bab ii tinjauan pustaka

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Prurigo secara umum adalah penyakit kulit yang ditandai dengan gangguan kulit berbentuk
papula dan nodul (ukurannya bervarisai), berwarna kecoklatan hingga kehitaman
(hiperpigmentasi), kronis (berlangsung lebih 6 minggu) dan bersifat kumat-kumatan
(residif).
B. Etiologi
Hingga kini, penyebab prurigo belum diketahui. Diduga berhubungan dengan faktor
emosional. Hal ini dilandasi fakta bahwa rasa gatal muncul terutama ketika penderita
Prurigo mengalami stress atau ketegangan emosional.
C. Tanda dan Gejala
Tanda – tanda umum yang kerap dijumpai pada prurigo, antara lain:

Dijumpai lesi berbentuk papula dan nodul, berjumlah tunggal (Prurigo Simplex)

maupun multiple (banyak).
Penebalan dan hiperpigmentasi sehingga Prurigo berwarna kecoklatan hingga


kehitaman.
Gatal pada saat – saat tertentu, terutama ketika penderita mengalami ketegangan psikis.
Lokasi tersering timbulnya Prurigo adalah anggota badan (ekstrimitas), terutama di

permukaan bagian depan paha dan tungkai bawah hingga kaki.
Ukuran lesi bervariasi, menebal, keras, berwarna merah kecoklatan hinggga
kehitaman. Adakalanya mengalami pengelupasan di permukaan lesi.
D. Klasifikasi
Prurigo dibai menjadi 2 kelompok :
1. Prurigo Simpleks
Prurigo papul ditemukan pada berbagai tingkat usia dan paling sering pada
orang dengan usia pertengahan. Tempat yang sering terkena ialah badan dan bagian
ekstensor ekstremitas.muka dan bagian kepala yang berambut juga dapat terkena
tersendiri atau bersama-sama dengan tempat lainnya.
Lesi biasanya muncul dalam kelompok – kelompok sehingga papul – papul,
vesikel-vesikel dan jaringan-jaringan parut sebagai tingkat perkembangan terakhir
dapat terlihat pada saat yang bersamaan. Beberapa variasi prurigo pernah
dilaporkan.Prurigo
melanotik
Pierini
dan
Borda
terjadi
pada
wanita
usia
pertengahan,berupa pruritus bersamaan dengan sirosis biliaris primer. Lesi berupa
hiperpigmentasi retikular,sangat gatal,terutama mengenai badan.
Pengobatannya simtomatik,diberikan obat untuk mengurangi gatal baik
sistemik maupun topikal.
2. Dermatosis Pruriginosa
Pada kelompok penyakit ini prurigo papul terdapat bersama – sama dengan
urtika, infeksi piogenik, tanda – tanda bekas garukan, likenifikasi dan eksematisasi.
Termasuk dalam kelompok penyakit ini antara lain ialah strofulus,prurigo kronik
multiformis Lutz dan prurigo Hebra.
a. Strofulus
Penyakit ini juga dikenal sebagai urtikaria papular, liken urtikatus dan strofulus
pruriginosis. Sering dijumpai pada bayi dan anak – anak. Papul – papul kecil yang
gatal tersebar di lengan dan tungkai, terutama mengenai bagian ekstensor. Lesi
mula – mula berupa urticated papules yang kecil. Akibat garukan menjadi
ekskoriasi dan mengalami infeksi sekunder atau likenifikasi.
Lesi-lesi muncul kembali dalam kelompok, biasanya pada malam hari. Tetapi
lesi dapat bertahan sampai 12 hari. Semua tingkatan perkembangan dan regresi
papul – papul dapat dilihat pada saat yang bersamaan. Serangan dapat berlangsung
bulanan sampai tahunan. Biasanya tidak disertai pembesaran KGB maupun gejala
konstitusi. Urtikaria papular merupakan reaksi hipersensitifitas terhadap gigitan
fleas (kutu berkaki 6 dapat melompat), gnats (agas,sejenis nyamuk yang kecil
hitam), nyamuk, kutu, dan yang tersering ialah kepinding.
Pengobatan mencakup pemberantasan serangga, terutama fleas (cat & dog fleas
dan kuman fleas) serta kutu busuk. Tempat – tempat tidur binatang peliharaan,
lemari, sela – sela rumah, permadani dan perkakas rumah tangga disemprot dengan
insektisida. Secara topikal penderita diberi lotion antipruritus. Krim kortikosteroid
juga dapat dipakai. Antihistamin peroral dapat menghilangkan rasa gatal.
b. Prurigo kronik multiformis Lutz
Kelainan kulitnya berupa papul prurigo disertai likenifikasi dan eksematisasi.
Penderita juga mengalami pembesaran KGB. Pengobatan bersifat simtomatik.
c. Prurigo Hebra
Prurigo Hebra adalah yang tersering didapat, merupakan penyakit kulit kronik
dimulai sejak bayi atau anak. Kelainan kulit terdiri atas papul – papul miliar
berbentuk kubah yang sangat gatal dan lebih mudah diraba daripada dilihat.
Tempat terutama di daereah ekstremitas bagian ekstensor. Sering terdapat pada
keadaan sosio-ekonomi dan higiene yang rendah. Umumnya terdapat pada anak.
Penderita wanita lebih banyak daripada laki-laki.
Penyebabnya yang pasti belum diketahui. Umumnya ada saudara yang juga
menderita penyakit ini, karena itu ada yang menganggap penyakit ini herediter.
Sebagian ahli berpendapat bahwa kulit penderita peka terhadap gigitan serangga,
misalnya nyamuk. Mungkin antigen atau toksin yang ada dalam ludah serangga
menyebabkan alergi. Disamping itu juga terdapat beberapa faktor yang berperan,
antara lain : suhu, investasi parasit (misalnya Ascaris dan Oxyuris). Juga infeksi
fokal misalnya tonsil atau saluran cerna, endokrin, alergi makanan. Pendapat lain
mengatakan penyakit ini didasari faktor atopik.
Sering dimulai pada anak berusia diatas 1 tahun. Kelainan yang khas adalah
adanya papul – papul miliar tidak berwarna, berbentuk kubah, lebih mudah diraba
daripada dilihat. Garukan menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta, hiperpigmentasi
dan likenifikasi. Jika telah kronik, tampak kulit yang sakit lebih gelap kecoklatan
dan berlikenifikasi.
Tempat predileksi di ekstremitas bagian ekstensor dan simetris, dapat meluas
ke bokong dan perut, muka dapat pula terkena. Biasanya bagian distal lengan dan
tungkai lebih parah daripada bagian proksimal. Tungkai lebih parah daripada
lengan. KGB regional biasanya membesar, tidak nyeri, tidak bersupurasi, pada
perabaan teraba lebih lunak. Pembesaran tersebut disebut bubo prurigo. Bila
penyakitnya ringan disebut prurigo mitis,hanya terbatas di ekstremitas bagian
ekstensor dan sembuh sebelum akil balik.Jika penyakit lebih berat disebut prurigo
feroks (agria), lokasi lesi lebih luas dan berlanjut hingga dewasa.
Gambaran histopatologi tidak khas,sering ditemukan akantosis, hiperkeratosis,
edema pada epidermis bagian bawah, dan dermis bagian atas. Pada papul yang
masih baru terdapat pelebaran pembuluh darah, infiltrasi ringan sel radang sekitar
papul dan dermis bagian atas. Bila telah kronik, infiltrat kronis ditemukan di
sekitar pembuluh darah serta deposit pigmen di bagian basal.
Sebagai diagnosis banding adalah skabies. Pada skabies, gatal terutama pada
malam hari.orang – orang yang berdekatan juga terkena. Kelainan kulit berupa
banyak vesikel dan papul pada lipatan – lipatan kulit.
Pengobatan prurigo dengan menghindari hal – hal yang berkaitan dengan
prurigo, yaitu menghindari gigitan nyamuk atau serangga, mencari dan mengobati
infeksi fokal, memperbaiki higiene perseorangan maupun lingkungan. Pengobatan
berupa simtomatik yaitu mengurangi gatal dengan pemberian sedativa. Contoh
pengobatan topikal ialah dengan sulfur 5-10% dapat diberi dalam bentuk bedak
kocok atau salap. Untuk mengurangi gatal dapat diberikan mentol 0,25-1% atau
kamper 2-3%. Bila terdapat infeksi sekunder diberikan antibiotik topikal. Kadang
dapat diberi steroid topikal bila kelainan tidak begitu luas.
d. Prurigo Nodularis
Adalah penyakit kronik, pada orang dewasa, ditandai adanya nodus kutan yang
gatal, terutama terdapat di bagian ekstensor. Prurigo nodularis merupakan penyakit
kulit dengan karakteristik adanya nodul yang gatal yang biasanya muncul pada
tangan dan kaki yang kemudian dapat berkembang menjadi bentuk likenifikasi
maupun multipel ekskoriasi yang timbul akibat adanya garukan. Prurigo belum
diketahui secara pasti penyebabnya dan nodul yang tampak dapat membuat kita
mengenalinya sebagai nodul pada liken simpleks kronik.
Adapun sinonim dari prurigo nodularis antara lain prurigo nodularis hyde,dan
picker’s nodul.
Penyakit ini dapat mengenai semua kelompok umur mulai dari anak – anak
antara umur 5 sampai 75 tahun, tetapi biasanya terjadi pada usia dewasa 30 – 50
tahun, dan dapat terjadi laki-laki dan wanita, tetapi lebih sering dilaporkan terjadi
pada wanita terutama pada umur pertengahan. Individu dengan prurigo nodularis
dapat dibagi menjadi kelompok atopik dan non atopik. Pada kelompok penderita
dermatitis atopik, prurigo nodularis terjadi pada usia yang lebih muda yaitu usia 19
– 24 tahun dan kejadian reaktifitas terhadap berbagai alergen lingkungan yang
tinggi. Sebaliknya pasien-pasien prurigo nodularis tanpa atopik terjadi pada usia
yang lebih tua yaitu usia 48 – 62 tahun tanpa adanya hipersensitivitas terhadap
alergen lingkungan.
Etiologi prurigo nodularis tidak diketahui secara pasti. Stress emosional dapat
menjadi faktor kontribusi pada beberapa kasus. Sekitar 65-80% terjadi pada pasien
– pasien atopik. Pada pasien – pasien ini onsetnya terjadi lebih awal meskipun
tidak ada erupsi eksematous yang tampak. Pada 20% kasus terjadi setelah gigitan
serangga. Sangat penting untuk mempertimbangkan kemungkinan adanya
gangguan sistemik yang mendasari seperti limfoma, gagal ginjal, disfungsi hepatik,
penyakit malabsorpsi seperti kekurangan zat besi. Penyakit ini dianggap sebagai
neurodermatitis sirkumskripta bentuk nodular atipik.
Secara patogenesis stimulus yang mendasari terjadinya prurigo nodularis
adalah pruritus. Eosinofil yang mengandung eosinophil cationic protein yang
berasal dari neurotoxin meningkat dalam dermis. Protein dasar memiliki
kemampuan mendegranulasi sel-sel mast. Sel-sel langerhans S-100 dan HLA-DR
lebih banyak di dalam dermis.
Jumlah saraf yang mengandung CGRP imunoreaktif dan SP meningkat di
dalam dermis. Deplesi SP yang ditunjukkan dengan confocal laser scanning
microscopy berkaitan dengan perbaikan prurigo nodularis yang mendukung
peranan neuropeptida. Jumlah saraf yang menunjukkan somatostatin imuno reaktif,
VIP, peptida histidin-isoleusin, galanin dan neuropeptida Y sama pada liken
simplex kronik, prurigo nodularis dan kulit normal.
Diperkirakan bahwa proliferasi saraf berasal dari trauma mekanik, contohnya
yaitu menggaruk. SP dan CGRP dapat melepaskan histamin dari sel mast yang
akan meningkatkan pruritus. Membran sel schwann dan sel perineurium
menunjukan peningkatan ekpresi faktor pertumbuhan saraf p75 yang kemungkinan
menimbulkan hiperplasia neural, pada papilla dermal dan dermis bagian atas,
alpha-melanosit-stimulasi hormon (α -MSH)-like imunoreactivity terlihat didalam
sel-sel endotel kapiler. Meskipun peranan dari α-MSH pada prurigo nodularis
belum diketahui, kemungkinan fungsinya dalam imunosupresi terhadap inflamasi
kutaneous.
Gejala klinis berupa nodus, dapat tunggal atau multipel,mengenai ekstremitas
terutama pada permukaan anterior paha dan tungkai bawah. Lesi sebesar kacang
polong atau lebih besar,keras dan berwarna merah atau kecoklatan. Bila
perkembangannya sudah lengkap maka lesi akan berubah menjadi verukosa atau
mengalami fisurasi.
Prurigo nodularis adalah suatu nodul pada tempat di mana terjadi garukan yang
terus – menerus. Lesinya berupa nodul yang berbentuk kubah, dimana
permukaannya sering mengalami erosi dengan skuama dan krusta. Ukurannya
bervariasi mulai dari beberapa milimeter hingga 2 sentimeter. Lesi multipel
tersebar pada ekstremitas. Kulit diantaranya dapat normal atau menunjukkan
perubahan berupa eritema, skuama, ekskoriasi, likenifikasi serta perubahan pigmen
post inflamasi. Pada prurigo nodularis, pasien akan merasa gatal yang hebat pada
tempat yang beda pada tubuh dan tidak dapat mengontrol keinginan untuk
menggaruk atau menggosok daerah tersebut sehingga pada kulit sering nampak
bekas garukan. Pruritus kadang datang dalam beberapa menit sampai beberapa jam
dan kemudian akan berhenti secara spontan.
Terapi yang diberikan memiliki sasaran untuk mengobati / merawat keadaan –
keadaan lain yang muncul dan membuat hidup pasien lebih nyaman. Pasien
mungkin masih bisa menerima perubahan dari segi kosmetik tapi rasa gatal yang
timbul lebih memotivasi pasien untuk mengobatinya.

Antipruritus
Gatal adalah gejala yang umum yang harus di kontrol sedini mungkin. Obat
yang bisa digunakan anti histamin yang juga sebagai anxiolitik. Produk seperti
hydroxyzine, dipenhydramine, chlorpheniramine, atau promethazine bisa
berguna.

Glukokortikoid
Terapi topikal steroid, dengan metode oklusi dapat mengurangi inflamasi.
Steroid topikal yang sangat kuat dapat dipergunakan dalam waktu singkat.
Apabila terapi topikal tidak efektif maka glukokortikoid intralesi dapat dicoba.
Biasanya dipakai suspensi triamsinolon asetonid 2,5 sampai 12,5 mg per ml.
Dosisnya 0,5 sampai 1 ml per cm2 dengan maksimum 5 ml untuk sekali
pengobatan. Pengawasan harus dilakukan untuk menghindari penggunaan
berlebihan dari steroid intra lesi ataupun steroid dengan potensi kuat karena
dapat menyebabkan efek samping berupa atropi dan striae.

Antibiotik
Pasien – pasien ini sangat rentan terhadap infeksi sekunder Staphylococcus
aureus merupakan patogen utama sehingga dibutuhkan pemberian antibiotik.
Salep antibiotik digunakan di lesi individual yang terinfeksi, antibiotik oral
(biasanya eritromisin dengan dosis 4x 500 mg sehari) diindikasikan untuk
infeksi sekunder yang signifikan.
Prognosis untuk prurigo nodularis bervariasi, tergantung dari penyebab gatal
dan status psikologi dari pasien. Perbaikan pada pruritus dapat diperoleh dengan
jalan terapi penyakit yang mendasari. Penyakit ini bersifat kronis dan setelah
sembuh dengan pengobatan biasanya residif.
BAB III
KESIMPULAN
Prurigo nodularis merupakan penyakit kulit kronik pada orang dewasa, biasanya terjadi
pada usia dewasa 30 – 50 tahun. Sekitar 65-80% terjadi pada pasien – pasien atopik dan 20%
kasus terjadi setelah gigitan serangga. Pada prurigo nodularis, pasien akan merasa gatal yang
hebat pada tempat yang beda pada tubuh dan tidak dapat mengontrol keinginan untuk
menggaruk atau menggosok daerah tersebut sehingga pada kulit sering nampak bekas
garukan.
Untuk pengobatannya dapat diberikan antihistamin sebagai penghilang rasa gatalnya,
Terapi topikal steroid, dengan metode oklusi dapat mengurangi inflamasi. Steroid topikal yang
sangat kuat dapat dipergunakan dalam waktu singkat. Pemberian antibiotik juga dapat
diberikan bila terdapat infeksi sekunder.
Download