BAB 4 OBJECTIVES ANALYSIS ILLEGAL FISHING MEMPERJELAS BATAS WILAYAH iNDONESIA MEMASANG RAMBU2 PERBATASAN DENGAN JELAS OKNUM TIDAK BOLEH MELAKUKAN KONGKALIKO NG DENGAN PIHAk ASING SIFAT YANG MEMPERKAYA DIRI SENDIRI HARUS DIHILANGKAN MEMAKSIMALKAN PENGAWASAN DIHARUSKAN MEMATUHI PERATURAN MEMBUAT UNDANG UNDANG YANG JELAS PIHAK ASING HARUS DIBERI PELAJARAN PIHAK ASING HARUS MEMATUHI PERATURAN KETERBATASAN KAPAL MENAMBAHKA N KETERSEDIAAN KAPAL MELAKUKAN PELEDAKKAN KAPAL ASING 15 MENAMBAH ANGGARAN BBM PERLUNYA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI MENGGUNA KAN ALAT SATELIT YANG TERHUBUNG DENGAN CTI RADAR STASIUNNYA PERLU DIKEMBANG KAN Dari analisa permasalahan yang disebutkan di Bab 3, dapat ditinjau satu – persatu pemecahan masalahnya yang dapat mengurangi praktek illegal fishing. Diantaranya adalah : 1. Memperjelas rambu perbatasan wilayah laut Indonesia Pada batas wilayah, agar mengurangi praktek illegal fishing maka hal yang perlu diperhatikan adalah memperjelas batas wilayah Indonesia sehingga para nelayan mengetahui sampai sejauh mana mereka mengambil ikan. Presiden Joko Widodo perlu segera melanjutkan penegasan batas wilayah darat maupun teritorial Indonesia yang bersinggungan dengan wilayah negara lain untuk memantapkan kedaulatan. "Masih banyak titik-titik (batas teritorial) yang belum dipertegas untuk mendukung kedaulatan Indonesia," kata pakar hukum internasional Universitas Islam Indonesia (UII) Jawahir Thontowi di Yogyakarta. Menurut dia, presiden perlu segera mengagendakan pertemuan bilateral dengan negara-negara tetangga seperti Vietnam, Filipina, Singapura, Malaysia, dan Timor Leste, untuk memperjelas batas wilayah. Apalagi, pemerintahan baru akan memberi porsi besar terhadap kekuatan maritim Indonesia, yang notabene tidak jarang akan bersinggungan dengan batas wilayah laut. 2. Membuat Undang – Undang yang lebih jelas Perikanan merupakan salah satu mata pencaharian penduduk Indonesia yang sebagian tinggal di pesisir pantai. Sehingga banyak orang yang bergantung pada bidang ini. UU nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan dibuat demi pelaksanaan penegakan hukum di bidang perikanan dan dapat memberikan kejelasan dan kepastian atas segala tindak pidana dan untuk mendorong percepatan dinamika pembangunan yang menganut azas pengelolaan perikanan bertanggung jawab. Bab XIII Pengadilan Perikanan, pasal 71 ayat (1) menyatakan : “ Dengan Undang-undang ini dibentuk pengadilan perikanan yang berwenang memeriksa, mengadili, dan memutuskan tindak pidana di bidang perikanan” merupakan indikator keseriusan pemerintah menangani pelanggaran perikanan. Hal ini menuntut kesiapan penegak hukum Penyidik Pegawai Negeri Sipil, Perwira TNI AL, dan Pejabat PORLI bekoordinasi lebih intens lagi menangani tindak pidana di bidang perikanan. Pengadilan perikanan bertugas dan 16 berwenang memeriksa dan memutuskan tindak pidana perikanan oleh majelis hakim. Semua sudah tercantum dalam Bab XV Ketentuan Pidana , termasuk denda seperti tercantum pada pasal 84-105, bahwa setiap orang yang dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan RI melakukan penangkapan ikan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat/cara yang dapat merugikan/membahayakan kelestarian sumber daya ikan atau lingkungannya, pidana dengan hukuman penjara maupun didenda. Termasuk nahkoda kapal, ahli penangkapan, dan anak buah kapal, demikian pula dengan pemilik kapal perikanan, penanggung jawab perusahaan perikanan maupun operator kapal. 3. Memaksimalkan Pengawasan Ketiga perlunya memaksimalkan pengawasan oleh pihak yang berkewajiban agar pratek illegal fishing dapat ditekan angkanya. Untuk itu, perlu adanya penambahan kapal agar penjagaan di semua perbatasan wilayah dapat dilakukan, sedangkan untuk pemanfaatan teknologinya perlu mengembangkan stasiun radarnya supaya pengawasannya maksimal dan juga alat satelit yang terintegrasi dengan system CTI yang berfungsi untuk mendeteksi kapal asing pada saat melakukan penangkapan ikan. Selain itu perlu menambahkan alat pada wilayah batas laut Indonesia karena masih banyak sekali kapal – kapal asing yang melakukan penangkapan ikan secara illegal. Dengan adanya alat ini pihak yang berwajib dapat mengetahui kapal asing yang masuk di wilayah perbatasan Indonesia ketika patroli sedang tidak dilakukan. 4. Oknum tidak boleh melakukan kerjasama oleh pihak asing sendiri. Meskipun sudah dilakukan pencegahan dan lain sebagainya, namun masih terdapat oknum yang memperkaya diri sendiri dengan melakukan kerjasama oleh pihak asing ini dapat menyebabkan kerugian Negara. Oknum yang melakukan tindakan seperti ini bisa berdampak pada pihak asing yang melakukan suap agar dapat melancarkan praktik illegal fishing. Disini pemerintah haruslah tegas dalam menyelidiki orang – orang dalam seperti ini. 5. Menindak tegas kapal asing yang melakukan illegal fishing 17 Sekarang, demi menjaga wilayah kedaulatan laut NKRI, dan demi penegakan hukum nasional, serta melindungi wilayah perairan kita, Presiden Jokowi dengan tegas memerintahkan aparat yang berwenang (TNI-AL dan Polri) untuk menenggelamkan kapal-kapal nelayan asing yang secara ilegal masuk ke wilayah perairan Indonesia untuk mencuri ikan. Ide melakukan penindakan dengan menenggelamkan kapal-kapal nelayan asing pencuri ikan itu awalnya datang dari Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, yang langsung mendapat dukungan penuh dari Presiden Jokowi, dengan segera langsung diimplementasikan dengan perintah pelaksanaan penenggelaman kapal-kapal tersebut. Jokowi mengingatkan kepada para nelayan asing itu bahwa sebagai Presiden, dia tidak main-main dalam hal ini. Jokowi perlu mengatakan hal itu, mungkin karena presiden sebelumnya terkesan main-main alias hanya gertak sambal, yang membuat tidak ada nelayan asing yang takut untuk terus melakukan pencurian ikan di dalam wilayah perairan Indonesia. Gambar 7. Peledakkan Kapal 18