MATERI PERSIAPAN PELAYANAN FIRMAN IBADAH PELKAT JUMAT 13 Mei 2016 èFilipi 1: 9-11 è Tema : DOA DALAM KASIH SABTU 14 Mei 2016 èRoma 15 : 7-13 èTema : MEMBANGUN KARAKTER KRISTIANI FILIPI 1 : 9-11è Penulis : Paulus Tema : Sukacita Dalam Hal Hidup bagi Kristus Latar Belakang Kota Filipi di Makedonia timur, yang letaknya enam belas kilometer dari pesisir Laut Aegea, dinamai menurut Raja Filipus II dari Makedon, ayah Aleksander Agung. Pada masa Paulus, kota ini sebuah kota Romawi dan pangkalan militer yang terkenal. Gereja di Filipi didirikan oleh Paulus dan teman-teman sekerjanya (Silas, Timotius, Lukas) pada perjalanan misi yang kedua sebagai tanggapan terhadap penglihatan yang Allah berikan di Troas (Kis 16:9-40). Suatu ikatan persahabatan yang kuat berkembang di antara rasul itu dan jemaat Filipi. Beberapa kali jemaat itu mengirim bantuan keuangan kepada Paulus (2Kor 11:9;Fili 4:15-16) dan dengan bermurah hati memberi kepada persembahan yang dikumpulkannya untuk orang Kristen yang berkekurangan di Yerusalem (bd. 2Kor 8:1--9:15). Agaknya dua kali Paulus mengunjungi gereja ini pada perjalanan misinya yang ketiga (Kis 20:1,3,6). Dari penjara (Fili 1:7,13-14), kemungkinan besar di Roma (Kis 28:16-31), Paulus menulis surat ini kepada orang percaya di Filipi untuk berterima kasih kepada mereka atas pemberian banyak yang baru-baru ini mereka kirim kepadanya dengan perantaraan Epafroditus (Fili 4:14-19) dan untuk memberi kabar tentang keadaannya yang sekarang. Lagi pula, Paulus menulis untuk meyakinkan jemaat tentang keberhasilan maksud Allah dalam hukuman penjaranya (Fili 1:12-30), menenangkan jemaat bahwa utusan mereka (Epafroditus) telah menunaikan tugasnya dengan setia dan tidak kembali kepada mereka sebelum waktunya (Fili 2:25-30), dan untuk mendorong mereka untuk maju agar mengenal Tuhan dalam persatuan, kerendahan hati, persekutuan, dan damai sejahtera. Surat Filipi tidak ditulis terutama untuk menyelesaikan berbagai persoalan dan pertentangan dalam gereja seperti banyak surat Paulus yang lain. Nada utama surat ini ialah kasih sayang yang hangat dan penghargaan terhadap jemaat itu. Dari salamnya (Fili 1:1) sampai ke doa berkat (Fili 4:23), surat ini memusatkan perhatian pada Kristus Yesus sebagai tujuan hidup dan pengharapan orang percaya akan hidup kekal. Dalam surat ini, Paulus memang berbicara mengenai tiga masalah kecil di Filipi: (1) _Keputusasaan_ mereka karena masa hukumannya yang begitu lama (Fili 1:12-26); (2) benih-benih _perpecahan_ di antara dua orang wanita di dalam gereja (Fili 4:2; bd. Fili 2:2-4); dan (3) ancaman _ketidaksetiaan_ yang selalu ada dalam gereja oleh karena para penganut agama Yahudi dan orang-orang yang berpikiran duniawi (pasal 3; Fili 3:1-16). Karena ketiga masalah yang potensial ini, kita mempunyai ajaran Paulus yang melaui kitab ini (1) sukacita di tengah-tengah segala keadaan hidup (mis. Fili 1:4,12; Fili 2:17-18; Fili 4:4,1113), (2) kerendahan hati dan pelayanan Kristen (Fili 2:1-18), dan (3) nilai pengenalan akan Kristus yang melebihi segala sesuatu (pasal 3; Fili 3:1-16). Pesan Rasul Paulus menyampaikan bahwa : Apabila kasih hendak menjadi kasih kristiani, maka itu harus didasarkan pada penyataan dan pengetahuan alkitabiah. 1) Di PB "pengetahuan" (Yun. _epignosis_) bukan sekadar pengetahuan dalam benak kita, melainkan suatu pengetahuan rohani di dalam hati. Pengetahuan itu menunjuk kepada penyataan Allah yang diketahui berdasarkan pengalaman praktis dan lebih banyak meliputi hubungan pribadi dengan Allah daripada secara intelektual mengetahui fakta-fakta mengenai Allah 2) Jadi, untuk mengetahui Firman Allah (bd. Rom 7:1) atau mengetahui kehendak Allah (Kis 22:14; Rom 2:18) diperlukan pengetahuan yang diungkapkan dalam persekutuan, ketaatan, kehidupan, dan hubungan yang dekat dengan Allah (Yoh 17:3; 1Yoh 4:8). Sasaran dari mengetahui kebenaran ialah kasih akan Allah dan kebebasan dari dosa berarti bahwa orang percaya, melalui kasih dan pengetahuan, memahami mana yang baik dan yang jahat. "Suci" berarti "tanpa campuran dosa"; "tak bercacat" berarti "tidak menyakiti hati" Allah atau orang lain. Kesucian seperti itu hendaknya menjadi tujuan utama semua orang percaya karena mengingat bahwa kedatangan Kristus kembali sudah dekat. Hanya dengan kasih berlimpah-limpah yang dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus (Rom 5:5; bd. Tit 3:5-6) dan komitmen penuh kepada Firman Allah kita akan menjadi "suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus." Pointerè Doa dan Harapan yang terbaik terwujud dalam kasih dan kerinduan bagi orang-orang yang terkasih, yang selalu menempati posisi istimewa, yaitu di dalam hati . Inilah Doa dan harapan Rasul Paulus yang tertuang dalam suratnya kepada jemaat di Filipi (ay. 9-11). Isi dari Doa dan Harapan Rasul Paulus adalah supaya Kasih mereka (jemaat/ orang yang dikasihinya). melimpah dalam Pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian (ay.9). Pengetahuan yang benar tentang kehendak Allah dan bijaksana dalam segala keadaan. Tujuan dan Kerinduannya adalah: 1. Supaya melalui pengetahuan yang benar dan pengertian dalam segala bidang dapat membedakan apa baik dan apa yang buruk. "Supaya kamu dapat memilih apa yang baik..." (ay. 10a) 2. Supaya dapat memelihara kesucian hidup sampai Kristus datang kembali yang kedua kalinya. "... Supaya kamu suci dan tidak bercacat menjelang hari Kristus" (ay. 10b). 3. Supaya dapat memiliki pertumbuhan iman serta menghasilkan buah-buah kebenaran untuk kemuliaan nama TUHAN. "Penuh dengan buah kebebaran yang dikerjakan oleh YESUS Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah (ay. 11). Hendaknya kita menerapkan ini sebagaimana doa dan harapan Rasul Paulus. Sebab ini berlaku kepada kita dan semua umat TUHAN. BERTUMBUH DALAM KASIH, PENGETAHUAN DAN PENGERTIAN YANG BENAR demi tercapainya tujuan di atas. TUHAN memberkati. Penjelasan ROMA 15 : 7-13 Dalam Kisah para Rasul kita saksikan Paulus memulai gereja-gereja di tempat-tempat yang sekarang kita kenal sebagai Turki dan Yunani. Tetapi, ia mempunyai suatu rencana jangka panjang untuk menginjili lebih jauh ke barat, yaitu ke Roma dan kemudian lebih jauh lagi. Namun demikian ada hal-hal lain yang perlu dikerjakan terlebih dahulu. Ia harus kembali ke Yerusalem untuk mengambil bantuan yang telah dikumpulkan oleh orang-orang Kristen bukan Yahudi bagi orang-orang miskin yang percaya di sana. Setelah itu ia dapat dengan leluasa mencurahkan perhatiannya ke ibu kota tersebut, dan setelah itu ia mengarahkan pandangannya ke Spanyol (15:22-29). Alasan Paulus ialah ia selalu ingin merintis daerah baru dan memberitakan Injil di tempat Injil belum pernah didengar. Ini sedikit menjelaskan mengapa surat ini ditulis sebuah gereja sudah dibangun di Roma, karena itu Paulus tidak menganggap kunjungan ke Roma sebagai prioritas utama (15:18-21). Kita tidak tahu kapan gereja itu didirikan, tetapi jika kita melihat daftar para peziarah di Hari Pentakosta, kita akan melihat bahwa di antara mereka terdapat orang-orang Roma (Kis. 2: 10). Dari nama-nama pada akhir surat ini, rupa-rupanya Paulus sudah mengenal sejumlah besar anggota jemaat di sana (16:3-15), hal ini dapat dimengerti karena banyak jalan menuju Roma. Banyak orang melakukan perjalanan di daerah kekaisaran Roma terutama para pedagang, dan banyak dari mereka akhirnya menetap di ibu kota. Tampaknya Paulus sedang mempersiapkan kunjungannya dengan menjelaskan Injil bagi mereka. Mungkin ada orang yang mengritik ajarannya dan ia ingin meluruskan hal itu. Pada waktu yang bersamaan penulisan surat ke Roma merupakan kesempatan untuk menulis intisari kabar baik tentang Kristus secara lebih terinci dibandingkan dengan yang terdapat dalam kitab Perjanjian Baru yang lain. Surat Roma merupakan salah satu tulisan Paulus yang paling teratur, oleh karenanya surat ini telah menjadi buku sumber bagi orang Kristen sejak ia mendiktekannya kepada kawannya, Tertius, di Korintus. Rencana Paulus tidak berjalan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Kita tahu dari Kisah para Rasul bahwa ketika tiba di Yerusalem ia ditangkap, dan setelah beberapa saat di penjara, ia memohon, seperti lazimnya warga negara Romawi, supaya kasusnya dapat didengar oleh Kaisar. Oleh karena itu, ia dibawa ke Roma sebagai tawanan. Rupa-rupanya ia dibebaskan dan melanjutkan pekerjaan pelayanannya sebelum akhirnya dibunuh di Roma. Ketika orang Kristen menemukan kembali surat-surat seperti surat Roma pada waktu Reformasi, hal ini mengubah gereja secara besar-besaran. Mereka menyadari bahwa mereka tidak dapat memperoleh keselamatan dari apa yang mereka lakukan. Allah telah melakukan keselamatan itu bagi mereka, dalam cara yang memungkinkan Ia dapat membenarkan orang-orang berdosa. Rahasianya tentu terdapat pada salib. Pesan Adalah baik jika kita selalu memiliki sudut pandang yang baik, tentang perbedaan. Bahwa perbedaan itu untuk saling melengkapi. Bahwa perbedaan itu indah. Kalau kita berfikir bahwa perbedaan itu untuk saling melengkapi, maka sebenarnya kita bisa bahagia sekalipun ada perbedaan. Banyak orang bertengkar sebenarnya bukan karena perbedaannya, tapi karena terluka hatinya. Karena memang sudah ada rasa tidak suka. Kecewa, kepahitan, terluka. Lalu kecewa, luka hati itu membuat sudut pandang negatif. Sehingga semuanya menjadi negatif. Perbedaan menjadi negatif. Perbedaan menjadi sumber pertengkaran. Padahal orang tertarik justru pada awalnya karena perbedaan. Pada awalnya belum ada kecewa dan belum ada kepahitan. Karena itu bagaimana kita membangun keluarga yang bahagia. Kita menjadi keluarga yang bahagia bukan kalau kita berhasil merubah orang lain. Merubah pasangan kita, merubah anak-anak kita seperti tuntutan dan konsep-konsep kita. Kita bisa menikah, berumah tangga dan bahagia kalau kita bisa menerima setiap orang apa adanya. Ketika diterima, orang lain akan bahagia. Ketika bahagia, orang lain akan berubah. Tetapi jangan menerimanya dalam rangka merubahnya. Engkau akan lelah di tengah jalan. "Sudah berbuat baik, kok dia tidak berubah juga?" Engkau menerimanya karena engkau mencintainya. Karena engkau mencintainya maka engkau menerimanya. Dan ketika dia diterima, dia bahagia. Dan ketika dia bahagia, dia berubah. Bahkan berubah atau tidak pun kita menerimanya karena kita mencintainya. Maka baik berubah atau tidak berubah kita bahagia. Kalau tidak berubah maka perbedaan kita sikapi sebagai hal untuk saling melengkapi. Perbedaan itu indah seperti indahnya pelangi. Pelangi terbentuk karena berbagai macam warna yang berbeda. Ada kebiasaan yang berbeda, perlakuan dan kelakuan yang berbeda, itu justru sebenarnya membuat kehidupan persekutuan menjadi lengkap dan indah. Karena itu mari kita menjadi bijaksana, dengan bisa menerima perbedaan yang ada.