PERANAN C-REAKTIVE PROTEIN (CRP) SEBAGAI PARAMETER DIAGNOSIS SEPSIS NEONATORUM Esi Afriyanti Pengajar PSIK Fakultas Kedokteran Unand Abstrak Penelitian ini bertujuan mengukur kadar CRP pada kasus tersangka sepsis neonatorum sebagai alternatif parameter yang cepat, sensitif, spesifik untuk menegakkan diagnosis sepsis neonatorum. Penelitian ini merupakan jenis penelitian uji diagnostik. Subjek penelitian adalah neonatus yang disangka menderita sepsis neonatorum. Subjek penelitian, yang telah memenuhi kriteria penelitian, diambil darahnya untuk mengetahui kadar CRP, darah tepi terutama jumlah leukosit, serta biakan darah untuk melihat bakteri dalam darah. Analisis data dengan menghitung sensitivitas, spesifisitas antara CRP dengan baku emasnya yaitu leukosit dan biakan darah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada responden (neonatus) tersangka sepsis neonatorum terdapat manifestasi klinis yang terdapat pada sistem saraf pusat (letargi, reflek menghisap lemah, dan irritabel), pada sistem pernafasan (sianosis), pada sistem kardiovaskuler, dan sistem pencernaan (tidak mau minum, distensi abdomen, muntah dan adanya ikterus). Pada pemeriksaan CRP mempunyai nilai sensitifitas dan spesifisitas 25% dan 30% dibandingkan baku emasnya yaitu leukosit, sedangkan pemeriksaan CRP lainnya mempunyai nilai sensitifitas dan spesifisitas 36% dan 34% dibandingkan baku emasnya yaitu biakan darah. Nilai pemeriksaan CRP tersebut masih dibawah standar untuk dapat membantu menegakkan diagnosis sepsis neonatorum, yaitu nilai CRP harus mempunyai nilai sensitivitas sebesar 84% dan spesifisitas 96%. Perlu penelitian lebih lanjut lagi untuk mempertimbangkan pemeriksaan CRP sebagai parameter diagnostik tersangka sepsis neonatorum. ABSTRACT This research aim to measure the concentrations of c-reactive protein (CRP) at case the neonates suspected of neonatorum sepsis alternatively parameter which quickly, sensitive, specific to uphold to be diagnosed neonatorum sepsis. This research represent type research of diagnostic test. Research Subjek suspected neonates suffer neonatorum sepsis. Research Subjek, which have fulfilled research criterion, taken its blood to know the concentrations of CRP, blood step aside especially the amount of leucocyte, and also blood breeding to see bacterium in blood. Data analysis by calculating sensitivitas, spesifisitas among CRP concentrations standardly its gold that is blood breeding and leucocyte. Result of this research indicate that at Research Subjek suspected neonatorum sepsis there are clinis manifest found on center nerve system (letargi, reflek suck to weaken, and irritabel), at respirations system (sianosis), at cardiovasculer, system and digestive system (do not want to drink, abdomen distensi, ikterus). At inspection of CRP have value of sensitifitas and of spesifisitas 25% and 30% compared to is standard of its gold that is leucocyte, while inspection of other CRP have value of sensitifitas and of spesifisitas 36% and 34% compared to is standard of its gold that is blood breeding. This result of the CRP still below the mark to be able to assist to uphold to be diagnosed by neonatorum sepsis, that is value of CRP have value of sensitivitas equal to 84% and spesifisitas 96%. Needing furthermore research again to consider the concentrations of CRP as diagnostic parameter suspected neonatorum sepsis. Keyword: c-reactive protein (CRP), neonatorum sepsis Pendahuluan Sepsis merupakan sindrom klinis yang terjadi akibat reaksi inflamasi sistemis pada manusia yang mengalami infeksi oleh mikroorganisme (Llorens & MacCrocken, 1993). Neonatus mempunyai risiko tinggi terhadap terjadinya sepsis disebabkan sistem imun belum sempurna (Schelonka & Infante, 1998; Yoder, 1996; Radetsky, 1998). Untuk menegakkan diagnosis sepsis neonatorum tidaklah mudah karena gejala klinis sepsis pada neonatus tidak spesifik dan sering kali sama dengan gejala klinis akibat gangguan metabolik, hematologik dan susunan saraf pusat. Diagnosis pasti ditegakkan bila ditemukan bakteri dalam biakan darah yang hasilnya memerlukan waktu minimal 72 jam dengan angka positif yang relatif rendah. Dalam tenggang waktu tersebut penyakit bertambah berat, bahkan dapat terjadi kematian. Untuk membantu penilaian klinis diperlukan pemeriksaan penunjang salah satunya adalah protein C-reaktif (CRP) (Hickey & McCracken, 1997). Protein C-reaktif (C-reactive protein=CRP) adalah suatu globulin yang disintesis oleh sel hepatosit dan disekresi ke dalam darah. Kadar CRP akan meningkat bila terjadi respons inflamasi lokal atau sistemis, dan lebih spesifik pada penyakit infeksi neonatal seperti sepsis neonatorum dan meningitis (Pepys, 1981). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menggunakan CRP ini sebagai parameter dalam menegakkan diagnosa sepsis neonatorum. Hasil penelitian ini sangat bervariasi. Ng et al. (1997), di bagian IKA FK Universitas Hongkong mendapatkan pemeriksaan CRP mempunyai nilai sensitivitas 84% dan spesifisitas 96%, pada 68 orang bayi berat lahir sangat rendah sebagai pemeriksaan marker tunggal. Kombinasi antara CRP dan IL–6 menunjukkan nilai sensifitas, spesifisitas, nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif berturut-turut meningkat menjadi 93%, 96%, 95% dan 95%. Chiesa et al. (2001) juga mengatakan diperlukan pemeriksaan CRP terhadap neonatus sehat yang lahir mempunyai faktor risiko pada 148 neonatus yang diteliti. Selanjutnya mereka mendapatkan hasil yang bermakna dari pemeriksaan CRP serial bersamaan dengan IL-6 pada kasus tersangka sepsis secara faktor risiko tersebut. Berbeda dengan peneliti lainnya, Anwer & Mustafa (2003) meneliti lima puluh neonatus yang memiliki faktor risiko di bagian perawatan intensif Bagian Anak RS Shaheed Abbasi, Karrachi Pakistan, didapatkan pemeriksaan CRP dengan sensitifitas diatas 60% dan spesifisitas 50%, sedangkan untuk dapat membantu menegakkan diagnosis sepsis neonatorum, CRP mempunyai nilai sensitivitas sebesar 84 dan spesifisitas 96%. Bahkan Posen & Lamos (1998) mendapatkan kasus sepsis neonatorum yang pada tindak lanjut masih ditemukan bakteri pada biakan darah, namun kadar CRP telah menurun. Padahal secara teoritis kadar CRP akan menurun bersamaan dengan perbaikan keadaan pasien. Penelitian ini bertujuan mengukur kadar CRP pada kasus tersangka sepsis neonatorum sebagai alternatif parameter yang cepat, sensitif, spesifik untuk menegakkan diagnosis sepsis neonatorum. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan uji diagnostik dan dilakukan secara prospektif untuk mengetahui pola kadar CRP pada tersangka sepsis neonatorum yang lahir dengan faktor risiko. Subjek penelitian adalah neonatus yang disangka menderita sepsis neonatorum. Subjek penelitian, yang telah memenuhi kriteria penelitian melalui riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisis, diambil darahnya untuk mengetahui kadar CRP, pemeriksaan darah tepi terutama jumlah leukosit, serta biakan darah untuk melihat bakteri dalam darah. Analisis data dengan menghitung sensitivitas, spesifisitas antara CRP dengan baku emasnya yaitu leukosit dan biakan darah. Hasil Penelitian dan pembahasan Dari 30 orang responden yang termasuk dalam penelitian dapat dilihat karakteristiknya dalam bentuk tabel – tabel frekuensi dibawah ini. Tabel 1. Karakteristik pasien tersangka sepsis neonatorum Karakteristik Jumlah Kasus Lelaki Perempuan Tempat lahir RS Dr. M. Djamil Padang Luar RS Dr. M. Djamil Padang Cara lahir Spontan Ekstraksi vakum Ekstraksi forsep Bedah Caesar Berat lahir 1000 – 1499 g 1500 – 2499 g 2500 – 4000 g > 4000 g Masa gestasi 28 – 32 minggu 32 – 37 minggu 37 – 42 minggu > 42 minggu Umur < 72 jam 72 – 168 jam > 168 jam Jumlah (N) Presentase (%) 19 11 63 34 12 18 40 60 22 0 0 8 73 0 0 27 0 7 23 0 0 23 77 0 0 5 25 0 0 17 83 0 18 12 0 60 40 0 Tabel diatas memperlihatkan bahwa jumlah kasus tersangka sepsis neonatorum berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar tersebar di jenis kelamin laki – laki (63%). Walaupun belum ada penelitian yang menngkaitkan antara sebaran jenis kelamin dengan tersangka sepsis neonatorum, namun dalam penelitian CRP yang meningkat dialami oleh responden dengan jenis kelaim lakilaki. Tempat lahir responden tersebut sebagian besar berada di luar RS Dr. M. Djamil Padang (60%) seperti di RSUD Sei aia Pacah dan sebagian lagi lahir di bidan – bidan yang tersebar di Sumatera Barat. Hal ini disebabkan RS M Djamil merupakan rumahsakit rujukan di Sumatera Barat. Cara lahir responden sebagian besar (73%) lahir dengan spontan walaupun ada responden lahir dengan cara caesar dengan indikasi partus lama. Masa gestasi responden adalah 83% masa gestasi (kehamilan berkisar dalam rentang 37 – 42 minggu atau cukup bulan. Sedangkan umur responden saat di bawa ke RS berkisar kurang dari 72 jam (60%). Beberapa penelitian memang mengatakan bahwa sepsis nenonatorum lebih banyak insidennya pada neonatus dengan berat badan lahir dengan sangat rendah (BBLR). Tapi pada penelitian ini, kebanyakan responden yang di curigai menderita sepsis neonatorum mempunyai masa gestasi yang aterm (cukup bulan). Enam puluh persen responden berusia <72 jam (3 hari), walaupun masih terdapat 40% responden berusia > dari 72 jam (4 hari). Hal ini disebabkan bahwa responden yang di bawa ke RS M Djamil berasal dari rujukan rumahsakit daerah di seluruh Sumatera Barat seperti dari Pesisir Selatan, Padang Pariaman, Kodya Solok, dan dari tanah Datar. Tabel 2. Manifestasi klinik tersangka sepsis neonatorum Gejala Klinis Sistem saraf pusat Letargi Reflek isap lemah Kejang Iritabel Ubun – ubun membonjol Sistem Kardiovaskular Takikardi Capillary Refill time >3’’ Sklerema Jumlah (N) Ya Tidak 24 22 3 12 8 6 8 27 18 22 14 28 27 16 2 3 Sistem respiratorik Sianosis Apnoe Sistem Pencernaan Tidak mau minum Perut kembung Muntah Diare Ikterus 28 3 2 27 26 28 24 0 21 4 2 6 30 9 Dari semua manifestasi klinis yang dijumpai pada responden tersangka sepsis neonatorum maka keluhan utama masuk adalah bayi menderita sesak nafas dan adanya sianosis serta tidak mau minum. Berdasarkan manifestasi klinik pada pemeriksaan fisis di sistem saraf pusat, sebagian besar responden memperlihatkan tanda –tanda letargi (not doing well) yang dapat diamati pada respon fisik bayi yang sangat lemah. Pada saat pengujian reflek menghisap maka reflek hisap responden lemah, walaupun insiden kejang yang menetap jarang dijumpai. Keadaan irritabel dan pemeriksaan ubun – ubun pada pemeriksaan fisis pertama juga masih dalam keadaan normal. Pada pemeriksaan sistem kardiovaskular, didapatkan data responden tersangka sepsis mengalami takikardia dengan rata-rata denyut jantung responden adalah 145x/menit. Namun pada pemeriksaan capillary refill time maka hasilnya masih normal (>3 detik). Pada sistem pencernaan, ditandai dengan adanya keluhan tidak mau minum, perut kembung, muntah setelah pemberian minuman, dan adanya ikterus (warna kuning pada kulit). Dari hasil pemeriksaan fisis ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada responden yang dicurigai sepsis neonatorum dijumpai kelainan pada sistem saraf pusat, sistem kardiovaskular, sistem pernafasan dan sistem pencernaan. Tabel 3. Kadar CRP saat diagnosis tersangka sepsis ditegakkan Kadar CRP Normal (< 10 mg/ mm3) Abnormal (>10 mg/ mm3 Jumlah (N) Presentase (%) 12 18 40 60 Setelah dilakukan pemeriksaan CRP, maka didapatkan data bahwa hanya 60% responden yang nilai CRPnya abnormal sedangkan yang normal (<10 mg/ mm3) sebanyak 40%. Hal ini mungkin disebabkan karena umur dari responden dan kejadian inflamasi lebih dari 72 jam. Kadar CRP dalam plasma darah akan meningkat dan dapat dideteksi 6–18 jam setelah terjadi respons inflamasi dan akan mencapai maksimal dalam waktu 48 – 72 jam, dengan waktu paruh selama 5 – 7 jam (Lorenz, 1990), setelah itu kadar CRP kembali normal dalam 5 – 6 hari. Selain itu, neonatus yang memiliki faktor risiko saat lahir, pemeriksaan CRP sebagai penunjang diagnosis hanya berarti pada dua hari pertama. Setelah itu nilai CRP menjadi tak bermakna karena dapat disebabkan oleh faktor lain seperti tercemarnya alat perawatan bayi maupun infeksi nosokomial, atau perawatan tali pusat yang tidak steril. Pada penelitian ini terdapat juga kasus perawatan tali pusatn yang tidak steril sehingga akan mempengaruhi hasil dari CRP. Tabel 4. Sebaran nilai leukosit tersangka sepsis neonatorum Nilai Leukosit 1. Normal 2. Abnormal Jumlah (N) Presentase (%) 10 20 33 67 Setelah dicurigai bahwa responden menderita sepsis neonatorum maka langsung dilaksanakan pemeriksaan darah tepi terutama kadar leukosit. Hasil leukosit ini juga bervariasi. Pada pemeriksaan nilai leukosit yang normal (<10.000/ mm3) sebesar 10 responden dengan nilai rata-rata berkisar 5900/ mm3, sedangkan pada responden yang nilai leukositnya abnormal (>10.000 mm3) terdapat pada 20 responden dengan nilai rata – rata leukositnya adalah 24.900/ mm3. Hasil penelitian mendekati teori bahwa jumlah leukosit total pada sepsis < 5000/mm3 atau lebih dari 20.000/mm3 setelah neonatus berusia 5 hari. Namun 1 dari 3 neonatus dengan bakteremia mempunyai jumlah leukosit total yang normal. Tabel 5. Hubungan CRP dengan Leukosit pada tersangka sepsis neonatorum Leukosit normal Kadar CRP Abnormal Jumlah (N) Normal (< 10 mg/ mm3) Abnormal (>10 mg/ mm3 5 15 7 3 12 18 Jumlah 20 10 30 Berdasarkan tabel tersebut, maka didapatkan hasil bahwa nilai sensitifitas dari kadar CRP dibandingkan leukositnya sebagai baku emas mempunyai nilai sebesar 25%. Untuk nilai spesifisitas nilai CRP dibandingkan leukosit sebagai baku emasnya hanya mempunyai nilai 30%, nilai duga positif 42%, nilai duga negatif 17%, dan nilai akurasinya hanya 27%. Hasil ini cukup mencengangkan karena nilai diatas rendah sekali dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu. Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa pemeriksaan CRP dapat dijadikan sebagai parameter diagnostik untuk tersangka sepsis neonatorum seperti penelitian yang dilakukan oleh Ng et al. (1997), di bagian IKA FK Universitas Hongkong mendapatkan pemeriksaan CRP mempunyai nilai sensitivitas 84% dan spesifisitas 96%, pada 68 orang bayi berat lahir sangat rendah sebagai pemeriksaan marker tunggal. Kombinasi antara CRP dan IL–6 menunjukkan nilai sensifitas, spesifisitas, nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif berturut-turut meningkat menjadi 93%, 96%, 95% dan 95%. Sedangkan Chan & Ho (1993) melakukan penelitian dari Juli 1990 sampai April 1993 di Rumah sakit anak Osaka, Jepang mendapatkan nilai sensitifitas, spesifisitas, prediksi positif dan negatif masing-masing 56%, 72%, 71% dan 57% pada 70 neonatus yang dirawat di ruang intensif dengan diagnosis tersangka sepsis dengan faktor risiko. Hasil penelitian yang dilakukan Chiesa et al. (2001) juga mengatakan diperlukan pemeriksaan CRP terhadap neonatus sehat yang lahir mempunyai faktor risiko pada 148 neonatus yang diteliti. Selanjutnya mereka mendapatkan hasil yang bermakna dari pemeriksaan CRP serial bersamaan dengan IL-6 pada kasus tersangka sepsis secara faktor risiko tersebut. Hasil yang hampir sama juga didapatkan oleh Dilara (cit. Icagasioglu, 2002) di Bagian Kesehatan Anak, Turki juga mendapatkan peningkatan yang bermakna dari pemeriksaan CRP dan IL–6 serum pada 30 neonatus tersangka sepsis dibanding subjek kontrol dengan p>0.05. Hasil pada penelitian ini hampir mendekati penelitian yang dilakukan oleh, Anwer & Mustafa (2003) meneliti lima puluh neonatus yang memiliki faktor risiko di bagian perawatan intensif Bagian Anak RS Shaheed Abbasi, Karrachi Pakistan, didapatkan pemeriksaan CRP dengan sensitifitas diatas 60% dan spesifisitas 50%, sedangkan untuk dapat membantu menegakkan diagnosis sepsis neonatorum, CRP mempunyai nilai sensitivitas sebesar 84 dan spesifisitas 96%. Hasil pemeriksaan CRP ini yang mempunyai nilai sensitifitas dan spesifisitas yang rendah, dilakukan pada nonatus cukup umur dan kurang ketatnya pengendalian pada faktor – faktor eksternal lain yang dapat mempengaruhi hasil kadar CRP seperti masa iflamasi, infeksi nosokomial, dan lain – lain. Tabel 6. Sebaran biakan bakteri tersangka sepsis neonatorum Biakan Bakteri 1. Positif 2. Negatif Jumlah (N) Presentase (%) 25 5 83 17 Selain itu dilakukan juga dicoba juga pemeriksaan biakan bakteri yang diyakini sebagai baku emas terhadap diagnosis sepsis neonatorum. Hasil biakan darah didapatkan hasil bahwa biakan darah positif terdapat pada neonatus tersangka sepsis neonatorum sebesar 25 neonatus (83%), sedangkan hasil biakan darahnya yang negatif dari bakteri terdapat pada 5 orang (17%) responden (neonatus). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa ditemukannya bakteri dalam biakan darah merupakan diagnosis pasti sekaligus sebagai baku emas pemeriksaan penunjang pada kasus tersangka sepsis neonatorum. Namun tumbuhnya bakteri pada biakan darah tergantung pada spesies bakteri, kondisi biakan, jumlah inokulum dan pemberian antibiotik sebelum biakan, dan memerlukan waktu yang lama minimal 72 jam dengan angka positif yang relatif rendah. Berbagai jenis mikroorganisme dapat mengakibatkan terjadinya sepsis neonatorum. Infeksi yang disebabkan bakteri merupakan mikroorganisme yang sangat penting pada penyebab sepsis neonatorum. Di antara mikroorganisme tersebut yang terdapat dalam biakan darah yang dilakukan pada neonatus di penelitian ini, penyebab terbanyak adalah Enterobacter sp, Pseudomonas eoroginosa, E coli, dan Streptococcus. Tabel 7. Hubungan CRP dengan biakan pada tersangka sepsis neonatorum Kadar CRP Hasil Biakan (Baku emas) Positif Negatif Jumlah (N) Normal (< 10 mg/ mm3) Abnormal (>10 mg/ mm3) 9 16 3 2 12 18 Jumlah 25 5 30 Untuk melihat kemungkinan CRP sebagai parameter diagnostik maka dilakukan perbandingan CRP dengan baku emas lain yaitu hasil biakan darah. Hasil perhitungan diatas juga memperlihatkan bahwa nilai spesifisitas dan sesnsitifitas CRP rendah terhadap baku emasnya yaitu biakan darah, yang ditandai dengan nilai sensitifitasnya 36%, nilai spesifisitasnya 40%, nilai duga positif 75%, nilai duga negatifnya 11%. Kesimpulan 1. Pada responden (neonatus) tersangka sepsis neonatorum terdapat manifestasi klinis yang terdapat pada sistem saraf pusat, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, dan sistem pencernaan. 2. Pemeriksaan CRP mempunyai nilai sensitifitas dan spesifisitas 25% dan 30% dibandingkan baku emasnya yaitu leukosit 3. sedangkan pemeriksaan CRP mempunyai nilai sensitifitas dan spesifisitas 36% dan 340% dibandingkan baku emasnya yaitu biakan darah 4. Nilai pemeriksaan CRP tersebut masih dibawah standar untuk dapat membantu menegakkan diagnosis sepsis neonatorum, yaitu nilai CRP harus mempunyai nilai sensitifitas sebesar 84% dan spesifisitas 96%. 5. perlu penelitian lebih lanjut lagi untuk mempertimbangkan pemeriksaan CRP sebagai parameter diagnostik tersangka sepsis neonatorum. Daftar Pustaka 1. Anwer, S.K., Mustafa, S. 2003. Rapid Identification of Neonatal Sepsis. JPMA Vol 50. 2. Chan, D.K.L, Ho, L.Y. Usefullness of C – Reactive Protein in the Diagnosis of Neonatal Sepsis. SMJ. Diakses dari : http://www.sma.org .sg/smj/3806/articles/3806a4.htm. 3. Chiesa, C., Signore, F., Asumma, M., Buffone, E., Tramontozi, P. 2001. Serial Mesurements of C- Reactive Protein and Interleukin – 6 in the Immediate Post Natal Periode: Reference Intervals and Analysis of Maternal and Perinatal Confounders. Clin Chemist. 47 : 1016-1022 4. Hickey, S.M., McCracken, G.Jr. 1997. Post natal bacterial infections. Dalam Fanaroff AA, Martin RJ, penyunting. Neonatal – perinatal medicine. Diseases of the fetus and infant. St Louis : Mosby Year Book,. h. 717 – 800. 5. Llorens, X.S., McCracken, G. 1993. Sepsis sindrome and septick shock in pediatrics current concept of terminology patophysiology and management. J Pediatrics. 123: 497 – 508 6. Ng, P.C., Cheng, S.H., Chui, K.M., Fok, T.F., 1997. Diagnosis of late onset neonatal sepsis with cytokines, adhesion molecule, and C-reactive protein in preterm very low birth infants. Arch Dis Child . 77 : F221 – F227 7. Pepys, M.B., 1981. C-reactive protein fifty years on. Lancet. 21 : 653 – 7 8. Schelonka, R.L., Infante A.J., 1998. Neonatal immunology. Semin Perinatol. 22:2–14. 9. Yoder, M.C., Polin, R.A., 1997. Developmental immunology. Dalam : Neonatal – perinatal medicine. Fanaroff AA, Martin RJ, penyunting. Edisi ke-6. St Louis: Mosby – year book. h. 685 – 800