Modul Gangguan-Gangguan Psikologis

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Gangguan
gangguan
Psikologi
GG. Kepribadian
Fakultas
Program Studi
PSIKOLOGI
S1 Psikologi
Tatap Muka
10
Kode MK
Disusun Oleh
Putri R. Wulandari
Abstract
Kompetensi
Berisikan hal-hal yang berkaitan
dengan gangguan kepribadian, seperti
definisi, kriteria, dan penanganan
Mahasiswa mengetahui dan memahami
hal-hal yang berkaitan dengan
gangguan kepribadian, seperti definisi,
kriteria, dan penanganan
Pendahuluan
Gangguan kepribadian merupakan suatu gangguan berat pada karakter dan kecenderungan
perilaku pada individu. Gangguan tersebut melibatkan beberapa bidang kepribadian dan
berhubungan dengan kekacauan pribadi dan sosial. Gangguan itu dapat disebabkan oleh faktor
hereditas dan pengalaman hidup pada awal masa kanak-kanak.
Diagnosa terjadinya gangguan kepribadian pada seseorang yang di dasarkan pada bentuk
perilaku, mood, sosial interaksi, impulsif, dapat menjadi suatu hal yang kontroversial dan merugikan
individu bersangkutan, kebanyakan orang awam memberikan sebutan label atau pelbagai stigma
tertentu pada mereka. Akibatnya, individu tersebut semakin enggan untuk berobat dan melakukan
isolasi diri.
Kemunculan gangguan kepribadian berawal kemunculan distres, yang dilanjutkan pada
penekanan perasaan-perasaan tersebut dan berperilaku tertentu seperti orang mengalami distres
pada umumnya. Rendahnya fungsi interaksi sosial di lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kerja
ikut memperburuk kondisi dan suasana emosi dengan cara mendramatisir, menyimpan erat,
mengulang atau mengingat kembali suasana hati (obsesif), dan antisosial. Beberapa perilaku
tersebut mengganggu individu dan aktivitas sehari-harinya, secara umum individu yang mengalami
gangguan kepribadian kesulitan untuk mempertahankan atau menlanjuti hubungan dengan orang
lain.
Hal ini disebabkan oleh permasalahan interpersonal yang kronis, atau kesulitan dalam
mengenal perasaan-perasaan (emosi) sendiri yang muncul dalam dirinya. Penderita gangguan
kepribadian mempunyai karakteristik perilaku yang kaku sulit menyesuaikan diri sehingga orang lain
seperti bersikap impulsif, lekas marah, banyak permintaan, ketakutan, permusuhan, manipulatif,
atau bahkan bertindak kasar. Problem ketergantungan pada alkohol, gangguan mood, kecemasan
dan gangguan makan, melakukan hal-hal yang berbahaya terhadap diri sendiri, keinginan bunuh diri,
gangguan seksual sering menjadi bagian dari permasalahan gangguan kepribadian.
2015
2
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Karakteristik umum orang yang mengalami gangguan kepribadian :
Individu dengan gangguan kepribadian sarat dengan berbagai pengalaman konflik dan
ketidakstabilan dalam beberapa aspek dalam kehidupan mereka. Gejala secara umum gangguan
kepribadian berdasarkan kriteria dalam setiap kategori yang ada. Secara umum gangguan ini
klasifikasikan berdasarkan :

Pengalaman dan perilaku individu yang menyimpang dari social expectation. Penyimpangan
pola tersebut pada satu atau lebih:

cara berpikir (kognisi) termasuk perubahan persepsi dan interpretasi terhadap dirinya, orang
lain dan waktu

afeksi (respon emosional terhadap terhadap diri sendiri, labil, intensitas dan cakupan)

fungsi-fungsi interpersonal

dan kontrol terhadap impuls

Gangguan-gangguan tersebut bersifat menetap dalam diri pribadi individu dan berpengaruh
pada situasi sosial.

Gangguan kepribadian yang terbentuk berhubungan erat dengan pembentukan distress atau
memburuknya hubungan sosial, permasalahan kerja atau fungsi-fungsi sosial penting lainnya.

Pola gangguan bersifat stabil dengan durasi lama dan gangguan tersebut dapat muncul dan
memuncak menjelang memasuki dewasa dan tidak terbatas pada episode penyakit jiwa

Gangguan pola kepribadian tidak disebabkan oleh efek-efek psikologis yang muncul yang
disebabkan oleh kondisi medis seperti luka di kepala.
Definisi
Kaplan dan Saddock mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas sifat emosional dan
perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang biasanya,
kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan. Sedangkan menurut Koswara (1991) dalam
pengertian sehari-hari kepribadian adalah bagaimana individu menampilkan dan menimbulkan
kesan bagi individu lain. Menurut Maramis (1999) kepribadian adalah keseluruhan pola pikiran,
perasaan, dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus
menerus terhadap hidupnya.
Gangguan kepribadian menurut Rusdi Malim (1998) yang merujuk pada PPGDJ-III (Pedoman
Penggolongan diagnose Gangguan Jiwa III) adalah paranoid, schizoid, emosional tak stabil tipe
2015
3
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
implusif dan ambang, historic, anankastik, cemas (menghindar), dependen, khas lainnya yang tidak
tergolongkan.
Gangguan Kepribadian adalah istilah umum untuk suatu jenis penyakit mental di mana cara
berpikir, memahami situasi, dan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi. Sedangkan
gangguan kepribadian menurut Kaplan dan Saddock adalah suatu varian dari sifat karakter tersebut
yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang. Hanya jika sifat kepribadian tidak
fleksibel dan maladaptif dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau
penderitaan subyektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian.
Orang yang mengalami gg. kepribadian biasanya memiliki tingkah laku yang kompleks dan
berbeda-beda berupa :

Ketergantungan yang berlebihan

Ketakutan yang berlebihan dan intimitas

Kesedihan yang mendalam

Tingkah laku yang eksploitatif

Kemarahan yang tidak dapat dikontrol

Kalau masalah mereka tidak ditangani, kehidupan mereka akan dipenuhi ketidakpuasan
Penyebab
Faktor genetika
Salah satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000 pasangan kembar di
Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian
adalah beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu penelitian,
tentang penilaian multiple kepribadian dan temperamen, minat okupasional dan waktu luang, dan
sikap social, kembar monozigotikyang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama dengan kembar
monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.
Faktor tempramental
2015
4
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin berhubungan dengan
gangguan kepribadian pada masa dewasa. Contohnya, anak-anak yang secara temperamental
ketakutan mungkin mengalami kepribadian menghindar.

Faktor biologis
Hormon. Orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga menunukkan peningkatan kadar
testosterone, 17-estradiol dan estrone.
Neurotransmitter. Penilaian sifat kepribadian dan system dopaminergik dan serotonergik,
menyatakaan suatu fungsi mengaktivasi kesadarandari neurotransmitter tersebut. Meningkatkan
kadaar serotonin dengan obat seretonergik tertentu seperti fluoxetine dapat menghasilkan
perubahan dramatik pada beberapa karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan depresi,
impulsivitas.
Elektrofisiologi. Perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram telah ditemukaan pada
beberaapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering pada tipe antisocial dan ambang,

dimana ditemukan aktivitas gelombang lambat.
Faktor psikoanalitik
Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan fiksasi pada salah satu
stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada stadium anal, yaitu anakyang berlebihan atau
kurang pada pemuasan anal dapat menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan sangat teliti.
Gg. Kepribadian menurut DS IV-TR
Kelompok A (odd/eccentric cluster)
Terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, schizoid, dan schizotypal. Individu dalam kelompok ini
menampilkan perilaku yang aneh dan eksentrik.
Kelompok B (dramatic/erratic cluster)
Terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, borderline, histrionic, dan narcissistic. Individu dalam
kelompok ini menampilkan perilaku yang dramatik atau berlebih-lebihan, emosional dan eratik
(tidak menentu atau aneh).
2015
5
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kelompok C (anxious/fearful cluster)
Terdiri dari gangguan kepribadian avoidant, dependent, dan obsessive- compulsive. Individu dalam
kelompok ini menampilkan perilaku cemas dan ketakutan.
A. KELOMPOK A (ODD/ECCENTRIC CLUSTER)
Paranoid Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Paranoid)
Individu yang mengalami gangguan kepribadian paranoid biasanya ditandai dengan adanya
kecurigaan dan ketidakpercayaan yang kuat terhadap orang lain. Mereka juga diliputi keraguan yang
tidak beralasan terhadap kesetiaan orang lain atau bahwa orang lain tersebut dapat dipercaya.
Orang-orang yang mengalami gangguan ini merasa dirinya diperlakukan secara salah dan
dieksploitasi oleh orang lain sehingga berperilaku selalu waspada terhadap orang lain.
Mereka sering kali kasar dan mudah marah terhadap apa yang mereka anggap sebagai penghinaan.
Individu semacam ini enggan mempercayai orang lain dan cenderung menyalahkan mereka serta
menyimpan dendam meskipun bila ia sendiri juga salah. Mereka sangat pencemburu dan tanpa
alasan dapat mempertanyakan kesetiaan pasangannya.
Individu dengan gangguan ini tidak mampu terlibat secara emosional dan menjaga jarak dengan
orang lain, mereka tidak hangat. Gangguan kepribadian paranoid paling banyak terjadi pada kaum
laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Gangguan ini banyak dialami bersamaan dengan
gangguan kepribadian schizotipal, borderline, dan avoidant. Prevalensi pada gangguan ini adalah
berkisar 2 persen dari populasi pada umumnya.
Gangguan paranoid memiliki perbedaan diagnosis dengan skizofrenia, karena pada gangguan
paranoid tidak muncul simtom halusinasi dan delusi. Perbedaannya dengan gangguan borderline
adalah gangguan paranoid lebih sulit untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Sedangkan
perbedaannya dengan gangguan antisosial adalah paranoid tidak memiliki sejarah antisosial.
Perbedaannya dengan schizoid adalah gangguan ini tidak memiliki ide-ide paranoid atau tidak
memiliki kecurigaan.
Schizoid Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Skizoid)
Individu yang mengalami gangguan ini tidak menginginkan atau menikmati hubungan sosial dan
biasanya tidak memiliki teman akrab. Mereka tampak tumpul, datar, dan menyendiri serta tidak
memiliki perasaan yang hangat dan tulus terhadap orang lain. Mereka jarang memiliki emosi kuat,
tidak tertarik pada hubungan seks, serta bersikap masa bodoh terhadap pujian, kritik, dan perasaan
orang lain. Individu yang mengalami gangguan ini adalah seorang penyendiri dan menyukai kegiatan
yang dilakukan sendirian.
Individu dengan gangguan kepribadian skizoid menampilkan perilaku menarik diri, mereka merasa
tidak nyaman bila berinteraksi dengan orang lain, cenderung introvert. Mereka terlihat sebagai
individu yang eksentrik, terkucil, dingin, dan penyendiri. Dalam kesehariannya, individu lebih
menyenangi kegiatan yang tidak melibatkan orang lain dan berhasil pada bidang-bidang yang tidak
melibatkan orang lain. Prevalensi gangguan skizoid diperkirakan 7,5 persen dari populasi.
Perbandingan antara laki-laki dan perempuan diperkirakan 2 : 1 untuk laki-laki.
2015
6
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Schizotypal Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Skizotipal)
Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal biasanya memiliki kepercayaan yang aneh. Mereka
memiliki pemikiran yang ajaib/aneh (magical), ide-ide yang ganjil, ilusi, dan derealisasi yang mereka
tampilkan dalam kehidupan sehari-hari. Individu dengan gangguan ini memiliki masalah dalam
berpikir dan berkomunikasi. Dalam pembicaraan, mereka dapat menggunakan kata-kata dengan
cara yang tidak umum dan tidak jelas sehingga hanya diri mereka saja yang mengerti artinya.
Dari perilaku dan penampilan, mereka juga tampak eksentrik. Sebagai contoh, mereka berbicara
kapada diri sendiri dan memakai pakaian yang kotor serta kusut. Ciri yang umum terjadi adalah ideas
of reference (keyakinan bahwa berbagai kejadian memiliki makna khusus dan tidak biasa bagi orang
yang bersangkutan), kecurigaan, dan pikiran paranoid. Mereka pun memiliki kemampuan yang
rendah dalam berinteraksi dengan orang lain dan kadang kala bertingkah laku aneh sehingga
akhirnya mereka sering kali terkucil dan tidak memiliki banyak teman.
Prevelensi gangguan ini diperkirakan kurang dari 1 persen. Gangguan kepribadian skizotipal lebih
banyak muncul pada keluarga yang memiliki penderita skizofrenia. Gangguan kepribadian skizotipal
adalah titik awal dari skizofrenia. Walaupun sama-sama muncul simtom halusinasi, namun
perbedaan gangguan ini dengan gangguan skizofrenia adalah halusinasi pada skizotipal biasanya
berlangsung dalam waktu singkat.
Etiologi Kelompok A
Berbagai studi tentang keluarga memberikan beberapa bukti bahwa gangguan kepribadian
kelompok A berhubungan dengan skizofrenia. Pada gangguan skizotipal, pasien mengalami
kelemahan kognitif dan kurangnya fungsi neuropsikologis yang sama dengan terjadinya skizofrenia.
Selain itu, pasien dengan gangguan kepribadian skizotipal memiliki rongga otak yang lebih besar dan
lebih sedikit bagian abu-abu di lobus temporalis.
B. KELOMPOK B (DRAMATIC/ERRATIC CLUSTER)
Borderline Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Ambang)
Disebut dengan kepribadian ambang (borderline) karena berada di perbatasan antara gangguan
neurotik dan skizofrenia. Ciri-ciri utama gangguan ini adalah impulsivitas dan ketidakstabilan dalam
hubungan dengan orang lain dan memiliki mood yang selalu berubah-ubah. Contohnya, sikap dan
perasaan terhadap orang lain dapat berubah-ubah secara signifikan dan aneh dalam kurun waktu
yang singkat. Individu yang mengalami gangguan borderline memiliki karakter argumentatif, mudah
tersinggung, sarkastik, cepat menyerang, dan secara keseluruhan sangat sulit untuk hidup bersama
mereka.
Perilaku mereka yang tidak dapat diprediksi dan impulsif, boros, aktivitas seksual yang tidak pandang
bulu, penyalahgunaan zat, dan makan berlebihan, berpotensi merusak diri sendiri. Mereka tidak
tahan berada dalam kesendirian, memiliki rasa takut diabaikan, dan menuntut perhatian. Mudah
mengalami perasaan depresi dan perasaan hampa yang kronis, mereka sering kali mencoba bunuh
diri.
2015
7
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gangguan kepribadian borderline bermula pada masa remaja atau dewasa awal, dengan prevelensi
sekitar 1 persen, dan lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki.
Etilogi Gangguan Kepribadian Borderline
Penyebab terjadinya gangguan kepribadian borderline antara lain dapat dijelaskan oleh kedua
pandangan berikut:
a) Faktor biologis
Faktor-faktor biologis antara lain disebabkan oleh faktor genetis. Gangguan kepribadian borderline
dialami oleh lebih dari satu anggota dalam satu keluarga. Beberapa data menunjukkan adanya
kelemahan fungsi lobus frontalis, yang sering diduga berperan dalam perilaku impulsif. Individu
dengan gangguan borderline mengalami peningkatan aktivasi amigdala, suatu struktur dalam otak
yang dianggap sangat penting dalam pengaturan emosi.
b) Object Relations Theory
Teori ini merupakan teori dari psikoanalisa yang memfokuskan diri pada bagaimana cara anak
mengintroyeksikan nilai-nilai dan gambaran yang berhubungan dengan orang-orang yang dianggap
penting dalam hidupnya, misalnya orang tua. Dengan kata lain, fokus dari teori ini adalah cara anak
mengidentifikasikan diri dengan orang lain di mana ia memiliki emotional attachment yang kuat
dengan orang tersebut. Orang-orang yang diintroyeksikan tersebut menjadi bagian dari ego si anak
pada masa dewasa, tetapi dapat menimbulkan konflik dengan harapan, tujuan, dan ideal-idealnya.
Teori ini beranggapan bahwa individu bereaksi terhadap dunia melalui perspektif dari orang-orang
penting dalam hidupnya pada masa lalu, terutama orang tua atau caregiver. Terkadang perspektif
tersebut berlawanan harapan dan minat dari individu yang bersangkutan. Otto Kernberg, salah
seorang tokoh dalam teori ini menyatakan bahwa pengalaman yang tidak menyenangkan pada masa
kanak-kanak, misalnya mempunyai orang tua yang memberikan cinta dan perhatian secara tidak
konsisten (menghargai prestasi anak, tetapi tidak dapat memberikan dukungan emosional dan
kehangatan), dapat menyebabkan anak mengembangkan insecure egos (bentuk umum dari
gangguan kepribadian borderline).
Individu dengan gangguan kepribadian borderline sering kali mengembangkan mekanisme defense
yang disebut splitting, yaitu mendikotomikan objek menjadi semuanya baik atau semuanya buruk
dan tidak dapat mengintegrasikan aspek positif dan negatif orang lain atau diri menjadi suatu
keutuhan. Hal itu menimbulkan kesulitan yang ekstrem dalam meregulasi emosi karena individu
borderline melihat dunia, termasuk dirinya sendiri, dalam dikotomi hitam-putih. Bagaimanapun juga,
defense ini melindungi ego yang lemah dari kecemasan yang tidak dapat ditoleransi.
Beberapa hasil penelitian juga mendukung teori ini. Individu yang mengalami gangguan kepribadian
borderline menyatakan kurangnya kasih sayang dari ibu. Mereka memandang keluarga mereka tidak
ekspresif secara emosional, tidak memiliki kedekatan emosional, dan sering terjadi konflik dalam
keluarga. Selain itu, mereka biasanya juga mengalami kekerasan seksual dan fisik serta sering
mengalami perpisahan dengan orang tua pada masa kanak-kanak.
Bagaimanapun juga, hasil-hasil penelitian tersebut masih belum dapat menyatakan secara jelas
apakah pengalaman-pengalaman itu memang hanya dialami oleh mereka dengan gangguan
2015
8
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kepribadian borderline saja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa individu yang mengalami
gangguan kepribadian borderline mempunyai pengalaman masa kecil yang tidak menyenangkan.
Namun belum jelas apakah pengalaman tersebut bersifat spesifik bagi gangguan ini.
c) Linehan’s Diathesis-Stress Theory
Menurut teori ini, gangguan kepribadian borderline berkembang ketika individu dengan diatesis
biologis (kemungkinan genetis) di mana ia mengalami kesulitan untuk mengontrol emosi, dibesarkan
dalam lingkungan keluarga yang salah (invalidating). Dalam teori ini, diatesis biologis disebut sebagai
emotional dysregulation. Sedangkan invalidating experience adalah pengalaman di mana keinginan
dan perasaan individu diabaikan dan tidak dihormati; usaha individu untuk mengkomunikasikan
perasaannya tidak dipedulikan atau bahkan diberi hukuman. Salah satu contoh ekstremnya adalah
kekerasan pada anak, baik secara seksual maupun nonseksual. Dengan kata lain, emotional
dysregulation saling berinteraksi dengan invalidate experience anak yang sedang berkembang. Hal
itulah yang kemudian memicu perkembangan kepribadian borderline.
Histrionic Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Histrionik)
Gangguan kepribadian histrionik sebelumnya dikenal disebut kepribadian histerikal, ditegakkan bagi
orang-orang yang selalu dramatis dan mencari perhatian. Mereka sering kali menggunakan ciri-ciri
penampilan fisik yang dapat menarik perhatian orang kepada dirinya, misalnya pakaian yang
mencolok, tata rias, atau warna rambut. Mereka berpusat pada diri sendiri, terlalu mempedulikan
daya tarik fisik mereka, dan merasa tidak nyaman bila tidak menjadi pusat perhatian. Mereka dapat
sangat provokatif dan tidak senonoh secara seksual tanpa mempedulikan kepantasan serta mudah
dipengaruhi orang lain.
Diagnosis ini memiliki prevelensi sekitar 2 persen dan lebih banyak terjadi pada perempuan
dibandingkan laki-laki. Gangguan kepribadian histrionik lebih banyak terjadi pada mereka yang
mengalami perpisahan atau perceraian, dan hal ini diasosiasikan dengan depresi dan kesehatan fisik
yang buruk. Gangguan ini sering muncul bersamaan dengan gangguan kepribadian borderline.
Etiologi Gangguan Kepribadian Histrionik
Gangguan ini dijelaskan berdasarkan pendekatan psikoanalisa. Perilaku emosional dan
ketidaksenonohan secara seksual didorong oleh ketidaksenonohan orang tua, terutama ayah
terhadap anak perempuannya. Kebutuhan untuk menjadi pusat perhatian dipandang sebagai cara
untuk mempertahankan diri dari perasaan yang sebenarnya yaitu self-esteem yang rendah.
Narcissistic Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Narsistik)
Individu dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki pandangan berlebihan mengenai keunikan
dan kemampuan mereka. Mereka merasa bahwa dirinya spesial dan berharap mendapatkan
perlakuan yang khusus pula. Oleh sebab itu, mereka sulit menerima kritik dari orang lain. Hubungan
interpersonal mereka terhambat karena kurangnya empati, perasaan iri, dan arogansi, dan
memanfaatkan/menghendaki orang lain melakukan sesuatu yang istimewa untuk mereka tanpa
perlu dibalas. Individu pada gangguan ini sangat sensitif terhadap kritik dan takut akan kegagalan.
Terkadang mereka mencari sosok lain yang dapat mengidealkan karena mereka kecewa terhadap
2015
9
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
diri sendiri, tetapi mereka biasanya tidak mengizinkan siapa pun untuk benar-benar berhubungan
dekat dengan mereka.
Hubungan personal mereka sedikit dan dangkal; ketika orang lain menjatuhkan harapan mereka
yang tidak realistis, mereka akan marah dan menolak. Prevelensi gangguan ini kurang dari 1 persen.
Etiologi Gangguan Kepribadian Narsistik
Penyebab gangguan kepribadian narsistik dapat dipandang dari segi psikoanalisa. Orang yang
mengalami gangguan ini dari luar tampak memiliki perasaan yang luar biasa akan pentingnya dirinya.
Namun dipandang dari psikoanalisa, karakteristik tersbut merupakan topeng bagi self-esteem yang
rapuh.
Menurut Heinz Kohut, self muncul pada awal kehidupan sebagai struktur bipolar dengan immature
grandiosity pada satu sisi dan overidealisasi yang bersifat dependen di sisi lain. Kegagalan
mengembangkan self-esteem yang sehat terjadi bila orang tua tidak merespons dengan baik
kompetensi yang ditunjukkan oleh anak-anaknya. Dengan demikian, anak tidak bernilai bagi harga
diri mereka sendiri, tetapi bernilai sebagai alat untuk meningkatkan self-esteem orang tua.
Antisocial Personality Disorder and Psychopathy (Gangguan Kepribadian Antisosial dan Psikopati)
Orang dewasa yang mengalami gangguan antisosial menunjukkan perilaku tidak bertanggung jawab
dan antisosial dengan bekerja secara tidak konsisten, melanggar hukum, mudah tersinggung, agresif
secara fisik, tidak mau membayar hutang, sembrono, ceroboh, dan sebagainya. Mereka impulsif dan
tidak mampu membuat rencana ke depan. Mereka sedikit atau bahkan tidak merasa menyesal atas
berbagai tindakan buruk yang mereka lakukan. Gangguan ini lebih banyak terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan dan lebih banyak terjadi di kalangan anak muda daripada dewasa yang
lebih tua. Gangguan ini lebih umum terjadi pada orang dengan status sosioekonomi rendah.
Sementara itu, salah satu karakteristik psychopathy adalah kemiskinan emosi, baik positif maupun
negatif. Orang-orang psychopathy tidak memiliki rasa malu, bahkan perasaan mereka yang tampak
positif terhadap orang lain hanyalah sebuah kepura-puraan. Penampilan psikopat menawan dan
memanipulasi orang lain untuk memperoleh keuntungan pribadi. Kadar kecemasan yang rendah
membuat psikopat tidak mungkin belajar dari kesalahannya. Kurangnya emosi positif mendorong
mereka berperilaku secara tidak bertanggung jawab dan berperilaku kejam terhadap orang lain.
Etiologi Gangguan Kepribadian Antisosial dan Psychopathy
Penyebab gangguan ini berkaitan dengan peran keluarga. Kurangnya afeksi dan penolakan berat
orang tua merupakan penyebab utama perilaku psychopathy. Selain itu, juga disebabkan oleh tidak
konsistennya orang tua dalam mendisiplinkan anak dan dalam mengajarkan tanggung jawab
terhadap orang lain. Orang tua yang sering melakukan kekerasan fisik terhadap anaknya dapat
menyebabkan gangguan ini. Gangguan ini juga dapat disebabkan oleh kehilangan orang tua. Di
samping itu, ayah dari penderita psikopat kemungkinan memiliki perilaku antisosial. Faktor
lingkungan di sekitar individu yang buruk juga dapat menyebabkan gangguan ini.
2015
10
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
C. KELOMPOK C (ANXIOUS/FEARFUL CLUSTER)
Seperti yang telah disebutkan, kelompok ini terbagi menjadi tiga gangguan kepribadian, yaitu:
a. Avoidant personality disorder, yaitu gangguan pada individu yang memiliki ketakutan dalam
situasi sosial.
b. Dependent personality disorder, yaitu gangguan pada individu yang kurang percaya diri dan
sangat bergantung pada orang lain.
c. Obsessive-compulsive personality disorder, yaitu gangguan pada individu yang mempunyai gaya
hidup yang perfeksionis.
d. Berikut ini akan dijelaskan secara lebih rinci tentang ketiga gangguan kepribadian tersebut.
Avoidant Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Menghindar)
Individu dengan gangguan ini adalah individu yang memiliki ketakutan yang besar akan kemungkinan
adanya kritik, penolakan atau ketidaksetujuan, sehingga merasa enggan untuk menjalin hubungan,
kecuali
ia
yakin
bahwa
ia
akan
diterima.
Individu tersebut bahkan terkadang menghindari pekerjaan yang banyak memerlukan kontak
interpersonal. Dalam situasi sosial, ia sangat mengendalikan diri (kaku) karena sangat amat takut
mengatakan sesuatu yang bodoh atau dipermalukan atau tanda-tanda lain dari kecemasan. Ia
merasa yakin bahwa dirinya tidak kompeten dan inferior, serta tidak berani mengambil risiko atau
mencoba hal-hal baru.
Berdasarkan DSM-IV-TR, kriteria dari avoidant personality disorder adalah sebagai berikut:
a) Penghindaran terhadap kontak interpersonal karena takut kritik dan penolakan.
b) Ketidakmampuan untuk terlibat dengan orang lain kecuali ia merasa yakin akan disukai atau
diterima.
c) Kekakuan dalam hubungan yang intim karena takut dipermalukan atau dicemooh.
d) Perhatian yang berlebihan terhadap kritik atau penolakan.
e) Perasaan tidak mampu.
f) Perasaan inferior.
g) Keengganan yang ekstrem untuk mencoba hal-hal baru karena takut dipermalukan.
Prevalensi dari gangguan ini sekitar 5 persen dan sering muncul bersamaan dengan gangguan
kepribadian dependen dan borderline. Avoidant personality disorder juga sering bercampur dengan
diagnosis Axis I depresi dan generalized social phobia. Gangguan ini memiliki gejala yang serupa
dengan generalized social phobia, tetapi gangguan ini sebenarnya merupakan jenis generalized
social phobia yang lebih kronik.
Baik avoidant personality disorder atau social phobia berhubungan dengan gejala yang muncul di
Jepang, yang disebut dengan taijin kyoufu. ”Taijin” berarti interpersonal dan ”kyoufu” berarti takut.
2015
11
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Seperti pada avoidant personality disorder dan social phobia, individu yang mengalami taijin kyoufu
sangat sensitif dan menghindari kontak interpersonal. Namun, hal yang ditakuti berbeda dengan halhal yang umumnya ditakuti pada diagnosis DSM. Individu dengan taijin kyoufu cenderung cemas
atau malu tentang bagaimana ia mempengaruhi atau tampak di depan orang lain, misalnya takut
bahwa mereka tampak jelek atau bau.
Dependent Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Dependen)
Ciri utama dari gangguan kepribadian dependen adalah kurangnya rasa percaya diri dan otonomi.
Individu dengan gangguan kepribadian ini memandang dirinya lemah dan orang lain lebih kuat. Ia
juga memiliki kebutuhan yang kuat untuk diperhatikan atau dijaga oleh orang lain yang sering kali
menyebabkan munculnya perasaan tidak nyaman ketika sendirian. Ia mengesampingkan
kebutuhannya sendiri untuk meyakinkan bahwa ia tidak merusak hubungan yang telah terjalin
dengan orang lain. Ketika hubungan dekat berakhir, individu yang mengalami gangguan ini segera
berusaha menjalin hubungan lain untuk menggantikan hubungan yang telah berakhir tersebut.
Kriteria dalam DSM pada umumnya mendeskripsikan individu yang mengalami gangguan
kepribadian dependen sebagai orang yang sangat pasif, misalnya memiliki kesulitan dalam memulai
sesuatu atau mengerjakan sesuatu sendiri, tidak mampu menolak, dan meminta orang lain
mengambil keputusan untuk dirinya. Bagaimanapun juga, penelitian mengindikasikan bahwa sifatsifat pasif tersebut tidak mencegah individu melakukan hal-hal penting untuk menjaga hubungan
dekat, misalnya menjadi sangat penurut dan pasif, tetapi dapat juga mengambil langkah aktif untuk
menjaga hubungan.
Berdasarkan DSM-IV-TR, kriteria gangguan kepribadian dependen yaitu sebagai berikut:
a) Kesulitan dalam mengambil keputusan tanpa nasihat dan dukungan yang berlebihan dari orang
lain.
b) Kebutuhan terhadap orang lain untuk memikul tanggung jawab dalam hidupnya.
c) Kesulitan dalam mengatakan atau melakukan penolakan terhadap orang lain karena takut
kehilangan dukungan dari orang lain.
d) Kesulitan dalam melakukan atau mengerjakan sesuatu sendiri karena kurang percaya diri.
e) Melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan baginya sebagai cara untuk memperoleh
penerimaan dan dukungan dari orang lain.
f) Perasaan tidak berdaya ketika sendiri karena kurang percaya pada kemampuan diri dalam
menyelesaikan sesuatu tanpa bantuan orang lain.
g) Segera mencari hubungan baru ketika hubungan yang sedang terjalin telah berakhir.
h) Sangat ketakutan untuk mengurus atau menjaga diri sendiri.
Prevalensi dari gangguan ini adalah sekitar 1,5 persen, lebih banyak ditemukan di India dan Jepang.
Hal itu kemungkinan dikarenakan lingkungan di kedua negara tersebut yang memicu perilaku
dependen. Gangguan kepribadian ini muncul lebih banyak pada wanita daripada pria, kemungkinan
2015
12
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
karena perbedaan pengalaman sosialisasi pada masa kanak-kanak antara wanita dan pria. Gangguan
kepribadian dependen sering kali muncul bersamaan dengan gangguan kepribadian borderline,
skizoid, histrionik, skizotipal, dan avoidant, sama seperti diagnosis Axis I gangguan bipolar, depresi,
gangguan kecemasan, dan bulimia.
Obsessive-Compulsive Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif)
Individu dengan obsessive-compulsive personality bersifat perfeksionis, sangat memperhatikan
detail, aturan, jadwal, dan sebagainya. Individu yang mengalami gangguan obsesif-kompulsif sangat
memperhatikan detail sehingga kadang ia tidak dapat menyelesaikan hal yang dikerjakannya. Ia lebih
berorientasi pada pekerjaan daripada bersantai-santai dan sangat sulit mengambil keputusan karena
takut membuat kesalahan. Selain itu, ia juga sangat sulit mengalokasikan waktu karena terlalu
memfokuskan diri pada hal-hal yang tidak seharusnya. Biasanya ia memiliki hubungan interpersonal
yang kurang baik karena keras kepala dan meminta segala sesuatu dilakukan sesuai dengan
keinginannya. Istilah yang umum digunakan sebagai julukan bagi individu seperti itu adalah “control
freak”. Individu dengan gangguan kepribadian ini pada umumnya bersifat serius, kaku, formal dan
tidak fleksibel, terutama berkaitan dengan isu-isu moral. Ia tidak mampu membuang objek yang
tidak berguna, walaupun objek tersebut tidak bernilai. Di samping itu, ia juga pelit atau kikir.
Berdasarkan DSM-IV-TR, kriteria dependent personality disorder yaitu sebagai berikut:
a. Sangat perhatian terhadap aturan dan detail secara berlebihan sehingga poin penting dari
aktivitas hilang.
b. Perfeksionisme yang ekstrem pada tingkat di mana pekerjaan jarang terselesaikan.
c. Ketaatan yang berlebihan terhadap pekerjaan sehingga mengesampingkan waktu senggang dan
persahabatan.
d. Kekakuan dalam hal moral.
e. Kesulitan dalam membuang barang-barang yang tidak berguna.
f. Tidak ingin mendelegasikan pekerjaan kecuali orang lain megacu pada satu standar yang sama
dengannya.
g. Kikir atau pelit.
h. Kaku dan keras kepala.
Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif agak berbeda dengan gangguan obsesif kompulsif. Pada
gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, tidak terdapat obsesi dan kompulsi seperti pada gangguan
obsesif-kompulsif. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif paling sering muncul bersamaan dengan
gangguan kepribadian avoidant dan memiliki prevalensi sekitar 2 persen.
Etiologi Kelompok C
Tidak banyak data yang menjelaskan penyebab dari gangguan kepribadian kelompok
anxoius/fearful. Salah satu penyebab yang memungkinkan adalah hubungan antara orang tua dan
2015
13
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
anak. Sebagai contoh, gangguan kepribadian dependen disebabkan oleh pola asuh yang
overprotektif dan authoritarian, sehingga menghambat berkembangnya self-efficacy.
Di samping itu, gangguan kepribadian dependen juga dapat disebabkan oleh masalah attachment.
Pada masa kanak-kanak, anak mengembangkan attachment terhadap orang dewasa dan
menggunakan orang dewasa tersebut sebagai dasar yang aman untuk mengeksplorasi dan mengejar
tujuan lain. Perpisahan dari orang dewasa dapat menimbulkan kemarahan dan distress. Seiring
dengan proses perkembangan, anak tersebut kemudian menjadi tidak terlalu dependen pada figur
attachment. Pada attachment yang tidak normal, perilaku yang dapat dilihat pada individu yang
mengalami gangguan kepribadian dependen merefleksikan kegagalan dalam proses perkembangan
yang biasanya, yang muncul dari gangguan pada hubungan awal antara orang tua dan anak yang
disebabkan oleh kematian, pengabaian, penolakan, atau pengasuhan yang overprotektif.
Individu yang mengalami gangguan ini menggunakan berbagai cara untuk menjaga hubungan
dengan orang tua atau orang lain, misalnya dengan selalu menuruti mereka. Sedangkan gangguan
kepribadian avoidant kemungkinan merefleksikan pengaruh lingkungan, di mana anak diajarkan
untuk takut pada orang dan situasi yang pada umumnya dianggap tidak berbahaya. Misalnya ayah
atau ibu memiliki ketakutan yang sama, yang kemudian diturunkan pada anak melalui modeling.
Kenyataan bahwa gangguan ini terjadi di keluarga, dapat mengindikasikan adanya peran faktor
genetik.
Freud berpendapat bahwa obsessive-compulsive personality traits disebabkan oleh fiksasi pada
tahap awal dari perkembangan psikoseksual. Sedangkan teori psikodinamik kontemporer
menjelaskan bahwa gangguan kepribadian obsesif-kompulsif disebabkan oleh ketakutan akan
hilangnya kontrol yang diatasi dengan overkompensasi. Sebagai contoh, seorang pria workaholic
yang kompulsif kemungkinan takut bahwa hidupnya akan hancur jika ia bersantai-santai dan
bersenang-senang.
Terapi
Terapi psikodinamik bertujuan untuk mengubah pandangan individu saat ini tentang masalahmasalah pada masa kanak-kanak yang diasumsikan menjadi penyebab dari gangguan kepribadian,
misalnya terapis membimbing individu yang mengalami gangguan kepribadian obsesif-kompulsif
pada kenyataan bahwa pencarian kasih sayang dari orang tua pada masa kanak-kanak dengan cara
menjadi sempurna tidak perlu dilakukan pada masa dewasa. Ia tidak harus menjadi sempurna untuk
memperoleh penerimaan dari orang lain, sehingga ia berani mengambil risiko dan membuat
kesalahan.
Terapis behavioral dan kognitif lebih menekankan perhatian pada faktor situasi daripada sifat.
Terapis behavioral dan kognitif cenderung menganalisa masalah individu yang merefleksikan
gangguan kepribadian. Sebagai contoh, individu yang didiagnosa memiliki kepribadian paranoid atau
avoidant bersifat sangat sensitif terhadap kritik. Sensitivitas tersebut dapat dikurangi dengan
behavioral rehearsal (social skills training), systematic desentizitation, atau rational-emotive
2015
14
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
behavior therapy. Contoh lain dapat dilihat pada individu dengan kepribadian paranoid yang bersifat
hostile dan argumentatif ketika menyatakan ketidaksetujuan atau penolakan terhadap orang lain.
Dalam hal ini, terapis behavior dapat membantu individu paranoid belajar untuk mengutarakan
ketidaksetujuan dalam cara yang lebih baik. Bagi mereka dengan kepribadian avoidant, social-skills
training dalam suatu kelompok dapat membantu mereka untuk lebih asertif terhadap orang lain.
Pada terapi kognitif, gangguan dianalisa dalam hubungannya dengan logical errors dan dysfunctional
schemata. Misalnya, pada terapi kognitif bagi individu yang mengalami gangguan kepribadian
obsesif-kompulsif, pertama-tama dibantu untuk menerima konsep bahwa perasaan dan tingkah laku
merupakan fungsi dari pikiran. Kesalahan berpikir (errors in logic) kemudian dieksplorasi, misalnya
saat individu menyimpulkan bahwa ia tidak mampu melakukan semua hal dengan benar hanya
karena kegagalan dalam satu hal saja (melakukan overgeneralisasi). Selain itu, terapis juga mencari
asumsi atau skema dysfunctional yang mungkin mendasari pikiran dan perasaan individu tersebut,
misalnya keyakinan individu bahwa setiap keputusan harus selalu benar.
Terapi Untuk Kepribadian Ambang (Borderline Personality)
Pada individu dengan kepribadian borderline, rasa percaya sulit diciptakan dan dijaga, sehingga
mempengaruhi huubungan terapeutik. Individu cenderung mengidealkan dan menjelek-jelekkan
terapis, meminta perhatian khusus pada satu waktu, memohon pengertian dan dukungan, tetapi
tidak mau membahas topik-topik tertentu. Apabila tingkah laku individu sudah tidak dapat
dikendalikan atau ketika ancaman bunuh diri tidak dapat diatasi lagi, maka sering kali individu
tersebut perlu dirawat di rumah sakit.
Pada farmakoterapi bagi individu berkepribadian borderline, diberikan beberapa macam obat.
Umumnya obat-obatan yang diberikan tersebut merupakan antidepresan dan antipsikotik. Berikut
ini terdapat dua jenis terapi bagi individu yang berkepribadian borderline.
a) Object-Relations Psychoterapy
Terapi yang dilakukan bertujuan untuk memperkuat ego yang lemah, sehingga individu tidak lagi
melakukan dikotomi. Selain itu, individu juga diberi saran konkret untuk bertingkah laku adaptif dan
merawat individu di rumah sakit jika tingkah lakunya membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
b) Dialectical Behavior Therapy (DBT)
DBT merupakan pendekatan yang mengkombinasikan client-centered empathy dan penerimaan
dengan menyelesaikan masalah secara kognitif-behavioral dan social-skills training. DBT mempunyai
tiga tujuan utama, yaitu:
1. Mengajari individu untuk mengatur dan mengendalikan tingkah laku dan emosi yang ekstrem.
2. Mengajari individu untuk menoleransi perasaan distress.
3. Mengajari individu belajar untuk mempercayai pikiran dan emosinya sendiri.
Istilah ”dialectic” mengacu pada sikap yang berlawanan, yaitu di mana terapis harus menerima
individu borderline apa adanya sekaligus membantu individu tersebut untuk berubah. Istilah
2015
15
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
”dialectic” juga mengacu pada kenyataan bahwa individu borderline tidak perlu membagi dunia
secara dikotomi, tetapi dapat mencapai suatu sintetsis. Dengan kata lain, salah satu tujuan DBT
adalah mengajari individu untuk memandang dunia secara dialektik, suatu pemahaman bahwa hidup
terus berubah dan suatu hal tidak semuanya buruk atau semuanya baik.
Sedangkan aspek kognitif-behavioral dari DBT, baik yang dilakukan secara individual atau dalam
kelompok, terdiri dari membantu individu belajar menyelesaikan masalah, membantu untuk
memperoleh penyelesaian masalah yang lebih efektif dan dapat diterima secara sosial dan
mengendalikan emosi, meningkatkan kemampuan interpersonal, dan mengendalikan amarah dan
kecemasan.
Terapi Untuk Psychopathy
Kebanyakan ahli menyatakan bahwa membantu individu dengan kepribadian psychopathy untuk
berubah merupakan hal yang sia-sia. Hal tersebut dikarenakan individu tidak dapat dan tidak
termotivasi untuk membina hubungan yang jujur dan menumbuhkan kepercayaan pada terapis.
Namun, pendapat tersebut ternyata tidak sesuai dengan hasil-hasil penelitian tentang psikopat.
Hasil penelitian membuktikan bahwa psikoterapi psikoanalitik sangat membantu dalam beberapa
hal, seperti hubungan interpersonal yang lebih baik, peningkatan kapasitas dalam perasaan
menyesal dan empati, mengurangi kebiasaan berbohong, terbebas dari masa percobaan, dan
bertahan pada satu pekerjaan. Efek yang serupa juga dapat dilihat pada beberapa penelitian yang
menggunakan teknik kognitif-behavioral. Semakin muda individu, maka semakin baik efek yang
dihasilkan dari terapi.
Banyak penderita psychopathy yang dipenjara karena melakukan tindak kriminal. Namun sayangnya,
sesuai dengan pendapat para kriminolog, sistem yang diterapkan di penjara lebih menyerupai
sekolah kriminal daripada tempat di mana para psychopath dan pelaku tindak kriminal direhabilitasi.
Bagaimanapun juga, terdapat bukti bahwa psikopat biasanya mulai hidup lebih baik di usia dewasa
madya (40-an). Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh perubahan biologis, insight terhadap
self-defeating (mengalahkan diri sendiri), atau merasa lelah dan tidak dapat melanjutkan hidup yang
penuh dengan tipuan, bahkan kekerasan.
Daftar Pustaka
Kring, Ann M., Johnson, Sheri, L., Davison, G.C., Neale, J.M. (2010). Abnormal Psychology 11th ed.
New York : John Wiley & Sons .
Nevid, J.S., Rathus, S.A. & Greene, B. (2008). Abnormal Psychology in a Changing World 7th ed.
Pearson International Edition
2015
16
Gangguan-Gangguan Psikologi
Putri R. Wulandari, M.Psi, PSI
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download