KELOMPOK 1B o o o o o o o o o Alisya Putri Hannani Desi Kartika Sari Nurhatika R. Bobby Wibisono. S Sella Annisa Septian Hady Putra Ummi Mukaromah Yogi Ersandi Yolanda Yuriati OBAT PSIKOTROPIK DEFINISI Suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Prinsip Pemilihan Obat Psikotropik DIAGNOSIS OBAT Antiansietas dan Antiinsomnia Diazepam tab 2mg, tab 5mg, inj IM 5mg/ml Lorozepam tab 0,5mg, tab 1mg, tab 2mg Antidepresi dan Antimania Amitriptilin tab salut 25mg Fluoksetin tab 10mg, tab 20mg Antiobsesi kompulsi Klomipramin tab 25mg Antipsikosis Flufenazin tab 2,5mg, inj IM 25mg/ml Haloperidol tab 0,5mg, 1,5. 2. 5. Tts 2mg/ml, inj IM 2mg/ml, Inj 5mg/ml, 50 Klorpromazin tab salut 25mg, 100mg, inj IM 25mg/ml Klozapin tab 50mg, 100 mg ADHD Metilfenidat tab RR 10mg, ER 20mg Gangguan bipolar Litium karbonat tab 200mg Valproat tab 250mg, 500mg, ER 200mg Program ketergantungan Metadon sir 50mg/ 5ml Anak Antipsikotik Potensi rendah/dosis tinggi Tioridazin, klorpromazin 30-150mg/hr dosis terbagi Potensi sedang/dosis sedang Mesoridazine 10-75mg/hr dosis terbagi Potensi tinggi/dosis rendah Trifluopferazine, tiotiksen 1-6mg/hr dosis terbagi Stimultan Metilfenidat Dekstroamfetamin Pemolin 0,3-1mg/kg/hr 0,2-0,5mg/kg/hr 37,5-112,5mg/kg/hr Antidepresan Desipramin Fluoksetin Paroksetin 2-3mg/kg/hr 10-30mg/hr 10-30mg/hr Penstabil suasana hati Litium karbonat Karbamazepin 600-1200mg/24 jam 400-1000mg/24jam Antihipertensif Klonidin 0,1-0,25mg/24 jam Wanita Hamil Antipsikotik tipikal Haloperidol 1,5mg/hr Antipsikotik atipikal Clozapine Olanzapine Risperidone 4 & 6 mg/hr Quetiapine 300mg 2x/hr, minggu ke 21 kehamilan 200mg,2 minggu kemudian 150 mg Lansia ANTIPSIKOTIK TIPIKAL ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL Risperidone Haloperidol & trifluoperazine 1030mg/hari Psikotik 1,5-6mg/hr Skizofrenia 0,5-2mg/hr Agresi, agitasi, gangguan psikotik 54mg/hr (10bln) Gejala psikotik akibat obat agonis dopamin pada parkinson 50-800mg/hr Skizofrenia kronik Olanzapine 5-20mg/hr Demensia alzheimer Clozapine 20-150mg/hr Parkinson Zetopine 75-150mg/hr Gejala (-) skizofrenia & cegah skizo kronik Aripriprazole Penelitian Gejala (+) & (-) pasien psikotik Quetiapine Obat Antidepresan Penggolongan • Obat antidepresi TRISIKLIK ANTIDEPRESSANTS (TCA) ex : Amitriptiline, Imipramine, Clomipramine, Tianeptine. • Obat antidepresi TETRASIKLIK ex : Maprotriline, Mianserin, Amoxapine. • Obat antidepresi MAOI-reversible = REVERSIBLE INHIBITOR OF MONOAMINE OXYDASE-A (RIMA) ex : Moclobemide. • Obat antidepresi SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) ex : Sertraline, Paroxetine, Fluoxetine, Duloxetine, Citalopram. • Obat antidepresi “ ATYPICAL” ex : Trazodone, Mirtazapine, Venlafaxine. Farmakodinamik 1. Efek antidepresan pada neurotransmiter amin 2. Efek reseptor dan pascareseptor 3. Efek antidepresan spesifik Mekanisme Kerja Hipotesis : • Sindrom depresi disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa “aminergik neurotransmitter” (noradrenalin, serotonin, dopamin) pada celah sinaps neuron di SSP (khususnya pada sistem limbik) sehingga aktivitas reseptor serotonin menurun. Mekanisme kerja obat antidepresi adalah : • Menghambat “re-uptake aminergic neurotransmitter” • Menghambat penghancuran oleh enzim “Monoamine Oxidase” Sehingga terjadi peningkatan jumlah “aminergic neurotransmitter pada celah sinaps neuron tersebut yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor serotonin. Indikasi Gejala sasaran (target syndrome ) : SINDROM DEPRESI • Tanda dan gejala sindrom depresi : Kendala dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala : penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. • Sindrom depresi dapat terjadi pada : 1. Sindrom depresi psikik : Gangguan afektif bipolar dan unipolar (major depresi), gangguan distimik, gangguan siklotimik, dll. 2. Sindrom depresi organik : Hypothyroid induced depression, brain injury depression, obat resepine, dll. 3. Sindrom depresi situasional : Gangguan penyesuaian + depresi, grief reaction, dll. 4. Sindrom depresi penyerta : Gangguan jiwa + depresi (ex : gangguan obsesi kompulsi, gangguan panik, demensia atau gangguan fisik + depresi (ex : stroke ,MCI, kanker, dll ). Kontraindikasi • Penyakit jantung koroner, MCI, khususnya pada usia lanjut. • Glaukoma, retensi urin, hipertrofi prostat, gangguan fungsi hati, epilepsi. • Pada penggunaan obat lithium, kelainan fungsi jantung, ginjal dan kelenjar tiroid. • Wanita hamil dan menyusui TIDAK dianjurkan menggunakan TCA oleh karena risiko teratogenik besar (khususnya trimester 1) dan TCA diekskresi melalui ASI. Trisiklik Dosis (mg) Generasi II & III Dosis (mg) Amitriptline Pengambat monoamin oksidase Dosis (mg) SSRI Dosis (mg) 75-200 Amoxapine 150300 Phenelzine 45-75 Citalopram 20-60 Clomipramine 75-300 Bupropion 200400 Tranylcypromi ne 10-30 Fluoxetine 10-60 Desipramine 75-200 Duloxetine 40120 Fluvoxamine 100300 Doxepin 75-300 Maprotiline 75300 Paroxetine 20-50 Imiprami ne 75-200 Mirtazapine 15-60 Sertraline 50-200 Nortriptline 75-150 Nefazodone 200600 Protriptline 20-40 Trazodone 50600 Trimipramine 75-200 Venlafaxine 75225 Lama Pemberian • Pemberian obat antidepresi dapat dilakukan dalam jangka panjang oleh karena “addiction potential”-nya sangat minimal. Trisiklik Efek samping Sedasi Mengantuk Simpatomimetik Tremor, insomnia Antimuskarinik Penglihatan kabur, konstipasi, ingin terus berkemih, bingung Kardiovaskular Hipotensi ortostatik, gangguan konduksi, aritmia Psikiatri Pemburukan psikosis, sindrom putus obat Neurologi Kejang Metabolik-endokrin BB meningkat, gangguan seksual Penghambat monoamin oksidase Nyeri kepala, mengantuk, mulut kering, BB menigkat, hipotensi postural, gangguan seksual dan interaksi Agen generasi ke II & III Amoxapine Serupa dengan trisiklik disertai beberapa efek terkait antipsikosis Maprotiline Serupa dengan trisiklik, kejang terkait dosis Mirtazapine Somnolen, peningkatan nafsu makan dan BB, pusing Trazodone, nefazedone Mengantuk, pusing, insomnia, mual, agitasi Venlafaxine Mual, somnolen, berkeringat, pusing, ansietas, gangguan seksual, hipertensi Duloxetine Mual, mulut kering, penurunan nafsu makan, insomnia, pusing, berkeringat Bupropion Pusing, mulut kering, berkeringat, tremor, pemburukan psikosis, potensi timbul kejang pada dosis tinggi Fluoxetine & SSRI lainnya Ansietas, insomnia, gejala GI, penurunan libido, disfungsi seksual, potensi teratogenik dengan paroxetine Perhatian Khusus • Kegagalan terapi obat anti-depresi pada umumnya disebabkan : 1. Kepatuhan pasien menggunakan obat (compliance), yang dapat hilang oleh karena adanya efek samping perlu diberikan edukasi dan informasi. 2. Pengaturan dosis obat belum adekuat. 3. Tidak cukup lama mempertahankan pada dosis optimal. 4. Dalam menlai efek obat terpengaruh oleh persepsi pasien yang tendensi negatif sehingga penilaian menjadi “bias”. Antipsikotik Penggolongan • Antipsikotik Tipikal 1. Phenothiazine 2. Butyrophenone 3. Diphenyi-butyl-piperidine • Antipsikotik Atipikal 1. Benzamide 2. Dibenzodiazepine 3. Benzisoxazole Mekanisme Kerja • Semua obat antipsikosis merupakan obat-obat yang berpotensial dalam memblokade reseptor dopamin dan juga dapat memblokade reseptor kolinergik, adrenergik dan histamin. Pada obat generasi pertama (fenotiazin dan butirofenon) umumnya tidak terlalu selektif, sedangkan benzamid sangat selektif dalam memblokade dopamin D2. • Antipsikosis atipikal memblokade reseptor dopamin dan juga serotonin 5ht2 dan beberapa diantaranya juga dapat memblokade dopamsistem limbik, terutama pada striatum. Farmakodinamik • CPZ dan antipsikosis lainnya efek pada SSP, SSO, dan sistem endokrin. • Antipsikosis menghambat berbagai reseptor (rD, r-a-adrenergik, r-muskarinik, r-h1 dan r5ht2 dengan afinitas berbeda. • CPZ r-D dan r-a-adrenergik. • Risperidon afinitas yang tinggi terhadap r5ht2. Farmakokinetik • Absorpsi : umumnya sempurna, sebagian >FPE. • Bioavailabilitas CPZ dan Tioridazin : 25-35%, Haloperidol : 65% • Kebanyakan lipofilik • Berikatan dengan protein plasma (92-99%) • Metabolit CPZ ditemukan diurin sampai beberapa minggu setelah pemberian obat terakhir. Indikasi • Obat antipsikosis merupakan pilihan pertama dalam menangani skizofrenia, untuk mengurangi delusi, halusinasi, gangguan proses, isi pikiran dan juga efektif dalam mencegah kekambuhan. • Major transquilizer juga efektif dalam menangani mania, Tourette’s syndrome, perilaku kekerasan dan agitasi akibat bingung dan demensia. Juga dapat dikombinasikan dengan antidepresan dalam penanganan depresi delusional. Kontraindikasi • • • • Penyakit hati Epilepsi Kelainan jantung Penyakit SSP dan gangguan kesadaran Efek Samping • Extrapiramidal : Distonia akut, parkinsonisme, akatisia, dikinesia tardiv. • Endokrin : Galactorrhea, amenorrhea. • Antikolinergik : Hiperprolaktinemia bila terjadi gejala tersebut maka obat antipsikosis perlahan-lahan dihentikan. Obat Antianxietas Penggolongan Benzodiazepine NonBenzodiazepine • • • • • Diazepam Chlordiazepoxide Lorazepam Clobazam Alprazolam • Sulpiride • Buspirone • Hydroxyzine Farmakodinamik • Benzodiazepine • Non- Benzodiazepine a. Antagonist selektif reseptor serotonin (5HT1A) menurunkan kadar serotonin. b. Moderate affinity pada reseptor D2 dopamine. Indikasi Kontraindikasi • Sindrom anxietas. • Benzodiazepine : sedasi, menghilangkan rasa cemas, keadaan psikosomatik yang berhubungan dengan rasa cemas, hipnotik, antikonvulsi, pelemas otot, dan induksi anastesi umum. • Non-benzodiazepine : gangguan anxietas. • Pasien yang hipersensitivitas terhadap derivat obat ini. • Glaukoma. • Myasthenia gravis. • Chronic pulmonary insufficiency. • Chronic renal or hepatic disease. Pemilihan Obat • Golongan Benzodiazepine sebagai antianxietas mempunyai ratio teraupetik lebih tinggi dan lebih rendah menimbulkan addiksi dan toksisitas dibandingkan dengan meprobamate atau phenobarbital. • Golongan Benzodiazepine = “drug of choice” dari semua obat yang mempunyai efek antianxietas, disebabkan spesifisitas, potensi dan keamanannya. • Spektrum klinis Benzodiazepine meliputi efek antianxietas, antikonvulsan, antiinsomnia, premedikasi tindakan operatif. a. Diazepam/Chlordiazepoxide : “broadspectrum”. b. Nitrazepam/Flurazepam : Lebih efektif sebagai antiinsomnia. c. Bromazepam, Lorazepam, Clobazepam : Lebih efektif sebagai antianxietas. Pengaturan Dosis • Steady state (keadaan dengan jumlah obat yang masuk kedalam tubuh sama dengan jumlah obat yang keluar dari tubuh) dicapai setelah 5-7 hari dengan dosis 2-3 kali sehari (half life = <24 jam). • Efek klinis terlihat bila kadar obat dalam darah telah mencapai “steady state”. Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran) Naikkan dosis setiap 3-5 hari sampai mencapai dosis optimal Dipertahankan 2-3 minggu Diturunkan 1/8 x setiap 2-4 minggu Dosis minimal yang masih efektif (maintenance dose) Bila kambuh dinaikkan lagi dan bila tetap efektif Pertahankan 4-8 minggu Tappering off Lama Pemberian • Pada sindrom anxietas yang disebabkan faktor situasi eksternal, pemberian obat tidak lebih 13 bulan. • Pemberian sewaktu-waktu dapat dilakukan apabila sindrom anxietas dapat diramalkan waktu datangnya dan hanya pada situasi tertentu, serta terjadinya tidak sering. • Penghentian selalu secara bertahap agar tidak menimbulkan gejala putus obat (Withdrawal Symptoms). Efek Samping Sedasi Relaksasi otot Rebound phenomen on ketergantu ngan • Rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif melemah. • Rasa lemas, mudah lelah, dll. • Iritable, bingung, gelisah, insomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin, konvulsi. • Terutama pada individu alkoholik, penyalahguna obat atau unstable personality. Obat Hipnotik-Sedatif 1. Sedatif : Untuk mengurangi anxietas dan berefek menenangkan. 2. Hipnotik : Menimbulkan kantuk dan menolong timbulnya serta mempertahankan keadaan tidur. Farmakodinamik • Farmakologi molekular reseptor GABA Indikasi • Meredakan ansietas • Insomnia • Sedasi dan amnesia sebelum dan selama tindakan medis dan bedah • Pengobatan epilepsi dan keadaan bangkitan kejang • Sebagai komponen anestesi yang seimbang • Mengendalikan keadaan outus-obat etanol atau hipnotik-sedatif lain. • Relaksasi otot pada kelainan neuromuskular spesifik. • Bantuan diagnostik atau terapi dalam bidang psikiatri Obat Sedasi Dosis Alprazolam 0,25-0,5mg 2-3 kali sehari Chlordiazepoxide 10-20mg 2-3 kali sehari Clorazepate 5-7,5mg 2 kali sehari Lorazepam Dosis (pada waktu tidur) Benzodiazepin Benzodiazepin Halazepam Obat Hipnotik Estazolam 0,5-2mg Lorazepam 2-4mg Quazepam 7,5-15mg Temazepam 7,5-30mg Triazolam 0,125-0,5mg 20-40mg 3-4 kali sehari 1-2mg satu atau dua kali sehari Barbiturat Oxazepam 15-30mg 3-4 kali sehari Seconbarbital Diazepam 5mg 2 kali sehari Barbiturat Phenobarbital 15-30mg 2-3 kali sehari Obat lain Buspirone 5-10mg 2-3 kali sehari 100-200mg Obat lain Eszopiclone 1-3mg Cholal hydrate 500-1000mg Zaleplon 5-20mg Zolpidem 5-10mg Lama Kerja Obat Obat Kadar puncak dalam darah Waktu paruh eliminasi Alprazolam 1-2 jam 12-15 jam Chlordiazepoxide 2-4 jam 15-40 jam 1-2 jam (nordiazepam) 50-100 jam 1-2 jam 20-80 jam Eszopiclone 1 jam 6 jam Flurazepam 1-2 jam 40-100 jam Lorazepam 1-6 jam 10-20 jam Oxazepam 2-4 jam 10-20 jam Temazepam 2-3 jam 10-40 jam Triazolam 1 jam 2-3 jam Zaleplon <1 jam 1-2 jam Zolpidem 1-3 jam 1,5-3,5 jam Chlorzepate Diazepam Efek Samping 1. 2. 3. 4. 5. Amnesia anterograd Peningkatan rebound REM Insomnia rebound Depresi pernapasan persisten pascaanastesi Depresi pernapasan pada penderita penyakit paru 6. Depresi kardiovaskular 7. Euforia Efek Toksik 1. Dosis relatif rendah : Kantuk, gangguan pengambilan keputusan, penurunan keterampilan motorik yang berdampak pada keterampilan mengemudi dan performa kerja. Hangover 2. Dosis relatif tinggi : Letargi, gangguan kardiovaskular, pernapasan dan hati. 3. Teratogenisitas : Deformitas janin. Obat Antimania Haloperidol Karbamazepin Mania Akut Asam Valproat Obat AntiMania Divalproex Profilaksis Mania Litium Karbonat Litium • Indikasi : Obat untuk gangguan bipolar terutama pada fase manik. • Farmakokinetik : – Absorpsi lengkap dalam 6-8 jam – Kadar plasma dicapai dalam 30 menit-2 jam – Volume distribusi 0,5L/kg – Ekskresi terutama lewat urin – Waktu paruh eliminasi 20 jam Litium • Farmakodinamik : – Efek pada elektrolit dan transpor ion Litium dapat menggantikan Na dalam membantu suatu potensial aksi neuron, tetapi bukan substrat yang adekuat untuk pompa Na. – Efek pada neurotransmitter : • ↓ pengeluaran norepinefrin dan dopamin • Menghambat supersensitivitas dopamin • ↑ sintesis asetilkolin – Efek pada second messengers menghambat konversi IP2 menjadi IP1 (inositol monofosfat) dan konversi IP menjadi inositol. Litium Efek Samping • Gejala efek samping dini (kadar serum litium 0,8-1,2 mEq/L) : – Mulut kering, haus, gastrointetinal distress, kelemahan otot, puliuria, tremor halus. – Tidak ada efek sedasi dan gangguan ekstrapiramidal. • Efek samping lain : hipotiroidisme, peningkatan BB, perubahan fungsi tiroid, edema tungkai, “metalic taste”, lekositosis, gangguan daya ingat dan konsentrasi pikiran. • Gejala intoksikasi (kadar serum litium >1,5 mEq/L) : – Gejala dini : muntah, diare, tremor kasar, mengantuk konsentrasi pikiran menurun, bicara sulit, dan gaya berjalan tidak stabil. – Gejala berat : kesadaran menurun (koma) dengan hipertoni otot dan kedutan, oliguria, kejang. Litium Pengaturan Dosis • Preparat : Litium Karbonat • Dosis : – Dosis awal : 250-500mg/hari, 1-2x sehari, dinaikkan 250mg/hari setiap minggu sampai kadar serum litium terapeutik (0,8-1,2 mEq/L). – Dosis efektif dan optimal : 1000-1500mg/hari, 2-3 bulan. – Diturunkan menjadi maintenance dose kadar serum 0,5-0,8 mEq/L. Pemilihan Obat • Mania akut : Haloperidol (im) + Litium karbonat (tablet). • GAB dengan serangan episodik mania/depresi : Litium karbonat sebagai obat profilaksis. • Kontraindikasi litium karbonat : Karbamazepin, Asam valproat, dan Divalproex Na. • Gangguan afektif unipolar : Obat antidepresi SSRI (lebih ampuh dibandingkan litium). Lama Pemberian • Sindroma mania akut : setelah gejala mereda, litium karbonat tetap diteruskan sampai >6 bulan, dihentikan secara gradual bila tidak ada indikasi lagi. • Pada gangguan afektif bipolar dan unipolar : penggunaan litium diteruskan sampai beberapa tahun, sesuai dengan indikasi. Penggunan jangka panjang dalam dosis minimum dengan kadar serum litium efektif profilaksis (diukur setiap hari). Obat Stimulan • Stimulan adalah zat yang menginduksi sejumlah gejala yang khas. Efek terhadap SSP dengan meningkatkan perhatian/kewaspadaan, rasa kesejahteraan dan euforia. Banyak pengguna mengalami insomnia dan anoreksia dan sebagian mengalami gejala psikotik. • Stimulan mempunyai aktivitas kardiovaskular perifer, termasuk peningkatan tekanan darah dan denyut jantung. Amphetamine/dextroamphetamine - Adderall • Classes : Stimulants, ADHD Agents. • Mekanisme kerja : 1. Meningkatkan Pelepasan Monoamin (norepinefrin, 5-HT dan dopamin) dari penyimpanan vesikel pada saraf terminal presinaps. 2. Bersaing dengan monoamin untuk re-uptake melalui DAT, NET atau SERT. 3. Memfasilitasi pelepasan monoamin presinaps sitoplasma dengan menginduksi pertukaran transporter. 4. Menghambat Monoamin Oxidase (MAO) menyebabkan peningkatan level monoamin pada presinaps. 5. Mempunyai efek reseptor agonis langsung di beberapa area sistem saraf pusat. Dosis dan Indikasi -ADHD : Dosis oral 5mg/hari : Dapat ditingkatkan dari 5-10mg/hari setiap minggu. Dosis tidak lebih dari 40mg/hari. Extended release : 20mg dosis oral diberikan di pagi hari. Dosis tidak lebih dari 60mg/hari. -Narkolepsi : Dosis oral 5-60mg/hari : Dapat ditingkatkan 10mg/hari setiap minggu. Dosis tidak lebih dari 60mg/hari. Kontraindikasi • • • • • • Hipersensitivitas Hipertiroid Glaukoma Gejala penyakit Kardiovaskular Hipertensi sedang-parah Riwayat penyalahgunaan obat • Pregnancy category : C Efek Samping >10% (Extended Release) Abdominal pain (11-14%) Headache (<26%) Insomnia (12-27%) Loss of appetite (22-36%) Weight loss (4-11%) 1-10% (Extended Release) Anxiety (8%) Diarrhea (2-6%) Dizziness (2-7%) Dry mouth (2-4%) Dyspepsia (2-4%) Emotional lability (2-9%) Fatigue (2-4%) Fever (5%) Infection (4%) Nausea (5-2-8%) Nervousness (6%) Tachycardia (6%) Vomiting (7%) Weight loss (4-9%) Methylphenidate - Ritalin • Classes : Stimulants, ADHD Agents. • Mekanisme kerja : Tidak diketahui ; dapat menghalangi re-uptake norepinefrin dan dopamin ke presinaps ; dapat merangsang SSP mirip dengan amfetamin ; dapat merangsang korteks otak dan struktur subkortikal. Dosis dan Indikasi - ADHD dan Narkolepsi : • Methylin, Ritalin : Dosis oral 20-30mg/hari dibagi 8-12 jam, 30-45 menit sebelum makan. Dapat ditingkatkan dari 5-10mg/hari setiap minggu. Dosis tidak lebih dari 60mg/hari. • Dosis dengan 10-15mg/hari mungkin adekuat. Kontraindikasi • Hipersensitivitas • Glaukoma • Riwayat keluarga Tourette sindrom, tics motorik • Pregnancy category : C Efek Samping • • • • • • • • • • • • • • • • • • • Headache Hypertension Nausea Nervousness Toxic psychosis Seizures Tachycardia Angina Cardiac arrhythmia Cerebral occlusion Increased/decreased pulse Cerebral arteritis Cerebral hemorrhage Raynaud's phenomenon Vasculitis Anxiety Anger Agitation Irritability • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • Vertigo Fatigue Erythema multiform Hyperhidrosis Rash Urticaria Exfoliative dermatitis Dysmenorrhea Constipation Xerostomia Vomiting Weight loss Erectile dysfunction Muscle tightness Paresthesia Blurred vision Necrotizing vasculitis Increased cough Dyspnea Sinusitis Upper respiratory tract infection Indikasi Stimulan lainnya -Gangguan Depresi • Dosis oral dextroamphetamine atau methylphenidate 5mg dosis tunggal, diberikan pagi hari. • Jika pasien secara medis rapuh dan memiliki risiko tinggi terkena efek samping maka dapat digunakan dosis 2,5mg. • Evaluasi setelah 2-4 jam, jika tidak terdapat respon maka keesokan paginya dosis ditingkatkan 2x lipat. • Dosis dapat ditingkatkan 5mg/hari sampai respon dicapai, terjadi intoleransi efek samping atau dosis mencapat 20mg. -Obesity • Dosis oral Phentermine – Adipex P 1537,5mg/hari dosis tunggal atau dibagi setiap 12jam, sebelum sarapan atau 1-2 jam sesudah sarapan. Stimulan Paling Umum yang digunakan pada Psikiatri Prinsip Penentuan Dosis dan Lama Terapi Obat Psikotropik Dosis Tergantung pada karakteristik faktor obat dan pasien : • Sensitivitas terhadap obat • Kemampuan untuk memetabolisme obat • Gangguan medis bersamaan • Penggunaan obat bersamaan • Riwayat paparan obat sebelumnya • Dosis optimal bagi seorang individu ditentukan oleh trial and error dengan berpedoman kepada bukti empiris dari kisaran dosis obat yang telah ditentukan. • Obat psikotropika harus digunakan terus menerus kecuali penggunaan obat untuk insomnia, agitasi akut, dan kecemasan yang berat. • Benzodiazepin yang berpotensi tinggi seperti alprazolam (Xanax) dan clonazepam (Klonopin) harus digunakan sesuai jadwal teratur untuk mencegah timbulnya serangan. Lama Terapi • Tergantung dari beberapa variebel: sifat gangguan durasi gejala riwayat keluarga sejauh mana pasien dapat mentolerir dan menerima manfaat dari obat • Memberikan penjelasan yang masuk akal dari kemungkinan yang dapat terjadi,tetapi yang paling utama memberi tahu kepada pasien apakah obat yang diberikan bekerja untuk dirinya dan apakah dia dapat menerima efek samping obat tersebut. • Pengobatan jangka panjang sering diperlukan untuk mencegah kekambuhan. • Obat Psikotropika bukan untuk menyembuhkan gangguan tetapi untuk membantu mengontrol gejala • Terapi psikotropik secara konsep dibagi menjadi 3: 1.Initial therapeutic trial : periode awal pengobatan harus berlangsung setidaknya beberapa minggu. Reaksi awal yang buruk dari pengobatan bukan merupakan indikator dari hasil akhir pengobatan. 2.Terapi lanjutan : tidak memberikan perlindungan mutlak terhadap kambuhnya gangguan. 3.Terapi maintenance : lamanya bervariasi dan tergantung riwayat klinis pasien Efek Farmakoterapi pada Pasien a) Evaluasi kunjugan berikutnya Frekuensi tindak lanjut atau kunjungan berikutnya ditentukan oleh penilaian klinis, pada pasien keluhan berat kunjungan berikutnya dilakukan bebarapa kali dalam seminggu dan pada pasien perawatan atau sudah stabil perlu pemantauan tetapi tidak ada tindakan lanjutan , kunjugan berikutnya lebih baik 3- 6 bulan setelah lama pengobatan. b) Evaluasi dengan pemeriksaan penunjang (EEG, darah) Pretreatment yang rutin merupakan bagian dari pemeriksaan untuk menyingkirkan masalah medis yang mungkin menyebabkan munculnya gejala-gejala kejiwaan atau mempersulit pengobatan, pada pemeriksaan EEG ditemukan terjadi perubahan konduksi jantung dan pemeriksaan uji laboratorium atau darah harus didasarkan pada keadaan klinis dan obat yang digunakan, dari beberapa penelitian selama pengobatan ditemukan peningkatan gula darah terutama dengan SDA, FDA menyarankan bahwa pasien yang diobati dengan antipsikotik atipikal harus di pantau kemungkinan munculnya diabetes. c) Respon dan remisi Bukti menunjukkan bahwa pasien dalam keadaan remisi cenderung mengalami kekambuhan, dalam penelitian depresi respon biasanya didefinisikan sebagai 50% atau lebih besar dari penurunan garis dasar pada skala rating standar seperti Hamilton Depresi (HAMD) Skala atau Montgomery-Asberg Depression Rating Scale (MADRS). Remisi didefinisikan sebagai skor mutlak dari 7 atau kurang pada HAM-D atau 10 atau kurang pada MADRS. d) Terapi gagal Rencana pengobatan awal harus mengantisipasi kemungkinan bahwa obat mungkin tidak efektif. Strategi langkah berikutnya harus di tempat di awal pengobatan. •Pertama, apakah diagnosis benar? •Kedua, apakah gejala yang ditemukan terkait dengan gangguan aslinya, atau benar-benar efek samping dari terapi obat ? •Ketiga, apakah obat yang diberikan pada dosis yang tepat untuk jangka waktu yang lama? Karena penyerapan dan metabolisme obat dapat sangat bervariasi pada pasien. •Keempat, apakah pasien mengambil atau meminum obat seperti yang diarahkan atau dianjurkan ? e) Resistensi terapi Untuk menghindari resistensi terapi dilakukan beberapa strategi seperti penggunaan kombinasi obat, terapi dosis tinggi dan penggunaan obat-obatan konvensional tetapi bukti tingkat keberhasilannya sangat kecil. f) Toleransi Perkembangan toleransi ditandai dengan kebutuhan, dari waktu ke waktu, yang digunakan untuk peningkatan dosis obat untuk mempertahankan efek klinis. Toleransi juga menjelaskan sensitivitas menurun menjadi efek samping dari obat, seperti mual. Fenomena ini digunakan sebagai dasar untuk memulai beberapa obat pada dosis subterapeutik, dengan rencana mengatur jadwal bila kondisi pasien dapat mentolerir dosis yang lebih tinggi. g) Sensitasi Secara klinis dinyatakan sebagai kebalikan dari toleransi, sensitisasi dikatakan terjadi ketika kepekaan terhadap efek obat meningkat dari waktu ke waktu. Dalam kasus ini, dosis yang sama biasanya menghasilkan efek lebih jelas atau nyata sebagai pengobatan lanjut. KESIMPULAN Psikotropik adalah suatu zat atau obat yang mempengaruhi susunan saraf pusat dan menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Prinsip penggunaannya berbeda antara anak, wanita hamil dan juga lansia. Terdiri dari berbagai jenis : antidepresan, antipsikotik, antianxietas, hipnotik-sedatif, stimulan dan antimania. REFERENSI • • • • • • • • • Synopsis of Psychiatry: Kaplan & Sadock’s ed 11 DepKes RI Farmakologi Dasar & Klinik : Betram G. Katzung Farmakologi FKUI Good Therapi.org Ilmu Penyakit Anak : Nelson Medscape Ncbi.nlm.nih.gov Penggunaan Klinis Obat Psikotropik : dr. Rusdi Maslim, SpKJ PERTANYAAN