Zainal Alim Mas’ud Dep. Kimia - IPB Divisi Halal Science Lab. Terpadu-IPB Seminar “Menjawab Tantangan Implementasi Sistem Jaminan Produk Halal Di Indonesia”, 14 Desember 2015 Gedung Aula Timur ITB PENDAHULUAN Produk halal tunduk pada syariah: -Tidak melibatkan penggunaan bahan haram -Tidak mengeksploitasi tenaga kerja dan lingkungan -Tidak berbahaya atau dirancang untuk tujuan berbahaya Produk halal kini berkembang dengan cepat dan menjadi kekuatan pasar baru dan saat ini bergerak ke mainstream market mempengaruhi dan mengubah persepsi tentang bagaimana bisnis harus dilakukan termasuk dari sudut pandang pemasaran Halal tidak lagi hanya murni masalah agama tetapi menjadi simbol kualitas dan pilihan gaya hidup Melindungi integritas dari seluruh rantai nilai Halal menjadi semakin penting Pedoman tentang Kehalalan Terminologi material HALAL dalam Islam tidak hanya terbatas pada kebersihan/higienis dalam kualitas, tetapi juga kandungannya harus sesuai dengan aturan standar hukum Islam yang diatur dalam Al Quran dan Hadits Terminologi material HARAM dalam Islam berarti material tidak hanya diproduksi non higienis tetapi kandungan dari material yang tidak sesuai dengan prinsip yang ditetapkan dalam Quran atau Hadits. Bahan haram diatur dalam Al-Qur'an adalah sebagai berikut: bangkai (hewan yang mati tanpa penyembelihan dan hewan halal yang disembelih dengan cara tidak sesuai dengan hukum Islam), darah, daging babi, dan binatang yang disembelih atas nama selain Allah (Al - Baqarah: 173) dan khamr (Al Baqarah: 219). Beberapa bahan yang diperdebatkan di kalangan mazhab yang berbeda → perlu fatwa Fatwa MUI untuk Material Tertentu Babi Daging babi dan turunannya (lemak, asam lemak, protein, asam amino, rambut, bulu, tulang, enzim, dll) dianggap tidak halal atau haram dalam Islam dan oleh semua umat Islam. Pemanfaatan babi dalam bentuk apapun dilarang (termasuk pemanfaatan bahan yang berasal dari babi dalam media fermentasi atau sebagai bahan bantu pengolahan) Bagian dari Tubuh Manusia Bahan yang berasal dari tubuh manusia adalah haram (contoh, sistein dari rambut manusia) Khamr Setiap jenis produk yang memabukkan dikategorikan sebagai khamr Setiap jenis minuman yang mengandung minimal 1% ethanol dikategorikan sebagai khamr Minuman dikategorikan sebagai khamr adalah haram dan najis Minuman yang dihasilkan dari proses fermentasi yang mengandung kurang dari 1% etanol tidak dikategorikan sebagai khamr, tetapi haram untuk dikonsumsi. Etanol Etanol yang dihasilkan dari industri non khamr adalah bukan najis dan penggunaannya dalam pengolahan pangan diperbolehkan asalkan tidak terdeteksi dalam produk akhir Penggunaan etanol dari industri minuman beralkohol adalah dilarang Produk Samping dari Industri Minuman Beralkohol (Khamr) Setiap komponen yang dipisahkan secara fisik dari industri minuman beralkohol (khamr) dikategorikan sebagai bahan haram, misalnya: minyak fusel, isoamil alkohol, ragi bir, asam tartarat Jika komponen ini selanjutnya dikonversi secara kimia membentuk produk baru, maka produk baru tersebut adalah halal. Artificial Flavors Produk dengan nama dan profil sensori produk haram (misal, rasa rum, rasa daging babi, dll) dianggap haram, meskipun bahan tersebut berasal dari bahan sintetik (bahan halal) Produk mikrobial Produk mikrobial adalah halal asalkan bahan media (dari media refreshing hingga media produksi) tidak berasal dari bahan haram dan najis. PENELUSURAN KEHALALAN PRODUK DAN TANTANGANNYA PENGEMASAN PRODUK SISTEM PENGOLAHAN WAREHOUSE TRANSPORT & DISTRIBUSI BAHAN: -Baku -Aditif -Penolong proses Penelusuran Informasi Fisis/Visual Sampel Analisis (insitu & pleno) Laboratorium Autentisitas produk Kebutuhan Produk halal meningkat vs waktu Perlindungan integritas seluruh rantai nilai Halal ? - Standar pemeriksaan ? - Personil Pemeriksa & standar kompetensi pemeriksa ? - Institusi ? - Standar laboratorium Halal ? GS-MS LC-MS etc -IR / FTIR - Raman - NMR - MS/IRMS etc Spect-Chrom Spectroscopies Chromatography Materials Autentication Methods DNA-based Technique GC HPLC ect Thermal Analysis Enzyme Techniques Immunoassay Data Pattern Recognation & Classification -Cluster analysis - PCA, ect Enzime Immunoassay DSC TGA ect Personil Peralatan kualifikasi keterampilan Acuan pembanding Metoda kalibrasi kualifikasi Karakteristik ketangguhan sesuai Getaran waktu Dukungan Analis Irradiasi Suhu Kualitas Bahan kelembaban Ruangan dokumentasi Pasokan Manajemen Kualitas Metoda analisis Pelaporan Sampling Personnel Comp. Data & laboratory management K3 Pengelolaan limbah Customer service Interpretasi & Perekaman Penanganan sampel Transport sampel Preparasi, Pengukuran dan kendali kualitas APPLICATION EXAMPLES OF METHODS Raman Spectroscopy Profile difference between Raman spectra of unsaponifiable fraction of olive and hazelnut oils FT-Raman spectra of irradiated and control bread samples (Kemsley, 1998) Canonical variate discrimination of control and irradiated samples - Enzyme Immunoessay Competitive enzyme immunoessay In the first step the microtiter plate is coated with a known amount of target antigen. Then the unknown sample is added (A). After addition of the enzyme labelled antibody, free and solid-phase bound antigen compete for the antibody combining sites (B), unbound reagent are removed by a washing step. In the last step, enzyme substrate and chromogen are added, and the colour formation is estimated visually or by using a photometer (C). The assay response in inversely proportional to the concentration of the free antigeen (D). Differential Scanning Calorimetry (DSC) Comparison of DSC cooling curves of canola oil blended with (a) beef tallow (b) Chicken fat and (c) lard at various concentrations (Marikkar et al, 2002) Comparison of DSC heating curves of canola oil blended with (a)beef tallow, (b) Chicken fat and (c) lard at various concentrations (Marikkar et al, 2002) CASE 1: DETERMINATION OF SUGAR ORIGIN BY ALCOHOL PROBING USING SNIF-NMR (Martin et al. 1989) Sugar from Beet, Citrus, or Cane Beet (84) Ethanol produced from plant of different metabolism pathways C3 (beet and citrus ) and C4 (cane) can be distinguished. Cane (69) Fermentation Ethanol Citrus (59) SNIF-NMR ANALYSIS The presence of contaminants can also be detected and quantified. Therefore, adulteration, a common practise in industrial world, can be identified CASE 3: DISCRIMINATION OF FLAVOR (LINALOLE) ORIGIN BY SNIFNMR This third case is related to the origin of raw material and synthesis method, such as linalol, that has been used as fruit and meat flavors. O Isoprene O Isobutene Acetone CH2O Formaldehyde H2C CHMgBr OH Acetone HCl -pynene Ethyne The data showed, the origin of linalol can be determined (Hanneguelle, 1991; Risnayeti, 1992). Linalol Plant H3C OH C H2C H2C CH (1) (3) CH H C The data showed, the origin of linalol can be determined (Hanneguelle, 1991; Risnayeti, 1992). H (2) C H3C CH3 Raw Materials Isobutylene, formaldehyde, aceton and CH2=MgBr Isoprene, 3-methyl-2-butenyl chloride, ethyne and aceton -pynene Natural linalole Deuterium content (D/H, ppm) Site (1) Site (2) Site (3) 109,0 141,4 129,5 71,9 139,4 188,1 16,8 30,0 107,6 131,0 156,0 119,0 DEUTERIUM CONTENT IN METHYL SITE ((D/H)1) OF ETHANOL FROM LACTOSE OF VARIOUS POLYGASTRIC AND MONOGASTRIC ANIMALS Other experiment results also showed that ethanol fermented from lactose of polygastric animals (cow, goat, ewe) can be distinguished from those of monogasgastric animals (pig) or human, using combination of IRMS and NMR-SNIF (Zainal 1991). Animal Polygastric: Cow Goat Ewe Monogastric: Pig (Sow) Mare Women [D/H]1 , ppm 114,8 114,6 114,5 108,0 108,6 105,6 Principally discrimination of pig originmaterials and its derivatives from those of plants or other animal is possible Metode Standar autententikasi produk halal ? Bank data (molecular fingerprints) untuk membantu Interpretasi ? Molecular fingerprints: DNA fingerprints Natural Abundance Isotopic fingerprints