PENGARUH SUHU TERHADAP PERKEMBANGAN TELUR DAN LARVA IKAN TAMBAKAN (Helostoma temminckii) Skripsi Oleh INDAH WAHYUNINGTIAS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 ABSTRAK PENGARUH SUHU TERHADAP PERKEMBANGAN TELUR DAN LARVA IKAN TAMBAKAN (Helostoma temminckii) Oleh Indah Wahyuningtias Ikan tambakan merupakan salah satu komoditas air tawar yang cukup digemari oleh masyarakat. Namun, pemeliharaan ikan tambakan dalam wadah terkontrol belum banyak dilakukan sehingga informasi mengenai suhu optimum inkubasi masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan suhu inkubasi terhadap perkembangan embrio, lama waktu penetasan, hatching rate dan survival rate, penggunaan kuning telur, dan abnormalitas larva ikan tambakan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-September 2015 di Instalasi Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar Cijeruk, BPPBAT Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan (kontrol (24260C), suhu 26-280C, suhu 29-310C dan suhu 32-340C) dan 3 kali ulangan. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan suhu inkubasi berpengaruh terhadap perkembangan embrio, lama waktu penetasan, hatching rate dan survival rate, laju penyerapan dan lama waktu penyerapan kuning telur, serta tidak berpengaruh terhadap nilai abnormalitas larva ikan tambakan. Perlakuan terbaik untuk perkembangan embrio adalah pada suhu 26-280C, untuk lama waktu penetasan pada suhu 29-310C, untuk hatching rate pada suhu 26-280C, untuk survival rate pada perlakuan kontrol (24-260C), untuk laju penyerapan kuning telur dan lama waktu penyerapan kuning telur pada suhu pada suhu 26-280C. Kata kunci: ikan tambakan, suhu, perkembangan embrio, waktu penetasan, hatching rate ABSTRACT THE EFFECT OF TEMPERATURE TO WARD DEVELOPMENT OF KISSING GOURAMI EGGS AND LARVAE (Helostoma temminckii) By Indah Wahyuningtias Kissing gourami is one of fresh water fish that is favored by community. However, kissing gourami farming intensively has not been widely aplied, so the the information about the optimum temperature for incubation is still limited. This study was aimed to determine the effect of different incubation temperatures on embryonic development, hatching period, hatching rate and survival rate, the use of yolks, and larvae abnormality kissing gourami. This study was conducted on Juli-September 2015 at Instalasi Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar Cijeruk, BPPBAT Bogor, West Java. Completed Randomized Design (CRD) was used this study with 4 treatments (control (24-260C), the temperature of 26-280C, 29-310C and 32-340C) and 3 replicates. The results from this study were analyzed using the F test. The results showed that incubation temperature affected the embryonic development, hatching rate and survival rate, the length of hatching period, the rate of absorption and the duration of yolk absorption, but did not affect larvae abnormality value. The best treatment for the embryonic development was on temperature of 26-280C, for the length of hatching period on temperature of 29310C, for hatching rate on temperature of 26-280C, for survival rate on treatment of control (24-260C), and for the rate of absorption, and the duration of yolk absorption on temperature of 26-280C. Key Words: kissing gourami, temperature, embryonic development, hatching period, hatching rate PENGARUH SUHU TERHADAP PERKEMBANGAN TELUR DAN LARVA IKAN TAMBAKAN (Helostoma temminkcii) Oleh INDAH WAHYUNINGTIAS Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN Pada Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 PERI\TYATAAIY Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Karya tulis saya, Skripsi/Laporan Akhir ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Sarjana/Ahli Madya), baik di Universitas Lampung maupun di perguruan tinggi lainnya. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuanpihak lairl kecuali arahan Tim Pembimbing. 3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telatr ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4. Pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya benedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karyatulis ini, serca sanksi lainnya yang sesuai dengan nonna yang berlaku di Perguruan Tinggi ini. Bandar Lampung, Maret 2016 Yang Membuat Pernyataan" Indah Wahyuningtias NPM. lll4lll029 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Donomulyo, Ketapang pada tanggal 31 Agustus 1993 sebagai anak sulung dari pasangan Bapak In Wirawan dan Ibu Sri Puspaningsih Penulis memulai pendidikan formal dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 Ketapang diselesaikan pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 01 Ketapang diselesaikan pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 02 Kotabumi diselesaikan pada tahun 2011. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 di Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian (FP) Universitas Lampung pada tahun 2011 dan telah menyelesaikan studinya pada tahun 2016. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan UNILA (HIDRILA) sebagai anggota bidang Pengabdian Masyarakat pada tahun 2012/2013 dan menjadi sekretaris bidang Kerohanian 2013/2014. Penulis melaksanakan Praktik Umum di Instalasi Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar Cijeruk, yang masih bagian dari BPPBAT Bogor, Jawa Barat dengan judul “Pembenihan Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) di Instalasi Penelitian Plasma Nuftah Perikanan Air Tawar Cijeruk, Bogor, Jawa Barat” pada tahun 2014. Penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Sendang Rejo, Kecamatan Sendang Agung, Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2015. Penulis pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Biologi Perikanan pada tahun 2013/2014, asisten praktikum Limnologi pada tahun 2013/2014, dan asisten praktikum Bioteknologi Akuakultur pada tahun 2014/2015. Penulis melaksanakan penelitian akhir di Instalasi Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar Cijeruk, BPPBAT Bogor, Jawa Barat dengan judul “Pengaruh Suhu Terhadap Perkembangan Telur dan Larva Ikan Tambakan (Helostoma temminkcii)” pada tahun 2015. Dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Kupersembahkan karya sederhana ini kepada Orangtua dan Keluargaku yang selalu mendoakan dan memberi semangat dalam hidupku “Kegagalan juga menyenangkan, hidup dengan kepercayaan bahwa cobaan itu berguna untuk menempa diri sendiri” – Jiraiya (Naruto) “Kebaikan adalah satu-satunya investasi yang tidak akan pernah gagal “ - Henry David Thoreau “Jangan pernah menyerah melakukan apapun yang ingin kau lakukan. Di mana ada cinta dan inspirasi, kau tak akan salah jalan dan bisa menemukan jawaban atas semua pertanyaan.” - Ella Fitzgerald “Percayalah pada keajaiban, tapi jangan tergantung padanya” - H. Jackson Brown, Jr “Your talent is God’s gift to you. What you do with it your gift back to God.” – Leo Buscaglia SANWACANA Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Suhu Terhadap Perkembangan Telur dan Larva Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Perikanan (S.Pi.) pada Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tuaku, adik serta keluargaku yang selalu memberikan kasih sayang, cinta, perhatian, pengorbanan dan dukungan serta doa yang tak hentihentinya untuk penulis. 2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M. Sc., selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3. Ibu Rara Diantari, S. Pi., M. Sc., selaku pembimbing I atas kesediaan meluangkan waktu dan kesabarannya memberikan bimbingan, dukungan, masukan berupa kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi. 4. Bapak Otong Zenal Arifin, S. Pi., M. Si., selaku Pembimbing II atas kesediaan meluangkan waktu dan kesabarannya memberikan bimbingan, dukungan, masukan berupa kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi. 5. Bapak Qadar Hasani, S. Pi., M .Si. selaku pembahas yang telah memberikan masukan berupa kritik dan saran dalam perbaikan dan penyelesaian skripsi. 6. Seluruh dosen dan staf jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung. 7. Teman seperjuangan Benedikta Erlinda Yuliyanti serta sahabat-sahabat tersayang, Cindy, Melinda, Si Mbok, Tiwi, Ana, Utami, Elsa, Rahmadi, Novi, Risky, Restu, terimakasih atas waktu, nasehat, perhatian, dan kebersamaannya. 8. Teman-Teman Budidaya Perairan 2011, Abang dan Mbak angkatan 2010, 2009 serta adik-adik Budidaya Perairan angkatan 2012, 2013 yang tak terlupakan kebersamaannya. 9. Keluarga Besar Instalasi Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar Cijeruk, Pak Deni, Babe Erlin, Pak Sirod, Pak Happy, Pak Darmaji, Mas Dea, Pak Yudhi, Pak Dedi, Bunda Lia, Mba Fera, Pak Udin, Emak, Abah, Teteh Nia, terimakasih atas bantuan, nasehat serta perhatiannya. 10. Keluarga Besar Balai Pengembangan dan Penelitian Budidaya Air Tawar Bogor, Jawa Barat terimakasih atas kerjasama serta kebersamaannya. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas doa dan dukungannya. Penulis menyadari dalam skripsi ini masih masih terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapakan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua. Amin. Bandar Lampung, Maret 2016 Penulis ii DAFTAR ISI SANWACANA ............................................................................................. ii DAFTAR ISI .................................................................................................. iv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2 Tujuan Penelitian .................................................................................. 2 1.3 Manfaat Penelitian ................................................................................ 2 1.4 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 2 II. METODE PENELITIAN ........................................................................ 6 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 6 2.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 6 2.3 Rancangan Penelitian ........................................................................... 6 2.4 Prosedur Penelitian ............................................................................... 7 2.4.1 Persiapan Wadah ........................................................................ 8 2.4.2 Seleksi Induk .............................................................................. 8 2.4.3 Penyuntikan Hormon Ovulasi .................................................... 8 2.4.4 Poses Pemijahan ......................................................................... 9 2.4.5 Penetasan Telur dan Perlakuan .................................................. 10 2.4.6 Pengamatan Telur ....................................................................... 10 2.4.7 Pengukuran Suhu Air ................................................................. 11 2.5 Parameter Penelitian ............................................................................. 11 2.5.1 Lama Waktu Penetasan ............................................................ 11 2.5.2 Hatching Rate (HR) dan Survival rate (SR) ............................ 11 2.5.3 Penyerapan Kuning Telur (V) .................................................. 12 2.5.4 Abnormalitas ............................................................................ 13 2.5.5 Suhu Air ................................................................................... 13 2.5.6 Analisis Data ............................................................................ 13 III. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 14 3.1 Pengukuran Suhu Air Inkubasi Telur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) ........................................................................................ 14 3.2 Pengaruh Suhu Terhadap Perkembangan Embrio Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) .................................................................... 15 3.3 Pengaruh Suhu Terhadap Lama Waktu Penetasan Telur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) .................................................................... 22 3.4 Pengaruh Suhu Terhadap Nilai Hatching Rate (HR) dan Survival Rate (SR) Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) ................................. 23 3.5 Laju Penyerapan Kuning Telur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) ......................................................................................................... 26 3.6 Lama Waktu Penyerapan Kuning Telur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) ........................................................................................ 27 3.7 Abnormalitas Larva Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) .......... 28 IV. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 30 4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 30 4.2 Saran .................................................................................................. 30 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v DAFTAR TABEL Tabel halaman 1. Alat dan Bahan Penelitian .................................................................. 6 2. Pengukuran Suhu Air Inkubasi Selama Penelitian ............................. 14 3. Perkembangan Embrio Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) ..... 15 4. Laju Penyerapan Kuning Telur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) (mm3/jam) .......................................................................................... 26 5. Lama Waktu Penyerapan Kuning Telur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) (jam) ............................................................................... 28 6. Persentase Abnormalitas Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) .. 29 DAFTAR GAMBAR Gambar halaman 1. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................................ 5 2. Skema Rancangan Penelitian ................................................................... 7 3. Seleksi Induk Ikan Tambakan dan Teknik Kanulasi ................................ 8 4. Penyuntikan Hormon Ovulasi ................................................................... 9 5. Pemijahan Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) ................................ 9 6. Pengamatan Telur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) .................... 11 7. Grafik Waktu Perkembangan Telur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) Mencapai Tahap Balstula .......................................................................... 17 8. Grafik Waktu Perkembangan Telur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) Mencapai Tahap Gastrula ......................................................................... 18 9. Grafik Waktu Perkembangan Telur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) Mencapai Tahap Bakal Embrio ................................................................ 19 10. Telur yang Mengalami Kematian pada Suhu 32-340C ............................. 20 11. Grafik Waktu Perkembangan Telur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) MencapaiTahap Organogenesis ................................................................ 20 12. Grafik Waktu Perkembangan Telur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) Mencapai Tahap Pergerakan Embrio ........................................................ 21 13. Grafik Lama Waktu Penetasan Telur Ikan Tambakan pada Suhu yang Berbeda .................................................................................................... 22 14. Grafik Nilai Hatching Rate (HR) Ikan Tambakan pada Suhu yang Berbeda ................................................................................................................... 24 15. Grafik Nilai Survival Rate (SR) Ikan Tambakan pada Suhu yang Berbeda ................................................................................................................... 25 16. Larva Normal dan Larva Abnormal ........................................................ 29 vii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan tambakan (Helostoma temminckii) merupakan salah satu ikan air tawar yang berasal dari wilayah tropis, tepatnya Asia Tenggara. Ikan tambakan, yang di beberapa daerah dikenal sebagai ikan Tembakang (Lampung) dan Biawan (Kalimantan). Juga digemari masyarakat sebagai ikan konsumsi, baik di konsumsi dalam bentuk kering (ikan asin) maupun dalam keadaan segar. Telur ikan tambakan merupakan produk sampingan selama proses pengolahan ikan. Masyarakat Kalimantan Timur memanfaatkan telur ikan tambakan diolah menjadi produk fermentasi yang dikenal dengan nama telur biawan (Hasanah, 2013). Masyrakat Lampung juga memanfaatkan telur ikan tambakan dalam acara adat untuk pemberian bekal keberangakatan haji, yang menyebabkan harga telur ikan tambakan mencapai Rp. 250.000,00 per kilogram (Ubamnata et al., 2015). Populasi ikan tambakan saat ini mengalami penurunan akibat penangkapan oleh nelayan. Ikan ini akan banyak tertangkap oleh nelayan pada musim tertentu. Berdasarkan data KKP (2006) jumlah produksi budidaya kolam, karamba, maupun sawah ikan tambakan berfluktuasi dari tahun 1996-2005 dan cenderung menurun. Pada tahun 2004 jumlah produksi budidaya ikan tambakan adalah 8.137 ton dan menurun pada tahun 2005 menjadi sebesar 3.263 ton, sehingga produksi budidaya ikan tambakan kolam mengalami penurunan produksi sekitar 59,89% (KKP, 2006). Pemeliharaan ikan tambakan dalam wadah terkontrol belum banyak dilakukan. Menurut Yanhar (2009) produksi ikan tambakan saat ini masih bergantung dari hasil tangkapan di alam, sedangkan untuk pemeliharaan dalam wadah yang terkontrol belum banyak dilakukan oleh petani. Oleh karena itu, informasi mengenai proses inkubasi telur ikan tambakan yang berkaitan dengan daya tetas dan lama waktu penetasan masih terbatas. Dalam proses inkubasi telur dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah suhu. Pada beberapa penelitian menyebutkan bahwa suhu berpengaruh terhadap penetasan telur serta presentase kelangsungan hidup. Menurut Andriyanto et al., (2013), suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan rata-rata dan menentukan waktu penetasan serta berpengaruh langsung pada proses perkembangan embrio dan larva. Perkembangan embrio dan larva merupakan hal yang harus diperhatikan, hal ini berkaitan dengan kualitas dan kuantitas benih yang dihasilkan. Suhu tinggi atau rendah pada proses pembuahan ikan akan dapat mengakibatkan telur tidak terbuahi serta dapat menyebabkan kematian (Olivia et al., 2012) Salah satu alternatif dalam menghadapi masalah ini adalah, mencari suhu yang tepat pada saat inkubasi telur. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian agar diketahui suhu yang tepat dalam media inkubasi serta pengaruhnya terhadap daya tetas dan lama waktu penetasan telur ikan tambakan. 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui pengaruh suhu yang berbeda terhadap perkembangan telur dan larva ikan tambakan (Helostoma temminckii). 2. Mengetahui suhu optimal terhadap perkembangan telur dan larva ikan tambakan (Helostoma temminckii). 1.3 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang gambaran embriogenesis ikan tambakan ditetaskan pada suhu yang berbeda, serta suhu optimum dalam inkubasi sehingga dapat diaplikasikan dalam pengembangan pembenihan ikan tambakan. 1.4 Kerangka Pemikiran Ikan tambakan merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi di beberapa daerah. Ikan tambakan dapat 2 dikonsumsi dalam keadaan segar maupun kering baik daging maupun telurnya dan juga dapat dijadikan sebagai ikan hias. Namun saat ini, masyarakat masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam yang menyebabkan penurunan populasi ikan tambakan di alam. Oleh karena itu, kegiatan budidaya dapat dijadikan salah satu upaya untuk dapat menjaga populasi ikan tambakan di alam. Budidaya ikan tambakan dalam wadah terkontrol belum banyak dilakukan, sehingga informasi tentang suhu optimum untuk perkembangan embrio, kecepatan menetas dan daya tetas telur juga masih terbatas. Hal ini sangat diperlukan untuk kelangsungan kegiatan budidaya ikan tambakan. Keberhasilan telur untuk menetas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor dari dalam yaitu kerja mekanik dari aktivitas larva itu sendiri maupun dari kerja enzimatis yang dihasilkan oleh telur, sedangkan faktor lingkungan yang mempsengaruhi penetasan telur ikan, yaitu suhu, kelarutan oksigen, intensitas cahaya, pH dan salinitas (Andriyanto et al., 2013; Blaxter, 1969). Effendie (2002) menyatakan, lama pengeraman ikan tidak sama tergantung pada spesies ikannya dan beberapa faktor luar. Faktor luar yang terutama mempengaruhi pengeraman adalah suhu perairan. Suhu memberi pengaruh terhadap perkembangan morfologi, nilai daya tetas dan tingkah laku larva (Valeta et al.., 2013). Pada penelitian sebelumnya, suhu berpengaruh pada perkembangan telur dan penetasan pada ikan mas (C. carpio) (ElGamal, 2009) dan ikan cod (Gadus morhua L) (Geffen et al., 2006). Hasil penelitian Valeta et al., (2013) juga menunjukkan bahwa suhu berpengaruh terhadap persentase penetasan ikan tilapia (O. karongae) (51,9% pada suhu 290C, 52,2% pada suhu 270C dan 41,2% pada suhu 250C). Hasil penelitian Nugraha et al., (2012) suhu inkubasi 260C menghasilkan persentase penetasan paling tinggi yaitu, 36% pada ikan Black gohst (A. albiforns). Dalam Andriyanto et al., (2013) persentase penetasan tertinggi pada perlakuan dengan suhu 300C sebesar 92,25% pada ikan kerapu raja sunu. Sedangkan hasil penelitian Aprilianti et al., (2013), menunjukkan bahwa suhu berpengaruh terhadap waktu penetasan telur ikan betok tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap presentase penetasan telur ikan betok pada suhu 31340C. 3 Suhu merupakan faktor yang berperan penting dalam menentukan perkembangan telur dan larva ikan karena mempengaruhi tingkat metabolisme (Blaxter, 1992; Kamler, 2008). Pada suhu tinggi akan memacu metabolisme embrio sehingga perkembangan embrio pada media inkubasi yang lebih tinggi akan semakin cepat dan menghasilkan larva yang lebih cepat menetas (Andriyanto et al., 2013; Budiardi et al., 2005). Peningkatan suhu pada media inkubasi berbanding lurus dengan peningkatan daya tetas telur hingga mencapai suhu optimal (Andriyanto et al., 2013). Namun suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menghambat proses penetasan, bahkan suhu yang terlalu ekstrim atau berubah secara mendadak dapat menyebabkan kematian embrio dan kegagalan penetasan. Suhu optimum dalam proses perkembangan larva, menghasilkan larva yang berukuran besar, porsi kuning telur menjadi jaringan lebih cepat, kemampuan makan dan kemampuan berenang lebih besar, kuat dan tidak mudah sakit (Hemming and Buddington, 1988). Suhu menjadi sangat penting dalam gametogenesis untuk keberhasilan dalam proses pemijahan dan daya tetas telur (Olivia et al., 2012). Suhu optimum menyebabkan daya tahan larva tinggi, sehingga diharapkan akan meningkatkan survival rate (SR) dan suhu rendah dapat menghalangi perkembangan produksi enzim sehingga memperlambat proses penetasan, sedangkan suhu tinggi mengakibatkan penetasan embrio menjadi prematur yang kebanyakan tidak mampu bertahan hidup (Olivia et al., 2012). Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pengaruh aplikasi suhu pada penetasan telur ikan tambakan. 4 Budidaya Ikan Tambakan Informasi Aplikasi Suhu Perkembangan Embrio Kecepatan Menetas Daya Tetas Telur diperlukan T e r b a t a s Kelangsungan Budidaya Ikan Tambakan Inkubasi Telur Ikan Tambakan dipengaruhi Suhu mempengaruhi Perkembangan Embrio Kecepatan Menetas Daya Tetas Telur Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian 5 II. METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juli - September 2015, bertempat di Instalasi Penelitian Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar, Cijeruk, yang merupakan bagian dari Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) Bogor, Jawa Barat. 2.2 Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (tabel 1): Tabel 1. Alat dan Bahan Penelitian Nama Akuarium Fungsi Sebagai wadah inkubasi Timbangan Untuk menimbang bobot indukan Heater Mikroskop Termometer Untuk menstabilkan suhu pada proses inkubasi telur Untuk mengamati telur ikan tambakan Untuk mengukur suhu media inkubasi Ovaprim Untuk merangsang kematangan gonad Induk Ikan Tambakan Untuk menghasilkan sperma dan telur ikan tambakan 2.3 Rancangan Penelitian Penelitian menggunakan desain rancangan acak lengkap (RAL) yang dibagi ke dalam empat kelompok perlakuan dan masing-masing terdiri dari tiga kali ulangan. Adapun kelompok perlakuan yang digunakan adalah suhu air dalam media inkubasi yang berbeda: P1 : suhu ruang inkubasi (kontrol) P2 : suhu inkubasi 26-28 0C P3 : suhu inkubasi 29-31 0C P4 : suhu inkubasi 32-34 0C Gambar skema rancangan perlakuan wadah inkubasi telur adalah sebagai berikut: P1,1 P2,3 P3,2 P4,1 P2,2 P3,1 P4,2 P1,2 P4,3 P3,3 P2,1 P1,3 Keterangan : Pa,b ; Notasi a, b menyatakan; a = perlakuan ke-i ; b= ulangan ke-i Gambar 2. Skema Rancangan Perlakuan Pemberian perlakuan suhu inkubasi pada penelitian ini didasarkan pada penelitian Aprilianti et al., (2013) tentang persentase penetasan telur ikan betok dengan menggunakan suhu tertinggi dan menghasilkan persentase penetesan tertinggi sebesar 98,66% yaitu pada suhu 340C. Ikan tambakan dan ikan betok merupakan ikan yang tergolong dalam tergolong famili anabantidae (Saanin, 1984). Oleh karena itu, pemberian perlakuan suhu inkubasi terhadap ikan tambakan diharapkan dapat berpengaruh pada telur ikan tambakan. Selain didasarkan pada penelitian Aprilianti et al., (2013) pemberian perlakuan suhu inkubasi telur ikan tambakan juga didasarkan pada penelitian Adriana et al., (2013) tentang laju penyerapan kuning telur ikan tambakan dan suhu tertinggi pada penelitian tersebut adalah 340C. 2.4 Prosedur Penelitian Dalam prosedur penelititan ini dilakukan melalui beberapa tahap meliputi: persiapan wadah, seleksi induk, penyuntikan hormon ovulasi, proses pemijahan, penetasan telur dan perlakuan, pengamatan telur, serta pengukuran suhu air. 7 2.4.1 Persiapan Wadah Wadah uji berupa akuarium dengan ukuran 20x20x15cm3 sebanyak 12 buah dengan ketinggian air 10 cm. Akuarium terlebih dahulu dibersihkan kemudian dikeringkan. Masing-masing akuarium disusun dan dilakukan pengacakan dan diberi label sesuai perlakuan yang digunakan. 2.4.2 Seleksi Induk Seleksi induk dilakukan untuk mengetahui kesiapan induk ikan tambakan untuk memijah. Indukan yang digunakan adalah indukan yang sehat, tidak cacat, dan bentuk tubuh yang proporsional. Untuk mengetahui tingkat kematangan gonad indukan dilakukan dengan menggunakan teknik kanulasi. Indukan yang digunakan sebanyak 3 pasang indukan dengan perbandingan induk dalam proses pemijahan adalah 1:1. (a) (b) Gambar 3. (a) Seleksi Induk Ikan Tambakan; (b) Teknik Kanulasi Induk ikan tambakan yang siap untuk memijah berumur 12-18 bulan dengan berat 150-300 gr/ekor (Akuamina, 2014). Pada penelitian ini, induk ikan tambakan yang digunakan berumur 12 bulan dengan bobot induk jantan berkisar 48,18-58,93 gr/ekor dan bobot induk betina berkisar 30,31-33,10 gr/ekor. Ikan tambakan yang terdapat di Instalasi Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar, Cijeruk merupakan koleksi dari Jambi, Kalimantan dan Jawa Barat (Bogor dan Sumedang). 2.4.3 Penyuntikan Hormon Ovulasi Penyuntikan hormon ovulasi menggunakan ovaprim, dilakukan untuk merangsang proses ovulasi. Penyuntikan dilakukan pada induk ikan jantan dan 8 betina dengan dosis 0,6 ml/kg secara intramuscular pada otot punggung induk. Kualitas air tetap di kontrol agar indukan tidak mengalami stress. Gambar 4. Penyuntikan Hormon Ovulasi Pemberian dosis hormon ovulasi didasarkan pada penelitian Yurisman (2009), penggunaan dosis sebanyak 0,5 ml/kg merupakan dosis terbaik yang menentukan angka pembuahan 87,63%, daya tetas 93,73% dan kelulushidupan larva 86,10%. Akan tetapi, pada aplikasi lapang penggunaan hormon ovulasi dengan dosis tersebut tidak berhasil. Sehingga penggunaan dosis hormon ovulasi ditingkatkan menjadi 0,6 ml/kg. 2.4.4 Proses Pemijahan Pemijahan dilakukan dengan menggabungkan induk jantan dan betina ikan tambakan dengan perbandingan 1:1 dalam wadah pemijahan yang sudah disiapkan berupa bak fiber dengan volume air sebanyak 25 liter. Gambar 5. Pemijahan Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) Untuk mengetahui induk sudah memijah atau belum maka dilakukan pengecekan setelah 12-14 jam penyuntikan hormon ovulasi. Pemijahan terjadi setelah 14 jam dari penyuntikan hormon. Dan terjadi pada 1 pasang induk saja. 9 Sedangkan, pada 2 pasang induk lainnya pemijahan terjadi 15 dan 16 jam setelah penyuntikan hormon ovulasi. Telur yang terbuahi akan berwarna kuning bening, sedangkan telur yang tidak terbuahi akan berwarna putih susu. 2.4.5 Penetasan Telur dan Perlakuan Proses penetasan telur dilakukan dengan mengambil telur yang sudah terbuahi secara alami di bak pemijahan. Telur yang diambil berasal dari 1 pasang induk. Kemudian telur dimasukkan ke dalam masing-masing wadah perlakuan yang sudah disiapkan. Wadah perlakuan yang disiapkan sudah diberi heater yang masing-masing sudah diatur suhunya sesuai dengan perlakuan yaitu dengan menggunakan suhu 2628 0C, 29-31 0C, 32-34 0C dan wadah perlakuan tanpa heater (kontrol) dengan ulangan sebanyak 3 kali. Jumlah telur sampel yang digunakan untuk masing-masing perlakuan adalah sebanyak 100 butir telur. 2.4.6 Pengamatan Telur Pengamatan telur dilakukan setelah telur dimasukkan ke dalam akuarium pada masing-masing perlakuan. Jumlah telur yang diamati diambil sebanyak 10% dari jumlah total sampel yaitu, 10 butir telur. Pengamatan perkembangan telur, dengan mengamati telur dibawah mikroskop. Frekuensi pengamatan yang dilakukan yaitu, 30 menit sekali selama 3 jam setelah telur dimasukkan ke dalam akuarium. Setelah itu, pengamatan dilakukan 60 menit sekali. Pengamatan lama waktu penetasan diamati menggunakan mikroskop mulai dari perkembangan embrio telur ikan tambakan hingga menetas. Waktu perubahan tiap fase perkembangan embrio dicatat dan didokumentasikan. 10 Gambar 6. Pengamatan Telur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) 2.4.7 Pengukuran Suhu Air Suhu air tetap dikontrol selama inkubasi telur sampai larva mencapai bentuk definitif. Kondisi suhu air dijaga dengan mengukur suhu sebanyak tiga kali dalam sehari pada pagi, siang dan sore hari yaitu pukul 06.00 WIB, pukul 12.00 WIB, dan 18.00 WIB. 2.5 Parameter Penelitian 2.5.1 Lama Waktu Penetasan Lama waktu penetasan adalah waktu yang dibutuhkan telur untuk dapat menetas. Perhitungan lama waktu penetasan atau Hatching time telur dapat di hitung menggunakan rumus, yaitu selisih dari lama waktu akhir penetasan (Ht) dengan waktu pasca pembuahan (H0) : HT = Ht – H0 2.5.2 Hatching Rate (HR) dan Survival Rate (SR) Hatching rate diamati selama proses penelitian berlangsung untuk mengetahui persentase jumlah telur yang menetas. Hatching rate dihitung dengan menggunakan rumus Effendie, (1997) : HR = Jumlah telur yang menetas Jumlah total telur x 100% 11 Survival rate diamati pada akhir pengamatan untuk mengetahui persentase jumlah larva yang masih bertahan hidup. Survival rate dihitung menggunakan rumus Adriana et al., (2013): SR = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 ℎ𝑎𝑏𝑖𝑠 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑡𝑎𝑠 x 100% 2.5.3 Penyerapan Kuning Telur (V) Volume kuning telur di ukur menggunakan rumus Hemming and Buddlington (1988) : V = 0,1667 π LH2 Keterangan : V = volume kuning telur (mm3) L = diameter kuning telur memanjang (mm) H = diameter kuning telur memendek (mm) Laju penyerapan kuning telur (LPKT) di hitung menggunakan rumus Kendall et al. (1984) dalam Ardimas (2012): LPKT = 𝑉𝑜−𝑉𝑡 𝑇 dimana Vo dan Vt adalah volume kuning telur awal dan akhir (mm3) sedangkan T adalah waktu (jam). Waktu penyerapan kuning telur (WPKT) di amati dengan mencatat waktu pre-larva mulai menetas sampai kuning telur hampir habis seluruhnya dapat di hitung menggunakan rumus Adriana et al, (2013); WPKT = tkh – tn dimana tn dan tkh adalah waktu menetas dan waktu kuning telur habis (jam). 12 2.5.4 Abnormalitas Pengamatan abnormalitas dalam penelitian ini meliputi bentuk kepala, bentuk tubuh dan bentuk ekor. Perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui besarnya abnormalitas seperti yang dikemukakan oleh Wirawan (2005), yaitu: Abnormalitas = Jumlah larva abnormal Jumlah larva normal x 100% 2.5.5 Suhu Air Pengukuran suhu air dilakukan selama inkubasi telur sampai larva mencapai bentuk definitif. Parameter suhu air diukur selama inkubasi sebanyak tiga kali dalam sehari. 2.5.6 Analisis Data Parameter perkembangan embrio, lama waktu penetasan, HR (Hatching Rate), SR (Survival Rate), lama waktu penyerapan kuning telur, laju penyerapan kuning telur dan abnormalitas diuji dengan uji F, jika ada pengaruh atau beda nyata dilakukan uji lanjut BNT dengan tingkat kepercayaan 95% dan taraf nyata 0,05. Data yang di peroleh dari hasil disajikan dalam bentuk tabel, grafik, gambar dan dianalisis secara deskriptif. Parameter suhu air dianalisis secara deskriptif. 13 IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Perlakuan perbedaan suhu inkubasi memberikan pengaruh terhadap perkembangan embrio, lama waktu penetasan, lama waktu penyerapan kuning telur, namun tidak berpengaruh nyata terhadap abnormalitas. Perlakuan terbaik adalah pada perlakuan dengan suhu 29-310C. 4.2 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka penulis menyarankan dalam kegiatan inkubasi telur ikan tambakan menggunakan suhu inkubasi 29-310C. DAFTAR PUSTAKA Abrianingsih, N. 2012. Pengaruh Perbedaan Suhu Terhadap Daya Tetas (HR) dan Tingkat Kelulushidupan (SR) Ikan Gurami (Osphronemus gouramy). Department of Animal Husbandry. Skripsi. Universitas Muhammadiyah, Malang. Adriana, M., Muslim dan M. Fitrani. 2013. Laju Penyerapan Kuning Telur Tambakan (Helostoma temminckii CV) dengan Suhu Inkubasi Berbeda. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 1 (1) : 34-45. Andriyanto, W., B. Slamet dan I. M. D. J. Ariawan. 2013. Perkembangan Embrio dan Rasio Penetasan Telur Ikan Kerapu Raja Sunu (Plectropoma laevis) pada Suhu Media Berbeda. Jurnal Ilmu dan Tekonologi Kelautan Tropis. 5 (1) : 192-207. Aprilianti, D. P., Muslim dan Fitriani, M. 2013. Presentase Penetasan Telur Ikan Betok (Anabas testudineus) dengan Suhu Inkubasi yang Berbeda. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1 (2) : 184-191. Ardimas, Y. A. Y. 2012. Pengaruh gradien suhu media pemeliharaan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan betok (Anabas testudineus Bloch). Skirpsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Bastiar, N., Chumaidi., Sudarto., P. Laurent dan S. Jacques. 2009. Pemijahan dan Perkembangan Embrio Ikan Pelangi (Melanotaenia spp.) Asal Sungai Sawiat Papua. Jurnal Riset Akuakultur, 4 (2): 147-156. Blaxter, J. H. S. 1969. Development : Eggs and Larva in Fish Physiology, Vol III Reproduction and Growth, Bioluminescent, Pigmen and Poison. Academic Press. New York. Blaxter, J. H. S. 1992. The Efffect of Temperature on Larval Fishes. Neth. J. Zool. 42 : 336-357. Budiardi, T., W. Cahyaningrum dan I. Effendi. 2005. Efisiensi Pemanfaatan Kuning Telur Embrio dan Larva Ikan Maanvis (Pterophyllum scalare) Pada Suhu Inkubasi Yang berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1) : 57-61. Busroni. 2008. Penetasan Telur Ikan Kerapu Sunu (Plectropomus sp.) Pada Suhu Yang Berbeda. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya. Indralaya. (tidak dipublikasikan). Das, T., Pal, A., Chakraborty, S. K., Manush, S. M., Dalvi, R. S., Sarma, K., Mukherjee, S. C., 2006. Thermal dependence of embryonic development and hatching rate in Labeo rohita (Hamilton, 1822). Aquaculture 255 : 536–541. Doi, M. and T. Singahagraiwan. 1993. Biology and Culture of The Red Snapper (Lutjanus argentimaculatus). The Research Project of Fishery Resource Development in The Kingdom of Thailand. 51 p. Unpublished. Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogjakarta. El-Gamal, A. E. 2009. Effect of Temperature on Hatching and larval Development and mucin Secretion in Common Carp, Cyprinus carpio (Linmaeus, 1758). Global Veterinaria, 3 (2) : 80-90. Geffen, A. J., C. J. Fox, and R. D. M. Nash. 2006. Temperature-Dependent Development Rates of Cod Godus morhua Eggs. J. Fish. Biol. 69 : 10601080. Gheyas, A.A., M.F.A. Mollah dan M.G. Husaain. 2001. Triploidy Induction in Stinging Catfish Heteropneustes fossilis Using Cold Shock. Asian Fisheries Science 14: 323-332. Hasanah, R. 2013. Isolasi dan Identifikasi Bakteri dari Produk Fermentasi Telur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii C.V). Jurnal Ilmu Perikanan Tropis.19 (1) : 40-44. Hemming, T. A., and R. K. Buddington. 1988. Yolk Absorption in Embrionic and Larvae Fishes. Fish Physiology Vol. XIA : 407-446. Academic Press, New York. Kamler, E. 1989. Early Life History of Fish. An Energetic Aprroach. Chapman & Hall. London. 267 p. Kamler, E. 1992. Early Life History of Fish, an Energetic Approach. Chapman and Hall, London. 181 p. Kamler, E. 2008. Resources Allocation in Yolk-Feeding Fish. Rev. Fish Biol. Fish. 18 : 143-200. Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2006. Statistik Perikanan Budidaya Indonesia 2005. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta. Kusrini, E. dan S. Subandiyah. 2010. Perkembangan Embrio Ikan Hias Stipped Raphael Catfish, Platydoras costatus Bleekers. Seminar Nasional Biologi. Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta. 486-491. Landsman, S.J., A.J. Gingerich., D.P. Philip dan C.D. Suski. 2011. The Effects of Temperature Change on The Hatching Success and Larval Survival of Largemouth Bass Micropterus salmoides and Smallmouth Bass Micropterus dolomieu. Journal of Fish Biology. 78 : 1200-1212. Lin, Q., Lu, J., Gao, Y., Shen, L., Cai, J., Luo, J., 2006. The effect of temperature on gonad, embryonic development and survival rate of juvenile seahorses, Hippocampus kuda Bleeker. Aquaculture 254 : 701–713. Nugraha, D., M. N. Supardjo dan Subiyanto. 2012. Pengaruh Perbedaan Suhu Terhadap Perkembangan Embrio, Daya Tetas Telur dan Kecepatan Penyerapan Kuning Telur Ikan Black Ghost (Apteronous olbifrons) pada Skala Laboratorium. Journal of Management of Aquatic Resources. 1 (1):1-6. Olivia, S., G. H. Huwoyon, dan V. A., Prakoso. 2012. Perkembangan Embrio dan Sintasan Larva Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) pada Berbagai Suhu Air. Bulletin Litbang, 1 (2) :135-144. Pramono, T. B. dan S. Marnani. 2009. Pola Penyerapan Kuning Telur dan Perkembangan Organogenesis pada Stadia Awal Larva Ikan Senggaringan (Mystus nigriceps). Berkala Perikanan Terubuk. 37 (1):18-26. Rustidja. 2004. Pembenihan Ikan-Ikan Tropis. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang. 191pp. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Bogor. 248 hal. Satyani, D. 2007. Reproduksi dan Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta. Small, B.C. and Bates, T.D., 2001. Effect of low-temperature incubation of channel catfish Ictalurus punctatus eggs on development, survival, and growth. J. World Aquacult. Soc. 32 : 189–194. Swanson, C. 1996. Early development of milkfish: Effects of Salinity on Embryonic and Larval Metabolism, Yolk Absorption and Growth. Journal of Fish Biology. 48 : 405-421. Ubamnata, B., R. Diantari dan Q. Hasani. 2015. Pertumbuhan dan Biologi Reproduksi Ikan Tembakang (Helostoma temminckii) di Rawa Bawang Latak, Kabupaten Tulang Bawang Lampung. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 15 (2) : 90-99. Valeta, J. S., J. S. Likongwe, D. Kassam, and A. O. Maluwa. 2013. Temperaturedependent Egg Development Rates, Hatchability and Fry Survival Rate of Lake Malawi Tilapia (Chambo), Oreochromis karongae (Pisces: Chichlidae). Int. Journal of Fisheris and Aquaculture. 5 (4) : 5-59. Wirawan, I. 2005. Efek Pemaparan Copper Sulfat (CuSO4) terhadap Daya Tetas Telur, Perubahan Histopatologik Insang dan Abnormalitas Larva Ikan Zebra (Brachydanio rerio). Tesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Airlangga. Surabaya. 77 hal. Woynarovich, E and L. Horvath. 1980. The Artificial Propagation of Warm-Water Fin Fish. A Manual for Extention, FAO. Fisheries Technical Paper No. 201. 385 p. Yamagami, K. 1988. Mechanisme of hatching in fish. Fish Physiology Vol. XIA : 447-499. Academic Press, New York.. Yanhar. 2002. Pengaruh dosis HCG yang berbeda terhadap ovulasi dan penetasan telur ikan tambakan (Helostoma temminckii). Skripsi. Universitas Riau. (tidak dipublikasikan) Yuningsih, Y. S. 2002. Perkembangan Larva Ikan Tambakan (Helostoma temminckii C. V). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Yurisman. 2009. The Influence of Injection Ovaprim by Different Dosage to Ovulation and Hatching of Tambakan (Helostoma temminckii C.V). Berkala Perikanan Terubuk. 1 (37) : 68-65.