BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sering kita lihat di kota besar khususnya di daerah ibukota Jakarta, muncul permasalahan sosial salah satunya adalah permasalahan mengenai anak balita terlantar yang berpotensi tumbuh tanpa pengasuhan orang tua. Menurut Kementrian Sosial, anak balita terlantar adalah anak yang berusia 0-4 tahun yang tidak memperoleh kebutuhan dasar jasmani, rohani dan sosial yang baik karena orang tuanya tidak mampu melakukan kewajibannya. Padahal dalam perkembangan anak di usia dini yaitu 0-4 tahun sangat membutuhkan sosok orang tua yang mendampingi dan menjaga pertumbuhannya. Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis di daerah Cengkareng, Jakarta Barat, tidak jarang terlihat anak berusia 0-4 tahun digendong oleh seorang ibu sambil meminta-minta uang di jalanan ibukota Jakarta. Ternyata anak usia dini pun banyak yang menjadi objek bagi orang tua yang tidak mampu untuk kemudian mencari uang dengan memintaminta. Dikhawatirkan pola pengasuhan seperti ini akan berdampak pada kehidupan dan perkembangan anak. Perilaku meminta sedekah tersebut ternyata juga menjadi ketergantungan pada mayoritas anak balita terlantar yang tidak memperoleh pengasuhan yang baik hingga usia remaja dan dewasa. Dari sini diperlukan solusi lembaga yang berdedikasi untuk membantu, menolong, dan memberikan kebutuhan dasar anak atas pengasuhan yang berbasis kekeluargaan terutama untuk anak balita di usia 0-4 tahun yang tidak terpenuhi 1 kebutuhan dasarnya. Pengasuhan alternatif menurut Kementrian Sosial dalam Standar Nasional Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yaitu pengasuhan berbasis keluarga yang dilakukan oleh pihak-pihak di luar keluarga inti atau kerabat anak. Kementrian Sosial juga membahas kriteria anak yang membutuhkan pengasuhan alternatif yaitu anak yang menjadi korban kekerasan, perlakuan salah, penelantaran, eksploitasi dan pengasuhan dalam keluarga yang justru bertentangan dengan kepentingan terbaik anak. Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis di kantor Fund Development and Communication SOS Children Village Indonesia yang beralamat di Jalan Kalibata Tengah no 2, Pancoran, Jakarta Selatan pada tanggal 8 September 2014 dan 18 September 2014 dengan Nina Isabelita, Wahyudi Tanjung, Masayu Yulien Vinanda dan Floriberta Loli yang masing-masing berposisi sebagai Digital Fundraising Manager, Fundraising Manager dan Sr. CoWorker PR & Communications, SOS Children's Village adalah sebuah organisasi sosial nirlaba non-pemerintah internasional yang aktif di bidang hak-hak anak dan berkomitmen untuk membantu kebutuhan anak-anak sejak tahun 1949 di Austria. Bergerak di Indonesia sejak tahun 1972, SOS Children's Village fokus pada program pengasuhan berbasis keluarga (Family Based Care) yang menjadi ciri khasnya untuk anak-anak yang telah kehilangan atau terancam kehilangan pengasuhan orang tua. Saat ini telah terbangun 8 SOS Children's Village di Indonesia yang dengan penuh kasih menjaga dan merawat anak-anak dari mereka kecil hingga dewasa dan siap bekerja. Selain itu SOS Children's Village juga mempunyai Program Pemberdayaan Keluarga (Family Strengthening Program) 2 yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kondisi terburuk yang bisa menyebabkan anak-anak harus terpisah dari orang tuanya. Berbagai keterampilan seperti perencanaan keluarga, perencanaan keuangan keluarga dan dapat mencari pekerjaan diberikan. SOS Children's Village selama ini mendapatkan biaya operasional sepenuhnya dari kantor pusat di Austria, namun sejak tahun 2012, SOS Children's Village di Indonesia dianggap sudah mampu untuk mandiri secara finansial dan mampu membiayai dirinya sendiri untuk dana operasional dalam menjalankan programnya. Menurut Masayu Yulien Vinanda dalam wawancara yang dilakukan penulis, selama 2 tahun sejak tahun 2012 SOS Children's Village Indonesia mencari dana operasional melalui booth dan membagikan media informasi seperti profil perusahaan dan leaflet mengenai SOS Children's Village Indonesia kepada pengunjung booth namun ternyata hal tersebut tidak mencapai target dana operasional yang ditentukan oleh pihak SOS Children's Village pusat di Austria sehingga saat ini SOS Children's Village pusat di Austria masih mendanai 80% dari dana operasional SOS Children's Village Indonesia. Program pengasuhan berbasis keluarga atau Family Based Care SOS Children's Village Indonesia merupakan program utama dalam pencarian donasi, sehingga program ini memiliki tingkat urgensitas yang lebih di prioritaskan dibanding program Family Strengthening Program. Media yang digunakan dalam mempromosikan SOS Children's Village Indonesia masih berupa media informasi yang penyebarannya apabila masyarakat datang ke booth SOS Children's Village. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan penulis terhadap target audiens yaitu masyarakat Jakarta 3 yang bekerja dan memiliki pendapatan sendiri untuk mengetahui tingkat kepercayaan target terhadap lembaga non-profit yang fokus pada permasalahan anak disimpulkan bahwa ternyata tingkat awareness masyarakat terhadap SOS Children's Village masih rendah dibanding lembaga non-profit lainnya yang sejenis. Hal tersebut juga berdampak terhadap angka donasi oleh donatur di Indonesia yang belum mampu menutupi biaya operasional SOS Children's Village. Program pengasuhan berbasis keluarga (Family Based Care) yang dimiliki SOS Children's Village tersebut merupakan salah satu solusi untuk membantu anak balita terlantar atas kebutuhan dasarnya yang belum terpenuhi dengan baik, sehingga program ini seharusnya mendapat dukungan masyarakat agar tetap mampu bertahan dan berjalan dengan baik. Permasalahan yang ditemukan adalah rendahnya awareness masyarakat terhadap SOS Children's Village Indonesia yang berdampak terhadap minat calon donatur baru yang masih rendah. Target dana operasional belum tercapai pada 2 tahun SOS Children's Village melakukan self-funding. Media yang digunakan oleh SOS Children's Village masih sebatas media informasi dengan strategi penyebaran hanya sebatas apabila masyarakat mengunjungi booth SOS Children's Village Indonesia, sehingga diperlukan sebuah perancangan media promosi yang tepat terhadap target audiensnya. Oleh karena itu untuk mempertahankan program pengasuhan berbasis keluarga (Family Based Care) SOS Children's Village yang telah terorganisir selama 40 tahun, dibutuhkan sebuah perancangan visual promosi yang efektif untuk menarik minat calon donatur baru untuk 4 mendonasikan uangnya di SOS Children's Village demi kelancaran program pengasuhan berbasis keluarga (Family Based Care) SOS Children's Village. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang ditulis diatas, peneliti merumuskan beberapa permasalahan, yaitu: 1. Bagaimana mempromosikan SOS Children's Village beserta program Family Based Care kepada target audiens sehingga para calon donatur baru tertarik untuk ikut berpartisipasi menjadi donatur melalui media promosi yang efektif? 2. Bagaimana merancang visual promosi program SOS Children's Village yang efektif untuk kalangan menengah ke atas dengan usia 30-40 tahun di Jakarta? 1.3. Batasan Masalah Untuk membatasi masalah dalam perancangan visual promosi program ini, ditetapkan batasan-batasan masalah. Perancangan visual promosi program ini akan berfokus pada promosi program Family Based Care SOS Children's Village Indonesia. Pembatasan lainnya adalah dengan segmentasi target audiens. 1. Demografis a. Usia : 30-40 tahun b. Jenis kelamin : Pria dan Wanita c. SES : A-B d. Pekerjaan : Karyawan Kantor 5 2. Geografis a. DKI Jakarta yaitu daerah perkantoran SCBD 3. Psikografis a. Kelas menengah ke atas b. Tingkat pengetahuan, wawasan, keterbukaan pikiran, adopsi informasi dan teknologi tinggi c. Tingkat keterhubungan seseorang dengan lingkungan sosial tinggi. 1.4. Tujuan Perancangan Tujuan dari penelitian perancangan visual program ini adalah: 1. Mempromosikan SOS Children's Village beserta program Family Based Care dan mengajak partisipasi masyarakat untuk menjadi donatur dalam program SOS Children's Village. 2. Merancang visual promosi program SOS Children's Village yang efektif untuk kalangan menengah atas dengan usia 30-40 tahun di Jakarta. 1.5. Manfaat Perancangan Tugas Akhir ini dibuat untuk menjadi solusi dari suatu permasalahan yang memiliki manfaat. Manfaat dari pembuatan tugas akhir ini adalah: 1. Program SOS Children's Village yaitu pengasuhan berbasis keluarga (Family Based Care) tetap dapat berjalan. 2. SOS Children's Village menjadi organisasi pilihan utama masyarakat Jakarta yang ingin mendonasikan dananya. 6 3. Anak-anak yang rentan kehilangan atau sudah kehilangan pengasuhan orang tua mampu dipenuhi kembali kebutuhan dasarnya dan berkembang dalam program pengasuhan berbasis keluarga (Family Based Care) SOS Children's Village. 1.6. Metode Pengumpulan Data Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif dalam pengumpulan data. Metode kualitatif adalah studi empirik, yakni studi yang menempatkan suatu fenomena secara sosial dan studi yang didefinisikan berdasarkan sejarahnya sendiri (Salam, M., 2011). Menurut Denzin dan Lincoln dalam Salam (2011, hlm.133), penelitian kualitatif mengkaji suatu masalah dalam situasi alaminya, yang bertujuan memberi makna atau menginterpretasi suatu fenomena. Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis yaitu: 1. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara bertanya langsung kepada responden atau informan (Sangadji & Sopiah, 2010, hlm. 48). Penulis melakukan wawancara terhadap SOS Children's Village khususnya bagian Funding. Wawancara dilakukan untuk mengetahui bagaimana tingkat awareness masyarakat terhadap SOS Children's Village dalam 2 tahun terakhir melakukan self-funding, mengetahui program pengasuhan berbasis keluarga (Family Based Care) SOS Children's Village. 7 2. Survei Survei dilakukan dengan penyebaran kuisioner. Kuisioner adalah teknik penelitian dengan menyebarkan angket untuk diisi oleh responden (Sangadji & Sopiah, 2010, hlm. 47). Terdapat 2 cara penggunaan kuisioner yaitu disebarkan kemudian diisi oleh responden dan digunakan sebagai pedoman dalam wawancara dengan responden. Penulis menyebarkan kuisioner kepada sampel audiens promosi yaitu masyarakat kota yang bekerja di DKI Jakarta, kemudian didapatkan data mengenai karakteristik dan sikap para responden yang nantinya dapat membantu peneliti dalam menentukan keputusan yang tepat dalam perancangan. 3. Studi Pustaka Data-data yang diperoleh dari literatur, data statistik, artikel berita yang menjadi data tambahan untuk membantu proses perancangan karya. 1.7. Metode Perancangan Menurut Lauer & Pentak (2008, hlm. 8-9) proses perancangan terbagi atas tiga tahapan, yaitu: 1. Thinking about The Problem Mengetahui permasalahan yang ada dan apa yang akan dilakukan atas permasalahan tersebut 8 2. Thinking about The Solution Mencari solusi atas permasalahan topik yang dibahas. 3. Thinking about The Audience Memahami target audiens dari permasalahan yang ada agar solusinya tepat sasaran. Dalam perancangannya, peneliti melewati beberapa tahapan, yaitu: 1. Identifikasi Masalah Melakukan observasi fenomena anak terlantar di daerah Cengkareng, Jakarta Barat dan melakukan wawancara di kantor funding SOS Children's Village Indonesia untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh SOS Children’s Village Indonesia. 2. Menentukan Tujuan Dari permasalahan yang ada kemudian dilakukan survey berupa penyebaran kuisioner kepada target audiens perancangan media visual promosi program SOS Children’s Village Indonesia untuk mengetahui tingkat awareness masyarakat DKI Jakarta dan bagaimana sikap mereka sehingga mampu ditemukan sebuah solusi yang tepat. 3. Brainstorming Tahapan untuk mencari ide-ide kreatif dari permasalahan dan data yang telah ditemukan. 9 4. Evaluasi Ide Tahapan menguji ide-ide kreatif terhadap audiens untuk mendapatkan respon yang tepat dari kebiasaan audiens. 5. Konsep Promosi Pengembangan data-data yang telah didapatkan baik dari data hasil observasi, brainstorming maupun survey dan mempertimbangkan informasi yang diperoleh dari studi literatur untuk kemudian dibuat konsep desain promosi yang sesuai dengan target audiensnya. 6. Visualisasi Tahapan eksekusi ide dan konsep desain yang telah dibuat dalam bentuk visual berdasarkan data dan hasil brainstorming yang telah dilakukan pada tahap-tahap yang telah dilakukan sebelumnya. 10 1.8. Skematika Perancangan 11