How to Prevent Short Stature in Infant Born with Small Gestational Age

advertisement
How to Prevent Short Stature in Infant Born with Small Gestational
Age
Prof. Dr. Madarina Julia, PhD, SpA (K), MPH
Kita perlu mendiskusikan pertumbuhan bayi yang lahir dengan small for gestational age (SGA), karena
bayi SGA lahir dengan proporsi badan yang kecil, mengalami pertumbuhan yang lebih lambat
dibandingkan dengan bayi dengan appropriate for gestational age (AGA), dan biasanya pertumbuhan
post-natalnya tidak seoptimal bayi dengan AGA.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Leger et al yang dilakukan di Perancis tahun 1997, tentang
follow up pertumbuhan bayi dengan SGA sampai dengan usia 20 tahun, menunjukkan bahwa bayi
dengan SGA rata-rata lebih pendek 4 cm pada usia 20 tahun untuk laki-laki, dan lebih pendek 3 cm pada
usia 20 tahun untuk perempuan daripada bayi dengan AGA.
Kita telah mengetahui bahwa bayi dengan SGA pada usia 1-2 tahun sebagian besar akan dapat mengejar
ketinggalan pertumbuhan (catch up growth). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hill et al tahun
2009, menunjukkan bahwa:
a. Berat badan: pada saat lahir, bayi SGA biasanya berada pada Z score -2, tetapi pada usia 12
bulan catch up menjadi normal.
b. Lingkar kepala: pada saat lahir, bayi SGA biasanya berada pada Z score -0,5, tetapi pada 12 bulan
catch up menjadi normal
c. Panjang badan: pada saat lahir, bayi SGA biasanya berada pada Z-score 0,5 tetapi perubahannya
pada bulan ke-12 tidak terlalu signifikan.
Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Bocca-Tjeertes tahun 2013 tentang prevalensi hambatan
pertumbuhan pada bayi SGA, menunjukkan bahwa pada bayi SGA preterm, prevalensi hambatan
pertumbuhan (restricted growth) yang di-follow up sampai usia 4 tahun adalah sebesar 30,4%,
sedangkan pada bayi SGA aterm sebesar 9,1%.
Untuk mencegah terjadinya hambatan pertumbuhan pada bayi SGA, diperlukan tatalaksana yang
komprehensif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bryson et al tahun 1997, bayi SGA yang
menerima pelayanan seperti biasa di klinik pediatrik (menjalankan pengukuran antropometri dan
edukasi gizi yang seperti biasa) dibandingkan dengan yang menerima pelayanan komprehensif
(diberikan edukasi gizi yang lebih intensif, diingatkan waktu kedatangan untuk menjalani pengukuran
antropometri), hanya 57% yang tinggi badannya di atas persentil 5% pada usia 1 tahun; sedangkan yang
menerima pelayanan komprehensif 87% tinggi badannya di atas persentil 5% pada usia 1 tahun.
Catch-up growth merupakan proses yang diinginkan dalam pertumbuhan bayi SGA. Akan tetapi, catchup growth mempunyai beberapa efek samping, antara lain:
1. Peningkatan risiko untuk terjadinya diabetes mellitus.
Pada usia 6 tahun, anak dengan SGA yang mengalami catch up growth mempunyai kadar insulin
puasa yang lebih tinggi, indeks resistensi insulin lebih tinggi, dan mempunyai risiko untuk
mengalami DM tipe 2 lebih besar dibandingkan dengan anak yang lahir dengan AGA, dan SGA
yang tidak catch up.
2. Peningkatan risiko untuk mengalami coronary artery disease.
Pemberian kalori yang tinggi pada bayi SGA juga akan mempertinggi risiko untuk mengalami
coronary artery disease (CAD) dan resistensi insulin pada saat dewasa. Anak yang kecil pada saat
lahir, kurus saat usia 2 tahun, dan gemuk pada usia 11 tahun mempunyai risiko yang lebih tinggi
untuk mengalami CAD dan resistensi insulin. Oleh karena itu, jika kita merencanakan untuk
catch up growth sebaiknya dipertimbangkan kapan waktu mulainya dan kapan waktu untuk
menghentikannya.
Salah satu terapi yang digunakan untuk mencegah short-stature adalah dengan pemberian growth
hormone. Growth hormone biasanya diberikan jika pertambahan tinggi badan kurang dari 0 SD. Pada
anak yang mempunyai berat badan lahir yang rendah, 10-25% di antaranya mengalami short stature.
Sebanyak 60% dari anak yang short stature tersebut mengalami hambatan dalam sekresi growth
hormone. Pemberian growth hormone memberikan hasil yang baik pada anak dengan SGA yang
mengalami hambatan sekresi growth hormone, akan tetapi hasilnya tidak berbeda bermakna jika
diberikan pada anak dengan SGA yang tidak mengalami hambatan sekresi growth hormone.
Pertanyaan yang muncul berikutnya adalah apakah pemberian suplementasi growth hormone akan
meningkatkan risiko terjadi sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskuler? Growth hormone akan
menurunkan sensitivitas insulin dan meningkatkan lipolisi s lemak viseral. Pemberian growth hormone
akan menurunkan sensitivitas insulin pada saat pemberian, namun saat pemberiannya dihentikan,
sensitivitas insulin akan kembali normal dan tidak ada efek pada profil lipid. Pemberian growth hormone
juga dapat menurunkan tekanan darah pada anak dengan SGA.
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan:
1. Pemantauan pertumbuhan bayi dengan SGA perlu dilakukan dengan baik karena seringkali bayi
SGA mempunyai pola pertumbuhan yang lebih lambat dan kurang optimal dibandingkan dengan
bayi AGA.
2. Anak dengan SGA rata-rata mempunyai tinggi badan yang lebih pendek pada saat dewasa
dibandingkan dengan anak AGA.
3. Hambatan pertumbuhan pada bayi SGA preterm lebih sering dijumpai daripada bayi SGA aterm.
4. Tatalaksana yang komprehensif mengenai pentingnya pemantauan pertumbuhan secara teratur
dan konseling gizi yang adekuat dapat membantu bayi SGA untuk mengejar ketinggalan
pertumbuhannya (catch up growth).
5. Walaupun catch up growth pada bayi SGA merupakan hal yang diharapkan, akan tetapi catch up
growth yang tidak terpantau dan berlebihan akan mempunyai beberapa dampak jangka panjang
yaitu peningkatan risiko terjadinya diabetes mellitus tipe 2 dan penyakit kardiovaskuler.
6. Pemberian growth hormone dapat diberikan pada bayi SGA yang mengalami defisiensi growth
hormone untuk mencegah terjadinya perawakan pendek, akan tetapi pemberiannya tidak
menunjukkan hasil yang bermakna pada anak SGA tanpa defisiensi growth hormone.
Download