PENGANTAR KOMUNIKASI KESEHATAN Oleh: Ade Heryana, SST, MKM Prodi Kesehatan Masyarakat, FIKES Univ. Esa Unggul Jakarta PENDAHULUAN Setiap orang akan terlibat dalam kegiatan komunikasi kesehatan bukan hanya ketika mereka mencari atau mendapat pelayanan kesehatan, namun juga saat berbicara tentang kesehatan dengan keluarga, tetangga atau orang yang disayanginya, bahkan saat mereka menyebarkan pesan-pesan yang berhubungan dengan kesehatan melalui internet, televisi, film, majalah, dan media lain. Komunikasi kesehatan merupakan salah satu bagian dari ilmu komunikasi dan termasuk bidang yang menantang dan menarik untuk dipelajari. Bidang ini relatif masih baru dan berkembang pada beberapa puluh tahun terakhir. Beberapa istilah digunakan sebagai nama lain dari bidang komunikasi kesehatan yaitu “komunikasi terapi” dan “komunikasi medis”. Pada tahun 1975 anggota asosiasi yang mengkaji tentang komunikasi terapi sepakat untuk mengganti istilah “komunikasi terapi” dengan term yang lebih luas yakni komunikasi kesehatan. Bidang pekerjaan atau aktivitas dari komunikasi kesehatan terdapat dua area yang dominan yaitu 1) kegiatan dari sudut pandang sosiologis yaitu menyampaikan informasi kesehatan dan kampanye kesehatan yang dimulai sejak tahun 1940-1950; dan 2) kegiatan dari sudut pandang hubungan pasien dengan dokter yang memfokuskan pada relevansi komunikasi dan penyampaian komunikasi kepada pasien yang dimulai sejak tahun 1960an. Buku pertama tentang komunikasi kesehatan diterbitkan pada tahun 1980an oleh cendikiawan di bidang ini. Buku tersebut diantaranya adalah: a. Health Communication: Theory and Practice, ditulis oleh Gary Kreps dan Barbara Thornton; b. The Physician’s Guide to Better Communication, ditulis oleh Barbara Sharf; dan c. Health Communication: A Handbook for Health Professionals, ditulis oleh Peter dan Laurel Northouse PENGERTIAN DAN DEFINISI KOMUNIKASI Dalam Encharta Dictionary, istilah “komunikasi” memiliki empat pengertian yaitu: 1. Exchange of information between individuals, atau pertukaran informasi antar individu, misalnya percakapan, tulisan, atau menggunakan simbol-simbol dan perilaku yang berlaku secara umum; 2. Message atau pesan. Pesan tersebut dapat berbentuk pesan-pesan lisan dan tulisan; 3. Act of communicating. Komunikasi dapat berupa tindakan-tindakan untuk melakukan komunikasi; 4. Rapport. Komunikasi dapat pula diartikan sebagai rasa saling memahami dan simpati; dan 5. Access. Komunikasi dapat diartikan sebagai akses untuk memperoleh komunikasi, misalnya saluran penghubung komunikasi, dan sebagainya. Dengan demikian berdasarkan pengertian di atas, pengertian istilah komunikasi bukan hanya sebuah kata benda (berbentuk pertukaran informasi dan pesan-pesan) melainkan juga sebuah kata kerja (dalam bentuk tindakan-tindakan untuk melakukan dan mengakses komunikasi, serta upaya untuk saling memahami dan bersimpati). Para ahli komunikasi mendefinisikan “komunikasi” dalam perspektif yang berbedabeda, di antaranya adalah: Tabel 1. Definisi Komunikasi a. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses menjelaskan: Siapa? Mengatakan apa? Dengan saluran apa? Kepada siapa? Efeknya apa? b. Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain c. Komunikasi adalah proses transfomasi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dan sebagainya d. Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain, baik disengaja atau tidak disengaja e. Komunikasi adalah proses memahami dan berbagi makna Harold D. Laswell Carl I. Hovland Bernard Barelson & Garry A. Steiner Claude Shannon & Warren Weafer Judy C. Pearson & Paul Emelson Dengan demikian dapat disimpulkan berdasarkan definisi di atas, komunikasi merupakan sebuah proses yang melibatkan pemberi komunikasi (komunikator) dan penerima komunikasi (komunikan), dimana proses tersebut dapat berbentuk: - Penjelasan terhadap “siapa, apa yang dikatakan, dengan saluran apa, kepada siapa, dan bagaimana efeknya”; - Penyampaian rangsangan dari komunikator kepada komunikan untuk mengubah perilaku; - Transformasi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya; - Interaksi yang saling pengaruh mempengaruhi baik sengaja atau tidak disengaja - Memahami dan berbagi makna KOMUNIKASI KESEHATAN CDC mendefinisikan komunikasi kesehatan sebagai sebuah ilmu yang mempelajari dan menggunakan strategi komunikasi untuk menginformasikan dan mempengaruhi keputusan individu dan/atau komunitas dalam rangka meningkatkan kesehatan. Sementara menurut du Pré (2014) komunikasi kesehatan meliputi proses menyampaikan, mencari, dan membuat pengertian atau pemahaham terhadap informasi yang berhubungan dengan kesehatan. Definisi komunikasi kesehatan lainnya dikemukakan oleh berbagai ahli seperti: Tabel 2. Definisi Komunikasi Kesehatan a. b. c. Seni dan metode untuk menginformasikan, mempengaruhi dan Ratzan dkk memotivasi individu, institusi, dan masyarakat tentang issue-issue kesehatan yang penting Komunikasi kesehatan adalah suatu pengembangan ilmu Bernhardt pengetahuan, penyampaian strategi, dan evaluasi kritis terhadap relevansi, akurasi, keterjangkauan, dan pemahaman akan informasi kesehatan, baik yang berasal atau disampaikan kepada pendengar, dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakarat Komunikasi kesehatan adalah pendekatan multidisiplin untuk Schiavo menjangkau berbagai audiens dan membagi informasi kesehatan, yang bertujuan mempengaruhi, mengikat, dan mendapat dukungan dari individu, komunitas, profesi kesehatan, kelompok tertentu, pembuat kebijakan, dan masyarakat, dalam rangka memperkenalkan, mengadopsi, atau mempertahankan sebuah perilaku, praktik, atau kebijakan yang akan meningkatkan derajat kesehatan Sehingga komunikasi kesehatan mengandung unsur-unsur filosofis dan karakteristik sebagai berikut: 1. Sebuah ilmu, seni dan metode yang multidisiplin. Berarti bahwa proses dalam mengkomunikasikan masalah-masalah kesehatan harus mengikuti metode ilmiah, bukan metode yang disampaikan secara sembarangan, dari berbagai sudut pandang ilmu. Disamping itu penyampaian sebuah komunikasi kesehatan mempertimbangkan aspek budaya yang ada di masyarakat, sehingga seorang komunikator diharapkan mengetahui seni untuk menyampaikan komunikasi pada berbagai kelompok orang. 2. Mempelajari dan menggunakan strategi komunikasi. Pengertian strategi mengandung arti bahwa komunikasi kesehatan merupakan cara untuk mencapai sebuah tujuan terutama tujuan peningkatan kesehatan melalui perubahan perilaku penerima komunikasi. 3. Mengiformasikan, mempengaruhi dan memotivasi individu, komunitas, institusi dan masyarakat untuk mengambil berbagai keputusan di bidang kesehatan menggunakan isu-isu kesehatan terkini. Komunikasi kesehatan bukan hanya ditujukan bagi individu saja namun bagi khalayak yang lebih luas. 4. Mengevaluasi relevansi, akurasi, keterjangkauan, dan pemahaman terhadap informasi kesehatan yang berasal dari pendengar atau yang disampaikan kepada pendengar. Sehingga komunikasi kesehatan bukan hanya kegiatan menyampaikan tetapi juga mengevaluasi aspek-aspek keberhasilan komunikasi kesehatan. 5. Bertujuan meningkatkan kesehatan. Ouput dari komunikasi kesehatan adalah peningkatan kesehatan, sehingga sejalan dengan upaya kesehatan masyarakat yang mengutamakan upaya promotif dan preventif. Sementara Du Pré (2014) menyebutkan prinsip-prinsip dalam komunikasi kesehatan antara lain: a. Komunikasi kesehatan bisa terjadi secara sengaja atau tidak disengaja, dan terbuka atau tersamarkan. Contoh komkes yang dilakukan secara sengaja adalah perbincangan dokter dengan pasien di ruang periksa, atau penyuluhan kesehatan kepada masyarakat luas. Contoh komkes yang tidak disengaja dan tersamarkan misalnya lomba memasak sayuran hijau yang secara implisit memberikan edukasi tentang makanan yang sehat. b. Komunikasi kesehatan merupakan pencapaian kerja yang kolaboratif yang hasilnya dipengaruhi oleh setiap orang yang terlibat. Hal ini akan jelas terlihat ketika orang-orang tersebut berinteraksi satu per satu. c. Keberhasilan komunikasi kesehatan dipengaruhi oleh konteks. Misalnya struktur dan iklim organisasi mempengaruhi bagaimana perbincangan terjadi dalam ruang pemeriksaan. d. Penetapan antara komunikasi dan kesehatan akan saling terkait pada setiap tingkatan; dan e. Komunikasi kesehatan tidak selalu konstruktif, kadang-kadang bahasa tubuh dan komentar yang tidak perlu dapat merusak komunikasi. Sensitifitas terhadap budaya dan informasi yang tidak akurat kadang-kadang menimbulkan komunikasi yang buruk. Bahkan keputusan untuk tidak menyampaikan informasi sama sekali kadang lebih baik dilakukan untuk menghindari masalah tersebut. Secara komprehensif menurut Schiavo (2007) komunikasi kesehatan memiliki karakteristik antara lain: a. Berfokus pada audiens b. Dilakukan berdasarkan penelitian c. Dilakukan dengan multidisiplin ilmu d. Upaya yang sifatnya strategis e. Berorientasi pada proses f. Mempertimbangkan efektifitas biaya g. Membutuhkan kreatifitas tinggi h. Audiens yang terlibat serta media yang dipakai bersifat khusus i. Dilakukan untuk membangun hubungan, dan j. Bertujuan untuk mengubah perilaku atau kehidupan sosial. Sebagai sebuah proses yang melibatkan manusia, komunikasi kesehatan dinaungi oleh lingkungan yang membatasinya dengan aktivitas lain di bidang kesehatan. Lingkungan tersebut terdiri dari empat jenis yaitu 1) audiens; 2) perilaku kesehatan serta produk/jasa kesehatan; 3) lingkunga sosial; dan 4) lingkungan politik. Lingkungan audiensi yang perlu mendapat perhatian dalam komunikasi kesehatan antara lain: keyakinan, sikap, dan perilaku; budaya, usia, dan gender/jenis kelamin; tingkat pengetahuan; faktor risiko dan gaya hidup; dan status sosial ekonomi. Sementara lingkungan perilaku kesehatan dan produk/jasa kesehatan yang perlu diperhatikan adalah benefit, risiko, dan kelemahan dari produk/jasa kesehatan; pertimbangan pasien terhadap harga dan gaya hidup; serta keterjangkauan dan ketersediaan produk/jasa kesehatan. Lingkungan sosial yang menjadi perhatian dalam komunikasi kesehatan antara lain keyakinan, sikap, dan perilaku para pemangku kepentingan; norma sosial; struktur sosial; dan program kesehatan yang telah ada. Akhirnya lingkungan politik juga perlu menjadi hal yang penting diperhatikan, antara lain kebijakan dan hukum; kemauan politis dan komitmen dari pejabat setempat; dan tingkat prioritas program secara politis. Berdasarkan pengertian dan lingkungannya, maka ruang lingkup komunikasi kesehatan meliputi lima macam kegiatan: 1. Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar individu; 2. Public relation atau komunikasi publik, hingga hubungan dengan pemerintah; 3. Mobilisasi komunitas atau menggerakan masyarakat untuk berperilaku sehat; 4. Komunikasi yang dibangun antar tenaga kesehatan; dan 5. Hubungan yang baik dengan konstituen. KOMUNIKASI KESEHATAN YANG EFEKTIF Aktifitas komunikasi kesehatan yang efektif setidaknya memenuhi tiga syarat yaitu: 1. Dilakukan secara terus menerus serta berkesinambungan membentuk alur yang disebut siklus komunikasi kesehatan 2. Mencakup seluruh level kehidupan manusia yang mempengaruhi perilaku individu yang disebut dengan model ekologis 3. Menerapkan perencanaan yang matang Siklus Komunikasi Kesehatan Komunikasi kesehatan seperti halnya proses kerja yang lain merupakan satu siklus yang tidak berhenti dan berlangsung secara kontinyu. Siklus tersebtu dimulai dari pengumpulan dan analisis data, penentuan strategi komunikasi, tahap eveluasi, dan dimulai lagi dari awal. Adapun siklus tersebut disajikan pada gambar 1 di bawah. Pengumpulan & Analisis Data Penentuan Strategi Komunikasi Evaluasi Gambar 1. Siklus Komunikasi Kesehatan (sumber: Parvanta, 2011) Tahap pertama dalam siklus tersebut adalah pengumpulan dan analisis data. Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan dan perilaku/lingkungan. Untuk memperolaeh data tersebut, pelaksana komunikasi kesehatan bisa melihat dari data-data surveilans atau epidemiologi lingkungan. Tahap kedua adalah menentukan strategi komunikasi yang tepat. Strategi tersebut dikembangkan untuk memodifikasi perilaku audiens, memodifikasi perilaku yang mempengaruhi perilaku kesehatan, dan untuk meningkatkan atau memperbaiki kondisi lingkungan. Tahap ketiga adalah mengevaluasi yang bertujuan untuk mengetahui apakah strategi komunikasi yang dipakai telah efektik mengubah perilaku sosial atau memperbaiki kondisi lingkungan. Berdasarkan hasil evaluasi inilah, pelaksana komunikasi kesehatan kembali melakukan pengumpulan dan analisis data. Proses ini berjalan terus membentuk siklus yang kontinyu. Model Ekologis Syarat kedua dari suatu komunikasi kesehatan yang efektif adalah berpedoman pada model ekologis manusia (lihat gambar 2). Environmental level Societal level Organizational level Individual level Ciri-ciri individu Gambar 2. Model Ekologis untuk Komunikasi Kesehatan (sumber: Parvanta, 2011) Menurut model ekologis, perilaku individu dipengaruhi oleh faktor internal berupa ciriciri atau karakteristik individu (seperti usia, jenis kelamin, ras, dan faktor biologis) dan faktorfaktor lingkungan yang ada di sekitarnya yang terdiri dari organizational level, societal level, dan environmental level. Organizational level merupakan kondisi lingkungan tempat individu bercengkrama dalam lingkup terkecil seperti lingkungan sosial, keluarga, dan komunitas. Societal level merupakan kondisi lingkungan yang berpengaruh langsung terhadap perilaku individu berupa tempat individu menetap (tempat tingga;) dan bekerja (tempat kerja). Misalnya perumahan atau RT/RW, kantor, sekolah, dan sebagainya. Environmental level yaitu kondisi lingkungan sosial yang mempengaruhi individu secara tidak langsung dan bersifat sangat luas, misalnya kota, provinsi, negara, dan seterusnya. Contoh bentuk komunikasi kesehatan adalah kampanye mencegah hipertensi pada usia 45 tahun ke atas. Model ekologis yang sesuai dengan kampanye dan mempengaruhi perilaku individu dalam mencegah hipertensi adalah: 1. Faktor internal berupa ciri-ciri individu, yaitu - Makin bertambah usia maka risiko hipertensi semakin tinggi - Jenis kelamin perempuan lebih rentan terkena hipertensi - Risiko hiperte[nsi meningkat pada ras/suku tertentu - Orang dengan kadar kolesterol dalam darah tinggi (hiperkolesterol) maka lebih berisiko terkena hipertensi 2. Organizational level. Pada level ini kampanye ditujukan pada intervensi di tingkat keluarga yang mempengaruhi kejadian hipertensi seperti rutin makan sayur dan gizi yang seimbang; 3. Societal level. Pada level ini kampanye pencegahan hipertensi difokuskan pada aktivitasaktivitas di level tempat bermukim atau tempat bekerja individu. Misalnya rutin melakukan olahraga atau senam, mencegah stress kerja, dan sebagainya; dan 4. Environmental level. Pada level ini kampanye pencegahan hipertensi ditujukan bagi masyarakat yang lebih luas, seperti anjuran untuk secara rutin melakukan medical check up. Model ekologis juga dapat membantu pelaksana komunikasi kesehatan menentukan intervensi utama dan dukungan komunikasi sebagai upaya mengubah perilaku audiens. Seperti ditunjukkan pada tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Menentukan Intervensi Utama dan Dukungan Komunikasi Kesehatan menggunakan Model Ekologis (sumber: Parvanta, 2011) Level ekologis Negara, nasional, global (Environmental level) Kondisi pemukiman & tempat kerja (Societal level) Sosial, komunitas, keluarga (Organizational level) Intervensi utama Kebijakan, hukum, ikrar, “gerakan”, emerjensi Contoh: peraturan penggunaan seat belt, Undang-undang Tembakau, Gerakan masyarakat sehat, dsb Pemulihan kondisi lingkungan; jam kerja; kebijakan perusahaan Norma-norma sosial; pengurangan kesenjangan sosial; akses pelayanan kesehatan; aturan kelompok Dukungan komunikasi Advokasi (untuk membuat atau memelihara peraturan); kampanye kesehatan nasional; program insentif; aturan kemasan dan label, dsb Advokasi oleh warga atau pekerja utk memperbaiki kondisi; peningkatan kesadaran dengan promkes, dsb Kampanye “akar rumput”, radio, TV, internet, pandangan tokoh masyarakat, dsb Level ekologis Perilaku Individu (Individual level) Biologis/Psikologis individu Intervensi utama Penerimaan keyakinan, sikap, motivasi, self-efficacy, layanan; komunikasi perubahan perilaku Pencegahan & pengobatan, skrining penyakit Dukungan komunikasi Multimedia, materi edukasi, buku pedoman, kampanye promotif, pemberdayaan di rumah tangga Komunikasi perubahan perilaku, kunjungan rumah Perencanaan Komunikasi Kesehatan Komunikasi kesehatan yang efektif harus dilaksanakan dengan perencanaan yang matang. Menurut Parvanta (2011), perencanaan komunikasi kesehatan terdiri dari 6 tahapan yaitu perencanaan makro, perencanaan strategi komunikasi, perencanaan implementasi/taktis, perencanaan evaluasi, perencanaan keberlangsungan program, dan bila diperlukan perencanaan publikasi. Tahap pertama adalah perencanaan makro meliputi analisis permasalahan kesehatan, menentukan model ekologis, strategi intervensi, dan penentuan populasi target (audiens). Perencanaan ini dapat dilakukan bila data-data epidemiologik menunjukkan terdapat permasalahan yang mempengaruhi kesehatan kelompok/komunitas. Bila ternyata pada komunitas tersebut telah ada intervensi yang pernah dilakukan, maka intervensi yang diusulkan agar diuji terlebih dahulu. Pada tahapan ini, minimal output perencanaan yang dihasilkan adalah diketahuinya permasalahan atau potensi permasalahan yang ada, sebelum masuk ke tahap perencanaan berikutnya. Tahap kedua yaitu perencanaan strategi komunikasi. Pada tahap ini perencanaan difokuskan pada tujuan khusus perubahan perilaku, jenis audiens yang akan diintervensi, pesan-pesan yang akan disampaikan, dan media yang akan digunakan. Disamping itu dilakukan pengujian (uji coba) terhadap strategi konsep, pesan, materi, dan media yang akan dipakai. Terkadang dibutuhkan riset yang mendalam terhadap strategi yang akan dipakai. Tahap ketiga adalah perencanaan implementasi atau perencanaan taktis, yaitu merencanakan pelaksanaan komunikasi kesehatan secara taktis dan teknis. Pada tahap perencanaan ini setidaknya ada enam jenis pertanyaan yang harus dijawab yakni Apa yang akan dilakukan? Dimana dilakukannya? Kapan dilakukan? Bagaimana cara melakukannya? Dengan anggaran berapa? dan Siapa yang bertanggung jawab? Tahap keempat adalah perencanaan evaluasi yaitu merencanakan metode untuk menilai keberhasilan program komunikasi kesehatan. Pada tahap ini perencanaan difokuskan pada penentuan aspek/dimensi untuk memonitor dan mengevaluasi intervensi komunikasi kesehatan. Tujuan dari perencanaan ini adalah memastikan kemanfaatan program komkes bagi pemangku kepentingan. Sebaiknya perencanaan evaluasi dilakukan di awal pelaksanaan. Tahap kelima adalah perencanaan keberlangsungan program komkes. Pada tahap ini ditentukan atau direncanakan kegiatan untuk menjalin kerjasama dan kemungkinan pengembangan program komkes agar tetap berkesinambungan. Adapun tujuan dari perencanaan ini adalah: - Memastikan bahwa program komkes menjangkau audiesn yang luas - Mengurangi biaya - Menghasilkan program yang berkelanjutan Yang terakhir adalah perencanaan publikasi. Tahap ini dilakukan bila memang dibutuhkan publikasi atau penyampaian hasil kegiatan kepada pihak-pihak terkait, pemangku kepentingan dan masyarakat luas. Media publikasi yang dipilih sebaiknya sesuai dengan karakteristik audiens. REFERENSI Du Pré, Athena (2014). “Basic concepts of Communication” dalam Teresa L. Thompson (ed.) Encyclopedia of Health Communication, LA: Sage Publication Nurudin (2016). Ilmu Komunikasi: Ilmiah dan Populer, Jakarta: Rajawali Press Parvanta, C., David E.N., Sarah A.P., dan Richard N.H. (2011). Essentials of Public Health Communication, Ontario: John & Bartlet Learning Schiavo, Renata (2007). Health Communication: from Theory to Practice, CA: Jossey-Bass Thompson, Teresa L (2014). “Introduction” dalam Teresa L. Thompson (ed.) Encyclopedia of Health Communication, LA: Sage Publication.