keutamaan mengkonsumsi makanan halalan thayyiba

advertisement
Edu-Bio; Vol. 4, Tahun 2013
Kartubi, Keutamaan …
pelaksana pendidikan dalam menjalankan pendidikan bangsa ini.
Jika semua pelaksana pendidikan memiliki kejujuran dan
komitmen yang sama yaitu untuk memajukan bangsa ini, niscaya
pendidikan yang berkualitas akan diperoleh.
KEUTAMAAN MENGKONSUMSI MAKANAN
HALALAN THAYYIBA
Kartubi
Abstrak
Kitab suci al-Qur’an di turunkan ke muka bumi berfungsi sebagai
petunjuk bagi ummat manusia menuju jalan keselamatan
hidupnya baik di dunia maupun di akhirat. Salah satu jalan
keselamatan yang mesti ditempuh adalah memakan makanan
yang halalan thayyiba.
DAFTAR PUSTAKA
Nuryata, Made. 2010. Pembelajaran Masa Kini. Jakarta : Sekarmita
Suyanto, 2002. Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia
Tantangan Global Pendidikan Nasional. Jakarta : Grasindo
Baru.
Kata Kunci: Makanan halalan thayyiba.
http://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Pembangunan_Manusia#Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_Indeks_Pembangun
an_Manusia#endnote_2
http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalahpendidikan-di-indonesia/
http://sim.ormawa.uns.ac.id/2009/01/05/masalah-pendidikan-diindonesia/
57
A. Pendahuluan
Setiap muslim menyakini bahwa Islam adalah agama yang
membawapetunjuk demi kebahagiaan pribadi dan masyarakat serta
kesejahteraan mereka baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Petunjuk-petunjuk tersebut umumnya bersipat global (mujmal),
sehingga tidak pada tempatnya menuntut dari sumber-sumber
ajaran Islam (al-Qur’an dan al-Sunnah) tentang petunjuk-petunjuk
praktis dan terinci yang menyangkut berbagai aspek kehidupan.
Memang tidak semua masalah harus ditemukan argumentasinya
secara khusus dari kedua sumber tersebut. Argumentasinya dapat
ditemukan melalui pemahaman terhadap jiwa ajaran agama serta
tujuan-tujuan pokok syari’at.
Para ulama Islam sepakat bahwa ajaran agama Islam
bertujuan untuk memlihara lima hal pokok yaitu: agama, jiwa, akal,
kehormatan dan kesehatan. Setiap usaha yang mendukung
tercapainya salah satu diantara tujuan tersebut walaupun belum
ditemukan dalam kitab suci al-Qur’an dan al-Sunnah, mendapat
dukungan penuh dari ajaran Islam. (Shihab, 1997; 286).
Gizi, dalam hal ini mempunyai peran yang sangat besar
dalam membina dan mempertahankan kesehatan seseorang, adalah
merupakan kewajiban setiap orang untuk memelihara kesehatannya,
seperti yang disabdakan baginda Rasulullah SAW “sesungguhnya
badanmu mempunyai hak atas dirimu”. Maksudnya adalah
merupakan kewajiban seseorang untuk memlihara jasmani sehingga
dapat berpungsi sebagaimana mestinya. (Shihab, 1997; 286)
Kehidupan yang sehat jasmani merupakan modal utama
untuk bisa melaksanakan pegabdian yang terbaik kepada Allah
SWT, selaku hamba Allah maupun insan sosial, guna memperoleh
kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Kehidupan yang sehat
jasamani dan rohani tersebut bisa diwujudan antara lain dengan
58
Edu-Bio; Vol. 4, Tahun 2013
memanfaatkan secara optimal hasil ciptaan Allah SWT berupa buahbuahan dan sayuran alam sebagai konsumsi tubuh, sekaligus
penyembuh dan pengembali kondisi serta energi untuk beramal
shaleh.
Berkaitan dengan makanan, al-Qur’an mensyaratkan bahwa
makanan yang dikonsumsi mesti memenuhi dua syarat yaitu: “halal”
dan dan “baik”. Sebagaimana firman-Nya “Dan makanlah makanan
yang halal lagi baik dari apa yang Allah rezekikan kepadmu dan
bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”. (QS alMaidah ayat 88).
Menurut Quraish Shihab (1997; 287) perintah makan di
dalam kitab suci al-Qur’an dalam berbagai konteks dan arti selalu
menekankan kedua sipat yaitu halal dan baik (thayyib) dan
ditemukan juga ayat-ayat yang menggabungkan kedua sipat
tersebut. Ini menunjukkan bahwa yang diperintahkan untuk dimakan
adalah yang memenuhi kedua syarat tersebut. Sebab dapat saja
sesuatu itu bersipat halal, akan tetapi tidak baik atau tidak disenangi
Allah SWT dan Rasul-Nya. Sebaliknya, mungkin sesuatu dinilai baik,
tetapi tidak halal.
Al-Qur’an membahas pula tentang batas-batas kebolehan
memakan suatu jenis makanan dan juga jumlah persiapan yang
disimpan dan boleh disantap satu kali makan. Para ahli juga
membuktikan bahwa makanan yang dilarang (haram) itu mutu
gizinya jauh lebih rendah daripada makanan yang dianjurkan dan
makanan yang haram tersebut membawa akibat buruk bagi
kesehatan.
Makanan yang diciptakan Allah SWT dimuka bumi sangat
bervariasi bentuknya, demikian juga dengan kadar gizi yang
dikandungnya. Banyak makanan yang sederhana bentuknya, namun
memiliki mutu gizi yang tinggi. Oleh karena itu perlu diperhatikan
tatkala memilih makanan yang sehat dan bergizi tinggi tanpa harus
terkecoh dengan bentuk atau kemasan yang bagus tetapi tidak
memiliki kandungan gizi, apalagi sampai tidak memenuhi kriteria
makanan halal dan baik.
Kehalalan makanan persyaratan mutlak bagi setiap muslim
dalam mengkonsumsi makanan, begitu pula sebaliknya keharaman
makanan persyaratan mutlak bagi setiap muslim untuk tidak
mengkonsumsinya. Dikarenakan makanan yang haram akan
berdampak negatif pada mental manusia. Sebagaiman dijelaskan alHarali seorang ulama besar (wafat 1232 M) yang dikutip Quraish
Shihab (1997; 289) berpendapat bahwa jenis makanan dan
minuman dapat mempengaruhi jiwa dan mental pemakannya. Ulama
ini menyimpulkan pendapatnya tersebut dengan menganalisa kata
rijs yang disebutkan al-Qur’an sebagai alasan untuk mengharamkan
59
Kartubi, Keutamaan …
makanan tertentu. Kata rijs menurutnya mengandung arti “keburukan
budi pekerti” serta “kebobroka moral” sehingga apabila Allah SWT
menyebutkan jenis makanan tertentu dan menilainya sebagai rijs
maka ini berarti bahwa makanan tersebut dapat menimbulkan
keburukan budi pekerti.
Berdasarkan uraian di atas, tulisan ini membahas salah satu
dari sekian banyak perintah Allah SWT di dalam al-Qur’an yaitu
mengkonsumsi makanan halalan thayyiba.
B. Pengertian dan Kriteria Makanan HalalanThayyiba
Makanan di dalam kitab suci al-Qur’an dipakai dengan
kalimat tha’am adalah merupakan sesuatu yang dimakan atau
dicicipi. (Shihab, 1997; 137). Penggunaan kata tha’am (makanan)
sudah tercakup didalamnya minuman.
Pada hakekatnya segala yang ada di permukaan dan perut
bumi ini, semuanya diperuntukkan ummat manusia, begitu pula dari
aspek makanan segalanya diperbolehkan untuk mengkonsumsinya,
sehingga ada nash al-Qur’an maupun al-Hadits yang melarang
memakannya. Adapun dasar dilarangnya dikarenakan makanan
tersebut bisa berakibat buruk atau tidak baik bagi diri manusia itu
sendiri.
Dalam konteks mencari, memperoleh serta mengkonsumsi
makanan menurut ajaran Islam, manusia tidak bisa sebebasbebasnya ataupun seenak-enaknya mengkonsumsi makanan hanya
menuruti selera tanpa memperhatikan aturan-aturan dalam mencari,
memperoleh serta mengkonsumsi makanan yang dibolehkan dalam
ajaran Islam yaitu makanan yang halal dan baik (halalan thayyiba).
Kehalalan makanan sangat erat kaitannya dengan masalah
hukum boleh tidaknya makanan itu dikonsumsi. Kehalalan makanan
itu setidaknya dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:
1. Kandungan Zatnya
Ajaran Islam sangat memperhatikan tentang materi
barang (makanan) yang akan dikonsumsi, dengan kata lain
wujud makanan atau minuman itu harus bersih (suci) jauh dari
segala najis, kotoran yang menjijikan. Sebagaimana ditegaskan
di dalam QS al-Baqarah ayat 172-173 Allah SWT
memerintahkan orang-orang beriman memakan makanan yang
baik, serta mengharamkan kepada mereka empat macam
makanan, yaitu: bangkai, darah, daging babi serta hewan yang
disembelih bukan karena Allah SWT.
Menurut Muhammad (1991; 138) QS al-Baqarah ayat
172-173 menjelaskan tidak diharamkan mengkonsumsi berbagai
makanan, kecuali empat macam, yaitu: bangkai, darah daging
babi, binatang yang disembelih tidak menyebut nama Allah SWT.
60
Edu-Bio; Vol. 4, Tahun 2013
Keempat macam yang dilarang ini dalam kondisi tertentu,
misalnya darurat diperbolehkan memakannya dengan catatan
tidak menginginkannya serta tidak melampaui batas.
2. Cara memperolehnya
Ajaran Islam melarang bagi setiap pemeluknya mencari
ataupun memperoleh makanan dengan jalan yang tidak baik
seperti: mencuri, merampas kepunyaan orang lain, korupsi dan
lain sebagainya. Seperti firman Allah SWT “Dan jangan kamu
ambil harta diantara kamu dengan cara bathil” (QS al-Baqarah
ayat 188). Menurut Ibnu Abbas ayat ini merupakan larangan
memakan harta orang lain dengan cara bathil, seperti: sumpah
palsu, dusta, mencuri dan lain-lain (Syamsuddin, 1989; 94).
Disebalik larangan tersebut, ada perintah yang sifatnya wajib
pula bagi setiap individu muslim untuk mencarinya dengan jalan
dan cara yang baik dan halal sesuai dengan tuntunan ajaran
agama Islam.
Sedangkan baik ataupun tidaknya makanan yang dikonsumsi
menurut Shihab (1997; 148) bisa ditinjau dari segi sehat,
proporsional, dan aman. Yaitu:
1. Makanan yang sehat
Makanan yang sehat adalah makanan yang memiliki
kandungan zat gizi yang cukup dan seimbang, makanan yang
sehat sangat diperlukan bagi perkembangan dan pertumbuhan
tubuh manusia. Salah satu makanan yang sehat dianjurkan
untuk dikonsumsi seperti binatang ternak (al-an’am).
Sebagaimana firman Allah SWT “Dan Dialah yang telah
menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu)
yang menghangatkan dan berbagai manfa’at, dan sebagiannya
kamu makan” (QS Al-Nahl ayat 5). Menurut Mahalli dan AsSuyuthi (tt; 215) binatang ternak dalam ayat ini tercakup
didalamnya binatang unta, sapi, kambing, biri-biri. Di dalam
daging hewan ternak terkandung didalamnya protein-protein
yang snagat diperlukan bagi tubuh manusia.
2. Proporsional
Proporsional adalah makanan yang dimakan sesuai
dengan kebutuhan, dalam artian tidak berlebih-lebihan dari apa
yang dibutuhkan oleh tubuh dan tidak pula berkurangan. Allah
SWT melarang ummat manusia berlebih-lebihan (QS al-‘Araf
ayat 31) termasuk dalam hal ini memakan sesuatu hendaknya
sesuai dengan yang diperlukan oleh tubuh, sebab jika berlebihlebihan ataupun berkurangan akan berakibat tidak bagus bagi
tubuh. Terlalu banyak makan menurut Saksono (1990; 133) bisa
mengakibatkan rusaknya organ pencernaan, penyempitan
pembuluh darah, menyebabkan seseorang menjadi malas dan
61
Kartubi, Keutamaan …
cenderung mengantuk yang secara langsung juga
akan
mengganggu dalam berakitvitas dan beribadah sehari-hari.
Berkaitan dengan di atas, Rasulullah SAW mengecam
mereka yang memenuhi perutnya dengan makanan, sehingga
tidak tersisa lagi untuk yang lain. Beliau mengajarkan kepada
ummatnya, bahwa perut selain diisi dengan makanan juga
disediakan
untuk minuman dan bernapas. Sebagaimana
sabdanya “Tiada tempat yang paling jelek untuk dipenuhi anak
Adam, selain perutnya, cukuplah untuk anak Adam beberapa
suap makanan untuk menegakkan (menguatkan) tulang
sulbinya. Akan tetapi jika merasa tidak cukup, maka aturannya
sepetiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan
sepertiga untuk bernapas”. (Zakiyuddin, 1986; 136).
Sejarah mencatat, ketika penguasa Mesir memberikan
hadiah kepada Rasulullah SAW berupa: pelayan, kuda serta
dokter. Rasulullah SAW hanya menerima hadiah yang pertama
(pelayan) dan hadiah kedua (kuda) sedangkan hadiah ketiga
(dokter) beliau tolak, seraya mengatakan “Kami adalah kaum
yang tidak makan hingga datang waktu lapar, dan jika kami
makan tidak sampai kekenyangan” (al-Khatib, 1994; 39).
Peristiwa tersebut menunjukan Rasulullah tidak memerlukan
dokter, dikarenakan beliau dalam keseharian mengamalkan pola
makan yang proporsional.
3. Aman
Aman adalah makanan yang suci dari kotoran dan
terhindar dari segala yang haram. Sebagaimana firman Allah
SWT “Dan makanlah makanan yang halal labi baik dari apa yang
Allah telah rezikikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah
Yang kamu beriman kepada-Nya”. (QS al-Maidah ayat 88) ayat
ini menurut Shihab (1997; 150) merangkainkan perintah makan
yang disertai dengan perintah bertakwa yang pada intinya agar
manusia berusaha menghindarkan dirinya dari segala yang
mengakibatkan siksa dan terganggunya rasa aman. Di samping
itu pula makanan yang kotor dan haram akan menimbulkan
penyakit jasmani dan rohani.
C. Penafsiran
ayat-ayat
al-Qur’an
tentang
Makanan
HalalanThayyiba
Didalam kitab suci al-Qur’an banyak memuat tentang ajaran
perintah makanan, dan dalam berbagai konteks dan arti, dan kitab
suci al-Qur’an selalu menekankan salah satu dua sifat yakni halal
(boleh) dan thayyib (baik). Bahkan ditemukan empat ayat yang
menggabungkan kedua sifat-sifat tersebut, yaitu QS al-Baqarah ayat
168, QS al-Maidah ayat 88, QS al-Anfal ayat 69, QS an-Nahl ayat
62
Edu-Bio; Vol. 4, Tahun 2013
Kartubi, Keutamaan …
114. (Shihab, 1997; 287). Yang diuraikan dalam pembahasan ini,
yaitu:
1. QS al-Baqarah ayat 168
yang sudah rusak, kotor serta mengandung dosa
memperolehnya dengan cara yang tidak halal misalnya dengan
korupsi, suap, riba dan lain sebagainya.
         
3. QS al-Anfal ayat 69
            
      
Artinya: “Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang
telah kamu ambil itu, sebagai makanan yang halal lagi
baik, dan bertakwalah kepada Allah; Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik
dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu
mengikuti
langkah-langkah
syaitan;
karena
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu”.
Menurut Ash-Shabuni, setting diturunkannya ayat ini
berkaitan erat dengan harta rampasan perang yang diperoleh
dalam salah satu peperangan melawan kafir quraish. Sebagai
makanan yang halal lagi baik, ini juga menunjukkan salah satu
keistemewaan nabi Muhammad SAW dan ummat-Nya
diperbolehkan mengambil harta rampasan perang, yang mana
hal ini tidak diperbolehkan pada ummat-ummat terdahulu. (AshShabuni, tt; 118). Penjelasan ayat ini adanya dua perintah yang
terkait antara satu dengan lainnya yaitu perintah mengkonsumsi
makanan yang halal lagi baik dengan bertakwa kepada Allah
SWT dengan menjunjung tinggi perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya, yang diakhiri penjelasan tentang sifat Allah
SWT yang Maha Penyanyang dan penerima taubat, serta
memaapkan berbagai kesalahan hamba-Nya.
Menurut Hijazi, ayat ini setidaknya menerangkan tiga
aspek, yaitu: 1) Tidak diperbolehkannya orang Islam mengambil
sesuatu yang bukan haknya; 2) Orang Islam berkewajiban
melawan bujuk rayu syetan, dikarenakan syetan senantias
mengajak manusia kearah kejahatan; 3) Orang Islam tidak
diperbolehkan taklid buta, bahkan disuruh untuk berpikir sesuai
dengan kadar kemampuannya masing-masing. (Hijazi, 1994;
97). Penjelasan ayat ini, menunjukkan bahwa Allah SWT
memerintahkan manusia mengkonsumsi makanan yang halal
lagi baik, manusia dilarang untuk mengikuti bujuk rayu syetan
yang mengajak manusia kejalan yang sesat.
2. QS al-Maidah ayat 88
4. QS al-Nahl ayat 114
           
         

  
Artinya: “dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa
yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah
kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”.
Artinya: “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang
telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat
Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah”.
Menurut Ash-Shabuni, ayat ini menerangkan tentang
perintah mengkonsumsi makanan yang halal dan baik,
bersamaan dengan itu juga diserta perintah berbuat keta’atan,
mengharapkan
ridha-Nya
dan
meninggalkan
berbagai
kemaksiatan. (Ash-Shabuni, tt; 42). Penjelasan ayat ini adanya
perintah Allah SWT mengkonsumsi makanan yang halal dan
bersamaan dengan itu juga melarang mengkonsumsi makanan
63
Menurut Hasbi, ayat di atas mengandung perintah
meninggalkan perbuatan-perbuatan jahiliah, bersamaan dengan
itu perintah mengkonsumsi makanan yang halal labik dari rezekirezeki yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadamu, serta
bersyukur atas segala nikmat yang dicurahkannya kepadamu,
jika kamu benar-benar menyembahnya. (Hasbi, 1995; 2212).
64
Edu-Bio; Vol. 4, Tahun 2013
Kartubi, Keutamaan …
Penjelasan ini ayat tentang konsep Islam tentang makanan yang
harus dikonsumsi yaitu halal dan yang baik, di samping itu juga
suruhan (perintah) kewajiban bersyukur atas berbagai nikmat
yang diberikan Allah SWT.
D. Keutamaan Mengkonsumsi Makanan HalalanThayyiba
Keutamaan ataupun keistemewaan yang terdapat dalam
mengkonsumsi makanan Halal Thayyiba antara lain:
1. Melahirkan kepribadian mulia
Makanan yang dikonsumsi sehari-hari memberikan
pengaruh pada diri seseorang, jika yang dimakan berasal dari
sumber yang halal dan baik, tentunya akan memberikan
pengaruh yang baik pula pada orang tersebut. Demikian juga
mengonsumsi sesuatu yang haram akan memberikan pengaruh
yang tidak baik terhadap orang tersebut.
Menurut hadits Rasulullah SAW, sepotong daging dalam
tubuh manusia yang berasal dari makanan dan minuman yang
haram cenderung mendorong pada perbuatan yang haram juga.
Nawawi al-Banteni Mengatakan, bahwa makanan yang baik
akan melahirkan perbuatan-perbuatan yang mulia dan begitu
pula sebaliknya makanan yang haram akan melahirkan
perbuatan-perbuatan yang jelek.(Nawawi, tt; 66). Secara empiris
dapat dilihat banyaknya terjadi penyimpangan prilaku dikalangan
remaja seperti tawuran, dan tindakan kriminal lainnya
dikarenakan berawal mengkonsumsi makanan/minuman yang
diharamkan oleh Islam seperti miras/ narkoba. Bahkan Fauzi
(1997; 16) mengatakan sesuap makanan yang berasal dari
sumber yang haram dengan dimakan tanpa piker panjang, akan
mengakibatkan anak yang dilahirkan kelak akan menjadi anak
yang durhaka kepada ibu/bapaknya.
2. Melahirkan generasi yang kuat dan cerdas
Islam menganjurkan agar pemeluknya meninggalkan
generasi penerus yang sehat dan kuat, anjuran tersebut dapat
ditemukan pada firman Allah SWT “Dan hendaklah takut kepada
Allah, orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
kesejahteraan mereka oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar”. (QS al-Nisa ayat 8).
Untuk merealisasikan anjuran ayat di atas, diperlukan
makanan yang bergizi, karena makanan yang bergizi sangat erat
kaitannya dengan membangun kekuatan jasmani dan
kecerdasan seseorang, semakin baik gizi yang dikonsumsinya
akan menjadi kuat dan cerdaslah orang tersebut, begitu pula
65
sebaliknya makanan yang tidak mengandung gizi yang baik,
akan berakibat lemahnya fisik dan kedunguan orang tersebut.
Kekurangan gizi menurut Su’dan (1997; 258) dapat dilihat
pengaruhnya pada usia kanak-kanak seperti keterbelkangan
mental dan lain sebagainya. Untuk mengantisipasinya agar tidak
terjadi lagi pada usia kanak-kanak, orang tua dianjurkan
memberikan asupan ASInya untuk balita selama dua tahun
disamping memberikan asupan makanan tambahan lainnya yang
mengandung nilai gizi yang baik.
3. Menjadikan do’a mudah dikabulkan oleh Allah SWT.
Ibnu Abbas menceritakan
“saya membaca ayat,
dihadapan Rasululah SAW, tiba-tiba Sa’ad berdiri dan berkata,
wahai Rasulullah mohonkanlah kepada Allah agar Dia
menjadikan aku orang yang mustajab do’anya. Rasulullah SAW
bersabda: “Wahai Sa’ad perbaikilah makananmu, makanlah dari
makanan yang baik-baik, niscaya kamu akan menjadi orang
yang mustajab doanya”. (HR. Ath-Thabrani). Dilain hadits juga
Rasulullah menyatakan: …“perihal orang yang berambut kusut,
berpakaian kumal, terlihat sangat kelelahan (seolah berada
dalam perjalanan jauh), makanannya haram, pakaiannya haram,
dan selalu mencari yang haram, kemudian mereka mengangkat
kedua tangan sambil berdoa, “Ya Rabbku, Ya Rabbku, maka
bagaimana mungkin do’a-do’a mereka diterima oleh-Nya.” (HR.
Muslim). Para sahabat sangat memperhatikan kejelasan halalharamnya suatu makanan. Abu Bakar RA pernah meminum
susu yang diberikan oleh budaknya. Setelah diberitahu oleh
budaknya mengenai asal-usul susu tersebut yang diperolehnya
dari pekerjaan yang haram, Abu Bakar RA lantas
memuntahkannya lalu berdo’a “Ya Allah Rabbku, sungguh aku
memohon ampunan-Mu atas sisa minuman yang masih
terkandung di dalam aliran darahku, dan yang nantinya
bercampur menjadi dagingku”.
E. Penutup
Terdapat beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari
pembahasan di atas: pertama, makanan yang diboleh untuk
dikonsumsi menurut ajaran Islam adalah makanan yang halalan
thayyiba. Kehalalan makanan dapat dilihat dari zatnya serta cara
memperolehnya, sedangkan thayyiba dapat diperhatikan dari aspek
sehat, proporsional, dan aman. Kedua, kitab suci al-Qur’an selalu
menekankan salah satu dua sifat yakni halal (boleh) dan thayyib
(baik). Bahkan ditemukan empat ayat yang menggabungkan kedua
sifat-sifat tersebut, yaitu QS al-Baqarah ayat 168, QS al-Maidah ayat
88, QS al-Anfal ayat 69, QS an-Nahl ayat 114. Ketiga,
66
Edu-Bio; Vol. 4, Tahun 2013
Kartubi, Keutamaan …
mengkonsumsi makanan yang halalan thayyiba mempunyai
keutamaan tersendiri diantaranya: melahirkan kepribadian yang
mulia, melahirkan generasi yang kuat dan cerdas, membantu
terijabahnya doa.
PENDIDIKAN INKLUSIF DI INDONESIA
Alfian
Abstrak
Pemenuhan hak pendidikan masyarakat yang diatur dalam
batang tubuh undang-undang dasar 1945 merupakan kewajiban
pemerintah termasuk bagi masyarakat yang berkebutuhan
khusus. Deklarasi Bandung tahun 2004 menjelaskan
bahwasanya Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Indonesia
mendapatkan kesamaan hak dalam berbicara, memperoleh
pendidikan,
kesejahteraan,
keamanan,
dan
kesehatan
sebagaimana yang dijamin oleh UUD 1945. Pendidikan inklusif
atau terpadu merupakan solusi alternatif terhadap kendala
sulitnya anak berkebutuhan khusus mendapatkan pelayanan
pendidikan secara utuh di desa dan daerah terpencil.Pendidikan
inklusif memandang realita kehidupan sehari-hari dan menerima
bahwa tiap anak berbeda atau berlain-lainan. Pendidikan ini
dilakukan dengan prinsip-prinsip bahwa seyogyanya pendidikan
diberikan tanpa melihat perbedaan fisik yang dimiliki oleh
individu.Di Indonesia pendidikan inklusif dipayungi oleh UU No.
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP
19/2007 tentang Standar Nasional Pendidikan.Pemenuhan
sarana prasarana pembelajaran menjadi perhatian pemerintah
demi tercapainya tujuan pendidikan nasional dalam pemenuhan
hak pendidikan yang tertuang dalam undnag-undang sistem
pendidikan nasional “setiap warga negara mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu” .
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Yayasan
Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an, Jakarta, 1971)
Ahmad Muhammad, Tafsir Ayat al-Ahkam, (Darul Jail, Beirut, 1991)
Hasbi Ashiddiqi, Tafsir An-Nur Jilid III, (Pustaka Rezki Putra,
Semarang, 1995)
Jalaluddin As-Sayuthi, Jalaluddin al-Mahali, Tafsir al-Qur’an al-Adhim
Lil Imam al-Jalalain, (Toha Putra, Semarang, tt)
Lukman Saksono, Al-Qur’an Sebagai Obat dan Penyembuhan
Melalui Makanan, (Al-Ma’arif, Bandung, 1996)
Muhammad Mahmud Hijazi, Tafsir al-Wadhih Juz I, (Dar el-Jail, Beirut,
1994)
Musa al-Khatib, Min Dalail al-‘Ijaz al-‘Ilmi fi al-Qur’an wa al-Sunnah
Nabawiyah, (Arabian Gulfiest, Qairo, 1994)
Muhammad Fauzi, Hidangan Islam Ulasan Komprehensif
Berdasarkan Syari’at dan Sains Modern, Alih Bahasa Abdul
Hayyi al-Kattanie (Gema Insani Press, Jakarta, 1997)
Nawawi al-Banteni, Tafsir Marah Labid Juz I, II, (Toha Putra,
Semarang, tt)
Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an Tafsir Maudhui Atas Pelbagai
Persoalan Ummat, (Mizan, Bandung, 1997)
Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu
dalam Kehidupan Masyarakat, (Mizan, Bandung, 1997)
Al-Shabuni, Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir Jilid I, II, (Dar el-Fikr, Beirut,
tt)
Syamsuddin, al-Kabair, (Al-Irsyad, Mesir, 1987)
Su’dan, Al-Qur’an dan Panduan Kesehatan Masyarakat, (Dana Bakti
Prima Yasa, Yogjakarta, 1997)
Zakiyuddin, At-Taghrib wa Al-Tarhib min al-Hadits al-Syarif Jilid I,
(Dar el-Kutub el-Ilmiyah, Beirut, 1986)
67
Kata Kunci : pendidikan inklusif, pendidikan terpadu
A. Pendahuluan
Pendidikan dapat berfungsi untuk mempersiapkan anak didik
menjadi manusia yang memiliki perilaku, dan nilai yang berlaku.
Selain itu pendidikan juga diperuntukkan dalam mempersiapkan
mental peserta didik dalam menghadapi tantangan hidup yang
berubah-ubah. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan dan
mendorong peserta didik untuk mengurangi dan menghindari
kemungkinan yang tidak baik. Untuk itu pembelajaran di dunia
pendidikan
umumnya
mencerminkan
kemampuan
untuk
mengadakan reorientasi dalam mentransfer ilmu pengetahuan yang
tidak hanya “content oriented” melainkan “proses oriented “
Sejak tahun delapan puluhan bangsa Indonesia telah mencoba
menyelenggarakan pendidikan integratif atau pendidikan terpadu
68
Download