MODUL PERKULIAHAN Stakeholder Relations Stakeholder Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Public Relations Tatap Muka 01 Kode MK Disusun Oleh 42015 Dr. Elly Yuliawati, M.Si Abstract Kompetensi Pentingnya stakeholder dan siapa yang menjadi stakeholder. Pemahaman mengenai stakeholder pada perusahaan Pembahasan Stakeholder Relations Awal abad 20 telah terjadi perubahan cara pandang dunia khususnya bidang manajemen mengenai pengelolaan industri-industri yang mulanya orientasi pada keuntungan beberapa pihak saja seperti pemilik perusahaan, investor dan pekerja, kini orientasi perusahaan lebih ditujukan pada lingkungan yang memungkinkan berkelanjutannya industri (sustain). Para pemilik perusahaan dan para ilmuwan memandang penting orientasi pada lingkungan dimana kedudukan perusahaan berada dan tumbuh menjadi bagian dari kemajuan masyarakatnya. Semangat membangun dunia baru ini seolah-olah memisahkan pandangan lama dimana para pemilik perusahaan yang selalu cenderung didekati bukan mendekati orangorang yang terkena dampak dari aktivitas perusahaan tersebut. Sadar akan pentingnya keberadaan masyarakat di sekitar industri berdiri membuat perusahaan mencari cara bagaimana masyarakat sekitar menyukai dan mendapat manfaat dari berdirinya perusahaan baik secara sosial maupun material. Salah satunya dengan kegiatan amal / filantropi. Kegiatan filantropi ini pernah diwajibkan oleh presiden Amerika Ronald Reagen (John Doorley 2007) dan ternyata cukup berhasil membantu mengatasi krisis ekonomi pada masa itu. Akibat dari kegiatan filantropi tersebut malah membuat suatu daya yang lebih besar lagi dimana masyarakat menganggap perusahaan dilingkungan mereka merupakan bagian dari kemajuan desa/distrik mereka dan membeli produk dari perusahaan yang melaksanakan filantropi ini menjadi kebanggaan. Berita perusahaan melakukan filantropi ini menyebar ke seluruh penjuru negeri dan masyarakat membalas kebaikan perusahaan dengan menyukai dan membeli produknya. Kegiatan amal atau filantropi semakin kompleks cakupannya tidak melulu kepada warga sekitar tetapi lebih luas, seperti pelanggan yang letak geografisnya jauh dari tempat pabrik berdiri, pemerintah yang ingin kebijakannya didukung dunia industri. Industri-industri penopang atau suplayer, pemasok, distributor, agensi, pemerhati lingkungan dan lain-lain yang pada kesimpulannya mereka yang merasa memiliki kepentingan terhadap aktivitas perusahaan, baik sebagian atau seluruhnya. Dalam pandangan ahli-ahli mereka disebut pemangku kepentingan. R. Edward Freeman menyebutnya “Stakeholder”, sedangkan kegiatan filantropi atau amal sudah berkembang menjadi “tanggung jawab sosial perusahaan (corporate sosial responsibility-CSR). 2016 2 Stakeholder Relations Dr. Elly Yuliawati, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Istilah stakeholders untuk pertama kali muncul pada 1963 dalam sebuah memorandum internal dari Stanford Research Institute, California 1. Istilah tersebut memang timbul dari kegiatan riset bidang ekonomi manajemen, namun dalam konteks kekinian istilah stakeholder telah diaplikasikan pada bidang-bidang lain seperti politik, sosial, budaya dan bidang teknis lainnya. Keterlibatan stakeholder (pemangku kepentingan) yang relevan dengan jenis organisasi; bisnis, masyarakat umum atau sipil. Hal ini sangat penting dalam konteks menjalankan organisasi yang bertanggung jawab dan merupakan bagian integral dari konsep Tanggung Jawab Perusahaan (corporate sosial resposibility-CSR). Sebuah organisasi tidak bisa dianggap serius tentang Tanggung jawabnya kecuali serius melibatkan pemangku kepentingan (stakeholder) - dan sebaliknya. Keterlibatan manajemen, pemangku karena kepentingan keterlibatan /stakeholder pemangku adalah kepentingan hal penting menyiratkan bagi kesediaan perusahaan untuk mendengarkan, untuk membahas isu-isu yang menarik bagi para pemangku kepentingan / stakeholder organisasi, dan strategis. Organisasi harus siap untuk mempertimbangkan suatu perubahan apa saja dalam mencapai tujuan perusahaan dan bagaimana beroperasi, sebagai hasil dari keterlibatan stakeholder (engagement stakeholder). Beberapa pengkritik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) salah menafsirkan gagasan atau sikap perusahaan, mereka percaya bahwa jika gagasan mereka diikuti baik sebagian atau seluruhnya berarti perusahaan atau organisasi menyerah kepada LSM atau aktivis masyarakat. Padahal tidak demikian. Dalam kepemimpinan organisasi tidak seperti itu, manajemen masih perlu untuk mengatur arah pertumbuhan organisasi, sehingga melibatkan para pemangku kepentingan (LSM) salah satunya adalah berbagi tugas mengenai lingkungan sekitar perusahaan dalam memahami keinginan pemangku kepentingan/ stakeholder dan kebutuhan/ keinginan organisasi bisa bertemu. Manajemen yang sukses menjadikan hal ini sebagai seni mengoptimalkan manfaat jangka panjang bagi organisasi berdasarkan mendamaikan keinginan/kebutuhan para pemangku kepentingan yang berbeda-beda (investor, karyawan, pelanggan, pemasok dll) Organisasi terus berinteraksi dengan para pemangku kepentingan, beberapa di antaranya akan bersikap positif atau negatif dan berdampak pada kekuatan perusahaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan adalah tentang bagaimana meminimalkan keadaan negatif dan memaksimalkan dampak lingkungan sosial yang positif, maka melibatkan stakeholder adalah salah satu keterampilan inti dan kegiatan utama yang memungkinkan ini jadi berhasil dan efektif. 1 Stockholders and Stakeholders: A new perspective on Corporate Governance. By: Freeman, R. Edward; Reed, David L.. California Management Review, Spring83, Vol. 25 Issue 3, p88-106 2016 3 Stakeholder Relations Dr. Elly Yuliawati, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Definisi Stakeholder Adalah R. Edward Freeman (1984) yang mendefinisikan stakeholder sebagai; suatu individu atau kelompok yang bisa mempengaruhi dan/ atau dipengaruhi oleh organisasi sebagai dampak dari aktivitas-aktivitasnya. Rhenald Kasali memberi pengertian tentang stakeholder sebagai berikut, "Stakeholders adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun luar perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan perusahaan. Stakeholders bisa berarti pula setiap orang yang mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan. Penulis manajemen yang lain menyebutkan bahwa stakeholders terdiri atas berbagai kelompok penekan (pressure group) yang mesti di pertimbangkan perusahaan." (Kasali,2000;63) Ada banyak kelompok stakeholder, tetapi yang paling populer dibahas, biasanya dalam literatur ilmiah adalah Internal dan eksternal stakeholder. Stakeholder internal lebih tertarik pada kegiatan keuangan organisasi, mereka merasa khawatir mengenai keuntungan, efisiensi dan keuntungan finansial. Stakeholder eksternal tergantung pada keputusan dan tindakan organisasi atau mungkin yang mempengaruhi mereka sendiri. Mereka tertarik pada nilai, kualitas, kepuasan, hubungan jangka panjang, tindakan etis dan moral organisasi, dukungan keuangan dan sebagainya (Florea & Florea, 2013). Terlepas dari kenyataan bahwa pemangku kepentingan internal dianggap orang terpandang, namun bisa diturunkan jabatannya sementara para pemangku kepentingan eksternal bisa jadi orang biasa namun mereka tidak dapat diturunkan dari posisinya oleh organisasi. Pemangku kepentingan diidentifikasi sebagai stakeholder primer - konsumen, pemasok, karyawan, pemilik, masyarakat, sedangkan media, pesaing, lembaga keuangan, pemerintah, kelompok kepentingan umum adalah stakeholder sekunder.(Florea & Florea, 2013) di luar keduanya ada kelompok ketiga – stakeholder kunci. Mereka didefinisikan sebagai "orang atau organisasi yang mungkin milik salah satu atau dari dua kelompok pertama" (Florea & Florea, 2013:132). Stakeholder ini penting karena partisipasi dalam organisasi manajemen dan pembiayaan, selama proses pengambilan keputusan dan implementasi. Stakeholder kunci bisa jadi pembuat kebijakan, pejabat, profesional penting atau pribadi yang memiliki posisi yang kuat atau pengaruh di masyarakat (Florea & Florea, 2013) TIPE-TIPE STAKEHOLDER Sedangkan menurut Clarkson (1995:92–117) stakeholder adalah kelompok atau individu yang dukungannya diperlukan demi kesejahteraan dan kelangsungan hidup organisasi. Clarkson membagi stakeholder menjadi dua, stakeholder primer dan stakeholder sekunder; 2016 4 Stakeholder Relations Dr. Elly Yuliawati, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Stakeholder primer adalah ‘pihak di mana tanpa partisipasinya yang berkelanjutan organisasi tidak dapat bertahan.’ Contohnya adalah pemegang saham, investor, pekerja, pelanggan, dan pemasok. Menurut Clarkson, suatu perusahaan atau organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem stakeholder primer – yang merupakan rangkaian kompleks hubungan antara kelompok-kelompok kepentingan yang mempunyai hak, tujuan, harapan, dan tanggung jawab yang berbeda. 2. Stakeholder sekunder didefinisikan sebagai ‘pihak yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan, tapi mereka tidak terlibat dalam transaksi dengan perusahaan dan tidak begitu penting untuk kelangsungan hidup perusahaan. Contohnya adalah media dan berbagai kelompok kepentingan tertentu. Perusahaan tidak bergantung pada kelompok ini untuk kelangsungan hidupnya, tapi mereka bisa mempengaruhi kinerja perusahaan dengan mengganggu kelancaran bisnis perusahaan. Clarkson (dalam artikel tahun 1994) juga telah memberikan definisi yang bahkan lebih sempit lagi di mana stakeholder didefinisikan sebagai suatu kelompok atau individu yang menanggung suatu jenis risiko, baik karena mereka telah melakukan investasi (material ataupun manusia) di perusahaan tersebut, ataupun karena mereka menghadapi risiko akibat kegiatan perusahaan tersebut. Karena itu, stakeholder adalah pihak yang akan dipengaruhi secara langsung oleh keputusan dan strategi perusahaan. Kasali dalam Wibisono (2007, hal. 90) membagi stakeholders menjadi sebagai berikut: 1. Stakeholders Internal dan stakeholders eksternal. Stakeholders internal adalah stakeholders yang berada di dalam lingkungan organisasi. Misalnya karyawan, manajer dan pemegang saham (shareholder). Sedangkan stakeholders eksternal adalah stakeholders yang berada di luar lingkungan organisasi, seperti penyalur atau pemasok, konsumen atau pelanggan, masyarakat, pemerintah, pers, kelompok social responsible investor, licensing partner dan lain-lain. 2. Stakeholders primer, sekunder dan marjinal. Tidak semua elemen dalam stakeholders perlu diperhatikan. Perusahaan perlu menyusun skala prioritas. Stakeholders yang paling penting disebut stakeholders primer, stakeholders yang kurang penting disebut stakeholders sekunder dan yang biasa diabaikan disebut stakeholders marjinal. Urutan prioritas ini berbeda bagi setiap perusahaan meskipun produk atau jasanya sama. Urutan ini juga bisa berubah dari waktu ke waktu. 2016 5 Stakeholder Relations Dr. Elly Yuliawati, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Stakeholders tradisional dan stakeholders masa depan. Karyawan dan konsumen dapat disebut sebagai stakeholders tradisional, karena saat ini sudah berhubungan dengan organisasi. Sedangkan stakeholders masa depan adalah stakeholders pada masa yang akan datang diperkirakan akan memberikan pengaruhnya pada organisasi seperti mahasiswa, peneliti dan konsumen potensial. 4. Proponents, opponents, dan uncommitted. Diantara stakeholders ada kelompok yang memihak organisasi (proponents), menentang organisasi (opponents) dan ada yang tidak peduli atau abai (uncommitted). Organisasi perlu mengenal stakeholders yang berbeda-beda ini agar dapat melihat permasalahan, menyusun rencana dan strategi untuk melakukan tindakan yang proposional. 5. Silent majority dan vokal minority. Dilihat dari aktivitas stakeholders dalam melakukan komplain atau mendukung perusahaan, tentu ada yang menyatakan pertentangan atau dukungannya secara vokal (aktif) namun ada pula yang menyatakan secara silent (pasif). Menurut Hill (1996, hal 129), Stakeholders dalam pelayanan sosial meliputi negara, sektor pivat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan masyarakat, dalam kasus program CSR keseluruhan entitas tersebut terlibat secara bersama-sama. Sementara mereka memiliki kepentingan berbeda-beda yang satu dengan yang lain bisa saling bersebrangan dan sangat mungkin merugikan pihak yang lain. Langkah pertama untuk mengindentifiksi stakeholder dilihat dari model pembagian kelompok stakeholder seperti dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 2016 6 Stakeholder Relations Dr. Elly Yuliawati, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Enabling Linkages : Mengidentifikasi stakeholder yang memiliki kontrol dan otoritas terhadap organisasi, seperti pemegang saham, dewan direksi, pemerintah pemangku kepentingan ini memungkinkan organisasi untuk memiliki sumber daya dan otonomi untuk beroperasi. Functional Linkages : Mereka yang penting untuk fungsi organisasi, dan dibagi antara fungsi input yang menyediakan tenaga kerja dan sumber daya untuk menciptakan produk atau jasa (seperti karyawan dan pemasok) dan fungsi output yang mengkonsumsi produk atau jasa (seperti konsumen dan pengecer) Normative Linkages : Hubungan dengan kelompok, asosiasi dan institusi serta pesaing yang memiliki kepentingan bersama. Pemangku kepentingan dalam melakukan hubungan terhadap pesaing atau asosiasi profesional menganut nilai-nilai normatif. Diffused Linkages : Hubungan ini adalah yang paling sulit untuk diidentifikasi karena mereka termasuk stakeholder yang tidak memiliki interaksi dengan organisasi, tetapi terlibat berdasarkan tindakan organisasi. Publik yang sering timbul pada saat krisis. Termasuk media, masyarakat, aktivis, dan kelompok kepentingan khusus lainnya. Setelah identifikasi stakeholder maka selanjutnya adalah memetakan stakeholder sesuai dengan tipe – tipe dari stakeholder tersebut, antara lain sebagai berikut : 2016 7 Stakeholder Relations Dr. Elly Yuliawati, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Stakeholder dikatakan memiliki “power” atau kekuatan ketika mereka bisa mempengaruhi kelompok atau perusahaan atau direksi dalam membuat keputusan. Legitimasi ada ketika stakeholder memiliki kekuatan hukum, peraturan , undang – undang, yang bisa mempengaruhi sikap, proses atau hasil dari sebuah perusahaan atau organisasi. Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki kemampuan untuk memengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan perusahaan. Oleh karena itu, power stakeholder ditentukan oleh besar kecilnya power yang dimiliki stakeholder atas sumber tersebut. Power tersebut dapat berupa kemampuan untuk membatasi pemakaian sumber ekonomi yang terbatas (modal dan tenaga kerja), akses terhadap media yang berpengaruh, kemampuan untuk mengatur perusahaan, atau kemampuan untuk memengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan. Urgency merujuk pada 2(dua) kondisi 1. Ketika dihadapkan pada keadaan yang berpotensi merusak organisasi atau perusahaan 2. Ketika dihadapkan pada suatu tuntutan yang kritis. Dalam type nya Stakeholder dibagi menjadi 2(dua) yaitu : Stakeholder laten memiliki arti yang lebih rendah untuk sebuah organisasi, stakeholder ini dibagi menjadi 3(tiga) : 1. Dormant Stakeholder, stakeholder diidentifikasi sebagai tidak aktif 2016 8 Stakeholder Relations Dr. Elly Yuliawati, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Discretionary stakeholders. memiliki legitimasi, tetapi tidak ada kekuatan untuk mempengaruhi dan tidak ada urgensi dalam klaim, dan oleh karena itu bergantung pada kemauan baik organisasi bukan melalui tekanan lainnya. 3. The demanding stakeholder Expectant stakeholders, dimana terbagi menjadi 3 (tiga) : 1. Dominant Stakeholder : Pemangku kepentingan yang dominan memiliki kekuatan dan legitimasi, dan karena mereka dapat bertindak atas klaim mereka, mereka menerima banyak perhatian manajemen. 2. Dependent Stakeholder : Stakeholder Dependent memiliki legitimasi dan urgensi. Perusahaan harus bertanggung jawab secara sosial kepada para pemangku kepentingan yang memiliki klaim yang mendesak, dan yang bergantung pada organisasi untuk menangani dan menyelesaikan klaim. 3. Dangerous Stakeholder : Stakeholder berbahaya memiliki urgensi dan kekuasaan,tetapi kekurangan legitimasi.Sebagian besar waktu pemangku kepentingan ini menggunakan jalur formal untuk mempengaruhi perubahan, tapi mungkin mereka menggunakan kekerasan atau pemaksaan untuk mencapai klaim mereka. Kelompok aktivis sosial terkadang terlibat dalam bentuk protes, boikot, dan (dalam kasus ekstrim) adalah pengerusakan. Ada dua bentuk dalam pendekatan stakeholder menurut Budimanta dkk, 2008 yaitu old-corporate relation dan new-corporate relation : Old corporate relation menekankan pada bentuk pelaksanaan aktifitas perusahaan secara terpisah dimana setiap fungsi dalam sebuah perusahaan melakukan pekerjaannya tanpa adanya kesatuan diantara fungsi-fungsi tersebut. Bagian produksi hanya berkutat bagaimana memproduksi barang sesuai dengan target yang dikehendaki oleh manajemen perusahaan, bagian pemasaran hanya bekerja berkaitan dengan konsumennya tanpa mengadakan koordinasi satu dengan yang lainya. Hubungan antara pemimpin dengan karyawan dan pemasok pun berjalan satu arah, kaku dan berorientasi jangka pendek. Hal itu menyebabkan setiap bagian perusahaan mempunyai kepentingan, nilai dan tujuan yang berbeda-beda bergantung pada pimpinan masing-masing fungsi tersebut yang terkadang berbeda dengan visi, misi, dan capaian yang ditargetkan oleh perusahaan. Hubungan dengan pihak di luar perusahaan bersifat jangka pendek dan hanya sebatas hubungan transaksional saja tanpa ada kerjasama untuk menciptakan kebermanfaatan bersama. Pendekatan tipe ini akan banyak menimbulkan konflik karena perusahaan memisahkan diri dengan para stakeholder, baik yang berasal dari dalam perusahaan dan dari luar perusahaan. Konflik yang mungkin terjadi di dalam perusahaan adalah tekanan dari karyawan yang menuntut perbaikan kesejahteraan.Tekanan tersebut bisa berupa upaya 2016 9 Stakeholder Relations Dr. Elly Yuliawati, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pemogokan menuntut perbaikan sistem pengupahan dan sebagainya. Jika pemogokan tersebut terjadi dalam jangka waktu yang lama maka hal itu bisa mengganggu aktifitas operasi perusahaan dan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Sedangkan konflik yang mungkin terjadi dari luar perusahaan adalah munculnya tuntutan dari masyarakat karena dampak pembuangan limbah perusahaan yang berpotensi menimbulkan kerugian signifikan bagi perusahaan apabila diperkarakan secara hukum. New-corporate relation menekankan kolaborasi antara perusahaan dengan seluruh stakeholder-nya sehingga perusahaan bukan hanya menempatkan dirinya sebagai bagian yang bekerja secara sendiri dalam sistem sosial masyarakat karena profesionalitas telah menjadi hal utama dalam pola hubungan ini. Hubungan perusahaan dengan internal stakeholders dibangun berdasarkan konsep kebermanfaatan yang membangun kerjasama untuk bisa menciptakan kesinambungan usaha perusahaan sedangkan hubungan dengan stakeholder di luar perusahaan bukan hanya bersifat transaksional dan jangka pendek namun lebih kepada hubungan yang bersifat fungsional yang bertumpu pada kemitraan selain usaha untuk menghimpun kekayaan yang dilakukan oleh perusahaan, perusahaan juga berusaha untuk bersama-sama membangun kualitas kehidupan external stakholders. Pendekatan new-corporate relation mengeliminasi penjenjangan status diantara para stakeholder perusahaan seperti yang ada pada old-corporate relation. Perusahaan tidak lagi menempatkan dirinya diposisi paling atas sehingga perusahaan mengeksklusifkan dirinya dari para stakeholder sehingga dengan pola hubungan semacam ini arah dan tujuan perusahaan bukan lagi pada bagaimana menghimpun kekayaan sebesar-besarnya namun lebih kepada pencapaian pembangunan yang berkelanjutan (sustainability development). MENGAPA STAKEHOLDER HARUS DIKELOLA? Beberapa dekade terakhir telah melihat pergeseran peran korporasi dalam masyarakat. Beberapa tren kunci yang menyebabkan ini adalah globalisasi pasar, munculnya tantangan sosial dan lingkungan global seperti HIV / AIDS dan perubahan iklim, serta penurunan kemampuan pemerintah nasional untuk mengatasi masalah tersebut sendiri. Selain itu, ada pengaruh dari tumbuhnya organisasi masyarakat sipil. Salah satu hasil dari tren ini adalah peningkatan kompleksitas dan dinamika lingkungan operasi untuk semua jenis organisasi, termasuk bisnis. Dalam rangka untuk memahami dan mengatasi masalah yang muncul dari kompleksitas dinamis ini, aktor individu, apakah bisnis, organisasi masyarakat sipil atau pemerintah, menjadi semakin tergantung pada berbagi pengetahuan dan bekerja sama. Dalam lingkungan yang berubah ini, bisnis sekarang memainkan peran yang lebih penting daripada sebelumnya. Kegiatan mereka memiliki dampak ekonomi, lingkungan dan 2016 10 Stakeholder Relations Dr. Elly Yuliawati, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sosial pada masyarakat dari lokal hingga skala global. Di banyak negara, bisnis memainkan peran aktif dalam membentuk kebijakan publik dan perkembangan peraturan. Selanjutnya, gelombang privatisasi di berbagai belahan dunia, dan semakin banyak kemitraan swasta publik telah meningkatkan peran sektor swasta dalam memberikan apa yang secara tradisional dilihat sebagai pelayanan publik. Peningkatan keterlibatan dari perusahaanperusahaan swasta dalam kegiatan pembangunan internasional, sering bekerjasama dengan badan-badan internasional dan supranasional, merupakan perkembangan yang signifikan lain dalam konteks ini. Dalam menanggapi peran ditingkat bisnis di masyarakat, semakin banyak anggota atau perwakilan dari kelompok sosial yang berbeda yang terkena dampak, mereka mengklaim hak untuk diberitahu, berkonsultasi dan terlibat dalam pengambilan keputusan perusahaan. Di banyak negara maju, klaim ini telah diabadikan dalam bentuk undangundang, yang membutuhkan konsultasi sebelum mengambil keputusan yang berpotensi tinggi memiliki dampak, misalnya pada lokasi pabrik produksi industri. Akibatnya, banyak perusahaan telah datang untuk menangapi keterlibatan dengan berbagai individu dan entitas pada isu-isu sosial, lingkungan dan ekonomi sebagai aspek penting dari bagaimana mereka mengelola kegiatan mereka. Namun langkah-langkah pertama dalam keterlibatan pemangku kepentingan (Generasi awal) sering didorong oleh tekanan eksternal, dilakukan secara ad-hoc dan terbatas untuk isu-isu yang memprovokasi konflik dengan para pemangku kepentingan. Banyak pebisnis, menyadari manfaat dari dialog yang lebih proaktif, luas dan berkelanjutan, maka mulailah mereka mengembangkan pendekatan yang lebih canggih dan sistematis untuk keterlibatan stakeholder. Kegiatan melibatkan stakeholder generasi kedua ini telah terbukti untuk meningkatkan pemahaman, mengelola risiko dan menyelesaikan konflik secara lebih efektif. Hari ini, perusahaan terkemuka telah mulai mengembangkan apresiasi dimana stakeholder dapat berkontribusi untuk pembelajaran dan inovasi dalam produk dan proses, dan meningkatkan keberlanjutan keputusan strategis di dalam dan di luar perusahaan. Sekarang adalah keterlibatan pemangku kepentingan generasi ketiga memungkinkan perusahaan untuk menyelaraskan kinerja sosial, lingkungan dan ekonomi dengan strategi inti. Proses keterlibatan pemangku kepentingan seperti melibatkan penyatuan sumber daya (misalnya tahu-bagaimana, keuangan, manusia atau sumber daya operasional) yang dapat membantu semua pihak yang terlibat untuk mendapatkan wawasan, memecahkan masalah, dan mencapai tujuan yang tidak satupun dari mereka bisa mencapai sendiri. - 2016 11 Stakeholder Relations Dr. Elly Yuliawati, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Ardianto, Elvinaro dan Sumirat, Soleh. 2004. Dasar-dasar Public Relations. Remaja Rosdakarya, Bandung Clarkson MBE (1995) A stakeholder framework for analyzing and evaluating corporate social performance. Acad Manag Rev 20(1):92–117 Cutlip, Scott M., Allen H. Center, & Glen M. Broom. 2011. Effective Public Relations. Jakarta: Kencana Prada Media Group. Freeman, R. E., (1984). Strategic Management: A Stakeholder Approach, , Boston: Pitman Publishing Florea, R., & Florea, R. (2013). Stakeholders interests analyse and harmonization starting point of strategic approach. Economy Transdisciplinarity Cognition, 16(1), 130–135. Kasali, Renald, (2000). Manajemen Public Relations : Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta : Grafiti. 2016 12 Stakeholder Relations Dr. Elly Yuliawati, M.Si PusatBahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id