur 3-5 tahun dengan tumbuhan bawah yang
relatif sudah bersih yang ditanami dengan tanaman sela jagung . Keadaan nekro mas
berkayu cukup banyak yaitu berupa sisa-sisa pohon (batang dan akar) yang terangkat ke
atas permukaan. Tabel 6 menunjukkan hasil pengukuran simpanan karbon di atas
permu kaan tanah di lokasi ICCTF Riau. Karena tinggi tanaman sangat kecil dan tidak
terukur, maka simpanan karbon tanaman diperkirakan sama dengan di Jambi karena umur
tanamannya sama.
Tabel 6. Cadangan karbon di atas permu kaan (ton C ha-1 ) di Plot ICCTF Riau
Calon Plot*)
Calon Plot PA
Calon Plot PT
Calon Plot PK
Calon Plot PTK
Calon Plot PM
Calon Plot K
Kelapa sawit (3-5 tahun)
4,75
4,58
4,48
4,86
5,14
5,60
Nekromas
24,7
2,8
11,0
15,4
1,3
10,4
Total
29,45
7,38
15,48
20,26
6,44
16
*variasi cadangan karbon bukan pengaruh dari perlakuan
Kali mantan Tengah
Kondisi cadangan karbon di atas permukaan tanah adalah : tanaman utama karet
umur 5-6 tahun, dengan tumbuhan bawah tanaman padi gogo berumur 1 bulan . Keadaan
nekro mas berkayu cukup banyak yaitu berupa sisa-sisa pohon .
456
Cadangan karbon pada lahan gambut di lokasi demplot penelitian ICCTF
Pengukuran cadangan karbon di atas permukaan tanah di Kalimantan Tengah
dilakukan dengan mengukur biomas tanaman utama dan nekromas berkayu, tumbuhan
bawah tidak diukur karena akan merusak tanaman dan sumbangan cadangan karbonnya
sangat kecil. Tabel 7 menyajikan hasil pengukuran cadangan karbon di atas permu kaan
tanah pada demplot di lo kasi ICCTF Kalimantan Tengah,
Tabel 7.
Cadangan karbon di atas permu kaan tanah (ton C ha-1 ) di Plot ICCTF
Kalimantan Tengah
Lokasi pengamatan)
Karet (3-5 tahun)
Nekromas
Total
Calon Plot PA
Calon Plot PT
Calon Plot PK
Calon Plot PM
Calon Plot K
4,69
4,10
4,64
4,87
4,36
1,50
0,95
1,02
0,33
3,50
6,19
5,05
5,66
5,20
7,86
*variasi cadangan karbon bukan pengaruh dari perlakuan
Kali mantan Selatan
Kondisi cadangan karbon di atas permukaan tanah adalah : tanaman utama padi
berumur 1 bulan dengan keadaan nekro mas berkayu cukup banyak yaitu berupa sisa-sisa
pohon yang masih berserakan di atas permu kaan tanah.
Pengukuran cadangan karbon di atas permu kaan tanah di Kalimantan Selatan
dilakukan dengan mengukur nekro masa berkayu. Tanaman utama yang sedang
diusahakan tidak diukur karena akan merusak tanaman padi, disamping itu su mbangan
cadangan karbonnya juga sangat kecil, yaitu setara dengan Imperata cylindrica, sekitar 5
ton C ha-1 . Tabel 7 menunjukkan hasil pengamatan dan perhitungan cadangan karbon di
atas permukaan tanah di lo kasi ICCTF Kalimantan Tengah,
Tabel 7.
Cadangan karbon di atas permu kaan tanah (ton C ha-1 ) di Plot ICCTF
Kalimantan Selatan
Lokasi pengamatan*
Calon Plot PA
Calon Plot PT
Calon Plot PK
Calon Plot PM
Calon Plot AS
Calon Plot K
Cadangan karbon di atas permukaan tanah (ton C ha-1)
4,2
1,0
0,4
4,6
0,9
3,1
*variasi cadangan karbon bukan pengaruh dari perlakuan
457
Ai Dariah et al.
Cadangan Karbon (ton C/ha)
Keragaman nekro mas di setiap plot perlakuan di empat lo kasi sangat tinggi
sehingga kandungan karbonnya juga menjadi sangat bervariasi (Gambar 8). Variabilitas
nekro mas tertinggi ditemu i pada demplot di Jambi. Keberadaan nekro mas tergantung pada
kesempatan petani untuk membersihkan dan memanfaatkannya . Umu mnya nekro mas
berkayu tersebut akan digunakan untuk dijadikan kayu bakar, sehingga tidak dapat
dimonitor keberadaannya.
30
25
20
15
10
5
0
Pugam A Pugam T
Pupuk
kandang
Riau
Tandan
Kosong
Jambi
Kalsel
Tanah
Mineral
kontrol
Abu
Sekam
Kalteng
Gambar 8. Keadaan awal cadangan karbon dalam nekro mas berkayu pada berbagai calon
plot perlakuan Jamb i (24-29 Januari 2011), Kalteng (1-4 Pebruari 2011),
Kalsel (7-9 Maret 2011), dan Riau (21-24 Maret 2011).
KESIMPULAN
Cadangan karbon di dalam tanah gambut (below ground C-stock ) pada demplot
percobaan ICCTF d i Jamb i berkisar antara 1.241-2.098 t ha-1 , di Riau 2.257-4.219 t ha-1 ,
di Kalimanatan Tengah 3.335-4.407 t ha-1 , dan di Kalimantan Selatan 183-1.142 t ha-1 .
Karakteristik gambut (ketebalan, cadangan karbon, dan kadar abu) baik di dalam maupun
antar plot sangat bervariasi, terutama pada gambut dangkal seperti di Kalsel . Oleh karena
itu perlu dikaji kemungkinan pengaruh perbedaan kondisi awal tanah menja di lebih
dominan dibanding perlakuan. Maka dalam menganalisis respon tanaman dan fluks CO 2 ,
sebaiknya digunakan analisis covariate atau multiple linear regression.
Cadangan C dalam tanaman (above ground C-stock ) sebelum perlakuan pada
tanaman kelapa sawit u mur 3-5 tahun pada demplot ICCTF di Riau dan Jambi berkisar
antara 4,5-5,6 ton C ha-1 . Cadangan C untuk tanaman karet u mur 3-5 tahun pada demplot
ICCTF Kalimantan Tengah berkisar antara 4,1-4,9 ton C ha-1 . Cadangan C dalam
nekro mas sebelum perlakuan di lo kasi ICCTF di Jamb i 0,8-12,6 ton C ha-1 , Riau 1,3-24,7
ton C ha-1 , Kalteng 0,3-3,5 ton C ha-1 , dan Kalsel 0,4-4,2 ton ha-1 . Di beberapa lokasi
kontribusi nekro mas terhadap total above ground C-stock relatif nyata.
458
Cadangan karbon pada lahan gambut di lokasi demplot penelitian ICCTF
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F., dan I G.M . Subiksa, 2008, Lahan Gambut: Potensi untuk pertanian dan aspek
lingkungan, Balai Penelit ian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAFT)
Bogor, Indonesia.
Agus, F. 2009, Panduan metode pengukuran karbon tersimpan di lahan gambut, Balai
Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (un-publish).
Agus, F., Wahyunto, A. Dariah, P. Setyanto, I G.M. Subiksa, E. Runtunuwu, E. Susanti,
W. Supriatna, 2010, Carbon budget and management strategies for conserving
carbon in peatland: Case study in Kubu Raya and Pontianak Districts, West
Kalimantan, Indonesia, Pp, 217-233 Dalam Proceedings, International Workshop
on Evaluation and Sustainable Management of Soil Carbon Sequestration in Asian
Countries, Bogor.
Hooijer, A., S. Page, J. G. Canadell, M. Silvius, J. Kwad ijk, H. Wosten, and J. Jauhiainen,
2010, Current and future CO2 emissions from drained peatlands in Southeast Asia,
Biogeosciences, 7, 1505–1514, 2010, http://www.biogeosciences.net/7/1505/ 2010/
doi:10,5194/bg-7-1505-2010.
Hairiah, K., dan S. Rahayu, 2007, Pengukuran Karbon Tersimpan Di Berbagai Macam
Penggunaan Lahan, Worl Agroforestry Centre -ICRAF, South East Asia, Bogor.
ICRAF, 2010. Carbon Footprint of Indonesian Palm Oil Production: a Pilot Study
(leaflet).
Page, S.E., F. Siegert, J.O., Rieley, HDV. Boehm, A. Jaya and S.H. Limin, 2002, The
amount of carbon released from peat and forest fires in Indonesia during 1997,
Nature 420: 61-65.
Tomich TP, Fagi A.M ., de Foresta H., et al, 1998, Indonesia's fire : s moke as a problem,
smoke as a sympto m, Agro forestry Today January - March : 4–7.
WWF. 2008, Deforestation, forest degradation, biodiversity loss and CO 2 emision in Riau,
Sumatera, Indonesia: one Indonesian propinve’s forest and peat soil carbon loss
over a quarter century and it’s plans for the future, WWF Indonesia Tecnical
Report, www.wwf.or.id.
Wahyunto, Ritung, S., and Subagjo, H., 2003, Map of Peatland Distribution Area and
Carbon Content in Su matera 1990–2002, Wetlands International - Indonesia
Programme & W ild life Habitat Canada.
Wahyunto, Sofyan R., Suparto dan Subagyo H., 2004, Sebaran dan kandungan karbon
lahan gambut di Su matera dan Kalimantan, Wetland International Indonesia
Program.
Watson, R.T., Noble, I.R., Bolin, B., Rav indranath, N.H., Verardo, D.J., and Do ken, D.J.
(eds.), 2000, Landuse, Land-Use Change and Forestry, Intergovernmental Panel on
Climate Change, Cambridge Un iversity Press, Cambridge, UK.
459
Ai Dariah et al.
460
Download