BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pasar yang abstrak yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana jangka menengah dan jangka panjang dengan pihak yang memiliki kelebihan dana. Secara formal pasar modal dalam pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang dan yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Suad Husnan (2001:3) Menurut Agus Sartono (2001:21), Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi asset keuangan jangka panjang atau long term financial assets. Jenis surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun. Surat berharga yang diperjualbelikan dipasar modal berbentuk obligasi, saham preferen, dan saham biasa. Setiap jenis instrumen pasar modal tersebut merupakan bentuk kepemilikan modal dari lembaga yang mengeluarkannya dan dapat diperjual belikan. Pemegang instrumen pasar mengharapkan memperoleh keuntungan dengan menanam saham instrumen tersebut. Pengertian pasar modal dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: pengertian pasar modal dalam artian sempit dan luas. Pengertian pasar modal dalam artian 10 sempit adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. Sedangkan pengertian pasar modal dalam artian luas adalah suatu sistem keuangan adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Pasar modal merupakan kegiatan yang mempertemukan para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, di tempat itu pula perusahaan (entitas) yang membutuhkan dan menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai emiten. Sunariyah (2003:5) Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1995 tentang pasar modal yang dikutip dari buku Pandji Anoraga (2001:120), Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek Pihak-Pihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek diantara mereka. Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, derivatif dari efek. Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pasar modal adalah pasar untuk mempertemukan dua belah pihak yang kelebihan dana dengan pihak membutuhkan dana, dengan cara memperjualbelikan surat-surat berharga yang memiliki masa jatuh tempo lebih dari satu tahun. 11 2.1.2 Manfaat Pasar Modal Manfaat pasar modal bagi lembaga penunjang. Berkembangnya pasar modal juga akan mendorong perkembangan lembaga penunjang menjadi lebih profesional dalam memberikan pelayanan sesuai dengan bidang masing-masing. Keberhasilan pasar modal tidak terlepas dari peran lembaga penunjang. Manfaat lain dari perkembangnya pasar modal adalah munculnya lembaga penunjang baru sehingga semakin bervariasi likuiditas efek semakin tinggi. Manfaat pasar modal bagi pemerintah. Bagi pemerintah, perkembangan pasar modal merupakan alternatif lain sebagai sumber pembiayaan pembangunan selain dari sektor perbankan dan gabungan pemerintah. Pembangunan yang semakin pesat memerlukan dana yang semakin besar pula untuk itu perlu dimanfaatkan potensi dana masyarakat. Adapun manfaat yang langsung dirasakan oleh pemerintah adalah : 1) Sebagai sumber pembiayaan badan usaha milik negara sehingga tidak tergantung pada subsidi dari pemerintah. 2) Manajemen badan usaha menjadi lebih baik, manajemen dituntut untuk lebih profesional 3) Meningkatkan pendapatan dari sektor pajak, penghematan devisa bagi pembiayaan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja. 2.1.3 Pelaku Pasar Modal Menurut Harianto dan Sudomo (1998 : 52) para pelaku pasar modal dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah badan yang 12 bertugas mengawasi pasar modal yaitu Bapepam. Kelompok kedua adalah pihakpihak yang secara langsung terlibat dengan perdagangan efek seperti emiten, investor, badan pengelola bursa dan perantara / pedagang efek. Kelompok ketiga adalah lembaga yang mendukung kepastian, kelancaran dan ketertiban pasar modal seperti Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek Ind (KPEI), penanggung (guarantor), dan wali amanat (trustee). 1) Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Fungsi utama Bapepam adalah melakukan pengawasan dan pembinaan atas dasar modal. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Bapepam mempunyai wewenang cukup besar. Menurut Undang-undang No. 8/1995 tentang pasar modal, pada dasarnya Bapepam mempunyai wewenang untuk menginterpretasi hukum dan perundang-undangan mengenai hal di wilayah yurisdiksinya, dan untuk membuat peraturan-peraturan dan keputusankeputusan independen untuk pelaksanaannya. Wewenang Bapepam tersebut antara lain mengeluarkan izin usaha dan berbagai pelaku pasar modal dan wewenang memeriksa dan menyidik setiap pihak jika terjadi pelanggaran terhadap UU pasar modal. Selain itu, Bapepam, juga dapat melakukan intervensi terhadap perdagangan di bursa seperti membekukakan atau membatalkan pencataan suatu efek atau menghentikan kegiatan perdagangan bursa efek dalam keadaan darurat. Namun Bapepam tidak melakukan penilaian atas baik buruknya efek yang ditawarkan. 13 2) Emiten Emiten adalah perusahaan yang memperoleh dana jangka panjang baik berupa modal sendiri (ekuitas) maupun modal pinjaman (obligasi). Perusahaan memperoleh dana untuk berbagai tujuan, seperti untuk mendanai perluasan usaha, memperbaiki struktur modal, atau membayar hutang. Tujuan tersebut harus dijelaskan secara terinci di prospektus yang diterbitkan oleh emiten untuk memastikan terdapatnya transparansi atas penggunaan dana hasil penjualan efek. 3) Investor Investor memainkan peran sentral di pasar modal. Merekalah yang memasok dana ke pasar modal sehingga kemajuan di suatu pasar modal sangat tergantung pada peran yang dipakai investor. Investor terdiri atas investor lembaga (dana pensiun, asuransi, reksa dana, dan lainnya) dan investor individu / perorangan. Investor dilihat dari asal negaranya, investor terdiri atas investor lokal dan investor asing. 4) Penjamin emisi (underwriter) Perusahaan yang akan melakukan penawaran publik memerlukan jasa underwriter, mulai dari persiapan, penentuan harga penawaran, hingga pemasaran. Bila nilai emisi besar, maka risiko yang dihadapi underwriter menjadi semakin besar. Atas berbagai jasanya, underwriter memperoleh komisi dari perusahaan yang biasanya di bentuk spread, yaitu selisih antara harga beli perusahaan dan harga jual kepada publik. 14 5) Perantara perdagangan efek (pialang atau broker), pedagang efek (dealer), dan perusahaan efek Pialang atau broker adalah pihak yang membeli dan menjual efek di bursa atas permintaan investor. Pialang mendapat balas jasa yang besarnya ditentukan antara investor dan pialang. Karena fungsinya hanya sebagai perantara, maka dalam jual beli efek, pialang tidak menanggung risiko apapun dengan adanya perubahan harga efek. Dealer melakukan jual beli efek atas namanya sendiri. Risiko perubahan harga efek ditanggung oleh dealer. Selain berfungsi sebagai pedagang, dealer juga diperbolehkan bertindak sebagai perantara perdagangan efek. Dalam hal ini dealer menjalankan kedua fungsi itu dengan memprioritaskan pemenuhan pesanan investor lain daripada kebutuhan investasinya sendiri. Perusahaan efek adalah perusahaan yang aktivitas utamanya mencakup penjaminan emisi (underwriting), perantara efek, pedagang efek, dan pengelola dana investasi di pasar modal. Untuk bisa melakukan transaksi di bursa, perusahaan efek harus lebih dulu menjadi anggota bursa dengan memperoleh izin dari Bapepam serta menempatkan wakilnya yang telah memenuhi standar profesi, di lantai bursa. Perusahaan efek harus berbentuk perseroan terbatas dengan jumlah modal di setor yang sesuai dengan luasnya cakupan usaha. 15 6) Badan Pengelola Bursa Badan pengelola bursa bertanggung jawab dalam menjalankan dan mengoperasikan bursa. Di Indonesia, ada 2 badan pengelola bursa yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) yang beroperasi sebagaimana lembaga yang mengatur diri sendiri (self regulatory). Kedua bursa tersebut berperan sebagai fasilitator yang menyediakan semua sarana perdagangan, dan dalam menjalankan perannya, kedua bursa tersebut mempunyai kewenangan yang besar. Kewenangan ini antara lain : (1) mengadakan pemeriksaan terhadap aktivitas perdagangan efek, (2) membuat persyaratan bagi perusahaan publik untuk mengungkapkan informasi keuangan dan lainnya, (3) memiliki wewenang untuk bursa, (4) mempunyai wewenang untuk membuat penyelesaian transaksi yang tepat waktu dan efektif, (5) mengatur pencatatan dan pengeluaran efek di dalam bursa, (6) menguatkan praktek bisnis anggota bursa, dan (7) membuat persyaratan standar bagi keanggotaan bursa. 7) Lembaga-lembaga pendukung pasar modal PT. KSEI (Kustodi Sentral Efek Indonesia), merupakan suatu organisasi nonprofit yang mengatur diri sendiri (sel-regulating organizationSRO) yang dimiliki oleh kedua bursa efek, dan bank-bank kustodian domestik maupun asing. Sentral kustodian ini bertujuan untuk meminimumkan risiko akibat kecurian / kehilangan, pemalsuan, dan kelalaian manusia lainnya. 16 PT. KPEI (Kliring Penjaminan Efek Indonesia) juga merupakan self regulating organization, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh kedua bursa efek. KPEI dibentuk untuk memastikan agar transaksi efek diselesaikan secara wajar, teratur dan efisien. Untuk menjamin penyelesaian efek, agen ini berperan sebagai partner anggota bursa yang menjalankan transaksi efeknya. 8) Penjamin (guarantor) Pada instrumen obligasi, dua faktor sangat penting bagi investor adalah terdapatnya kepastian pembayaran bunga dan pengembalian pinjaman pokok. Untuk memperkuat kepercayaan investor terhadap emiten bahwa pinjaman pokok dan bunga akan dibayar tepat waktu maka dalam penerbitan obligasi biasanya diperlukan jasa penanggung (guarantor). Jika emiten karena suatu hal tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada investor, maka tanggung jawab untuk melakukan pembayaran bunga maupun pinjaman pokok obligasi beralih kepada guarantor. Atas jasa yang diberikan itu penanggung memperoleh imbalan jasa (fee) dari emiten. 9) Wali Amanat (trustee) Jasa wali amanat hanya diperlukan pada emisi obligasi. Lembaga ini bertindak sebagai wali pemberi amanat, yaitu investor. Tugas wali amanat adalah mewakili dan melindungi kepentingan investor melalui pengawasan terhdap emiten. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis kemampuan dan kredibilitas emiten, mengawasi kekayaan emiten termasuk menilai kekayaan yang dijadikan jaminan, melakukan monitoring dan 17 pengawasan terhadap pembayaran bunga dan pinjaman pokok obligasi, serta sebagai agen utama pembayaran. 2.1.4 Jenis-Jenis Sekuritas di Pasar Modal Semua komoditas yang diperdagangakan dipasar modal dapat diwakili dengan satu istilah yakni surat berharga. Adapun produk-produk yang diperdagangkan di pasar modal adalah sebagai berikut (Sunariyah, 2000:30) : 1) Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham dalam selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan penerbit kertas tersebut. 2) Obligasi Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi dana ( pemodal ) dengan yang diberi dana (emiten). Obligasi pada dasarnya adalah surat pengakuan utang atas pinjaman yang diterima oleh perusahaan penerbit obligasi dari masyarakat. Jadi surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut telah membeli hutang perusahaan yang menerbitkan obligasi. 3) Waran Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditetukan. Waran diterbitkan dengan tujuan agar pemodal tertarik membeli saham atau obligasi yang diterbitkan oleh emiten. Pembeli waran 18 harus memiliki saham yang nantinya dikonvermasikan oleh pemegang waran. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lain seperti obligasi dan saham, diperdagangakan secara terpisah. 4) Right issue Right issue merupakan hak bagi investor untuk membeli saham baru yang dimiliki oleh emiten. Karena right issue ini merupakan hak maka investor tidak terikat harus membelinya. Ini berbeda dengan bonus saham atau dividen saham yang secara otomatis diterima oleh pemegang saham. Kebijakan right issue merupakan upaya emiten untuk menambah saham yang beredar guna menambah modal perusahaan, sebab dengan pengeluaran saham baru berarti investor harus mengeluarkan dana untuk membeli saham yang berasal dari right issue. 5) Reksa dana Reksadana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan uang kepada pengelola reksadana (yaitu manajer investasi) yang digunakan sebagai modal untuk investasi di pasar modal atau pasar uang. Investasi pada reksadana adalah melalui investasi yang menyebar pada sekian alat investasi (portofolio efek) yang diperdagangkan di pasar modal. 2.1.5 Harga Saham Harga pasar saham merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena harga pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. 19 Jika pasar bursa efek sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). Pada dasarnya harga pasar saham dipengaruhi oleh profitabilitas di masa yang akan datang dan risiko yang ditanggung oleh pemodal (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2001 : 286). Agus Sartono (2001:48) mengatakan bahwa harga saham adalah sebesar nilai sekarang (present value) dari aliran kas yang diharapkan akan diterima, yaitu berapa nilai sekarang dari pendapatan yang akan diterima pada masa yang akan datang. Pada dasarnya harga pasar saham merupakan harga yang telah disepakati bersama oleh penjual dengan pembeli pada saat diperdagangkan. 2.1.6 Return Saham Nilai investasi dari selembar saham bisa tergantung kepada jumlah pendapatan dalam rupiah yang diharapkan akan diterima oleh seorang investor kalau dia membeli saham tersebut. Dengan demikian maka nilai dari suatu saham ditentukan oleh besarnya dividen yang diterima investor selama dia mempertahankan saham tersebut ditambah penerimaan hasil penjualan kalau dia menjual saham tersebut. Jadi harga akhir dari saham biasa adalah sama dengan harga permulaan ditambah dengan capital gain atau dikurangi capital losses (Bambang Riyanto, 2001:181). Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Return dapat berupa realisasi yang merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan return ekspektasi yaitu return yang diharapkan akan diperoleh dimasa yang akan datang dan sifatnya belum terjadi. Return realisasi ini 20 juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dengan resiko dimasa datang. Ada beberapa pengukuran realisasi yang banyak digunakan salah satunya adalah return total yang didefinisikan sebagai return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu atau merupakan penjumlahan dari capital gain (loss) dan yield. Yield merupakan persentase kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. 2.1.7 Ratio Keuangan Analisis rasio keuangan adalah alat bantu yang penting bagi manajer untuk mempelajari kekuatan dan kelemahan perusahaan di bidang finansial. Analisis rasio keuangan merupakan cara penting untuk menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna diantara komponen-komponen dari laporan keuangan. Tujuannya adalah untuk menyatakan suatu hubungan diantara dua pos yang relevan, mudah ditafsirkan dan dibandingkan dengan informasi lainnya. Tujuan dari analisis rasio adalah untuk menyoroti bidang-bidang yang membutuhkan investigasi lebih lanjut. Rasio-rasio yang lazim digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan yang merupakan faktor internal yang dapat mempengaruhi return saham dapat dikelompokkan kedalam lima kelompok yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas (Finacial Leverage ratio), rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio pasar (Agnes Sawir, 2001:6). Berdasarkan ruang lingkupnya, rasio keuangan tersebut dibagi menjadi: 21 1. Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek perusahaan tepat pada waktunya. Rasio likuiditas meliputi Current Ratio, Cash Ratio, Quick Ratio, dan Working Capital To Total Asset Ratio. 2. Rasio solvabilitas (Financial Leverage Ratio) menunjukkan kemampuan perusahana untuk memenuhi seluruh kewajiban / hutangnya seandainya perusahaan tersebut dilikuidasi. Untuk mengukur rasio solvabilitas (Financial Leverage Ratio) dapat diukur dengan menggunakan Debt To Total Asset Ratio, Debt To Equity Ratio, Time Interest Earned, dan Fixed Charge Coverage. 3. Rasio aktivitas menunjukkan efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset untuk memperoleh penjualan. Untuk mengukur rasio aktivitas, bisa diukur dengan menggunakan Total Asset Turn Over, Inventory Turn Over, Average Collection Periode, Working Capital Turn Over, dan Fixed Asset Turn Over. 4. Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Untuk mengukur rasio profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Basic Earning Power, Operation Profit Margin, Return On Equity, dan Return On Investment. 5. Rasio pasar menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan dalam basis per lembar saham. Untuk mengukur rasio pasar, diukur 22 dengan menggunakan Price Earning Ratio, Earning Per Share, dan Price to Book Value. Pandji Anoraga dan Piji Pakarti (2001:111) 2.1.8 Faktor Fundamental Perusahaan Faktor fundamental adalah faktor yang berkaitan langsung dengan kinerja emiten itu sendiri. Semakin baik kinerja emiten maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan return saham. Begitu juga sebaliknya, semakin menurun kinerja emiten maka semakin besar kemungkinan merosotnya return saham yang mengakibatkan merosot pula harga saham yang diterbitkan dan diperdagangkan. Selain itu keadaan emiten akan menjadi tolak ukur seberapa besar resiko yang bakal ditanggung oleh investor. Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi keuangan suatu perusahaan serta perkembangannya, yang memerlukan alat analisis tertentu. Alat analisis yang terpenting adalah rasio – rasio keuangan. Rasio merupakan gambaran suatu hubungan dari dua unsur (suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain) secara matematis, sehingga dapat memberikan gambaran kepada analisis tentang baik buruknya suatu keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan. Analisis dan penafsiran berbagai rasio akan memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap prestasi dan kondisi keuangan daripada analisis yang hanya terdapat pada data keuangan saja. Dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat dijelaskan kepada analisis tentang perusahaan terutama bila 23 angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio yang digunakan sebagai standar. 2.1.9 Hubungan Current Ratio, Total Asset Turnover, Return On Investment, Debt To Equity Ratio, Dan Earning Per Share terhadap Return Saham Beberapa faktor internal yang mempengaruhi return saham dapat dilihat dari rasio keuangan. Dalam penelitian ini faktor yang mempengaruhi return saham yang diteliti adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, dan harga pasar. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi return saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Current Ratio (CR) Current ratio dapat ditentukan dengan membandingkan antara Current Assets dengan Current Liabilities. Current Ratio bertujuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancarnya. Semakin tinggi current ratio dapat dikatakan bahwa perusahaan mempunyai kemampuan yang lebih besar dalam memenuhi kewajiban-kewajiban keuangannya. Ini berarti current ratio mempunyai pengaruh positif terhadap return saham. 2) Total Asset Turnover (TAT) Menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan di dalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Semakin tinggi total asset turnover berarti semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva didalam 24 menghasilkan penjualan. Jumlah asset yang sama dapat memperbesar volume penjualan apabila total asset turnover ditingkatkan atau diperbesar. Total asset turnover penting bagi manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukan efisiensi atau tidaknya penggunaan seluruh aktiva di dalam perusahaan. Semakin tinggi total asset turnover maka semakin tinggi return saham yang diterima. Total asset turnover mempunyai pengaruh positif terhadap return saham. 3) Return on Investment (ROI) Return on Investment merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Ini merupakan pengukur kinerja manajemen perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang ada baik modal sendiri maupun modal asing. Return on Investment dapat dihitung dengan membagi laba bersih setelah bunga dan pajak (EAT) dengan total aktiva. Return on Investment digunakan untuk mengukur aktivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio rentabilitas yang ada (Bernstein,2002:589). Jadi dapat dikatakan bahwa antara return on investment dengan return saham mempunyai hubungan yang positif atau searah yaitu semakin tinggi nilai dari return on investment maka tingkat return saham yang diharapkan akan semakin tinggi begitu pula sebaliknya. 25 4) Debts to Equity Ratio (DER) Mewakili rasio leverage berpengaruh negatif terhadap pendapatan saham. Semakin tinggi hasil rasio ini (melebihi 100 persen) maka semakin besar rasio keuangannya bagi kreditur maupun pemegang saham. Semakin besar rasio keuangan dapat berpengaruh negatif terhadap reaksi investor dalam menanamkan modalnya. Hal tersebut dapat mengakibatkan turunnya harga saham sehingga return yang berasal dari capital gain akan menurun (Dwi Prastowo, 2002:84). 5) Earning Per Share (EPS) Merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak pada suatu tahun buku dikurangi dividen untuk saham preferen dengan jumlah saham yang diterbitkan (Outstanding Share), Earning per share mengukur besarnya laba yang diberikan kepada pemegang saham. Ini berarti earning per share berhubungan positif dengan return saham. 2.2 Penelitian Sebelumnya Putra Krisnawan (2003) melakukan penelitian mengenai pengaruh faktor- faktor fundamental terhadap return saham pada perusahaan Apparel & Other Textile yang listing di BEJ Per 1998-2004. Analisis yang digunakan adalah model regresi linier berganda. Berdasarkan pengujian secara serempak terhadap Earning Per Share (EPS), Nett Asset Per Share (NAPS), Price Earning Ratio (PER), Nett Profit Margin (NPM) dan Return on Asset (ROA) diperoleh hasil bahwa kelima 26 variabel tersebut secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap return saham dengan kontribusi sebesar 29,8 persen. Dan berdasarkan pengujian secara parsial hanya variabel EPS, NAPS dan NPM yang berpengaruh terhadap return saham. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan yang sekarang terletak pada variabel bebas yang digunakan, penelitian sebelumnya menggunakan EPS, NAPS, NPM dan ROA. Sedangkan penelitian yang sekarang menggunakan Current Ratio (CR), Total Asset Turn Over (TAT), Return On Investment (ROI), Debt To Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) sebagai faktor internal yang mempengaruhi return saham. Persamaannya terletak pada variabel terikat. Yudha Perdana (2004) melakukan penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham pada perusahaan jasa transportasi di BEJ. Adapun analisis yang digunakan adalah dengan model regresi linier berganda dan hasil dari penelitiannya Price Earning Ratio (PER), Return On Investment (ROI), Cash Ratio (CR), Debt To Equity Ratio (DER), dan Total Asset Turn Over (TAT) secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap return saham perusahaan jasa transportasi dengan kontribusi 30,4 persen sisanya sebesar 69,6 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak jelas dalam mode. Dan berdasarkan pengujian secara parsial PER dan DER mempunyai pengaruh terhadap return saham dengan kontribusi 16,8 persen untuk PER, dan 31 persen untuk DER. Sedangkan ROI, CR, dan TAT tidak mempunyai pengaruh terhadap return saham perusahaan jasa transportasi dengan anggapan faktor lain yang konstan. Perbedaan penelitian yang sekarang dengan yang sebelumnya adalah pada obyek yang diteliti. Sedangkan persamaannya adalah pada variabel terikat dan variabel bebas. 27 Widya Dharma (2004) melakukan penelitian mengenai analisa beberapa variabel keuangan yang mempengaruhi harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di PT. Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh dari beberapa faktor perusahaan terhadap harga saham perusahaan manufaktur di PT.BEJ. Analisis yang digunakan dengan model regresi linier berganda. Berdasarkan pengujian serempak Cash Ratio (CR), Debt To Equity Ratio (DER), Total Asset Turn Over (TAT), Return On Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER) diperoleh hasil secara serempak berpengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Perbedaan penelitian ini dengan yang sekarang adalah obyek penelitian, periode penelitian, variabel terikat dan jumlah variabel bebas. Sedangkan persamaannya sama-sama meneliti pengaruh faktor internal. Eka Wulandari (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh current ratio (CR), debt ratio (DR), receivable turnover, dan return on equity (ROE) terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 2002-2005. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh dari beberapa faktor internal perusahaan yang dapat mempengaruhi return saham perusahaan manufaktur di BEJ. Analisis yang digunakan dengan model regresi linier berganda. Berdasarkan pengujian serempak CR, DR, Receivable Turn Over, dan ROE diperoleh hasil secara serempak berpengaruh terhadap return saham perusahaan manufaktur. 28 2.3 Rumusan Hipotesis Penelitian ini menguji pengaruh Current Ratio, Total Assets Turn Over, Return On Investment, Debt To Equity Ratio, dan Earning Per Share terhadap return saham pada perusahaan sektor Consumer Goods. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dan uraian teori diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah : 1. Diduga bahwa Current Ratio, Total Assets Turn Over, Return On Investment, Debt To Equity Ratio, dan Earning Per Share secara simultan berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan sektor Consumer Goods di Bursa Efek Jakarta periode 1995–2006. 2. Diduga bahwa Current Ratio, Total Assets Turn Over, Return On Investment, Debt To Equity Ratio, dan Earning Per Share secara parsial berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan sektor Consumer Goods di Bursa Efek Jakarta periode 1995–2006. 29