hubungan antara keberadaan dna virus hepatitis b

advertisement
1
HUBUNGAN ANTARA KEBERADAAN DNA VIRUS HEPATITIS B PADA
PLASENTA DAN CAIRAN AMNION IBU DENGAN HEPATITIS B
ANTIGEN POSITIF
ASSOCIATION OF PLACENTAL HEPATITIS B VIRAL DNA AND
AMNIOTIC FLUID IN HEPATITIS B ANTIGENT POSITIVE PREGNANT
MOTHERS
Acholder Tahi Pardomuan Sirait, IMS Murah Manoe, St. Maisuri T Chalid
Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi :
Acholder Tahi Pardomuan Sirait
Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
Makassar
HP : (0411) 2016678, 08124296195
Email : [email protected]
2
Abstrak
Hepatitis B menjadi infeksi hepar yang serius di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan
DNA Virus Hepatitits B pada plasenta dan cairan amnion ibu hamil dengan HbsAg positif. Metode penelitian
adalah potongsilang. Penelitian dilakukan di beberapa rumah sakit di Makassar tahun 2013. Sampel penelitian
adalah Sampel diambil dari darah vena ibu hamil dengan HbsAg positif yang partus pervaginam dan
perabdominam. Dilakukan analisis terhadap 37 penderita hbsAg (+). Hasil penelitian menunjukkan hubungan
DNA virus hepatitis B pada plasenta dan cairan amnion dimana didapatkan plasenta yang positif ada 19 kasus
(51,4%), dimana 18 kasus (94,7%) positif dan 1(5,3%) negatif pada cairan ketuban. Sementara dari data
plasenta 18 kasus plasenta yang negatif (48,6%) didapatkan 12 kasus (66,7%) negatif dan 6 kasus (33,3%)
positif pada cairan ketuban dengan p=0.0001. Sebagai kesimpulan, pada plasenta dan cairan amnion ibu hamil
dengan HBsAg positif dapat ditemukan DNA Virus Hepatitis B. Keberadaan Virus Hepatitis B kedalam
kompartemen ini mempunyai hubungan dimana keberadaannya disebabkan oleh kebocoran dari plasenta dan
juga berasal dari sumber lain
Kata kunci : DNA Virus Hepatitis B, plasenta, cairan amnion, HBsAg (+)
Abstract
Hepatitis B is a serious liver infection in the world. This study aims to determine the existence of Hepatitits B
virus DNA in the placenta and amniotic fluid of pregnant women with positive HBsAg. The research method is
cross-sectional. The study was conducted at several hospitals in Makassar, 2013. Samples were taken from
venous blood samples of pregnant women with positive HBsAg with abdominal and vaginal parturition. The
analysis of 37 patients with HBsAg (+) using chi-square was conducted. The results show the relationship of
hepatitis B virus DNA in the placenta and amniotic fluid where there were 19 positive cases obtained in
placenta (51.4%), of which 18 cases (94.7%) are positive and 1 case (5.3%) negative in amniotic fluid. While
the data from 18 cases of negative placenta (48.6%), it was found 12 positive cases (66.7%) and 6 negative
cases (33.3%) in amniotic fluid with p = 0.0001. In conclusion, DNA Hepatitis B Virus can be found from the
placenta and amniotic fluid of pregnant women with positive HbsAg. Hepatitis B Virus presence into those
compartment have a relationship which is caused by leakage of the placenta and from other sources
Keywords: Hepatitis B virus DNA, placenta, amniotic fluid, HBsAg (+)
3
PENDAHULUAN
Hepatitis B menjadi infeksi hepar yang serius di dunia. Seluruh dunia diperkirakan 350
juta orang hidup sebagai karier Virus Hepatitis B (VHB) yang mana 620.000 meninggal
karena penyakit yang terkait masalah hepar setiap tahunnya (Emiroglu 2010)
Di Amerika infeksi hepatitis B banyak menyerang dewasa muda berumur 20-50 tahun,
kira-kira 800.000 -1.4 juta orang Amerika hidup sebagai karier hepatitis virus dan penyakit
tersebut mengakibatkan kematian 3000 orang per tahunnya. (Emiroglu 2010).
Ibu hamil dengan virus hepatitis B di Indonesia berkisar antara 1-5 %. Kehamilan tidak
akan memperberat infeksi virus hepatitis, akan tetapi, jika terjadi infeksi akut pada kehamilan
bisa mengakibatkan hepatitis fulminan yang dapat menimbulkan mortalitas tinggi pada ibu
dan bayi. Jika terjadi penularan vertikal virus hepatitis B 60-90 % akan menjadi pengidap
kronik virus hepatitis B dan 30 % kemungkinan akan menderita kanker hati atau sirosis hati
sekitar 40 tahun kemudian. Jika penularan virus hepatitis B dapat dicegah, berarti mencegah
terjadinya kanker hati secara primer. penularan vertikal dipengaruhi antara lain titer DNA
virus hepatitis B tinggi pada ibu (makin tinggi titer makin tinggi kemungkinan bayi tertular),
terjadinya infeksi akut pada kehamilan trimester ketiga, persalinan lama dan mutasi virus
hepatitis B. (Gede, 2008).
Terdapat tiga kemungkinan jalur transmisi infeksi Hepatitis B dari ibu ke bayi, yaitu :
transmisi transplasental Hepatitis B in utero, transmisi natal selama proses persalinan atau
transmisi postnatal selama perawatan bayi atau melalui Air Susu Ibu. (Dwivedi et al, 2011.,
Guo et al, 2010., Muljono, 2011).
Laporan tahun 2009 menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat 4 genotip (dengan 14
subgenotip) VHB yaitu genotip A,B, C dan genotip D. Dari 899 sampel di 28 kota dari
berbagai pulau di Indonesia, didapatkan genotip B paling dominan (66 %), diikuti oleh
genotip C (26 %), genotip D (7 %) dan genotip A (0,8 %). (Mulyanto, 2009)
Faktor risiko utama terjadinya infeksi hepatitis B intrauterin adalah positivitas serum
HbeAg, dan adanya kerusakan pada plasenta, khususnya pada kapiler sel endotel. Transmisi
intrauterin ini meningkat secara linear dengan titer serum HbsAg maternal dan konsentrasi
DNA virus hepatitis B. Mekanisme transmisi virus hepatitis B masih belum jelas, tetapi
infeksi kemungkinan terjadi saat intrapartum atau intrauterin. DNA virus hepatitis B dan
HbsAg dapat ditemukan dalam cairan amnion, sel-sel palsenta, dan sekresi vagina dari wanita
hamil dengan HbsAg positif dan pada darah tali pusat bayi. Transmisi transplasental jarang
terjadi. Transmisi postpartum terjadi melalui paparan terhadap darah ibu yang infeksius, air
liur, feses, urin, atau Air Susu Ibu. Cara persalinan (pervaginam ataupun seksio sesarea) tidak
4
mempengaruhi risiko infeksi perinatal virus hepatitis B. (Caserta, 2009., Chowdury et al,
2009)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan DNA Virus Hepatitits B
pada plasenta dan cairan amnion ibu hamil dengan HbsAg positif. Beberapa penelitian telah
mencoba untuk meneliti angka penderita HbsAg positif serta penularannya secara vertikal
dan horizontal. Pada penelitian ini akan dilakukan pemeriksaan VHB DNA dari cairan
amnion dengan metode qualitative real-time polymerase chain reaction (PCR).
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah cross sectional untuk menentukan adanya DNA virus
hepatitis B pada darah ibu hamil dan cairan amnion ibu hamil yang mau melahirkan dengan
hepatitis B antigen positif.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di beberapa rumah sakit pendidikan bagian obstetrik dan
ginekologi FK-UNHAS, antara lain : RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo, RSKDIA St. Fatimah,
RSKDIA Pertiwi, RS. Pelamonia, RSU. Labuang Baji, RSI. Faisal, RS. Bhayangkara, RSUD
Syekh Yusuf Gowa. Sampel penelitian dikumpulkan di Rumah Sakit Pendidikan Universitas
Hasanuddin untuk dilakukan pemeriksaan DNA virus hepatitis B di Laboratorium.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah wanita hamil dengan HbsAg positif yang datang ke rumah
sakit tempat penelitian baik di poliklinik maupun di kamar bersalin.
Sampel penelitian adalah semua wanita hamil usia kehamilan aterm yang terinfeksi
virus hepatitis B yang didiagnosis dengan pemeriksaan HbsAg dengan hasil positif. Sampel
diambil dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dengan menandatangani
informed consent. Diagnosis HbsAg positif ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium.
Pengambilan sampel secara consecutive sampling, didapatkan 61 sampel dengan HbsAg
positif tetapi hanya 37 yang memenuhi kriteria inklusi.
Metode Pengumpulan Data
Subyek yang memenuhi kriteria diberikan Informed Consent sebelum diambil sampel
penelitian. Sampel diambil dari darah vena ibu hamil dengan HbsAg positif yang partus
pervaginam dan perabdominam. Dilakukan pengambilan darah vena sebanyak 5 cc untuk
dilakukan pemeriksaan HbsAg dan HbeAg. Diambil juga sampel cairan amnion pada ibu
hamil HbsAg positif sebanyak 3 cc kemudian disentrifuse dan cairannya disimpan dalam
5
lemari es dengan suhu -20 0 C sampai -80 0 C, kemudian dilakukan pemeriksaan VHB DNA
dengan teknik PCR.
Analisis Data
Pengolahan data dengan program SPSS. Untuk mengetahui hubungan antara variabel
penelitian digunakan uji X2 ( Chi-square ). Hasil data disajikan dalam bentuk tabel.
HASIL
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan yaitu bulan Januari 2014 hingga bulan Juni
2014 di BLU RS Dr.Wahidin Sudirohusodo dan jejaring. Total sampel yang diperoleh adalah
37 sampel yang memenuhi kriteria inklusi.
Tabel 1 mempelihatkan karakteristik data dasar subjek penelitian dimana kejadian
HbsAg positif terbanyak pada kelompok usia 25-35 tahun sebanyak 28 sampel (75,7 %),
pendidikan > 9 tahun sebanyak 30 sampel (81,1%), berdasarkan pekerjaan paling banyak
non-medis sebanyak 36 sampel (97,3%), berdasarkan gravida terbanyak pada kelompok
primigravida sebanyak 19 sampel (51,4%), berdasarkan usia kehamilan paling babnyak pada
usia kehamilan aterm 32 sampel (86,5%), berdasarkan IMT paling banyak pada kelompok
overweight sebanyak 18 sampel (49,2 %) , berdasarkan kadar SGOT terbanyak pada sampel
dengan kadar SGOT < 38 u/l yaitu sebanyak 10 sampel (90,9%) dan berdasarkan kadar
SGPT terbanyak pada sampel dengan kadar SGPT <41 u/l yaitu sebanyak 10 sampel (90,9%).
Tabel 2 menunjukkan distribusi DN virus hepatitis B pada darah ibu dan cairan
amnion dimana didapatkan jumlah sampel yang positif HbsAg di darah ibu adalah 37 sampel
(100%) sementara yang posiif di cairan amnion adalah 24 sampel (64,9%) sedangkan sampel
yang HbsAg negative di darah ibu adalah sebanyak 0 sampel (0%) sementara yang negative
di cairan amnion adalah 13 sampel (35,1%) .
Tabel 3 menunjukkan hubungan DNA virus hepatitis B pada plasenta dan cairan
amnion dimana didapatkan plasenta yang positif ada 19 kasus(51,4%), dari 19 kasus ada 18
kasus (94,7%) yang positif dan 1(5,3%) negatif pada cairan ketuban
sementara dari data
plasenta 18 (48,6%) kasus plasenta negatif didapatkan 12 kasus (66,7%) yang negatif dan 6
kasus (33,3%) yang positif pada cairan ketuban dan dari uji statistik didapatkan p=0.0001.
PEMBAHASAN
Karakteristik umur pada penelitian ini terbanyak pada kelompok usia reproduksi yaitu
25-35 tahun sebanyak 75,7 %. Data ini sama dengan penelitian Kolawole dkk (2012) dimana
didapatkan kelompok umur 30-34 sebanyak 23,3 % dan menyimpulkan bahwa umur tidak
6
menentukan seseorang untuk terinfeksi virus hepatitis B (Kolawole et al.,2012). Chan dkk
(2011) juga mendapatkan data kelompok umur ≤ 30 tahun pada penelitiannya yaitu sebanyak
45,5 % (Chan et al, 2011). Ding dkk (2013) juga mendapatkan data umur > 20 tahun pada
penelitiannya dan Singh dkk (2011) mendapatkan usia 29 tahun adalah data yang dominan
pada penelitiannya. (Ding et al, 2013., Singh et al, 2011). Semua data umur pada penelitian
ini tidak berhubungan dengan status infeksi seseorang. Namun data umur dari beberapa
penelitian ini umumnya menunjukkan umur reproduksi seseorang yang terkena virus hepatitis
B. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada umur tersebut aktivitas seksual lebih tinggi sehingga
risiko transmisi lebih tinggi. Laporan sebuah penelitian di anggap mendapatkan bahwa
mayoritas seseorang yang terinfeksi hepatitis B ditemukan antibodi spesifik pada kelompok
umur 25-29 tahun dan 30-34 tahun (Kolawole et al, 2012).
Pada penelitian ini karakteristik pendidikan dibagi atas dua kelompok yaitu sampel
dengan pendidikan terakhir kurang atau sama dengan 9 tahun (SD,SMP,SMA/sederajat) dan
lebih dari 9 tahun (SMA, D3,S1). Didapatkan karakteristik sampel terbanyak adalah pada
tingkat pendidikan lebih dari 9 tahun sebanyak 30 kasus (81,1 %). Data ini sama dengan yang
didapatkan oleh Chan dkk (2011) yaitu pendidikan sekunder yang paling banyak ditemukan
pada penelitiannya sebanyak 79,7 % (Chan OK et al, 2011). Data ini juga sesuai dengan data
Souza dkk (2012) dimana melalui penelitiannya kelompok pendidikan terbanyak adalah
maksimal 11 tahun sebanyak 54% (Souza et al, 2012). Sedangkan menurut Connel dkk
(2011) dalam penelitiannya di florida mendapatkan sebanyak 71,1 % kasus adalah tidak
berpendidikan sekolah tinggi. Hal ini disebabkan penelitian oleh Connel dkk dilakukan di
salah satu daerah urban di florida dimana mayoritas penduduknya adalah pendatang dengan
status sosial ekonomi rendah dan data diambil berdasarkan data sekunder dari rekam medik
tahun 1998-2007 (Connel et al, 2011)).
Pekerjaan dibagi menjadi kelompok pekerja non medis dan pekerja medis, pembagian
ini didasarkan bahwa risiko transmisi virus hepatitis B sangat tinggi pada orang-orang yang
sering berkontak dengan subjek penderita hepatitis kronik (Eke et al, 2011). Pada penelitian
ini dari 37 sampel hanya 1 sampel yang bekerja sebagai petugas medis, yaitu bidan di sebuah
rumah sakit bersalin dan sisanya adalah petugas non medis yang terbagi menjadi ibu rumah
tangga, pegawai wiraswasta dan pegawai negeri sipil, pekerjaan yang terbanyak adalah ibu
rumah tangga. Data ini berbeda dengan yang didapatkan oleh Eke dkk (2011) dimana dari
segi pekerjaan bermakna secara statistik dan menyimpulkan bahwa petugas kesehatan sedikit
tertular oleh virus hepatitis B meskipun paparan sangat tinggi tetapi mereka tahu bagaimana
mencegah penularan itu (Eke et al, 2011) perbedaan makna statistik ini disebabkan oleh
7
jumlah sampel yang digunakan oleh Eke dkk lebih banyak daripada penelitian ini yaitu 37
sampel. Data ini juga sesuai dengan Chan dkk (2011) dimana 94,4 % sampel penelitian
bekerja selain petugas medis (Chan et al, 2011).
Karakteristik jumlah kehamilan dibagi menjadi primigravida dan multigravida.
Dimana didapatkan multigravida yang terbanyak sebanyak 18 kasus (48,8 %). Data ini juga
sesuai dengan Kolawole dkk (2012) yang mendapatkan multigravida sebagai data terbanyak
pada penelitiannya (Kolawole et al, 2012). Hal ini juga sesuai dengan Chan dkk (2011) yang
mendapatkan multigravida (75,5 %) sebagai data terbanyak dalam penelitiannya (Chan et al
2011). Kesamaan data dari beberapa penelitian ini dapat diasumsikan bahwa pada
multigravida usia pernikahan sudah lama, semakin lama menikah aktivitas seksual semakin
banyak dan semakin banyak melahirkan sehingga meningkatkan risiko paparan virus
hepatitis B, hal ini dapat juga dijelaskan bahwa proses kehamilan itu sendiri dapat
menurunkan imunitas seorang ibu sehingga dengan semakin banyaknya kehamilan dapat
menurunkan imunitas ibu sehingga dapat memungkinkan replikasi virus hepatitis B yang
mungkin pada kehamilan pertama belum terdeteksi (Kolawole et al 2012).
Usia kehamilan dibagi menjadi preterm (< 37 minggu), aterm (37-42 minggu) dan
posterm (> 43 minggu). Didapatkan usia kehamilan aterm yang paling banyak ditemukan
pada penelitian ini yaitu 32 kasus (86,5 %). Data ini sesuai dengan penelitian Kolawole dkk
(2012) yang mendapatkan usia kehamilan aterm yang terbanyak (Kolawole et al, 2012).
Sama halnya dengan penenelitian Connel dkk (2011) yang mendapatkan data usia kehamilan
aterm yang terbanyak. Hal ini disebabkan umumnya mereka tidak pernah melakukan skrining
hepatitis B pada saat antenatal care sehingga baru terdeteksi pada saat ingin melahirkan.
Penelitian Olokoba dkk (2011) menyimpulkan bahwa tingginya infeksi virus hepatitis B pada
ibu hamil, sehingga direkomendasikan pada setiap ibu hamil untuk melakukan skrining
hepatitis B pada saat kunjungan antenatal (Olokoba et al, 2011).
Kadar laboratorium fungsi hati yaitu SGOT dan SGPT kebanyakan normal yang tidak
mempengaruhi HbsAg dalam darah terhadap peningkatan kadar transaminase. Dimana 90,1
%hasil fungsi hati dari sampel dengan hepatitis B menunjukkan kadar yang normal. Menurut
Cheong dkk (2011) aminotransferase merupakan prediktor aktivitas inflamasi pada pasien
dengan infeksi hepatitis B (Cheong et al, 2011). Pada penelitian ini dari 37 sampel hanya 11
sampel yang dilakukan pemeriksaan fungsi hati karena sampel yang lain diambil di rumah
sakit dengan fasilitas laboratorium terbatas dimana tidak tersedia pemeriksaan kimia darah
dan beberapa rumah sakit hanya memeriksakannya bila ada indikasi.
8
Status gizi pada penelitian ini dihitung berdasarkan indeks massa tubuh dan
didapatkan status overweight adalah yang terbanyak pada penelitian ini sebanyak 16 kasus
(45,7 %). Namun status gizi ini dihitung berdasarkan berat badan ibu saat akan melahirkan
dimana seharusnya indeks massa tubuh ibu hamil dihitung dengan mempertimbangkan berat
badan sebelum hamil dan pertambahan berat badan yang sesuai dengan usia kehamilan dan
faktor penyerta lainnya. Penelitian oleh Lobstein dkk (2011) mendapatkan bahwa ibu hamil
dengan status HbsAg positif memiliki berat badan dan tinggi badan yang lebih rendah secara
signifikan dibandingkan kontrol, namun jika melihat indeks massa tubuh tidak ada perbedaan
makna (Lobstein et al, 2011). Sehingga status gizi seseorang tidak bisa dikaitkan dengan
status hepatitis B.
Virus hepatitis B ditemukan di vili-vili sel endotel kapiler dan trofoblas plasenta,
sehingga mendukung hipotesis bahwa kerusakan pada plasenta adalah barier terjadinya
infeksi intrauterin. Ancaman persalinan prematur atau abortus spontan, dimana kemungkinan
terjadinya pencampuran darah ibu dan bayi, dapat meningkatkan risiko transmisi virus
hepatitis B (Sharma et al, 1996). Pada penelitian ini kami mendeskripsikan riwayat abortus
sebagai faktor risiko. Penelitian oleh Lobstein dkk (2011) mendapatkan sampel dengan
riwayat abortus lebih banyak pada pasien dengan HbsAg positif. Tetapi pada penelitian
Lobstein dkk tidak dianalisa lebih lanjut dengan keterkaitannya dengan transmisi vertikal
pada bayi. Data Lobstein dkk berbeda dengan Chan dkk (2011) yang mendapatkan riwayat
abortus pada karier hepatitis B lebih sedikit dibandingkan non-karier. Disamping itu, riwayat
abortus sebelumnya dan status hepatitis B ibu juga tidak diketahui kapan terinfeksi apakah
mendahului kejadian abortus atau terinfeksi hepatitis B sesudah abortus.
Kebocoran transplasenta yang terjadi oleh karena kontraksi uterus selama kehamilan
dan adanya robekan pada sawar plasenta merupakan cara yang sering menjadi penyebab
infeksi intrauterin (Navabakhsh, 2011).
Transmisi virus hepatitis B ke bayi saat lahir dimungkinkan oleh adanya beberapa
faktor, salah satunya adalah melalui cairan amnion (Navabakhshs, 2011). Pada penelitian ini
kami membedakan sampel dengan riwayat pecah ketuban sebelumnya. Didapatkan 28 kasus
pada bayi yang positif DNA virus hepatitis B berasal dari ibu yang tidak ada riwayat pecah
ketuban dan hanya 4 kasus bayi yang positif DNA virus hepatitis B berasal dari ibu dengan
riwayat pecah ketuban. Penelitian Bohidir dan Zank mengatakan bahwa 85 % infeksi
neonatal terjadi selama intrapartum karena mereka menemukan adanya DNA virus hepatitis
B dalam cairan ketuban (Bohidir, 2012).
9
Pada penelitian ini didapatkan 37 sampel darah ibu, plasenta dan cairan ketuban
dengan HbsAg positif. Dilakukan pemeriksaan PCR. semua sampel darah ibu positif DNA
virus hepatitis B yaitu 37 sampel. Sedangkan pada cairan ketuban sebanyak 24
sampel(64,9%) positif DNA virus hepatitis B dan 13 sampel(35,1%) yang negatif dari data
ini dapat diasumsikan bahwa terjadi penyaringan atau fungsi barrier dari plasenta. Secara
statistik data ini tidak bermakna dengan nilai p = 0,76 sehingga terdapat hubungan antara
DNA virus hepatitis B pada darah ibu dengan cairan ketuban yang menandakan adanya
transmisi vertikal dan upaya barrier .
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan penelitian ini adalah pada plasenta dan cairan amnion ibu hamil dengan
HBsAg positif dapat ditemukan DNA Virus Hepatitis B, keberadaan Virus Hepatitis B
kedalam kompartemen ini mempunyai hubungan dimana keberadaannya disebabkan oleh
kebocoran dari plasenta dan juga berasal dari sumber lain.
Diharapkan setiap ibu hamil untuk melakukan skrining hepatitis B pada kunjungan
antenatal sehingga transmisi vertical dapat dicegah.
Diperlukan penelitian yang
mengeksplorasi kemungkinan penyebab lain keberadaan Virus Hepatitis B dalam cairan
ketuban
10
DAFTAR PUSTAKA
Bohidir, N.P. (2012). Hepatitis B Virus Infection in Pregnancy. Hepatitis Annual J, 199-209..
Caserta, M.T. (2009) Neonatal Hepatitis B Virus Infection. USA. available from:
www.pub.mmpe/mm.com
Cheong, J.Y., Kim, D.J., Hwang, S.G., Yang, J.M., Kim, Y.B., Park, Y.N., Cho, S.W. (2011)
Serum Markers for Neuroinflammatory Activity in Patients With Chronic Viral
Hepatitis and Normal or Mildly Elevated Aminotransferase Levels. Liver
international J, 1478-3223.
Chowdury, S.D., Eapen, C.E. (2009). Perinatal transmission of Hepatitis B. India.
Connel, L.E., Saliha, H.M., Salemi, J.L., August, E.M., Weldeselasse, H., Mboh, A.K. (2011)
Maternal hepatitis B and hepatitis C carrier status and perinatal outcomes. Liver
international J, 1478-3223.
Ding, Y., Seng, Q., Ma, L., Dou, N. (2013) Chronic Hepatitis B Virus Infection Among
Pregnant Woman and Their Infants in Shenyang China. Virology J, 10, 17.
Dwivedi, M., Misra, S.P., Misra, V., Pandey, A., Pant, S., Singh, R., Verma, M. (2011)
Seroprevalence of Hepatitis B Infection During Pregnancy and Risk of Perinatal
Transmission. Indian J Gastroenterology, 30, 66-71.
Emiroglu, N (2010). Viral hepatitis B burden policy in the Europe region.World Health
Organization, Brussel,1-12
Eke, A.C., Eke, U.A., Okafor, C.I., Ezebialu, I.U., Ogbuagu, C. (2011) Prevalence, Correlates
and Pattern of Hepatitis B Surface Antigen in a Low Resource Setting. Virology J, 8,
12.
Gede, S. (2008) Penyakit Infeksi. IN ABDUL, S., RACHIMCHADI, T., WIKNJOSASTRO,
G. (Ed.) Ilmu Kebidanan. empat ed. Jakarta, PT Bina pustaka sarwono
prawirodihardjo.
Ghany, M.G. (2011) Hepatitis B Epidemiology, Pathogenesis, Diagnosis, and Natural History
Global Overview of Hepatitis B Virus Infection. USA.
Gou, Y., Liu, J., Meng, L., Meina, H., Yukai, D. (2010) Survey of HBsAg-Positive Pregnant
Women and Their Infants Regarding Measures to Prevent Maternal-Infantile
Transmission. BMC infectious disease J.
Kolawole, O.M., Wahab, A.A., Adekonle, D.A., Sibanda, R., Okoh, A.I. (2012)
Seroprevalence of Hepatitis B Surface Antigenemia and Its Effects on Hematological
Parameters in Pregnant Women in Osogbo,Nigeria. Virology J, 9, 317.
Lobstein, S., Faber, R., Tillman, H.L. (2011) Prevalence of Hepatitis B Among Pregnant
Woman and Its Impact on Pregnancy and Newborn Complications at a Tertiary
Hospital in the Eastern Part of Germany. Digestion J. 83, 76-82.
Muljono, D.H. (2011) Membangun Kapasitas Riset Kedokteran Melalui Integrasi Ilmu Dasar
dan Kedokteran Klinik, Makassar, Universitas hasanuddin.
Mulyanto (2009) Epidemiologi hepatitis B di indonesia. IN SULAIMAN AS; SULAIMAN
BS; SULAIMAN A; LOHO IM; STEPHANIE A (Ed.) Pendekatan terkini hepatitis B
dan C dalam praktik klinis sehari-hari. Jakarta, Sagung seto,33-37.
Navabakshsh, B., Mehrabi, N., Estakhri, A., Mohamadnejad, M., Pousthi, H. (2011) Hepatitis
B Virus Infection during Pregnancy: Transmission and Prevention. Middle East J of
Digestive Disease, 3, 93-102.
Olokoba, A.B., Salawu, F.K. Daburam, A., Olokoba, L.B., Midala , J.K., Adang, L.H.,
Olatinwo, A.W.O. (2011) Hepatitis B Virus Infection Amongst Pregnant Women in
North-Eastern-Nigeria- a call for Action. Nigerian J of clinical practice. 14.
11
Sharma, S., Malik, A., Rattan, A., Iraqi, A., Maheswari, V., Dhawan, R. (1996) Hepatitis B
Virus Infection in Pregnant Women and Its Transmission to Infants. J of Tropical
Pediatrics, 42.
Singh, A.E., Plitt, S.S., Osiowy, C., Suryniczs, K., Koauadjo, E., Preksaitis, J., Lee, B.
(2011). Factors Associated with Vaccine Failure and Vertical Transmission of
Hepatitis B Among a Cohort of Canadian Mothers and Infants. J of viral hepatitis, 18,
468-437.
Souza, M.T., Pinho, T.L., Santos, M.D.C., Santos, A.D., Monteiro, V.L., Fonseca, L.M.B.,
FERREIRA, P.A., FERREIRA, A.S.P. (2012). Prevalence of Hepatitis B Among
Pregnant Woman Assisted at The Public Maternity Hospitals of Sao Luis, Maranhao,
Brazil. The brazilian J of infectious diseases, 16(6), 517-520.
12
Tabel 1. Karakteristik distribusi sampel
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Karakteristik
Umur (tahun)
< 25
25 – 35
>35
Jumlah
Persentase (%)
P
1
28
8
2,7
75,7
21,6
0,12
Pendidikan
≤ 9 tahun
>9 tahun
7
30
18,9
81,1
0,59
Pekerjaan
Non-medis
Medis
36
1
97,3
2,7
Gravida
Primigravida
Multigravida
19
18
51,4
48,6
Usia kehamilan
Preterm
Aterm
Posterm
5
32
-
13,5
86,5
-
IMT
Underweight
Normal
Overweight
Obesitas
14
18
5
40
49,2
10,8
SGOT (u/l)
< 38
≥ 38
10
1
90,9
9,1
10
1
90,9
9,1
SGPT (u/l)
< 41
≥ 41
13
Tabel 2. Distribusi DNA virus hepatitis B pada darah ibu dan Cairan amnion
DNA
Darah ibu
cairan amnion
VHB
Positif
Negatif
37 (100%)
0 (0%)
24 (64,9%)
13(35,1%)
Tabel 3. Hubungan DNA Virus Hepatitis B pada Plasenta dan cairan
amnion
Plasenta
DNA VHB Cairan ketuban
Positif
Negatif
Positif (19=51,4%)
18 (94,7%)
1(5,3%)
Negatif(18=48,6%)
6 (33,3%)
12(66,7)
P
0,0001
Download