BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Learning (Belajar) 2.1.1 Pengertian

advertisement
6
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Learning (Belajar)
2.1.1 Pengertian Belajar
Pembelajaran dan memori merupakan kunci keberhasilan dalam proses
kehidupan manusia. Seperti yang dikemukakan oleh Kusumoputro (1995),
belajar adalah mendapat suatu informasi atau keterampilan, yang dapat
merubah kebiasaan seseorang dengan melibatkan ingatan atau memori, sebagai
tempat penyimpan informasi dan harus dilakukan secara bertahap dan melalui
proses latihan secara berkala. Pembelajaran itu sendiri adalah proses untuk
memperoleh pengetahuan baru dan memori adalah proses yang menyimpan
pengetahuan itu dalam waktu lama.
Dalam proses belajar dibutuhkan usaha untuk mengingat pengetahuan
baru. Adapun beberapa strategi (Markowitz, 1999 : 221 ) untuk meningkatkan
daya ingat dalam mempermudah proses belajar, antara lain:
a. Manfaatkan kekuatan bercerita
b. Manfaatkan informasi dalam ingatan yang bergantung pada suasana
c. Gunakan daya ingat yang lebih disukai
d. Berinteraksilah dengan materi untuk memperkaya makna
e. Kembangkan ketajaman indra
f. Praktikan tindakan seketika
h. Lakukan pengulangan internal
i. Gunakan imajinasi
6
7
2.1.2 Pembelajaran Bahasa
2.1.2.1 Pengertian Bahasa
Brown (2002) mendefinisikan bahasa sebagai berikut:
•
Bahasa diterapkan secara sistematis
•
Bahasa merupakan salah satu lambang kekuasaan yang berkenaan
dengan suara dan penglihatan.
•
Satu kesatuan sistem makna yang bertautan.
•
Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi.
•
Bahasa dioperasikan untuk komunikasi formal maupun informal.
•
Bahasa mendasari dan sangat utama bagi manusia.
•
Baik bahasa maupun pembelajaran bahasa merupakan karakteristik
yang universal.
2.1.2.2 Bahasa Mandarin
Kata Mandarin dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa
Inggris yang mendeskripsikan bahasa Tionghoa juga sebagai bahasa
Mandarin. Namun sebenarnya, kata Mandarin ini diserap bahasa
Inggris dari bahasa Tionghoa sendiri. Mandarin secara harafiah berasal
dari sebutan orang asing kepada pembesar-pembesar Dinasti Qing di
zaman dulu. Dinasti Qing adalah dinasti yang didirikan oleh suku
Manchu, sehingga pembesar-pembesar kekaisaran biasanya disebut
sebagai Mandaren (Hanzi: 滿大人) yang berarti Yang Mulia Manchu.
Dari sini, bahasa yang digunakan oleh para pejabat Manchu waktu itu
8
juga disebut sebagai bahasa Mandaren. Penulisannya berevolusi
menjadi Mandarin di kemudian hari.
Sejak negara China mulai membuka diri untuk menjalin kerja
sama dengan negara lain, semangkin banyak negara yang ingin
menjalin kerja sama, hal ini menyebabkan semakin banyak pula orangorang yang berminat mempelajari bahasa China. Salah satu negara
tersebut adalah Indonesia, saat ini perkembangan pembelajaran bahasa
Mandarin semangkin pesat, terbukti dengan semakin banyak di
bukanya jurusan sastra China dan menjadikan bahasa Mandarin sebagai
kurikulum muatan lokal.
2.1.2.3 Pembelajaran Bahasa Mandarin
Bahasa sebagai alat komunikasi, memegang peranan penting
dalam kehidupan manusia dan seiring dengan perkembangan jaman,
manusia mulai dituntut tidak hanya menguasai satu macam bahasa saja
tetapi juga menguasai lebih dari satu macam bahasa.
Mempelajari bahasa Mandarin, seperti halnya mempelajari bahasa
asing yang lain, setiap pembelajar sebaiknya menetapkan prinsipprinsip yang dijelaskan oleh Richards (2002) dalam pembelajaran
bahasa, seperti; niat dan motivasi dalam memperlajari bahasa,
penghafalan kosakata, kepercayaan diri, tidak takut salah, pengetahuan
akan kebudayaan dan kebiasaan dalam penggunaan bahasa asing
tersebut, praktek dan penggunaan bahasa asing.
Dalam pembelajaran bahasa China, pembelajar diharapkan dapat
mengembangkan 6 aspek berikut :
9
1. Pengembangan kosakata
2. Pengembangan tata bahasa
3. Pengembangan kemampuan mendengar
4. Pengembangan kemampuan berbicara
5. Pengembangan kemampuan membaca
6. Pengembangan kemampuan menulis
Selain itu, dalam pembelajaran bahasa mandarin, para pengajar
juga memegang peranan yang tidak kalah penting bagi pembelajar itu
sendiri, Richards (2002) juga menejelaskan bahwa terdapat 12
karakteristik dalam proses pengajaran bahasa yang efektif :
1. Pengajar mengajar berdasarkan panduan pembelajaran yakni
kurikulum yang digunakan.
2. Minat dari pembelajar untuk belajar bahasa asing dan pengajar
untuk mengajar bahasa asing tersebut.
3. Konsentrasi pembelajar selama proses pembelajaran bahasa.
4. Sistem pengajaran bahasa yang mudah dimengerti.
5. Memonitor kemajuan belajar.
6. Pengajar mengajar ulang untuk materi yang tidak dimegerti oleh
pembelajar.
7. Keefektifisan selama proses pembelajaran.
8. Suasana yang mendukung proses pembelajaran bahasa.
9. Perlunya membentuk kelompok-kelompok belajar.
10. Standarisasi perilaku pengarajaran.
11. Komunikasi antar pengajar dan pembelajar.
10
12. Penghargaan kepada pelajar yang berprestasi.
2.2. E-Learning
2.2.1 Internet
2.2.2.1 Pengertian dan Manfaat Internet
Internet
(Inter-Network)
merupakan
sekumpulan
jaringan
komputer yang menghubungkan situs akademik, pemerintahan,
komersial, organisasi, maupun perorangan. Internet menyediakan akses
untuk layanan telekomunikasi dan sumber daya informasi untuk jutaan
pemakainya yang tersebar di seluruh dunia. Layanan internet meliputi
komunikasi langsung (email, chat), diskusi (Usenet News, email, milis),
sumber daya informasi yang terdistribusi (World Wide Web, Gopher),
remote login dan lalu lintas file (Telnet, FTP), dan aneka layanan
lainnya.
Internet sebagai salah satu alat komunikasi yang super cepat
antara satu pihak dan pihak lain, tanpa mengenal ruang dan waktu, hal
ini dimungkinkan karena jangkauan internet yang telah mengglobal.
Selain itu internet juga merupakan sarana informasi yang memiliki
kandungan informasi yang melimpah dan hampir tanpa batas yang terus
bertambah seiring dengan perkembangan jaman.
2.2.2.2 Sejarah Internet
Internet pertama kali dikembangkan tahun 1969 oleh Departemen
Pertahanan Amerika Serikat dengan nama ARPANET(US Defense
Advanced Research Projects Agency) dengan sasaran untuk membuat
11
suatu jaringan komputer yang tersebar untuk menghindari pemusatan
informasi di satu titik yang dipandang rawan untuk dihancurkan apabila
terjadi peperangan, sehingga apabila satu bagian dari jaringan terputus,
maka jalur yang melalui jaringan tersebut dapat secara otomatis
dipindahkan ke saluran lainnya.
Di awal 1980-an, ARPANET terpecah menjadi dua jaringan, yaitu
ARPANET dan Milnet (sebuah jaringan militer). Pada mulanya
jaringan interkoneksi ini disebut DARPA Internet, tapi lama-kelamaan
disebut sebagai internet saja. Setelah itu, internet mulai digunakan
untuk kepentingan akademis dengan menghubungkan beberapa
perguruan tinggi, masing-masing UCLA, University of California di
Santa Barbara, University of Utah, dan Stanford Research Institute. Ini
disusul
dengan
dibukanya
layanan
Usenet
dan
Bitnet
yang
memungkinkan internet diakses melalui sarana komputer pribadi (PC).
Berikutnya, protokol standar TCP/IP mulai diperkenalkan pada tahun
1982, disusul dengan penggunaan sistem DNS (Domain Name Service)
pada 1984.
Pada awalnya, internet hanya menawarkan layanan berbasis teks,
meliputi remote access, email/messaging, maupun diskusi melalui
newsgroup (Usenet). Layanan berbasis grafis seperti World Wide Web
(WWW) saat itu masih belum ada. Yang ada hanyalah layanan yang
disebut Gopher yang dalam beberapa hal mirip seperti web yang kita
kenal saat ini, kecuali sistem kerjanya yang masih berbasis teks.
Kemajuan berarti dicapai pada tahun 1990 ketika World Wide Web
12
mulai dikembangkan oleh CERN (Laboratorium Fisika Partikel di
Swiss) berdasarkan proposal yang dibuat oleh Tim Berners-Lee.
Namun demikian, WWW browser yang pertama baru lahir dua tahun
kemudian, tepatnya pada tahun 1992 dengan nama Viola. Viola
diluncurkan oleh Pei Wei dan didistribusikan bersama CERN WWW.
Tentu saja web browser yang pertama ini masih sangat sederhana, tidak
secanggih browser modern yang kita gunakan saat ini.
2.2.2 Pengertian E-Learning
E-learning (Electronic Learning) yang biasa dikenal pula dengan sebutan
distance learning, online learning, web-based training / computer based
traning, distance education adalah metode pembelajaran elektronis dengan
menggabungkan aspek audio / visual (multimedia) melalui internet, dapat pula
disebut dengan pendidikan jarak jauh (Santoso, 2001).
E-learning dapat dikenali dengan ciri-ciri sebagai berikut; sistem
pendidikan yang pelaksanaannya memisahkan guru dan siswa, karena faktor
jarak dan waktu; penyampaian bahan ajar dengan bantuan media e-learning,
seperti komputer, internet; bahan ajar yang disampaikan bersifat “mandiri”;
komunikasi yang disampaikan dapat melalui dua arah, baik yang sampaikan
secara langsung (synchronuous) maupun secara tidak langsung (asynchronous);
sistem pembelajarannya dilakukan secara sistematik (terstruktur), teratur dalam
kurun waktu tertentu; mencipkan paradigma baru yang membuat guru sebagai
pengajar sebagai “fasilitator” dan siswa sebagai pembelajar sebagai “peserta
aktif”.
13
2.2.3 Manfaat dan Peranan E-Learning
Manfaat positif yang bisa diambil dari e-learning adalah meningkatkan
independensi e-learner dalam belajar; kemampuan menulis yang semakin baik;
penyampaian informasi dan pertanyaan yang lebih komprehensif; mengingat
dalam e-learning pembelajar dapat bertanya dan menulis apa saja kepada
instruktur ataupun sejawatnya tanpa dibatasi ruang dan waktu; selain itu elearning juga membantu guru melakukan penilaian menyeluruh secara tepat
dan teliti serta personalisasi setiap siswa, sehingga setiap siswa dapat diamati
perkembangan belajarnya secara pribadi.
E-learning sendiri mempunyai peranan yang cukup penting antara lain,
meningkatkan pemerataan pendidikan; mengurangi angka putus kuliah atau
putus sekolah; meningkatkan prestasi belajar; meningkatkan kehadiran siswa
dikelas; meningkatakan rasa percaya diri; meningkatkan wawasan; mengatasi
kekurangan tenaga pendidikan; dan meningkatkan efisiensi.
2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan dalam E-Learning
Menurut Effendi (2005) e-learning memiliki kelebihan dan kekurangan
sebagai berikut :
2.2.4.1 Kelebihan E-Learning
1. Biaya
E-learning akan mengurangi biaya suatu perusahan untuk pelatihanpelatihan.
2. Fleksibilitas waktu
E-learning
membuat
pengajar
menyesuaikan waktu belajar.
dan
pelajar
untuk
dapat
14
3. Fleksibilitas tempat
Media e-learning adalah internet, sehingga memudahkan bagi
pengajar dan pelajar untuk mengaksesnya di manapun juga.
4. Fleksibilitas kecepatan pembelajaran
Kemampuan seseorang dalam menangkap materi belajar berbedabeda, ada pelajar yang dapat dengan mudah memahami materi yang
disampaikan selain itu ada pula pelajar yang perlu mengulang
beberapa kali untuk dapat memahami materi yang disampaikan,
kecepatan proses belajar e-learning dapat disesuaikan dengan
pelajar itu sendiri.
5. Standarisasi pengajaran
Pengajaran yang biasa dilakukan dengan tatap muka langsung
dengan pengajar, memiliki standarisasi yang bergantung pada
pengajar itu, apakah materi yang disampaikan mudah dimengerti
atau pengajar tersebut tidak dapat menjelasakan materi dengan baik.
Dalam e-learning standarisasi merata karena penyampaian materi
melalui media-media visual, yang tidak bergantung pada suasana
hati pengajar.
6. Efektivitas pengajaran
Desain materi yang menerapkan teknologi animasi canggih
membantu pembelajar dalam memahami materi.
7. Kecepatan distribusi
E-learning dapat menjangkau pembelajar sampai ke pelosok daerah
selama di sana mempunyai akses internet, sehingga bila ada
15
perubahan maupun perbaikan materi, admisnistrator hanya perlu
mengubah
server e-learning tanpa harus mendatangi pelosok
daerah yang menggunakan materi itu.
8. Ketersediaan on-demand
E-learning dapat diakses sewaktu-waktu maka disetiap saat
pembelajar dapat selalu mengaksesnya untuk mencari materi yang
tidak dimengerti atau terlupakan.
9. Otomatisasi proses administrasi
E-learning menggunakan suatu Learning Management System
(LMS) yang berfungsi sebagai platform pelajaran-pelajaran elearning dan sebagai sarana penyimpan data-data pelajar, pelajaran
dan proses yang sedang berlangsung. Pelatih yang memiliki akses
ke LMS dapat setiap saat mencetak sendiri laporan untuk
mengawasi kemajuan dan keaktifan belajar siswanya.
2.2.4.2 Kekurangan E-Learning
1. Budaya
Pengguna e-learning dituntun budaya “self
learning”, dimana
seseorang memotivasi diri sendiri agar mau belajar. Sebaliknya
pendidikan Indonesia saat ini sebagian besar bergantung pada
pengajarnya, dan para pembelajar itu sendiri kurang memiliki
kesadaran untuk belajar.
2. Investasi
16
Walaupun e-learning menghemat banyak biaya, tetapi suatu
organisasi harus mengeluarkan investasi yang cukup besar untuk
memulai mengimplementasikan e-learning.
3. Teknologi
Teknologi yang digunakan beragam, ada kemungkinan teknologi
tersebut tidak sejalan teknologi yang ada di pengguna / pembelajar.
4. Infrastruktur
Internet sendiri belum benar-benar menjangkau sampai ke pelosok
Indonesia.
5. Materi
E-learning menawarkan berbagai materi, tetapi e-learning tidak
dapat menyediakan materi yang memerlukan pelatihan seperti
kegiatan fisik, olah raga maupun instrumen musik. Selain itu materi
e-learning yang disampaikan di Indonesia sebagian besar berbentuk
seperti buku teks disekolah dengan tambahan sedikit animasi
sehingga membuat pembelajar merasa bosan.
2.2.5 Metode Penyampaian E-Learning
Penyampaian e-learning dapat dilakukan melalui dua metode (Effendi,
2005 : 7) :
a. Synchronous Learning
Synchronous berarti “pada waktu yang sama”, dimana proses pembelajaran
terjadi pada saat yang sama ketika pembelajar sedang mengajar dan murid
sedang belajar, sehingga memungkinkan interaksi langsung antara guru dan
17
murid, baik melalui internet maupun intranet, seperti pada saat perkuliahan
biasa dikelas, seminar atau konfrensi.
b. Asynchronous Learning
Asynchronous berarti “tidak pada waktu yang sama”, dimana dalam proses
pembelajaran, seseorang dapat mengambil pada saat yang berbeda dengan
pengajar memberikan pelatihan, perserta hanya mengakses materi pelajaran
yang disediakan pengajar.
Download