BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajeme n Kata

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Manajeme n
Kata manajemen berasal dari bahasa inggris, "Manage" yang memiliki arti
mengelola/mengurus, mengendalikan, mengusahakan dan juga memimpin.
Manajemen adalah Sebuah proses dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan
organisasi dengan bekerja secara bersama sama bersama orang - orang dan
sumber daya entitas atau organisasi yang lain.
Manajemen merupakan suatu usaha dalam pengelolaan fungsi- fungsi
organisasi atau perusahaan. Pengertian manajemen menurut Manullang (2004:5)
sebagai berikut: “Manajemen adalah seni ilmu perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan, pengarahan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan”
Menurut Oey Liang Lee (2010:16) Manajemen adalah ilmu dan seni
perencanaan, peng-organisasi-an, penyusunann, pengarahan serta pengendalian
(pengawasan) dari sumber daya perusahaan guna mencapai goal atau tujuan yang
telah diputuskan.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajemen
merupakan
suatu
kegiatan
yang
didalamnya
terdapat
perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, terhadap fungsi- fungsi organisasi
atau perusahaan yang dimiliki untuk mencapai tujuan.
14
15
2.2.
Pemasaran
Setiap hubungan atau organisasi yang menyebabkan saling tukar menukar
adalah pemasaran. Inti dari pemasaran adalah transaksi yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Dalam memenuhi kebutuhannya
ada pihak yang meminta dan ada pihak yang menawarkan. Pe masaran menarik
perhatian yang sangat besar baik dari perusahaan, lembaga, maupun antar bahasa.
Bergesernya sifat dari distribusi dan penjualan menjadi pemasaran dalam suatu
kebulatan menyebabkan berbagai organisasi melaksanakan pemasaran seperti
lembaga- lembaga pemerintah, organisasi, keagamaan dan lain- lain memandang
pemasaran sebagai suatu cara baru untuk berhubungan dengan mesyarakat umum.
2.2.1
Pengertian Pe masaran
Pemasaran dalam suatu perusahaan memegang peranan yang sangat
penting, karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, melakukan perkembangan
terhadap perusahaan dan untuk pencapaian tujuan perusahaan dalarn memperoleh
laba. Pengertian marketing oleh para ahli dikemukan berbeda-beda dalam
penyajian dan penekanannya, tetapi semua itu sebenarnya mempunyai pengertian
yang hampir sama antara satu dengan yang lainnya, berikut beberapa pengertian
pemasaran menurut para ahli:
Kotler dan Keller (2009:5) pengertian pemasaran secara sosial adalah :
“Pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan dan kelompok
memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk
yang bernilai dengan pihak lain”.
16
Saladin (2010:1) mengemukakan pengertian pemasaran sebagai berikut:
“Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang
untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan
barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar
sasaran serta tujuan perusahaan”.
Menurut Buchory Achmad (2010:2) adalah :
“Pemasaran adalah suatu proses yang berfokus pada sumber daya manusia
dan bertujuan untuk memanfaatkan peluang-peluang pasar secara global”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah
suatu kegiatan dalam organisasi dengan berbagai macam proses untuk memenuhi
keinginan melalui proses
menciptakan, menawarkan, merencanakan dan
menukarkan (nilai) produk dengan pihak lain, dimana hal tersebut diharapkan
mampu memberikan kepuasan kepada konsumennya.
2.2.2
Manaje men Pemasaran
Pada dasarnya setiap orang perlu tahu mengenai manajemen pemasaran,
terutama bagi orang-orang yang terjun dalam dunia bisnis. Bagaimana
memasarkan produk, bagaimana melakukan riset agar produk yang ditawarkan
diminati pembeli.
Manajemen pemasaran menurut Kotler dan Kelle r (2009:6) adalah:
“Pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan
mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan dengan
menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang
unggul”.
Buchari Alma (2004:130), mengungkapkan bahwa "Manajemen
Pemasaran adalah merencanakan, pengarahan, dan pengawasan seluruh
kegiatan pemasaran perusahaan ataupun bagian dipemasaran."
Lupiyo Adi (2006:6) mengatakan bahwa "Manajemen pemasaran adalah
suatu analisis, perencana, pelaksanaan serta kontrol program-program
17
yang telah direncanakan dalam hubungannya dengan pertukaranpertukaran yang diinginkan terhadap konsumen yang dituju untuk
memperoleh keuntungan pribadi maupun bersama".
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajemen
pemasaran adalah sebuah seni atau ilmu untuk menentukan target pasarnya, serta
untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan memberikan nilai produk atau jasa
buat pelanggan yang dituju oleh suatu individu atau oleh perusahaan tersebut dan
manajemen pemasaran dirumuskan sebagai suatu proses manajemen yang
meliputi penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan
pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan. Kegiatan ini bertujuan menimbulkan
pertukaran yang diinginkan, baik yang menyangkut barang dan jasa, atau bendabenda lain yang dapat memenuhi kebutuhan psikologis, sosial dan kebudayaan.
2.3
Bauran Pe masaran
Bauran pemasaran merupakan salah satu strategi dalam pemasaran yang
mempunyai peranan yang cukup penting dalam mempengaruhi konsumen untuk
membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Setelah perusahaan
menentukan strategi pemasaran dengan tepat, maka perusahaan tersebut sudah
siap merencanakan rincian dari bauran pemasaran.
Kotler dan Armstrong (2008:62) “Bauran pemasaran adalah kumpulan
alat pemasaran taktis terkendali yang di padukan perusahaan untuk
menghasilkan respon yang diinginkannya di pasar sasaran”.
Buchari (2008:205) “Bauran pemasaran (Marketing mix) merupakan
strategi mencampurkan kegiatan-kegiatan marketing, agar dicari kombinasi
maksimal sehingga mendatangkan hasil yang paling memuaskan.
18
Berdasarkan definisi menurut para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang dilakukan dengan
mencampur kegiatan-kegiatan marketing. Dimana diharapkan dapat menemukan
kombinasi yang maksimal untuk mencapai respon yang diinginkan dari pasar
yang dituju dan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Dalam bauran pemasaran terdapat seperangkat alat pemasaran yang dikenal
dalam istilah 4P, yaitu product ( produk), price (harga), place (tempat atau saluran
distribusi), dan promotion (promosi), sedangkan dalam pemasaran jasa memiliki
beberapa alat pemasaran tambahan seperti people (orang), physical evidence
(fasilitas fisik), dan process (proses), sehingga dikenal dengan istilah 7P maka
dapat disimpulkan bauran pemasaran jasa yaitu product, price, place, promotion,
people, physical evidence, dan process. Adapun pengertian 7P menurut Kotler
dan Amstrong (2012:62)
1. Produk (product), adalah mengelola unsur produk termasuk perencanaan
dan pengembangan produk atau jasa yang tepat untuk dipasarkan dengan
mengubah produk atau jasa yang ada dengan menambah dan mengambil
tindakan yang lain yang mempengaruhi bermacam- macam produk atau
jasa.
2. Harga (price), adalah suatu sistem manajemen perusahaan yang akan
menentukan harga dasar yang tepat bagi produk atau jasa dan harus
menentukan strategi yang menyangkut
potongan harga, pembayaran
ongkos angkut dan berbagi variabel yang bersangkutan.
19
3. Distribusi (place), yakni memilih dan mengelola saluran perdagangan
yang dipakai untuk menyalurkan produk atau jasa dan juga untuk melayani
pasar sasaran, serta mengembangkan sistem distribusi untuk pengiriman
dan perniagaan produk secara fisik.
4. Promosi (promotion), adalah suatu unsur yang digunakan untuk
memberitahukan dan membujuk pasar tentang produk atau jasa yang baru
pada perusahaan melalui iklan, penjualan pribadi, promosi penjualan,
maupun publikasi.
5. Sarana Fisik (Physical Evidence), merupakan hal nyata yang turut
mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan
produk atau jasa yang ditawarkan. Unsur yang termasuk dalam sarana fisik
antara lain lingkungan atau bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, logo,
warna dan barang - barang lainnya.
6. Orang (People), adalah semua pelaku yang memainkan peranan penting
dalam penyajian
jasa sehingga dapat
mempengaruhi persepsi
pembeli.Elemen dari orang adalah pegawai perusahaan, konsumen, dan
konsumen lain. Semua sikap dan tindakan karyawan, cara berpakaian
karyawan dan penampilan karyawan memiliki pengaruh terhadap
keberhasilan penyampaian jasa.
7. Proses (Process),adalah semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran
aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan jasa. Elemen proses ini
memiliki arti sesuatu untuk menyampaikan jasa. Proses dalam jasa
merupakan faktor utama dalam bauran pemasaran jasa seperti konsumen
20
jasa akan senang merasakan sistem penyerahan jasa sebagai bagian jasa
itu sendiri.
Berdasarkan penjelasan tersebut mengenai bauran pemasaran, maka dapat
disimpulkan bahwa bauran pemasaran memiliki elemen - elemen yang sangat
berpengaruh dalam penjualan karena elemen tersebut dapat mempengaruhi minat
konsumen dalam melakukan keputusan pembelian.
2.4.
Jasa
2.4.1. Pengertian Jasa
Pembedaan antara produk dan jasa sukar dilakukan, karena pembelian suatu
produk sering kali disertai dengan jasa-jasa tertentu, dan pembelian suatu jasa
sering kali pula meliputi barang-barang yang melengkapinya untuk lebih jelasnya
mendefinisikan jasa sebagai berikut :
(Laksana,2008:85), Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat
ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak
berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2009:36), jasa adalah semua
tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain
yang pada intinya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan
apapun.
2.4.2. Kategori Bauran Jasa
Tawaran perusahaan ke pasar biasanya mencakup beberapa jasa.
Kumpulan jasa merupakan bagian kecil atau bagian utama dari total penawaran.
Menurut Tjiptono (2006 : 6-7) penawaran jasa dapat dibedakan menjadi lima
kategori sebagai berikut :
21
1. Barang berwujud murni, tawaran hanya terdiri dari barang berwujud,
tidak ada jasa yang menyertai produk itu.
2. Barang berwujud yang disertai layanan tawaran terdiri dari barang
berwujud yang disertai dengan satu atau beberapa layanan.
3. Campuran, tawaran terdiri dari barang dan jasa dengan proporsi yang
sama.
4. Jasa utama yang disertai barang dan jasa tambahan, tawaran terdiri dari
satu jasa utama disertai jasa tambahan dan atau barang pendukung.
5. Jasa murni, tawaran hanya terdiri dari jasa.
2.4.3. Karakteristik Jasa
Empat karakteristik jasa yang perlu diperhatikan dalam pemasaran
menurut Tjiptono (2006 : 15-18) yaitu sebagai berikut :
1.
Tidak berwujud ( intangibility )
Jasa bersifat tidak berwujud, tidak seperti halnya produk fisik, jasa dapat
dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli.
2.
Tidak terpisahkan ( inseparability )
Umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan, jika
seseorang memberikan pelayanan, maka penyedianya merupakan bagian
dari jasa itu, karena klien juga hadir saat jasa itu dilakukan, interaksi
penyedia- klien meripakan ciri khusus pemasaran jasa.
3.
Bervariasi ( variability )
22
Karena tergantung pada siapa yang menyediakan serta kapan dan diterima
jasa itu diberikan, maka jasa sangat bervariasi.
4.
Mudah lenyap ( perishability )
Jasa tidak dapat disimpan, sifat jasa yang mudah lenyap ini tidak menjadi
masalah bila permintaan tetap. Jika permintaan berfluktuasi perusahaan
jasa menghadapi masalah yang rumit.
Pengklasifikasian terhadap produk dan mengetahui berbagai karakteristik
jasa, perusahaan akan dapat menentukan strategi yang tepat untuk setiap
produknya dan dapat mengembangkan produksinya sesuai dengan pasar yang
diinginkan.
2.5
Atribut Produk
2.5.1 Pengertian Atribut Produk
Menurut Kotler (2004:329) “Atribut produk adalah karakteristik yang
melengkapi fungsi dasar produk”.
Menurut kotler dan amstrong (2004:347) ”Atribut produk merupakan
pengembangan produk dan jasa pendefinisian manfaat- manfaat yang akan
ditawarkan”.
Menurut Tjiptono (2007;103) “Atribut produk adalah unsur–unsur produk
yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan
keputusan pembelian”.
Berdasarkan definisi di atas maka dapat d isimpulkan bahwa atribut produk
adalah unsur-unsur dari sebuah produk yang dipandang penting oleh konsumen
dan mencerminkan pengembangan suatu produk untuk dapat dijadikan dasar
dalam pengambilan keputusan pembelian.
23
2.5.2
Klasifikasi Produk
Klasifikasi produk bisa dilakukan atas berbagai macam sudut pandang.
Menurut Fandy Tjiptono (2008:98), produk dapat di klasifikasikan ke dalam dua
kelompok, yakni :
1. Barang
Barang merupakan produk yang berwujud fisik. Sehingga bisa dilihat, di
sentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik
lainnya. Ditinjau dari aspek daya tahan, terdapat dua macam barang, yaitu:
a. Barang Tidak Tahan Lama
Barang yang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya
habis di konsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian.
b. Barang tahan Lama
Barang tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya bisa
bertahan lama dengan banyak pemakaian.
2. Jasa ( services )
Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk
dijual kepada pelanggan.
2.5.3
Dimensi Atribut Produk
Pengembangan suatu produk atau jasa melibatkan pendefinisian manfaat
yang akan ditawarkan produk dan jasa tersebut. Manfaat ini dikomunikasikan dan
dihantarkan oleh atribut produk. Menurut Kotler dan Armstrong (2008:272),
terdapat beberapa macam atribut produk, yakni :
24
1. Kualitas Produk, yakni salah satu sarana positioning utama pemasar.
Kualitas memiliki dampak langsung pada kinerja produk atau jasa. Oleh
karena itu kualitas berhubungan erat dengan nilai dan kepuasan pelanggan.
2. Fitur Produk, yakni sebuah produk dapat ditawarkan dalam beragam fitur,
model dasara, model tanpa tambahan apapun, merupakan titik awal.
Perusahaan dapat menciptakan tingkat model yang lebih tinggi dengan
menambahkan lebih banyak fitur.
3. Gaya dan Desain Produk, yakni cara lain untuk menambah nilai pelanggan
adalah melalui gaya dan desain produk yang berbeda. Desain adalah
konsep yang lebih besar daripada gaya. Gaya hanya menggambarkan
penampilan produk. Gaya bisa menarik atau bahkan membosankan.
2.6
Harga
2.6.1 Pengertian harga
Harga merupakan unsur dari bauran pemasaran (marketing mix) yang
dimana dijadikan bahan untuk pertimbangan konsumen untuk melakukan
pembelian terhadap produk atau jasa yang dijual oleh individu atau perusahaan.
Berikut ini adalah pengertian harga menurut para ahli:
Kotler dan Amstrong (2008:345) “Harga adalah sejumlah uang yang
ditagihkan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang
ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau
menggunakan suatu produk atau jasa”.
Dharmesta (2008:241) “Harga dapat didefinisikan sebagai jumlah uang
(ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk
mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya”.
25
Fandy Tjiptono (2008:151) menyebutkan bahwa harga merupakan satu –
satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau
pendapatan bagi perusahaan.
Berdasarkan definisi harga menurut para ahli diatas dapat diambil
kesimpulah bahwa harga merupakan sejumlah uang yang harus dikorbankan atau
dikeluarkan oleh konsumen sebagai alat ganti atau tukar untuk mendapatkan
barang atau manfaat serta pelayanan dari produk atau jasa yang akan didapatkan
oleh konsumen tersebut.
Harga adalah variabel penting yang digunakan oleh konsumen karena
berbagai alasan, baik karena alasan ekonomis yang akan menunjukkan bahwa
harga yang rendah atau harga yang selalu berkompetisi merupakan salah satu
variabel penting untuk meningkatkan kinerja pemasaran, juga alasan psikologis
dimana harga sering dianggap sebagai indikator k ualitas, dan oleh karena itu
penetapan harga sering dirancang sebagai salah satu instrumen penjualan
sekaligus sebagai instrumen kompetisi yang menentukan.
Tjiptono (2008:152) mengatakan bahwa harga memiliki dua peranan utama
dalam proses pengambilan keputusan untuk mempengaruhi minat beli, yaitu:
1. Peranan alokasi harga
Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para
pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat tertinggi yang
diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian dengan adanya
harga dapat
membantu para pembeli
untuk
memutuskan cara
mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang atau jasa,
26
pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia,
kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.
2. Peranan informasi harga
Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam “mendidik”
konsumen mengenai faktor-faktro produk, seperti kualitas. Hal ini
terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan
untuk menilai faktor produksi atau manfaatnya secara objektif. Persepsi
yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan
kualitas yang tinggi.
Harga merupakan atribut penting yang biasa dievaluasi oleh konsumen
sehingga manajer perusahaan perlu benar-benar memahami peran tersebut dalam
mempengaruhi sikap konsumen. Harga sebagai atribut dapat diartikan bahwa
harga merupakan konsep keanekaragaman yang memiliki arti berbeda bagi tiap
konsumen, tergantung karakteristik konsumen, situasi dan produk (Mowen dan
Minor, 2002). Pada tingkat harga tertentu yang telah dikeluarkan, konsumen
dapat merasakan manfaat dari produk yang telah dibelinya. Dan konsumen akan
merasa puas apabila manfaat yang mereka dapatkan sebanding atau bahkan lebih
tinggi dari nominal uang yang mereka keluarkan (Dheany,2012).
Adapun setiap perusahaan memiliki kebijakan berbeda dalam menetapkan
harga yang disesuaikan dengan tujuan yang hendap dicapai oleh suatu perusahaan.
Hal tersebut tidak lepas dari keputusan yang dibuat sebelumnya oleh perusahaan
mengenai penempatan pasar. Pertama kali perusahaan harus menentukan terlebih
dahulu apa yang ingin dicapai dari suatu produk tertentu. Bila perusahaan telah
27
menjatuhkan pilihannya pada suatu pasar sasaran dengan penempatan pasar
tertentu, maka strategi penempatan pasar tertentu, maka strategi penempatan pasar
tertentu, maka strategi bauran pemasarannya, termasuk harga, akan lebih cepat
ditentukan (Kotler dan Amstrong, 2008:76).
2.6.2
Tujuan Penetapan Harga
Menurut Kotler dan Keller (2009:76) ada lima tujuan utama dalam
menetapkan harga:
1. Kemampuan bertahan
Perusahaan mengejar kemampuan bertahan sebagai tujuan utama mereka
jika mereka mengalami kelebihan kapasitas, persaingan ketat, atau
keinginan jisa konsumen yang berubah. Selama harga menutup biaya
variabel dan biaya tetap maka perusahaan tetap berada dalam bisnis.
2. Laba saat ini maksimum
Banyak
perusahaan
berusaha
menetapkan
harga
yang
akan
memaksimalkan laba saat ini. Perusahaan memperkirakan permintaan
dan biaya yang berasosiasi dengan harga alternatif dan memilih harga
yang menghasilkan laba saat ini, arus kas, atau tingkat pengembalian atas
investasi maksimum.
3. Pangsa pasar maksimum
Perusahaan percaya bahwa semakin tinggi volume penjualan, biaya unit
akan semakin rendah dan laba jangka panjang semakin tinggi.
Perusahaan menetapkan harga terendah mengasumsikan pasar sensitif
28
terhadap harga. Strategi penetapan harga penetrasi pasar dapat diterapkan
dalam kondisi :
a. Pasar sangat sensitif terhadap harga dan harga yang rendah
merangsang pertumbuhan pasar.
b. Biaya produksi dan distribusi menurun seiring terakumulasinya
pengalaman produksi.
c. Harga rendah mendorong persaingan aktual dan potensial.
4. Market skiming pricing
Perusahaan mengungkapkan teknologi baru yang menetapkan harga
tinggi untuk memaksimalkan memerah pasar dimana pada mulanya harga
ditetapkan tinggi dan secara perlahan turun seiring waktu. Skiming
pricing digunakan dalam kondisi sebagai berikut :
a. Terdapat cukup banyak pembeli dan permintaan saat ini tinggi.
b. Biaya satuan memproduksi volume kecil tidak begitu tinggi hingga
menghilangkan keuntungan dari mengenakan harga maksimum yang
mampu diserap pasar.
c. Harga awal tinggi menarik lebih banyak pesaing ke pasar.
d. Harga tinggi mengkomunikasikan citra produk yang unggul.
5. Kepemimpinan kualitas produk
Banyak merek berusaha menjadi “kemewahan terjangkau” produk atau
jasa yang ditentukan karakternya oleh tingkat kualitas anggapan, selera
dan status yang tinggi dengan harga yang cukup tinggi agar tidak berada
diluar jangkauan konsumen.
29
2.6.3
Faktor Pertimbangan dalam Penetapan Harga
Tujuan penetapan harga (Lupiyoadi, 2006:102) perlu dijabarkan ke dalam
program penetapan harga dengan mempertimbangkan faktor- faktor berikut :
a. Elastisitas harga permintaan
Efektivitas program penetapan harga tergantung pada dampak perubahan
harga terhadap permintaan, karena itu perubahan unit penjualan sebagai
akibat perubahan harga perlu diketahui. Namun, perubahan harga memiliki
dampak ganda terhadap penerimaan penjualan perusahaan,
yakni
perubahan unit penjualan dan perubahan penerimaan per unit. Jadi,
manajer jangan hanya berfokus pada sensitivitas harga di pasar, namun
juga mempertimbangkan dampak perubahan harga terhadap pendapatan
total.
b. Faktor persaingan
Reaksi pesaing terhadap perubahan harga merupakan salah satu faktor
penting yang perlu dipertimbangkan setiap perusahaan.
c. Faktor biaya
Struktur biaya perusahaan (biaya tetap dan biaya variabel) merupakan
factor pokok yang menentukan batas bawah harga.
d. Faktor lini produk
Perusahaan bisa menambah lini produknya dalam rangka memperluas
served market dengan cara perluasan lini dalam bentuk perluasan vertikal
(vertical extension) dan perluasan horizontal.
e. Faktor pertimbangan lain
30
Faktor-faktor lain yang juga harus dipertimbangkan dalam rangka
merancang program penetapan harga antara lain :
1) Lingkungan politik dan hukum, misalnya regulasi, perpajakan,
perlindungan konsumen.
2) Lingkungan internasional, di antaranya lingkungan politik, ekonomi,
sosial budaya, sumber daya alam dan teknologi dalam konteks global
2.6.4
Dimensi Harga
Menurut Stanton (Rosvita, 2010:24), terdapat empat dimensi yang
mencirikan harga, yaitu:
1. Keterjangkauan harga
2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk
3. Daya saing harga
4. Kesesuaian harga dengan manfaat
Harga akan menjadi pertimbangan yang cukup penting bagi konsumen
dalam memutuskan pembeliannya, konsumen akan membandingkan harga dari
produk pilihan mereka dan kemudian mengevaluasi apakah harga tersebut sesuai
atau tidak dengan nilai produk serta jumlah uang yang harus dikeluarkan. Secara
tradisional harga telah diperlakukan sebagai penentu utama pilihan pembelian.
2.7
Loyalitas Konsumen
2.7.1
Pengertian Loyalitas
Prilaku setelah pembelian suatu produk ditentukan oleh kepuasan atau
ketidakpuasan akan suatu produk sebagai akhir dari proses penjualan. Bagaimana
perilaku pelanggan dalam melakukan pembelian kembali, bagaimana sikap
31
pelanggan dalam mengekspresikan produk yang dipakainya, dan perilaku lain
yang menggambarkan reaksi pelanggan atas produk yang telah dirasakannya.
Setiap perusahaan pasti menginginkan konsumennya loyal karena konsumen yang
loyal akan memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Selain itu,
konsumen yang loyal merupakan tujuan akhir dari setiap perusahaan.
Loyalitas konsumen menurut Fandy Tjiptono (2007: 111): “Situasi
dimana konsumen bersifat positif terhadap produk atau produsen diikuti
pola pembelian ulang yang konsisten.”
Sedangkan loyalitas menurut Wahyu Nugroho (2005:11) yaitu :
“loyalitas konsumen didefinisikan sebagai suatu ukuran kesetiaan dari
pelanggan dalam menggunakan suatu merek produk atau merek jasa pada
kurun waktu tertentu pada situasi dimana banyak pilihan produk ataupun
jasa yang dapat memenuhi kebutuhannya dan pelanggan memiliki
kemampuan mendapatkannya.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa loyalitas merupakan
suatu sikap positif konsumen terhadap suatu produk atau jasa yang disertai dengan
perilaku pembelian secara berulang dan bersifat konsisten, yang selanj utnya
mereka atau konsumen merekomendasikan produk atau jasa perusahaan tersebut
kepada orang lain
2.7.2. Jenis-Jenis Loyalitas Konsume n
Dick and Basu seperti dikutip oleh Tjiptono (2007 : 110-111) kombinasi
kedua komponen pembentuk loyalitas diatas menghasilkan empat situasi
kemungkinan loyalitas.
1. No loyalty
Bila sikap dan prilaku pembelian ulang pelanggan sama-sama lemah,
maka loyalitas tidak terbentuk, ada dua kemungkinan penyebab, pertama, sikap
32
yang lemah (mendekati netral). Dapat terjadi bila suatu produk atau jasa baru
diperkenalkan dan atau pemasarannya
tidak
mampu mengkombinasikan
keunggulan unit produknya penyebab kedua berkaitan dengan dinamika pasar,
dimana merek- merek yang berkompetisi dipersepsikan serupa atau sama,
konsekuensinya, pemasar mungkin sangat sukar membentuk sikap yang positif
atau kuat terhadap produk atau perusahaan.
2. Spurious loyalty
Bila sikap yang relatif lemah disertai pola pembelian ulang yang kuat
maka yang terjadi adalah spurious loyalty. Setiap semacam ini ditandai dengan
pengaruh faktor non sikap terhadap prilaku, misalnya norma subyektif dan faktor
situasional.
3. Latent loyalty
Situasi latent loyalty tercermin bila sikap yang kuat disertai pembelian
ulang yang lemah. Situasi yang menjadi perhatian para pemasar ini disebabkan
pengaruh faktor- faktor non sikap yang sama kuat atau bukan cenderung lebih kuat
daripada faktor sikap dalam menentukan pembelian ulang.
4. Loyalty
Situasi ini merupakan situasi ideal yang paling diharapkan para pemasar
dimana konsumen bersikap positif terhadap produk atau produsen (penyedia jasa)
dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten.
2.7.3. Proses Pengembangan Konsumen
Konsumen akan menjadi tidak aktif atau pergi, karena sebab-sebab
tertentu seperti bangkrutnya perusahaan, pindah ke lokasi lain, konsumen merasa
tidak puas, dan sebagainya. Tantangan perusahaan adalah mengaktifkan kembali
33
para konsumen yang tidak puas melalui strategi mendapatkan lagi pelanggan.
Sering kali tidak mudah untuk menarik bekas pelangga n daripada mendapatkan
konsumen baru. Untuk dapat memahami pemasaran hubungannya dengan
pelanggan, langkah pertama kita harus. Memeriksa proses-proses yang terlihat
dalam menarik dan mempertahankan konsumen.
Proses-proses yang dapat dilihat untuk menarik dan memoertahankan
konsumen meliputi tersangka (suspect), yaitu setiap orang yang berminat membeli
produk atau jasa. Perusahaan memeriksa suspect ini dengan cermat untuk
kemungkinan sebagai calon pelanggan (prospect), yaitu orang-orang yang
memiliki minat potensial yang kuat terhadap produk dan memiliki kemampuan
untuk membelinya. Calon konsumen yang tidak memenuhi syarat (disqualified
prospect) yaitu orang-orang
yang ditolak
perusahaan karena dianggap
berkredibilitas rendah atau tidak menguntungkan. Perusahaan berharap untuk
mengubah banyak calon konsumen yang memenuhi syarat (qualified prospect)
menjadi pelanggan untuk pertama kalinya (first time customers), dan kemudian
mengubah para konsumen pertama kali yang puas menjadi konsumen atau
pelanggan berulang (repeat customers). Baik konsumen pertama kali maupun
pelanggan berulang mungkin juga harus membeli dari para pesaing. Perusahaan
kemudian bertindak untuk mengubah pelanggan berulang menjadi klien (client),
yaitu orang-orang yang diperlakukan perusahaan secara istimewa. Tantangan
selanjutnya adalah mengubah klien menjadi anggota (members), dengan memulai
program keanggotaan yang menawarkan keseluruhan pe rangkat tunjangan bagi
konsumen yang bergabung. Selanjutnya diharapkan para anggota akan beralih
34
menjadi pembela (advocates) yaitu para konsumen yang penuh gairah
merekomendasikan perusahaan beserta jasa dan produknya kepada orang lain.
Tantangan terakhir adalah untuk mengubah advocated menjadi mitra (pathners)
dimana konsumen dan perusahaan akan bekerja sama secara aktif memajukan
usaha.
2.7.4. Alasan Mempertahankan Konsume n
Menurut Kotle r and Keller (2007 : 191) menyatakan terdapat alasan
mengapa perusahaan harus menjaga dan mempertahankan konsumennya
diantaranya adalah :
1. konsumen yang sudah ada, prospeknya dalam memberi keuntungan
cenderung lebih besar.
2. Biaya menjaga dan mempertahankan konsumen yang sudah ada, jauh
lebih kecil daripada biaya mencari pelanggan baru
3. Konsumen yang sudah percaya pada satu perusahaan dalam satu urusan
bisnis, cenderung akan percaya juga dalam urusan atau bisnis yang lain.
4. Jika pada suatu perusahaan banyak langganan lama, akan memperoleh
keuntungan karena adanya peningkatan efisiensi. Langganan lama pasti
tidak akan banyak lagi tuntutan, perusahaan cukup menjaga dan
mempertahankan mereka.
35
5. Konsumen lama ini tentu telah banyak pengalaman positif berhubungan
dengan perusahaan, sehingga mengurangi biaya psikologis dan
sosialisasi.
6. Konsumen lama akan selalu membela perusahaan dan berusaha pula
menarik atau memberi referensi kepada teman-teman lain dan
lingkungannya untuk mencoba berhubungan dengan perusahaan
2.7.5. Dimensi Loyalitas Konsumen
Dewasa ini kepuasan konsumen telah menjadi bagian integral dalam misi
dan tujuan sebagian besar organisasi. Meningkatnya intensitas kompetisi global
dan domestik, berubahnya preferensi dan prilaku konsumen, serta revolusi
teknologi informasi merupakan beberapa faktor yang mendorong hal tersebut.
Namun saat ini berorientasi perusahaan mengalami pergeseran dari pendekatan
konvensinal ke arah pendekatan kontemporer. Pendekatan ko nvensional
menekankan pada kepuasan konsumen, reduksi biaya, pangsa pasar, dan riset
pasar. Sedangkan pendekatan kontemporer berfokus pada loyalitas konsumen.
Loyalitas Konsumen dapat dilihat dari beberapa hal menurut Tjiptono
(2007 : 107-108) yaitu :
1. Pembelian ulang, dapat merupakan hasil dominasi pasar oleh suatu
perusahaan yang berhasil membuat produknya menjadi satu-satunya
alternatif yang tersedia. Namun selain itu pembelian ulang dapat pula
merupakan hasil dari upaya promosi yang terus menerus da lam rangka
36
memikat dan membujuk konsumen untuk membeli kembali merek atau
produk yang sama.
2. Memberikan referensi kepada orang lain, Konsumen yang loyal sangat
potensial untuk menyebarkan atau menjadi word of mounth advertiser bagi
perusahaan. Tidak ada yang salah dengan pendekatan konvensinal, namun
hal tersebut belumlah memadai bagi perusahaan. Konsumen yang puas
bisa saja berganti menggunakan atau membeli produk atau merek lain
apabila ada pesaing yang memberikan tawaran yang lebih baik. Oleh
sebab itu kepuasan konsumen harus disertai dengan loyalitas konsumen.
3. Penolakan terhadap produk pesaing, Konsumen yang setia terhadap
suatu merek atau produk tertentu cenderung “terikat” pada merek tersebut
dan akan membeli produk yang sama lagi sekalipun tersedia banyak
alternatif lainnya.
2.8 Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, akan dicantumkan
beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah melakukan
penelitian dengan variabel yang sama, diantaranya:
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Sulthoni (2010), dengan judul
“Analisis pengaruh atribut produk Honda terhadap loyalitas konsumen” Bertujuan
untuk menguji apakah variabel atribut produk, yang dibentuk secara bersamasama
oleh variabel kualitas, keiritan bahan bakar, desain produk, pelayanan dan harga
berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen. Hasil dari penelitian yang
37
dilakukan oleh Muhammad Sulthoni tersebut menunjukan bahwa secara bersamasama variabel-variabel atribut produk tersebut berpengaruh terhadap loyalitas
konsumen.
Penelitian yang dilakukan oleh Mohamad Dimyati (2013), dengan judul
“Model struktural pengaruh Atribut Produk terhadap kepuasan dan loyalitas
pelanggan produk PON’S. Pada hasil penelitiannya tersebut, menunjukan bahwa
Atribut Produk berpengaruh signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan produk
Pond’s di Kota Jember. Hasil ini memberikan dukungan terhadap hipotesis kedua
yang menyatakan bahwa Atribut Produk berpengaruh signifikan terhadap
Loyalitas Pelanggan terbukti. Hasil penelitian ini dapat diartikan bahwa
peningkatan Atribut Produk Pond’s akan meningkatkan Loyalitas Pelanggan
terhadap produk Pond’s.
Penelitian yang dilakukan oleh Rezah Fahlevi (2014), dengan judul
“Pengaruh kepuasan, kepercayaan dan harga terhadap loyalitas konsumen pada
green product (Studi Kasus pada Masyarakat Bengkulu yang Menggunakan
Produk Elektronik Lampu Hemat Energi) . Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh saudara Rezah Pahlevi tersebut, dapat diketahui bahwa variabel Harga
berpengaruh terhadap Loyalitas konsumen pada Green Product.
Penelitian yang dilakukan oleh Ria Syaputri1 (2015), dengan judul
“Pengaruh kemasan, merek dan harga terhadap loyalitas konsumen pada UKM
keripik singkong sulis di samarinda”. Pada hasil penelitiannya tersebut,
menunjukan bahwa variabel harga berpengaruh signifikan terhadap loyalitas
38
konsumen. hal ini disebabkan karena harga keripik singkong SULIS telah sesuai
dengan ukuran kemasan yang diinginkan oleh konsumen dan apabila pembelian
dalam jumlah banyak maka konsumen mendapatkan potongan harga lebih murah
dibandingkan pembelian dalam jumlah sedikit. Sehingga loyalitas konsumen
terpengaruh positif oleh harga.
2.9 Kerangka Pe mikiran
Perkembangan teknologi komunikasi telah melalui perubahan yang cukup
signifikan dari tiap generasi. Terbukti dengan banyaknya bermunculan perangkat
telekomunikasi dengan teknologi high class contohnya smartphone iphone.
Kemunculan teknologi telekomunikasi smartphone iphone yang high class ini
juga di dorong oleh kebutuhan manusia untuk menghadapi sulitnya berbagai
masalah yang dihadapi dan diselesaikan dalam waktu cepat dan singkat.
Atribut produk merupakan unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh
konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk
meliputi merek, kemasan, jaminan (garansi), pelayanan, dan sebagainya.”
Perusahaan diharapkan dapat mengetahui dengan cara apa dapat memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumennya bahkan sekaligus meningkatkan loyalitas
konsumen. Seorang konsumen membeli produk, tidak hanya mengetahui berapa
harga untuk produk yang akan dikonsumsinya, tetapi juga membeli produk yang
menawarkat atribut produk yang terbaik dari harga yang ditawarkanya.
Sehubungan dengan penjelasan pada kerangka pemikiran diatas, maka model
penelitian yang penulis rumuskan sebagai berikut :
39
Atribut produk (X1)
 Kualitas produk
 Fitur produk
 Desain produk
Loyalitas Konsumen (Y)
Harga (X2)
 Keterjangkauan
harga
 Kesesuaian harga
dengan kualitas
produk
 Daya saing harga
 Kesesuaian harga
dengan manfaat
 Pembelian ulang
 Memberikan referensi
kepada orang lain
 Penolakan terhadap
produk pesaing
Gambar 2.1
Paradigma Pemikiran
Paradigma pemikiran yang disajikan diatas menjelaskan bahwa keputusan
Loyalitas konsumen dipengaruhi faktor atribut produk, dan harga.
2.10
Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian (Sugiyono,2005). Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta- fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
40
H1 : Atribut Produk berpengaruh terhadap loyalitas konsumen pada pengguna
iphone di kalangan Mahasiswa Universitas Widyatama.
H2 : Harga berpengaruh terhadap loyalitas konsumen pada pengguna iphone di
kalangan Mahasiswa Universitas Widyatama.
H3 : Atribut Produk dan Harga berpengaruh terhadap loyalitas konsumen pada
pengguna iphone di kalangan Mahasiswa Universitas Widyatama.
Download