Extrapulmonary Tuberculosis: Tuberculous Meningtis New

advertisement
Text Book Reading Ruangan 1
Extrapulmonary Tuberculosis:
Tuberculous Meningitis New
Development
Oleh; Dewi Indah Prasetyastuti
Pembimbing: Prof Dr. dr. OS Hartanto Sp. S (K)
PENDAHULUAN







TB merupakan masalah kesehatan yg utama
TB dapat mengenai pulmonal maupun ekstrapulmonal
Meningitis TB: salah satu bentuk penyakit yg berat &
disertai keterlibatan SSP
Menyerang membran dan cairan otak dan medula spinalis
Dapat terjadi krn penyebaran scr hemtogen
Dapat terjadi krn pecahnya tuberkel
Gambaran klinis menyerupai meningitis kronis
ETIOLOGI





Meningitis TB disebabkan
Mycobacterium bacilli
Merupakan parasit makrofag
intraseluler fakultatif
Bersifat gram positif,
aerobik, non spora, non
motil
Pada pewarnaan bersifat
acid fast
Penularan melalui inhalasi
dari udara yg infeksius
EPIDEMIOLOGI







Insiden dan prevalensi tdk diketahui scr pasti
Meningitis TB terhitung 15 % dr TB ekstrapulmonal
Pada meningitis TB 7-12% berhubungan dgn tingginya
mortalitas dan morbiditas
Th 2007 prevalensinya 13,7 juta (206 per 100000)
Yang terdiri dari 9,27 juta kasus baru, 1,34 juta (14%
darinya) merupakn HIV +
Insiden pd neonatus 31,5 per 100000
Insiden pd anak 0,7 per 100000
MULTI DRUG RESISTEN







Diawali stlh pengenalan streptomycin sbg antibiotik
Masalah berkurang stlh penggunaan INH dan rifampicin
scr bersamaan
MDR dilaporkan keberadaannya pada awal th 90 an
Menurut WHO, MDR TB pada th 2000 tercatat 274000
sedang th 2007 tercatat 500000
MDR juga didapatkan pd pasien meningitis TB
MDR lebih sering terjadi pada pasien dgn HIV+
MDR pada meningitis TB  prognosis buruk
Lanjutan MULTI DRUG RESISTEN





XDR TB  resistensi obat secara luas
Tidak hanya obat lini pertama tp resisten juga pada obat
linikedua
Obat TB lini kedua  beberapa jenis fluorokuinolon dan
salah satu dari 3 obat injeksi berikut: capreomycin,
kanamycin dan amikacin
Penegakkan diagnosis  identifikasi adanya identifikasi TB
dan drug susceptibility tes (DST)
Gold standar DST  metode proporsi tdk langsung pd
medium agar
PATOGENESIS







Penularan meningitis TB melalui inti droplet udara
Kmd terdistribusi di area ventilasi paru terbentuk fokus
infeksi primer
Yg berperan sbg reservoir pada sel host  makrofag
Makrofag memiliki byk reseptor intraseluler
Jika bacillus dpt bertahan di makrofag, bakteri ini akan
berkembang biak
Pertumbuhannya bersifat lambat
Bakteri dpt terbawa sistem limfatiknodus limfe hiler
regional sirkulasi sistemikorgan lain
lanjutan PATOGENESIS
Kemampuan host utk berespon thd TB dpt menurun
karena penyakit2 tertentu
 Meningitis TB tjd dlm 2 tahap:
1. Masuk host mll inhalasimakrofag alveolarnodus
limfonodi regionalkomplek primertuberkel
2. Peningkatan ukuran Rich Focusruptur masuk ke
subaracnoid
 Awalnya pada meningitis TB terbentuk Rich Focus
 Biasanya bakteri cenderung terlokalisasi di bagian
tengahnya

lanjutan PATOGENESIS


Rupturnya Rich Focus penyebaran bakteri ke ruang
subarachnoid bakteri masuk SSP melalui BBB
Proses di atas memicu respon T cell inflamasi
KONSEKUENSI PATOLOGIS DARI INFEKSI





Meningitis TB kecenderungan mengenai basal otak
Patofisiologinya meliputi eksudat basal, hirocephalus,
granuloma dan penyumbatan
Komplikasi neurologis dimulai dr reaksi hipersensitivitas
pd rupturnya Rich Focus
Proses inflamasi meliputi penumpukkan sel, onset
hiperemia, edema, kerusakan kapiler, eksudat dan fibrosis
Eksudat inflamasi dapat mengenai fissura silvian, sisterna
basal, batang otak dan cerebellum
lanjutan KONSEKUENSI


Gambaran khas inflamasi meningeal
Duramater dgn fibrosis dense dan infiltrat limfoplasmasitik
lanjutan KONSEKUENSI



1.
2.
3.
4.
Sering menyebabkan disfungsi N.III, VI dan VII
Dapat menyebabkan hidrocephalus krn blokade jalur
LCS dan gangguan absorbsi LCS oleh eksudat
Dapat menyebabkan vaskulitis
Biasa tjd di sirkulus Willisi, sistem vertebrobasiler dan
perforasi pd cbg cerebri media
Terjadi krn invasi langsung dan kompresi pembuluh drh
basal otak
Dpt menyebabkan iskemia dan infark cerebral
Perubahan yg tjd  inflamasi, spasme, konstriksi dan
strangulasi pembuluh drh
Lanjutan KONSEKUENSI



Gambaran mikroskopis Meningitis TB sel granuloma
epiteloid, infiltrasi limfositik, sel Langhans, dan nekrosis
caseous
Dapat ditemukan btk tuberkuloma yg berisi material
nekrotik caseous, granuloma sel epiteloid dan infiltrasi sel
mononuklear
Ukuran tuberkuloma bbrp mm s/d 3-4 cm
MANIFESTASI KLINIS





Kadang gejala dan tanda tdk spesifik  penegakkan
diagnosa sulit
Pada bayi dan anak biasanya merupakan dampak dr
komplikasi infeksi primer
Gambaran klinis meliputi gambaran meningoencephalitis
akut dan gambaran progesi lambat
Pengeluaran bakteri ke LCS diikuti gejala prodormal
Meningitis TB terjadi scr bertahap selam 2-6 minggu
lanjutan MANIFESTASI





Manifestasinya meliputi nyeri kepala, muntah, ggn sensori
dan kaku kuduk
Pada tahap lanjut tampak nervi kranial palsy, hilangnya
pengelihatan, defisit neurologis fokal dan tanda kenaikan
TIK
Pada anak biasanya kejang dengan atau tanpa demam
Pada orang tua kadang sulit ditemukan krn hanya kesadara
somnolent
Gejala visual meliputi kebutaan , optalmoplegi yg tiba2
lanjutan MANIFESTASI

Gambaran yg tdk khas dapat menyerupai menigitis
piogenik, demensia progesif, status epileptikus, psikosis,
sindrom stroke, locked in state neuralgia trigeminal dan
spasme infantil
lanjutan MANIFESTASI
Gambaran gejala klinis meningitis TB
pada anak & dewasa

Frequency/range

Symptom

Headache 50-80%

Fever 60-95%

Vomiting 30-60%

Photophobia 5-10%

Anorexia/weight loss 60-80%

Clinical sign

Neck stiffness 40-80%

Confusion 10-30%

Coma 30e60%

Cranial nerve palsy 30-50%

VI 30-40%
III 5-15%
VII 10-20%
Hemiparesis 10-20%
Paraparesis 5-10%
Seizures: children 50%
Adults 5%
Cerebrospinal fluid
Clear appearance 80-90%
Opening pressure >25 cm H20 50%
 Leucocyte count (103/ml) 5-1000
Neutrophils 10-70%
Lymphocytes 30-90%
Protein (g/L) 0.45-3.0
Lactate (mmol/L) 5.0-10.0
CSF glucose:blood glucose < 0.5 95%
Cerebrospinal protein can be >10 g/l in
those with spinal block
KRITERIA DIAGNOSIS



Diagnosis ditegakkan dgn gejala klinis, gejala neurologis,
hsl pemeriksaan LCS, neuroimaging, respon thd obat anti
TB
Utk mendeteksi Delayed Type Hipersensivity digunakan
metode skin tes tuberkulin
Jika hasil negatif  tidak menyingkirkan kemungkinan
meningitis TB
Pemeriksaan LCS
Pemeriksaan LCS utk membedakan berbagai penyebab
meningitis kronis
 Dibutuhkan sample sebanyak 5cc LCS
 Kelainan klasik LCS pd meningitis TB meliputi:
1. Tekanan pembukaan lumbar ↑
2. Leukosit ↑10-500 sel/mm3 terutama limfosit
3. Protein ↑100-500 mg/dl
4. Glukosa ↓ 40 mg/dl
5. Kultur + pd sekitar 75% pasien

lanjutan PEMERIKSAAN LCS





Gold standar utk diagnosis adanya penampakan
Mycobacterium Bacilli pd LCS dgn pewarnaan acid fast
Kultur LCS + pd 40 % kasusdan dapat diulang sampai 6
minggu
PCR assay merupakan pemeriksaan yang paling spesifik
dan sensitif, dgn penggunaan amplifikasi real time &
deteksi hasil
Modifikasi PCR kuantitatif real time PCR cepat
Tehnik terkini ampilfikasi bakteriophage mudah,
murah, hasil 24-48 jam
lanjutan PEMERIKSAAN LCS



PCR utk penegakkan diagnosis didukung oleh filtrat LCS
ELIspot assay deteksi cepat utk Mycobacterium TB
spesifik T limfosit
Pada pemeriksaan smear LCS + gambaran acid fast
bacilli
NEUROIMAGING



CT dan MRI  utk menentukkan lokasi &
karakteristiknya
Hasil sering normal pd tahapan awal penyakit
CT & MRI menujukkan: hidrocephalus, enhancement pd
parenkim, enhancement pd sisterna basal, edem otak,
abses atau tuberkuloma
lanjutan NEUROIMAGING
CT scan kepala yg
memperlihatkan eksudat
basal yg tebal dan
dilatasi ventrikel
CT scan kepala yg
memperlihatkan
enhancement kontras krn
eksudat basal &
enhancement meningeal
lanjutan NEUROIMAGING




Gambaran neuroradiologis yg sering didapat:
enhancement basal , eksudat, hidrocephalus maupun infark
periventrikuler
Pada MRIgambaran enhancement meningeal pada basal
pial, terutama pd fossa interpenducular
Infark pd meningitis kronis  ganglia basal, kapsula
interna, talamus
Lacuna iskemik T2 hiperintens, T1 hipointens pd
diffusion weight imaging dgn diameter <1,5 cm
Perkembangan & penerapan DNA
Mycbacterial di URin



Alternatif diagnostik yg cepat
Adanya fragmen DNA yg dibentuk as nukleat free cell pd
plasma & darah melewati ginjal keluar di urin DNA
transrenal
Menggunakan metode amplifikasi as nukleat
MENINGITIS TB pd PASIEN HIV





30% dari pasien TB adalah seropositif HIV
10% dari pasien HIV menderita TB pulmonal maupun
ekstrapulmonal, sdg keterlibatan SSP 10% darinya
Gejala Klinis gambaran LCS aseluler & lesi massa
intraserebral
Gejala Klasik pada CT scan hidrocephalus &
enhancement basal
Resistensi obat lebih sering terjadi
TERAPI







Jika terdeteksi lbh awal biasanya berespon thd standar
anti TB dgn kortikoseroid
Mengikuti tahap terapi TB paru
Terdiri dari dua tahap: fase intensif dan fase kontinu
Terapi diberikan 6 sampai 18 bulan
Dimulai dr obat anti TB lini pertama: isoniazid, rifampicin,
pirazinamid, streptomycin dan etambutol
Agen antimikrobia fluorokuinolon (levofloxacin,
gatifloxacin, dan moxifloxacin) utk terapi resisten obat
Juga utk terapi meningitis TB dgn durasi lama
lanjutan TERAPI
Drug Daily Dose
Drug
Children
Adults
Route
Duration
Isoniazid
10-20 mg/ kg
(max 500 mg)
300 mg
oral
12 months
Rifampicin
10-20 mg/ kg
(max 600mg)
450mg (<50kg)
600mg (≥50kg)
Oral
12 months
Pirazinamid
30-35 mg/ kg
(max 2g)
1,5g (<50 kg)
2 g (≥50 kg)
Oral
2 months
Etambutol
15-20 mg/ kg
(max 1 g)
15 mg/kg
Oral
2 months
Tabel. II Regimen yang direkomendasikan utk meningitis TB
lanjutan TERAPI

Tuberculous meningitis by drug-susceptible organisms

(adult, children and human immunodeficiency virusinfected

patients)

• Initiation phase: 2 months

Isoniazid (4-6 mg/kg, 300 mg)

Rifampicin (8-12 mg/kg, 600 mg)

Pyrazinamide (20-30 mg/kg, 1600 mg)

Streptomycin (12-18 mg/kg, 1000 mg)

• Continuation phase: 4-7 months

Isoniazid (4-6 mg/kg, 300 mg)

Rifampicin (8-12 mg/kg, 600 mg)

Multidrug-resistant tuberculous meningitis

• Initiation phase: 4 months

Amikacin or Kanamycin (intravenous or intramuscular

15-30 mg/kg, 1000 mg)

Ethionamide (15-20 mg/kg, 1000 mg)

Pyrazinamide (20-30 mg/kg, 1600 mg)

Ofloxacin (7.5-15 mg/kg, 800 mg)

Ethambutol or cycloserine (15-25 mg/kg, 1200 mg;

10-20 mg/kg, 1000 mg)

• Continuation phase: 12-18 months

Ethionamide (5-10 mg/kg, 750 mg)

Ofloxacin (7.5-15 mg/kg, 800 mg)

Ethambutol or cycloserine (15-25 mg/kg, 1200 mg;

10-20 mg/kg, 1000 m
KORTIKOSTEROID TAMBAHAN





Disarankan digunakan utk terapi meningitis TB
Berguna utk menekan produk inflamasi sitokin dan
kemokin
Bekerja menurunkan kadar metaloproteinase 9 pd LCS di
awal terapi
Komplek microglia- matrik metaloproteinase
(MMP)menyebabkan kerusakan
Komplek CoMtb-monosit merangsang ekspresi gen MMP
1,3,9 pd sel mikroglia > drpd infeksi scr langsung
PROGNOSIS




Faktor yg mempengaruhi prognosis usia, tahap penyakit,
level kesadaran, keterlibatan TB ekstra SSP, isolasi bakteri
pd LCS, biokimia LCS, hidrocephalus dan infark
Keterlambatan terapi  kematian
Diagnosis awal dan terapi yg tepat kunci utk bisa
bertahan
Pemberian kortikosteroid pd dewasa signifikan
menurunkan kematian
PENCEGAHAN





Vaksin BCG  efek protektif thd meningitis
Mekanisme proteksinya tidak diketahui scr pasti
Efikasi proteksinya menurun seiring bertambahnya umur
Efikasi proteksi thd TB paru berkisar 0-80%
Vaksin ini dpt membahayakan pasien dgn
imunokompromise yg punya resiko terinfeksi TB
PRIORITAS KESEHATAN UMUM



Vaksin Mycobacteriumvaksin investigasional yg
disiapkan dr lingkungan Myobacterium
Dibanding vaksin BCG MV tdk perlu skin tes, durasi
terapi pendek, aman, target jangkauan lbh luas dan hasil yg
baik
Diperlukan juga alat diagnostik yg lbh baik & penanganan
MDR TB
TERIMA
KASIH







MTB: rdg selaput otak akibat komplikasi TB primer
MTB selalu tjd sekunder dgn fokus primer di luar otak
Bukan krn peradangann langsung di meningen scr
hematogen
Menyebar scr perkontinuitatum dr infeksi organ lain
Std1 (awal) :apatis, iritabilitas, nyeri kepala, malaise, mual
demam, anoreksia, nyeri perut
Std 2 : perub mental, tanda iritasi meningen, kelumpuhan
saraf III, IV, VI
Std 3 : penkes s/d strupor, kejang, hemiparese, grkn
involuter
Laboratorium





Leukosit ↑, normal, ↓ difcount geser ke kiri dgn
hiponatremi
Pe↑ tekanan pd LP 40-75% pd anak, 50% pd dewasa, wrn
jernih xantocrom, protein ↑ 150-200mg/dl, glukosa ↓,
hipoklorida, pleiositosis <300 sel/mm3PMN dan
limfosit
Kultur LCS 90% PCR spesifisitas tinggi
PPD tuberkulin – pd 10-15% anak dan 50% pd dewasa
TERAPI






INH anak10-20 mg/kg/hr, dewasa 400mg/hr
R anak10-20 mg/kg/hr, dewasa 600 mg/hr
E anak 25 mg/kb/hr, dewasa 150 mg/hr
PAS 200mg/kg/hr terbagi 3, max 12 g/hr ES ggn nafsu mkn
Strepto 30-50 mg/ kg/hr ES ototoksik
KTS prednison, 2-3mg/kg/hr dlm 3 dosis 2-4 minggu kmd
1mg/kg/hr s1-2 minggu
abses
Infeksi intraserebral dr serebritis lokasitorik jd pus yg
dikelilingi kapsul
Perluasan lgsg kontak infeksi (25-20%), hematogen (30%) dr
fokus infeksi jauh, stlh trauma kepala maupun tindakan BS,
kritpogenik
Indikasi op jika: >2,5 cm , dekat ventrikel, efek massa
signifikan, kondisi neurologi memburuk, stlh 2mgg terapi
membesar ato 2 mgg lg tdk mengecil
Meningitis






Trias demam, nyeri kepala, fotofobia
Tanda hidrocephalus: nyeri kepala, muntah, kejang,
papiledema
Penyebaran hematogen dr infeksi nasofaring, perluasan
infeksi struktur IK spt sinusitis, trauma, tindakan BS
IgA protease menempel sel epitel lalu ke aliran drh
Kapsul polisakarida yg antifagosit dan
antikomplemenlepas dr imunitas seluler msk
subaracnoid lalu berkembang
Endotoksin dan asam teichoic sel endotel dan sel glia
produksi sitokin proinflamasi TNF dan IL1




Dihasilkan IL6, PAF dan leukotrien yg merusak BBB
Leikosit, komplemen dan albumin masuk ke
subarachnoid vasogenik
Leukosit dll merubah proses patologis jd trombosis &
vaskulitis  sitotoksik
Ggn reabsorsi LCS & peningkatan TIK  interstitiel





Indikasi LP: penkes, nyeri kepala, demam
Harus CT dulu jika papiloedema, penkes yg dlm, defisit
neurologis fokal, curiga lesi desak ruang intrakranial
KI LP jika ada infeksi lokal di punggung bwh, koagulopati,
syok apapun, trombosit < 50rb
Curiga Mimunokompromise, papiledema, def neu, riw
infeksi SSP, delay LP
KTS dexa 0,15mg/kg per 6 jam selama 2-3 hr
PCR





Metode amplifikasi as nukleat  spesifitas tinggi tapi
sensifitas bervariasi
Langkah utk deteksinya perlu manipulasi pengguna pada
tiap point assay yg potensial tjd error dan kontaminsi
sampel
Tehnik real time  lbh mudah dan cepat
Sistem ini menggunakanprobes fluorogenic deteksi &
identifikasicepat
Caranya sampeldidekontaminasi, setrifuge dgn prosedur
standar, digunakan utk mikroskopi lgsg, ektrasi DNA &
kultur. Positf AFB & kultur diinkubasi di tube BBL MGIT
7ml & diamati 60 hr sblm dinyatakan-

Ekstraksi DNA diambil dr 500mikroliter sampel/ kultur
dgn Dneasy tissue kit, yg didesign utk purifikasi cepat total
DNA, DA delusikan dr 100mikroltr TE dan dilakukan
amplifikasi dgn real time, dioptimalkan dgn kondisi siklus
utk 1 siklus, 3 mnt pd95, 30mnt pd 95 dan 50 mnt pd60
utk 50 siklus. Campuran reaksi yang didapat 150 mikroltr


Uji tuberkulin + pd infeksi TB, vaksin BCG, infeksi
mycobakterium atipik
Uji tuberkulin – pd inkubasi TB, tidak ada infeksi, keadaan
tertentu di mana respon imun tdk baik
perkejuan

Bakteri yang difagosit oleh makrofag yang seharusnya mati justru berkembang biak lagi di
dalam makrofag. Sampai pada proses ini banyak yang menamainya proses infeksi primer Ghon.
Basil yang sudah banyak ini melalui pembuluh darah yang rusak dan aliran limfatik paru
menyebar ke nodus limfatikus regional. Sampai pada penyebaran ini dinamakan proses infeksi
primer kompleks Ranke. Proses ini berjalan dan memakan waktu 3-8 minggu. Pada tahap ini
pada sebagian orang dapat sembuh sendiri tanpa cacat. Sebagian orang meninggalkan sedikit
berkas-berkas berupa garis fibrotic, kalsifikasi di hilus yang berpotensi untuk kambuh lagi
karena kuman yang dormant.
Basil tuberkel yang didalam makrofag berhasil mengambil alih makrofag sehingga mengatur
makrofag agar dapat menyatu satu sama lainnya menjadi Tuberkel yaitu suatu granuloma yang
terdiri dari histiosit dan sel datia langerhans yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai
jaringan ikat. Keadaan ini biasanya memakan waktu 3-10 minggu setelah gejala pneumonia yang
berupa konsolidasi. Sarang-sarang granuloma ini dapat direabsorbsi kembali tanpa cacat atau
sarang-sarang tadi meluas namun sembuh dengan meninggalkan bekas sebukan jaringan
fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi keras dan menimbulkan pengapuran. Selanjutnya
yang paling parah adalah keadaan granuloma yang terus meluas dan menyebar sehingga
jumlahnya juga banyak pada lapang paru sehingga bagian yang meluas tadi akan menghancurkan
jaringan ikat sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis menjadi lembek membentuk
jaringan keju kejadian inilah yang disebut perkejuan. Bila jaringan keju tadi copot dan
dibatukkan keluar maka akan terbentuklah kavitas pada tengah-tengahnya. Mula-mula dinding
kavitasi ini tipis namun semakin lama semakin tebal karena sebukan fibroblast membentuk
jaringan fibrositik yang pada akhirnya menjadi kronik dinamai kavitas sklerotik. Terjadinya
perkejuan tersebut dikarenakan pada jaringan nekrotik tersebut dihasilkan TNF dan sitokin
yang berlebihan oleh jaringan sekitar dan oleh leukosit, selain itu juga dihasilkannya enzimenzim hidrolisis protein, lipid dan asam nukleat yang dihasilkan makrofag yang sebetulnya
.




CMI &DELAY TYPE HIPERSENSIVITY
CMI diawali dengan terstimulasinya Th1 dan Th2 untuk memproduksi
sitokin dan mediator lainnya (IFN-,TNF-, IL-2, radikal bebas, enzim
lisosomal, intermediet nitrogen). Limfokin dan mediator yang dilepaskan ini
selain mengaktifkan makrofag namun membantu merusak MTB. Hanya
makrofag yang teraktivasi saja yang mampu membunuh MTB.
DTH mengaktifkan killer cells dan sitotoksik CD4+ dan CD8+. Berbeda
dengan CMI, DTH akan membunuh makrofag yang tidak teraktivasi yang
mengandung MTB. Setelah membunuh makrofag tidak teraktivasi tersebut,
MTB akan lepas dan masuk ke jaringan sekitar, akhirnya terbentuklah
neksrosis perkijuan. Proses ini berbahaya bagi tubuh karena menyebabkan
kerusakan jaringan, mengisolasi lesi yang aktif, dan memungkinkan MTB
untuk dorman.
Granuloma terdiri dari MTB yang dikelilingi oleh makrofag teraktivasi
dan limfosit T-CD4+. Ketika pertahanan tubuh baik, makrofag akan
membunuh MTB, namun bisa ada sebagian yang dorman. Jaringan fibrosis
akan mengelilingi granuloma, dapat terjadi kalsifikasi dan proses penyakit ini
berhenti. Namun ketika pertahanan tubuh buruk, makrofag yang tidak
teraktivasilah yang akan mengelilingi granuloma. DTH akan membunuh
makrofag ini. Nekrosis perkijuan akan meluas dan akhirnya MTB akan
menyebar ke pembuluh limfe terdekat dan beredar ke seluruh tubuh dan
akhirnya menyebabkan TB ekstra paru. Selain itu MTB juga menyebar
melalui cabang trakheobronkhial dan menimbulkan TB milier.
MDR





Grup 1 agen lini pertama oral: pirazinamid, etambutol,
rifabutin
Grup 2 agen injeksi: kanamycin, amikacin, capreomycin,
streptomycin
Grup 3 fluorokuinolon: levofloxacin, moxifloxacin,
ofloxacin
Grup4 agen bateristatik lini kedua: PAS, cycloserin,
terizidon, ethionamid, protionamide
Grup5 agen dgn peran tdk jelas dlm MDR: clofazimin,
linezolid, amoxicilin clavulanat, thiocatazone
Download