PENGARUH SUHU TERHADAP PERKEMBANGAN TELUR DAN

advertisement
PENGARUH SUHU TERHADAP PERKEMBANGAN TELUR DAN
LARVA IKAN TAMBAKAN (Helostoma temminckii)
Skripsi
Oleh
INDAH WAHYUNINGTIAS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRAK
PENGARUH SUHU TERHADAP PERKEMBANGAN TELUR DAN
LARVA IKAN TAMBAKAN (Helostoma temminckii)
Oleh
Indah Wahyuningtias
Ikan tambakan merupakan salah satu komoditas air tawar yang cukup digemari oleh
masyarakat. Namun, pemeliharaan ikan tambakan dalam wadah terkontrol belum
banyak dilakukan sehingga informasi mengenai suhu optimum inkubasi masih
terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan suhu
inkubasi terhadap perkembangan embrio, lama waktu penetasan, hatching rate dan
survival rate, penggunaan kuning telur, dan abnormalitas larva ikan tambakan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-September 2015 di Instalasi Plasma
Nutfah Perikanan Air Tawar Cijeruk, BPPBAT Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan (kontrol (24260C), suhu 26-280C, suhu 29-310C dan suhu 32-340C) dan 3 kali ulangan. Hasil
penelitian dianalisis menggunakan uji F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perlakuan perbedaan suhu inkubasi berpengaruh terhadap perkembangan embrio,
lama waktu penetasan, hatching rate dan survival rate, laju penyerapan dan lama
waktu penyerapan kuning telur, serta tidak berpengaruh terhadap nilai abnormalitas
larva ikan tambakan. Perlakuan terbaik untuk perkembangan embrio adalah pada
suhu 26-280C, untuk lama waktu penetasan pada suhu 29-310C, untuk hatching rate
pada suhu 26-280C, untuk survival rate pada perlakuan kontrol (24-260C), untuk
laju penyerapan kuning telur dan lama waktu penyerapan kuning telur pada suhu
pada suhu 26-280C.
Kata kunci: ikan tambakan, suhu, perkembangan embrio, waktu penetasan,
hatching rate
ABSTRACT
THE EFFECT OF TEMPERATURE TO WARD DEVELOPMENT OF
KISSING GOURAMI EGGS AND LARVAE (Helostoma temminckii)
By
Indah Wahyuningtias
Kissing gourami is one of fresh water fish that is favored by community. However,
kissing gourami farming intensively has not been widely aplied, so the the
information about the optimum temperature for incubation is still limited. This
study was aimed to determine the effect of different incubation temperatures on
embryonic development, hatching period, hatching rate and survival rate, the use
of yolks, and larvae abnormality kissing gourami. This study was conducted on
Juli-September 2015 at Instalasi Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar Cijeruk,
BPPBAT Bogor, West Java. Completed Randomized Design (CRD) was used this
study with 4 treatments (control (24-260C), the temperature of 26-280C, 29-310C
and 32-340C) and 3 replicates. The results from this study were analyzed using the
F test. The results showed that incubation temperature affected the embryonic
development, hatching rate and survival rate, the length of hatching period, the rate
of absorption and the duration of yolk absorption, but did not affect larvae
abnormality value. The best treatment for the embryonic development was on
temperature of 26-280C, for the length of hatching period on temperature of 29310C, for hatching rate on temperature of 26-280C, for survival rate on treatment
of control (24-260C), and for the rate of absorption, and the duration of yolk
absorption on temperature of 26-280C.
Key Words: kissing gourami, temperature, embryonic development, hatching
period, hatching rate
PENGARUH SUHU TERHADAP PERKEMBANGAN TELUR DAN
LARVA IKAN TAMBAKAN (Helostoma temminkcii)
Oleh
INDAH WAHYUNINGTIAS
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERIKANAN
Pada
Program Studi Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
PERI\TYATAAIY
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1.
Karya tulis saya, Skripsi/Laporan Akhir ini, adalah asli dan belum pernah
diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Sarjana/Ahli Madya), baik di
Universitas Lampung maupun di perguruan tinggi lainnya.
Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuanpihak lairl kecuali arahan Tim Pembimbing.
3. Dalam karya tulis
ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telatr ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan naskah dengan
disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pemyataan
ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya benedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
yang telah diperoleh karena karyatulis ini, serca sanksi lainnya yang sesuai
dengan nonna yang berlaku di Perguruan Tinggi ini.
Bandar Lampung, Maret 2016
Yang Membuat Pernyataan"
Indah Wahyuningtias
NPM. lll4lll029
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Donomulyo, Ketapang pada tanggal 31
Agustus 1993 sebagai anak sulung dari pasangan Bapak In
Wirawan dan Ibu Sri Puspaningsih
Penulis memulai pendidikan formal dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 Ketapang
diselesaikan pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 01
Ketapang diselesaikan pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas Negeri
(SMAN) 02 Kotabumi diselesaikan pada tahun 2011. Penulis kemudian
melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 di Jurusan Budidaya Perairan Fakultas
Pertanian (FP) Universitas Lampung pada tahun 2011 dan telah menyelesaikan
studinya pada tahun 2016.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa
Budidaya Perairan UNILA (HIDRILA) sebagai anggota bidang Pengabdian
Masyarakat pada tahun 2012/2013 dan menjadi sekretaris bidang Kerohanian
2013/2014. Penulis melaksanakan Praktik Umum di Instalasi Plasma Nutfah
Perikanan Air Tawar Cijeruk, yang masih bagian dari BPPBAT Bogor, Jawa Barat
dengan judul “Pembenihan Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) di
Instalasi Penelitian Plasma Nuftah Perikanan Air Tawar Cijeruk, Bogor,
Jawa Barat” pada tahun 2014. Penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) selama 40 hari di Sendang Rejo, Kecamatan Sendang Agung, Kabupaten
Lampung Tengah pada tahun 2015.
Penulis pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Biologi Perikanan pada
tahun 2013/2014, asisten praktikum Limnologi pada tahun 2013/2014, dan asisten
praktikum Bioteknologi Akuakultur pada tahun 2014/2015. Penulis melaksanakan
penelitian akhir di Instalasi Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar Cijeruk, BPPBAT
Bogor, Jawa Barat dengan judul “Pengaruh Suhu Terhadap Perkembangan
Telur dan Larva Ikan Tambakan (Helostoma temminkcii)” pada tahun 2015.
Dengan penuh rasa syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa
Kupersembahkan karya sederhana ini
kepada Orangtua dan Keluargaku yang
selalu mendoakan dan memberi
semangat dalam hidupku
“Kegagalan juga menyenangkan, hidup dengan
kepercayaan bahwa cobaan itu berguna untuk menempa
diri sendiri” – Jiraiya (Naruto)
“Kebaikan adalah satu-satunya investasi yang tidak
akan pernah gagal “ - Henry David Thoreau
“Jangan pernah menyerah melakukan apapun yang
ingin kau lakukan. Di mana ada cinta dan inspirasi,
kau tak akan salah jalan dan bisa menemukan jawaban
atas semua pertanyaan.” - Ella Fitzgerald
“Percayalah pada keajaiban, tapi jangan tergantung
padanya” - H. Jackson Brown, Jr
“Your talent is God’s gift to you. What you do with it
your gift back to God.” – Leo Buscaglia
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Suhu Terhadap Perkembangan Telur dan Larva Ikan Tambakan
(Helostoma temminckii)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
Sarjana Perikanan (S.Pi.) pada Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1.
Kedua orang tuaku, adik serta keluargaku yang selalu memberikan kasih
sayang, cinta, perhatian, pengorbanan dan dukungan serta doa yang tak hentihentinya untuk penulis.
2.
Ibu Ir. Siti Hudaidah, M. Sc., selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3.
Ibu Rara Diantari, S. Pi., M. Sc., selaku pembimbing I atas kesediaan
meluangkan waktu dan kesabarannya memberikan bimbingan, dukungan,
masukan berupa kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi.
4.
Bapak Otong Zenal Arifin, S. Pi., M. Si., selaku Pembimbing II atas
kesediaan meluangkan waktu dan kesabarannya memberikan bimbingan,
dukungan, masukan berupa kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi.
5.
Bapak Qadar Hasani, S. Pi., M .Si. selaku pembahas yang telah memberikan
masukan berupa kritik dan saran dalam perbaikan dan penyelesaian skripsi.
6.
Seluruh dosen dan staf jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung.
7.
Teman seperjuangan Benedikta Erlinda Yuliyanti serta sahabat-sahabat
tersayang, Cindy, Melinda, Si Mbok, Tiwi, Ana, Utami, Elsa, Rahmadi, Novi,
Risky,
Restu,
terimakasih
atas
waktu,
nasehat,
perhatian,
dan
kebersamaannya.
8.
Teman-Teman Budidaya Perairan 2011, Abang dan Mbak angkatan 2010,
2009 serta adik-adik Budidaya Perairan angkatan 2012, 2013 yang tak
terlupakan kebersamaannya.
9.
Keluarga Besar Instalasi Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar Cijeruk, Pak
Deni, Babe Erlin, Pak Sirod, Pak Happy, Pak Darmaji, Mas Dea, Pak Yudhi,
Pak Dedi, Bunda Lia, Mba Fera, Pak Udin, Emak, Abah, Teteh Nia,
terimakasih atas bantuan, nasehat serta perhatiannya.
10. Keluarga Besar Balai Pengembangan dan Penelitian Budidaya Air Tawar
Bogor, Jawa Barat terimakasih atas kerjasama serta kebersamaannya.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas doa dan
dukungannya.
Penulis menyadari dalam skripsi ini masih masih terdapat kekurangan, oleh karena
itu penulis mengharapakan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini
dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung,
Maret 2016
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SANWACANA ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian .................................................................................. 2
1.3 Manfaat Penelitian ................................................................................ 2
1.4 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 2
II. METODE PENELITIAN ........................................................................ 6
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 6
2.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 6
2.3 Rancangan Penelitian ........................................................................... 6
2.4 Prosedur Penelitian ............................................................................... 7
2.4.1 Persiapan Wadah ........................................................................ 8
2.4.2 Seleksi Induk .............................................................................. 8
2.4.3 Penyuntikan Hormon Ovulasi .................................................... 8
2.4.4 Poses Pemijahan ......................................................................... 9
2.4.5 Penetasan Telur dan Perlakuan .................................................. 10
2.4.6 Pengamatan Telur ....................................................................... 10
2.4.7 Pengukuran Suhu Air ................................................................. 11
2.5 Parameter Penelitian ............................................................................. 11
2.5.1 Lama Waktu Penetasan ............................................................ 11
2.5.2 Hatching Rate (HR) dan Survival rate (SR) ............................ 11
2.5.3 Penyerapan Kuning Telur (V) .................................................. 12
2.5.4 Abnormalitas ............................................................................ 13
2.5.5 Suhu Air ................................................................................... 13
2.5.6 Analisis Data ............................................................................ 13
III. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 14
3.1 Pengukuran Suhu Air Inkubasi Telur Ikan Tambakan (Helostoma
temminckii) ........................................................................................ 14
3.2 Pengaruh Suhu Terhadap Perkembangan Embrio Ikan Tambakan
(Helostoma temminckii) .................................................................... 15
3.3 Pengaruh Suhu Terhadap Lama Waktu Penetasan Telur Ikan Tambakan
(Helostoma temminckii) .................................................................... 22
3.4 Pengaruh Suhu Terhadap Nilai Hatching Rate (HR) dan Survival Rate
(SR) Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) ................................. 23
3.5 Laju Penyerapan Kuning Telur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)
......................................................................................................... 26
3.6 Lama Waktu Penyerapan Kuning Telur Ikan Tambakan (Helostoma
temminckii) ........................................................................................ 27
3.7 Abnormalitas Larva Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) .......... 28
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 30
4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 30
4.2 Saran .................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel
halaman
1. Alat dan Bahan Penelitian .................................................................. 6
2. Pengukuran Suhu Air Inkubasi Selama Penelitian ............................. 14
3. Perkembangan Embrio Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) ..... 15
4. Laju Penyerapan Kuning Telur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)
(mm3/jam) .......................................................................................... 26
5. Lama Waktu Penyerapan Kuning Telur Ikan Tambakan (Helostoma
temminckii) (jam) ............................................................................... 28
6. Persentase Abnormalitas Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) .. 29
DAFTAR GAMBAR
Gambar
halaman
1.
Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................................ 5
2.
Skema Rancangan Penelitian ................................................................... 7
3.
Seleksi Induk Ikan Tambakan dan Teknik Kanulasi ................................ 8
4.
Penyuntikan Hormon Ovulasi ................................................................... 9
5.
Pemijahan Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) ................................ 9
6.
Pengamatan Telur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) .................... 11
7.
Grafik Waktu Perkembangan Telur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)
Mencapai Tahap Balstula .......................................................................... 17
8.
Grafik Waktu Perkembangan Telur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)
Mencapai Tahap Gastrula ......................................................................... 18
9.
Grafik Waktu Perkembangan Telur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)
Mencapai Tahap Bakal Embrio ................................................................ 19
10. Telur yang Mengalami Kematian pada Suhu 32-340C ............................. 20
11. Grafik Waktu Perkembangan Telur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)
MencapaiTahap Organogenesis ................................................................ 20
12. Grafik Waktu Perkembangan Telur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)
Mencapai Tahap Pergerakan Embrio ........................................................ 21
13. Grafik Lama Waktu Penetasan Telur Ikan Tambakan pada Suhu yang
Berbeda .................................................................................................... 22
14. Grafik Nilai Hatching Rate (HR) Ikan Tambakan pada Suhu yang Berbeda
................................................................................................................... 24
15. Grafik Nilai Survival Rate (SR) Ikan Tambakan pada Suhu yang Berbeda
................................................................................................................... 25
16. Larva Normal dan Larva Abnormal ........................................................ 29
vii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan tambakan (Helostoma temminckii) merupakan salah satu ikan air tawar
yang berasal dari wilayah tropis, tepatnya Asia Tenggara. Ikan tambakan, yang di
beberapa daerah dikenal sebagai ikan Tembakang (Lampung) dan Biawan
(Kalimantan). Juga digemari masyarakat sebagai ikan konsumsi, baik di konsumsi
dalam bentuk kering (ikan asin) maupun dalam keadaan segar. Telur ikan tambakan
merupakan produk sampingan selama proses pengolahan ikan. Masyarakat
Kalimantan Timur memanfaatkan telur ikan tambakan diolah menjadi produk
fermentasi yang dikenal dengan nama telur biawan (Hasanah, 2013). Masyrakat
Lampung juga memanfaatkan telur ikan tambakan dalam acara adat untuk
pemberian bekal keberangakatan haji, yang menyebabkan harga telur ikan
tambakan mencapai Rp. 250.000,00 per kilogram (Ubamnata et al., 2015).
Populasi ikan tambakan saat ini mengalami penurunan akibat penangkapan
oleh nelayan. Ikan ini akan banyak tertangkap oleh nelayan pada musim tertentu.
Berdasarkan data KKP (2006) jumlah produksi budidaya kolam, karamba, maupun
sawah ikan tambakan berfluktuasi dari tahun 1996-2005 dan cenderung menurun.
Pada tahun 2004 jumlah produksi budidaya ikan tambakan adalah 8.137 ton dan
menurun pada tahun 2005 menjadi sebesar 3.263 ton, sehingga produksi budidaya
ikan tambakan kolam mengalami penurunan produksi sekitar 59,89% (KKP, 2006).
Pemeliharaan ikan tambakan dalam wadah terkontrol belum banyak
dilakukan. Menurut Yanhar (2009) produksi ikan tambakan saat ini masih
bergantung dari hasil tangkapan di alam, sedangkan untuk pemeliharaan dalam
wadah yang terkontrol belum banyak dilakukan oleh petani. Oleh karena itu,
informasi mengenai proses inkubasi telur ikan tambakan yang berkaitan dengan
daya tetas dan lama waktu penetasan masih terbatas. Dalam proses inkubasi telur
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah suhu. Pada beberapa
penelitian menyebutkan bahwa suhu berpengaruh terhadap penetasan telur serta
presentase kelangsungan hidup. Menurut Andriyanto et al., (2013), suhu
merupakan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan rata-rata dan
menentukan waktu penetasan serta berpengaruh langsung pada proses
perkembangan embrio dan larva. Perkembangan embrio dan larva merupakan hal
yang harus diperhatikan, hal ini berkaitan dengan kualitas dan kuantitas benih yang
dihasilkan. Suhu tinggi atau rendah pada proses pembuahan ikan akan dapat
mengakibatkan telur tidak terbuahi serta dapat menyebabkan kematian (Olivia et
al., 2012)
Salah satu alternatif dalam menghadapi masalah ini adalah, mencari suhu
yang tepat pada saat inkubasi telur. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian agar
diketahui suhu yang tepat dalam media inkubasi serta pengaruhnya terhadap daya
tetas dan lama waktu penetasan telur ikan tambakan.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh suhu yang berbeda terhadap perkembangan telur dan larva
ikan tambakan (Helostoma temminckii).
2. Mengetahui suhu optimal terhadap perkembangan telur dan larva ikan tambakan
(Helostoma temminckii).
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada
masyarakat tentang gambaran embriogenesis ikan tambakan ditetaskan pada suhu
yang berbeda, serta suhu optimum dalam inkubasi sehingga dapat diaplikasikan
dalam pengembangan pembenihan ikan tambakan.
1.4 Kerangka Pemikiran
Ikan tambakan merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki
nilai ekonomi yang cukup tinggi di beberapa daerah. Ikan tambakan dapat
2
dikonsumsi dalam keadaan segar maupun kering baik daging maupun telurnya dan
juga dapat dijadikan sebagai ikan hias. Namun saat ini, masyarakat masih
mengandalkan hasil tangkapan dari alam yang menyebabkan penurunan populasi
ikan tambakan di alam. Oleh karena itu, kegiatan budidaya dapat dijadikan salah
satu upaya untuk dapat menjaga populasi ikan tambakan di alam.
Budidaya ikan tambakan dalam wadah terkontrol belum banyak dilakukan,
sehingga informasi tentang suhu optimum untuk perkembangan embrio, kecepatan
menetas dan daya tetas telur juga masih terbatas. Hal ini sangat diperlukan untuk
kelangsungan kegiatan budidaya ikan tambakan.
Keberhasilan telur untuk menetas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain faktor dari dalam yaitu kerja mekanik dari aktivitas larva itu sendiri maupun
dari kerja enzimatis yang dihasilkan oleh telur, sedangkan faktor lingkungan yang
mempsengaruhi penetasan telur ikan, yaitu suhu, kelarutan oksigen, intensitas
cahaya, pH dan salinitas (Andriyanto et al., 2013; Blaxter, 1969). Effendie (2002)
menyatakan, lama pengeraman ikan tidak sama tergantung pada spesies ikannya
dan beberapa faktor luar. Faktor luar yang terutama mempengaruhi pengeraman
adalah suhu perairan.
Suhu memberi pengaruh terhadap perkembangan morfologi, nilai daya tetas
dan tingkah laku larva (Valeta et al.., 2013). Pada penelitian sebelumnya, suhu
berpengaruh pada perkembangan telur dan penetasan pada ikan mas (C. carpio) (ElGamal, 2009) dan ikan cod (Gadus morhua L) (Geffen et al., 2006). Hasil penelitian
Valeta et al., (2013) juga menunjukkan bahwa suhu berpengaruh terhadap
persentase penetasan ikan tilapia (O. karongae) (51,9% pada suhu 290C, 52,2%
pada suhu 270C dan 41,2% pada suhu 250C). Hasil penelitian Nugraha et al., (2012)
suhu inkubasi 260C menghasilkan persentase penetasan paling tinggi yaitu, 36%
pada ikan Black gohst (A. albiforns). Dalam Andriyanto et al., (2013) persentase
penetasan tertinggi pada perlakuan dengan suhu 300C sebesar 92,25% pada ikan
kerapu raja sunu. Sedangkan hasil penelitian Aprilianti et al., (2013), menunjukkan
bahwa suhu berpengaruh terhadap waktu penetasan telur ikan betok tetapi tidak
berpengaruh nyata terhadap presentase penetasan telur ikan betok pada suhu 31340C.
3
Suhu merupakan faktor yang berperan penting dalam menentukan
perkembangan telur dan larva ikan karena mempengaruhi tingkat metabolisme
(Blaxter, 1992; Kamler, 2008). Pada suhu tinggi akan memacu metabolisme
embrio sehingga perkembangan embrio pada media inkubasi yang lebih tinggi akan
semakin cepat dan menghasilkan larva yang lebih cepat menetas (Andriyanto et al.,
2013; Budiardi et al., 2005). Peningkatan suhu pada media inkubasi berbanding
lurus dengan peningkatan daya tetas telur hingga mencapai suhu optimal
(Andriyanto et al., 2013). Namun suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
menghambat proses penetasan, bahkan suhu yang terlalu ekstrim atau berubah
secara mendadak dapat menyebabkan kematian embrio dan kegagalan penetasan.
Suhu optimum dalam proses perkembangan larva, menghasilkan larva yang
berukuran besar, porsi kuning telur menjadi jaringan lebih cepat, kemampuan
makan dan kemampuan berenang lebih besar, kuat dan tidak mudah sakit
(Hemming and Buddington, 1988). Suhu menjadi sangat penting dalam
gametogenesis untuk keberhasilan dalam proses pemijahan dan daya tetas telur
(Olivia et al., 2012). Suhu optimum menyebabkan daya tahan larva tinggi, sehingga
diharapkan akan meningkatkan survival rate (SR) dan suhu rendah dapat
menghalangi perkembangan produksi enzim sehingga memperlambat proses
penetasan, sedangkan suhu tinggi mengakibatkan penetasan embrio menjadi
prematur yang kebanyakan tidak mampu bertahan hidup (Olivia et al., 2012).
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pengaruh aplikasi suhu pada
penetasan telur ikan tambakan.
4
Budidaya Ikan Tambakan
Informasi
Aplikasi Suhu
Perkembangan Embrio
Kecepatan Menetas
Daya Tetas Telur
diperlukan
T
e
r
b
a
t
a
s
Kelangsungan Budidaya
Ikan Tambakan
Inkubasi Telur
Ikan Tambakan
dipengaruhi
Suhu
mempengaruhi
Perkembangan Embrio
Kecepatan Menetas
Daya Tetas Telur
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
5
II. METODE PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juli - September 2015, bertempat di Instalasi
Penelitian Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar, Cijeruk, yang merupakan bagian
dari Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) Bogor,
Jawa Barat.
2.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
(tabel 1):
Tabel 1. Alat dan Bahan Penelitian
Nama
Akuarium
Fungsi
Sebagai wadah inkubasi
Timbangan
Untuk menimbang bobot indukan
Heater
Mikroskop
Termometer
Untuk menstabilkan suhu pada proses inkubasi telur
Untuk mengamati telur ikan tambakan
Untuk mengukur suhu media inkubasi
Ovaprim
Untuk merangsang kematangan gonad
Induk Ikan Tambakan
Untuk menghasilkan sperma dan telur ikan tambakan
2.3 Rancangan Penelitian
Penelitian menggunakan desain rancangan acak lengkap (RAL) yang dibagi ke
dalam empat kelompok perlakuan dan masing-masing terdiri dari tiga kali ulangan.
Adapun kelompok perlakuan yang digunakan adalah suhu air dalam media inkubasi
yang berbeda:
P1 : suhu ruang inkubasi (kontrol)
P2 : suhu inkubasi 26-28 0C
P3 : suhu inkubasi 29-31 0C
P4 : suhu inkubasi 32-34 0C
Gambar skema rancangan perlakuan wadah inkubasi telur adalah sebagai berikut:
P1,1
P2,3
P3,2
P4,1
P2,2
P3,1
P4,2
P1,2
P4,3
P3,3
P2,1
P1,3
Keterangan : Pa,b ; Notasi a, b menyatakan; a = perlakuan ke-i ; b= ulangan ke-i
Gambar 2. Skema Rancangan Perlakuan
Pemberian perlakuan suhu inkubasi pada penelitian ini didasarkan pada
penelitian Aprilianti et al., (2013) tentang persentase penetasan telur ikan betok
dengan menggunakan suhu tertinggi dan menghasilkan persentase penetesan
tertinggi sebesar 98,66% yaitu pada suhu 340C. Ikan tambakan dan ikan betok
merupakan ikan yang tergolong dalam tergolong famili anabantidae (Saanin,
1984). Oleh karena itu, pemberian perlakuan suhu inkubasi terhadap ikan tambakan
diharapkan dapat berpengaruh pada telur ikan tambakan. Selain didasarkan pada
penelitian Aprilianti et al., (2013) pemberian perlakuan suhu inkubasi telur ikan
tambakan juga didasarkan pada penelitian Adriana et al., (2013) tentang laju
penyerapan kuning telur ikan tambakan dan suhu tertinggi pada penelitian tersebut
adalah 340C.
2.4 Prosedur Penelitian
Dalam prosedur penelititan ini dilakukan melalui beberapa tahap meliputi:
persiapan wadah, seleksi induk, penyuntikan hormon ovulasi, proses pemijahan,
penetasan telur dan perlakuan, pengamatan telur, serta pengukuran suhu air.
7
2.4.1 Persiapan Wadah
Wadah uji berupa akuarium dengan ukuran 20x20x15cm3 sebanyak 12 buah
dengan ketinggian air 10 cm. Akuarium terlebih dahulu dibersihkan kemudian
dikeringkan. Masing-masing akuarium disusun dan dilakukan pengacakan dan
diberi label sesuai perlakuan yang digunakan.
2.4.2 Seleksi Induk
Seleksi induk dilakukan untuk mengetahui kesiapan induk ikan tambakan
untuk memijah. Indukan yang digunakan adalah indukan yang sehat, tidak cacat,
dan bentuk tubuh yang proporsional. Untuk mengetahui tingkat kematangan gonad
indukan dilakukan dengan menggunakan teknik kanulasi. Indukan yang digunakan
sebanyak 3 pasang indukan dengan perbandingan induk dalam proses pemijahan
adalah 1:1.
(a)
(b)
Gambar 3. (a) Seleksi Induk Ikan Tambakan; (b) Teknik Kanulasi
Induk ikan tambakan yang siap untuk memijah berumur 12-18 bulan dengan
berat 150-300 gr/ekor (Akuamina, 2014). Pada penelitian ini, induk ikan tambakan
yang digunakan berumur 12 bulan dengan bobot induk jantan berkisar 48,18-58,93
gr/ekor dan bobot induk betina berkisar 30,31-33,10 gr/ekor. Ikan tambakan yang
terdapat di Instalasi Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar, Cijeruk merupakan
koleksi dari Jambi, Kalimantan dan Jawa Barat (Bogor dan Sumedang).
2.4.3 Penyuntikan Hormon Ovulasi
Penyuntikan hormon ovulasi menggunakan ovaprim, dilakukan untuk
merangsang proses ovulasi. Penyuntikan dilakukan pada induk ikan jantan dan
8
betina dengan dosis 0,6 ml/kg secara intramuscular pada otot punggung induk.
Kualitas air tetap di kontrol agar indukan tidak mengalami stress.
Gambar 4. Penyuntikan Hormon Ovulasi
Pemberian dosis hormon ovulasi didasarkan pada penelitian Yurisman
(2009), penggunaan dosis sebanyak 0,5 ml/kg merupakan dosis terbaik yang
menentukan angka pembuahan 87,63%, daya tetas 93,73% dan kelulushidupan
larva 86,10%. Akan tetapi, pada aplikasi lapang penggunaan hormon ovulasi
dengan dosis tersebut tidak berhasil. Sehingga penggunaan dosis hormon ovulasi
ditingkatkan menjadi 0,6 ml/kg.
2.4.4 Proses Pemijahan
Pemijahan dilakukan dengan menggabungkan induk jantan dan betina ikan
tambakan dengan perbandingan 1:1 dalam wadah pemijahan yang sudah disiapkan
berupa bak fiber dengan volume air sebanyak 25 liter.
Gambar 5. Pemijahan Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)
Untuk mengetahui induk sudah memijah atau belum maka dilakukan
pengecekan setelah 12-14 jam penyuntikan hormon ovulasi. Pemijahan terjadi
setelah 14 jam dari penyuntikan hormon. Dan terjadi pada 1 pasang induk saja.
9
Sedangkan, pada 2 pasang induk lainnya pemijahan terjadi 15 dan 16 jam setelah
penyuntikan hormon ovulasi. Telur yang terbuahi akan berwarna kuning bening,
sedangkan telur yang tidak terbuahi akan berwarna putih susu.
2.4.5 Penetasan Telur dan Perlakuan
Proses penetasan telur dilakukan dengan mengambil telur yang sudah
terbuahi secara alami di bak pemijahan. Telur yang diambil berasal dari 1 pasang
induk. Kemudian telur dimasukkan ke dalam masing-masing wadah perlakuan yang
sudah disiapkan.
Wadah perlakuan yang disiapkan sudah diberi heater yang masing-masing
sudah diatur suhunya sesuai dengan perlakuan yaitu dengan menggunakan suhu 2628 0C, 29-31 0C, 32-34 0C dan wadah perlakuan tanpa heater (kontrol) dengan
ulangan sebanyak 3 kali. Jumlah telur sampel yang digunakan untuk masing-masing
perlakuan adalah sebanyak 100 butir telur.
2.4.6 Pengamatan Telur
Pengamatan telur dilakukan setelah telur dimasukkan ke dalam akuarium
pada masing-masing perlakuan. Jumlah telur yang diamati diambil sebanyak 10%
dari jumlah total sampel yaitu, 10 butir telur. Pengamatan perkembangan telur,
dengan mengamati telur dibawah mikroskop. Frekuensi pengamatan yang
dilakukan yaitu, 30 menit sekali selama 3 jam setelah telur dimasukkan ke dalam
akuarium. Setelah itu, pengamatan dilakukan 60 menit sekali. Pengamatan lama
waktu penetasan diamati menggunakan mikroskop mulai dari perkembangan
embrio telur ikan tambakan hingga menetas. Waktu perubahan tiap fase
perkembangan embrio dicatat dan didokumentasikan.
10
Gambar 6. Pengamatan Telur Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)
2.4.7 Pengukuran Suhu Air
Suhu air tetap dikontrol selama inkubasi telur sampai larva mencapai bentuk
definitif. Kondisi suhu air dijaga dengan mengukur suhu sebanyak tiga kali dalam
sehari pada pagi, siang dan sore hari yaitu pukul 06.00 WIB, pukul 12.00 WIB, dan
18.00 WIB.
2.5 Parameter Penelitian
2.5.1 Lama Waktu Penetasan
Lama waktu penetasan adalah waktu yang dibutuhkan telur untuk dapat
menetas. Perhitungan lama waktu penetasan atau Hatching time telur dapat di
hitung menggunakan rumus, yaitu selisih dari lama waktu akhir penetasan (Ht)
dengan waktu pasca pembuahan (H0) :
HT = Ht – H0
2.5.2 Hatching Rate (HR) dan Survival Rate (SR)
Hatching rate diamati selama proses penelitian berlangsung untuk
mengetahui persentase jumlah telur yang menetas. Hatching rate dihitung dengan
menggunakan rumus Effendie, (1997) :
HR =
Jumlah telur yang menetas
Jumlah total telur
x 100%
11
Survival rate diamati pada akhir pengamatan untuk mengetahui persentase
jumlah larva yang masih bertahan hidup. Survival rate dihitung menggunakan
rumus Adriana et al., (2013):
SR =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 ℎ𝑎𝑏𝑖𝑠
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑡𝑎𝑠
x 100%
2.5.3 Penyerapan Kuning Telur (V)
Volume kuning telur di ukur menggunakan rumus Hemming and
Buddlington (1988) :
V = 0,1667 π LH2
Keterangan : V = volume kuning telur (mm3)
L = diameter kuning telur memanjang (mm)
H = diameter kuning telur memendek (mm)
Laju penyerapan kuning telur (LPKT) di hitung menggunakan rumus
Kendall et al. (1984) dalam Ardimas (2012):
LPKT =
𝑉𝑜−𝑉𝑡
𝑇
dimana Vo dan Vt adalah volume kuning telur awal dan akhir (mm3) sedangkan T
adalah waktu (jam).
Waktu penyerapan kuning telur (WPKT) di amati dengan mencatat waktu
pre-larva mulai menetas sampai kuning telur hampir habis seluruhnya dapat di
hitung menggunakan rumus Adriana et al, (2013);
WPKT = tkh – tn
dimana tn dan tkh adalah waktu menetas dan waktu kuning telur habis (jam).
12
2.5.4 Abnormalitas
Pengamatan abnormalitas dalam penelitian ini meliputi bentuk kepala, bentuk
tubuh dan bentuk ekor. Perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui besarnya
abnormalitas seperti yang dikemukakan oleh Wirawan (2005), yaitu:
Abnormalitas =
Jumlah larva abnormal
Jumlah larva normal
x 100%
2.5.5 Suhu Air
Pengukuran suhu air dilakukan selama inkubasi telur sampai larva mencapai
bentuk definitif. Parameter suhu air diukur selama inkubasi sebanyak tiga kali
dalam sehari.
2.5.6 Analisis Data
Parameter perkembangan embrio, lama waktu penetasan, HR (Hatching
Rate), SR (Survival Rate), lama waktu penyerapan kuning telur, laju penyerapan
kuning telur dan abnormalitas diuji dengan uji F, jika ada pengaruh atau beda nyata
dilakukan uji lanjut BNT dengan tingkat kepercayaan 95% dan taraf nyata 0,05.
Data yang di peroleh dari hasil disajikan dalam bentuk tabel, grafik, gambar dan
dianalisis secara deskriptif. Parameter suhu air dianalisis secara deskriptif.
13
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Perlakuan perbedaan suhu inkubasi memberikan pengaruh terhadap
perkembangan embrio, lama waktu penetasan, lama waktu penyerapan kuning
telur, namun tidak berpengaruh nyata terhadap abnormalitas. Perlakuan terbaik
adalah pada perlakuan dengan suhu 29-310C.
4.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka penulis menyarankan
dalam kegiatan inkubasi telur ikan tambakan menggunakan suhu inkubasi 29-310C.
DAFTAR PUSTAKA
Abrianingsih, N. 2012. Pengaruh Perbedaan Suhu Terhadap Daya Tetas (HR) dan
Tingkat Kelulushidupan (SR) Ikan Gurami (Osphronemus gouramy).
Department of Animal Husbandry. Skripsi. Universitas Muhammadiyah,
Malang.
Adriana, M., Muslim dan M. Fitrani. 2013. Laju Penyerapan Kuning Telur
Tambakan (Helostoma temminckii CV) dengan Suhu Inkubasi Berbeda.
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 1 (1) : 34-45.
Andriyanto, W., B. Slamet dan I. M. D. J. Ariawan. 2013. Perkembangan Embrio
dan Rasio Penetasan Telur Ikan Kerapu Raja Sunu (Plectropoma laevis)
pada Suhu Media Berbeda. Jurnal Ilmu dan Tekonologi Kelautan Tropis.
5 (1) : 192-207.
Aprilianti, D. P., Muslim dan Fitriani, M. 2013. Presentase Penetasan Telur Ikan
Betok (Anabas testudineus) dengan Suhu Inkubasi yang Berbeda. Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia, 1 (2) : 184-191.
Ardimas, Y. A. Y. 2012. Pengaruh gradien suhu media pemeliharaan terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan betok (Anabas
testudineus Bloch). Skirpsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Bastiar, N., Chumaidi., Sudarto., P. Laurent dan S. Jacques. 2009. Pemijahan dan
Perkembangan Embrio Ikan Pelangi (Melanotaenia spp.) Asal Sungai
Sawiat Papua. Jurnal Riset Akuakultur, 4 (2): 147-156.
Blaxter, J. H. S. 1969. Development : Eggs and Larva in Fish Physiology, Vol III
Reproduction and Growth, Bioluminescent, Pigmen and Poison. Academic
Press. New York.
Blaxter, J. H. S. 1992. The Efffect of Temperature on Larval Fishes. Neth. J. Zool.
42 : 336-357.
Budiardi, T., W. Cahyaningrum dan I. Effendi. 2005. Efisiensi Pemanfaatan Kuning
Telur Embrio dan Larva Ikan Maanvis (Pterophyllum scalare) Pada Suhu
Inkubasi Yang berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1) : 57-61.
Busroni. 2008. Penetasan Telur Ikan Kerapu Sunu (Plectropomus sp.) Pada Suhu
Yang Berbeda. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas
Pertanian. Universitas Sriwijaya. Indralaya. (tidak dipublikasikan).
Das, T., Pal, A., Chakraborty, S. K., Manush, S. M., Dalvi, R. S., Sarma, K.,
Mukherjee, S. C., 2006. Thermal dependence of embryonic development
and hatching rate in Labeo rohita (Hamilton, 1822). Aquaculture 255 :
536–541.
Doi, M. and T. Singahagraiwan. 1993. Biology and Culture of The Red Snapper
(Lutjanus argentimaculatus). The Research Project of Fishery Resource
Development in The Kingdom of Thailand. 51 p. Unpublished.
Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogjakarta.
El-Gamal, A. E. 2009. Effect of Temperature on Hatching and larval Development
and mucin Secretion in Common Carp, Cyprinus carpio (Linmaeus, 1758).
Global Veterinaria, 3 (2) : 80-90.
Geffen, A. J., C. J. Fox, and R. D. M. Nash. 2006. Temperature-Dependent
Development Rates of Cod Godus morhua Eggs. J. Fish. Biol. 69 : 10601080.
Gheyas, A.A., M.F.A. Mollah dan M.G. Husaain. 2001. Triploidy Induction in
Stinging Catfish Heteropneustes fossilis Using Cold Shock. Asian
Fisheries Science 14: 323-332.
Hasanah, R. 2013. Isolasi dan Identifikasi Bakteri dari Produk Fermentasi Telur
Ikan Tambakan (Helostoma temminckii C.V). Jurnal Ilmu Perikanan
Tropis.19 (1) : 40-44.
Hemming, T. A., and R. K. Buddington. 1988. Yolk Absorption in Embrionic and
Larvae Fishes. Fish Physiology Vol. XIA : 407-446. Academic Press, New
York.
Kamler, E. 1989. Early Life History of Fish. An Energetic Aprroach. Chapman &
Hall. London. 267 p.
Kamler, E. 1992. Early Life History of Fish, an Energetic Approach. Chapman
and Hall, London. 181 p.
Kamler, E. 2008. Resources Allocation in Yolk-Feeding Fish. Rev. Fish Biol.
Fish. 18 : 143-200.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2006. Statistik Perikanan Budidaya
Indonesia 2005. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta.
Kusrini, E. dan S. Subandiyah. 2010. Perkembangan Embrio Ikan Hias Stipped
Raphael Catfish, Platydoras costatus Bleekers. Seminar Nasional Biologi.
Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta. 486-491.
Landsman, S.J., A.J. Gingerich., D.P. Philip dan C.D. Suski. 2011. The Effects of
Temperature Change on The Hatching Success and Larval Survival of
Largemouth Bass Micropterus salmoides and Smallmouth Bass
Micropterus dolomieu. Journal of Fish Biology. 78 : 1200-1212.
Lin, Q., Lu, J., Gao, Y., Shen, L., Cai, J., Luo, J., 2006. The effect of temperature
on gonad, embryonic development and survival rate of juvenile seahorses,
Hippocampus kuda Bleeker. Aquaculture 254 : 701–713.
Nugraha, D., M. N. Supardjo dan Subiyanto. 2012. Pengaruh Perbedaan Suhu
Terhadap Perkembangan Embrio, Daya Tetas Telur dan Kecepatan
Penyerapan Kuning Telur Ikan Black Ghost (Apteronous olbifrons) pada
Skala Laboratorium. Journal of Management of Aquatic Resources. 1
(1):1-6.
Olivia, S., G. H. Huwoyon, dan V. A., Prakoso. 2012. Perkembangan Embrio dan
Sintasan Larva Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) pada Berbagai Suhu Air.
Bulletin Litbang, 1 (2) :135-144.
Pramono, T. B. dan S. Marnani. 2009. Pola Penyerapan Kuning Telur dan
Perkembangan Organogenesis pada Stadia Awal Larva Ikan Senggaringan
(Mystus nigriceps). Berkala Perikanan Terubuk. 37 (1):18-26.
Rustidja. 2004. Pembenihan Ikan-Ikan Tropis. Fakultas Perikanan. Universitas
Brawijaya. Malang. 191pp.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Bogor. 248
hal.
Satyani, D. 2007. Reproduksi dan Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Pusat Riset
Perikanan Budidaya. Jakarta.
Small, B.C. and Bates, T.D., 2001. Effect of low-temperature incubation of channel
catfish Ictalurus punctatus eggs on development, survival, and growth. J.
World Aquacult. Soc. 32 : 189–194.
Swanson, C. 1996. Early development of milkfish: Effects of Salinity on
Embryonic and Larval Metabolism, Yolk Absorption and Growth.
Journal of Fish Biology. 48 : 405-421.
Ubamnata, B., R. Diantari dan Q. Hasani. 2015. Pertumbuhan dan Biologi
Reproduksi Ikan Tembakang (Helostoma temminckii) di Rawa Bawang
Latak, Kabupaten Tulang Bawang Lampung. Jurnal Penelitian Pertanian
Terapan. 15 (2) : 90-99.
Valeta, J. S., J. S. Likongwe, D. Kassam, and A. O. Maluwa. 2013. Temperaturedependent Egg Development Rates, Hatchability and Fry Survival Rate of
Lake Malawi Tilapia (Chambo), Oreochromis karongae (Pisces:
Chichlidae). Int. Journal of Fisheris and Aquaculture. 5 (4) : 5-59.
Wirawan, I. 2005. Efek Pemaparan Copper Sulfat (CuSO4) terhadap Daya Tetas
Telur, Perubahan Histopatologik Insang dan Abnormalitas Larva Ikan
Zebra (Brachydanio rerio). Tesis. Program Pasca Sarjana. Universitas
Airlangga. Surabaya. 77 hal.
Woynarovich, E and L. Horvath. 1980. The Artificial Propagation of Warm-Water
Fin Fish. A Manual for Extention, FAO. Fisheries Technical Paper No.
201. 385 p.
Yamagami, K. 1988. Mechanisme of hatching in fish. Fish Physiology Vol. XIA :
447-499. Academic Press, New York..
Yanhar. 2002. Pengaruh dosis HCG yang berbeda terhadap ovulasi dan penetasan
telur ikan tambakan (Helostoma temminckii). Skripsi. Universitas Riau.
(tidak dipublikasikan)
Yuningsih, Y. S. 2002. Perkembangan Larva Ikan Tambakan (Helostoma
temminckii C. V). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Yurisman. 2009. The Influence of Injection Ovaprim by Different Dosage to
Ovulation and Hatching of Tambakan (Helostoma temminckii C.V).
Berkala Perikanan Terubuk. 1 (37) : 68-65.
Download