Buletin Bulanan Kemanusiaan Indonesia Edisi 07 | 01 – 31 Juli 2012 Ikhtisar kejadian bencana P.1 Kesiapsiagaan & respon bencana P.3 Pendanaan P.3 • Jumlah bencana alam meningkat untuk pertama kalinya dalam tiga bulan; TNI 4,137 orang terdampak bencana. • Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi dan menyebabkan 88 persen dari semua pengungsian internal yang terjadi selama Juli. • Sepuluh provinsi terdampak paling besar sejak Januari 2012. Bencana alam (Juli) Bencana alam 26 Total populasi terdampak 4,137 Korban+hilang 16 Bencana alam meningkat untuk pertama kalinya dalam tiga bulan Banjir menyebabkan 2,192 orang mengungsi sementara Jumlah bencana alam selama Juli 2012 meningkat untuk pertama kalinya sejak April. Sekitar 25 kejadian bencana terdiri dari banjir, longsor, angin puting beliung telah dicatat oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Sedikitnya 4,137 orang 1 terdampak termasuk 2,482 warga yang mengungsi sementara . Total warga yang terdampak bencana selama Juli menunjukkan peningkatan significant melebihi Juni (975 orang) dan Mei (1,692), dan hampir dapat dibandingkan dengan April (4,927). Banjir dan longsor merupakan bencana alam yang paling sering terjadi dan paling merusak, dengan telah menyebabkan korban meninggal sebanyak 12 orang dari total 13 orang yang meninggal karena bencana alam, dan juga hampir semua kejadian banjir dan longsor menyebabkan dampak terhadap warga. Banjir, secara khusus, menyebabkan pengungsian atas 2,192 warga, atau 88 persen dari total pengungsian karena bencana alam yang terjadi selama bulan Juli. Penyebab utama banjir adalah hujan lebat yang terus-menerus, dengan intensitas yang tinggi sampai akhir Juli. Provinsi Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sumatera Barat dan Maluku mengalami banjir terburuk. Banjir tersebut menyebabkan diumumkannya situasi tanggap darurat lokal di beberapa wilayah, termasuk Kota Padang di Sumatera Barat. Longsor menyebabkan dampak terhadap 1,166 warga , 290 di antaranya mengungsi sementara. Provinsi Gorontalo mencatat populasi terdampak yang tertinggi, mewakili 75 persen dari total populasi terdampak karena longsor. Humanitarian Response Fund 65,933 Disetujui di bulan July 2012 (US$) 1,028,656 Dana yang belum terpakai (US$) Sumber: OCHA & BNPB 1 Mohon diperhatikan bahwa angka-angka ini bersifat indikatif dan dapat berubah berdasarkan revisi lanjutan oleh pemerintah. Indonesia Humanitarian Bulletin | 2 Pulau Jawa mengalami jumlah terbanyak atas kejadian bencana alam sejak Januari 2012, namun Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Barat, Gorontalo dan Sulawesi Tengah menderita paling parah atas dampak kejadian bencana alam. Sejak Januari 2012, sepuluh provinsi di Indonesia yang mengalami banjir, longsor dan angin puting beliung, mencatat jumlah statistik di atas rata-rata secara relatif atas jumlah kejadian bencana atau jumlah populasi terdampak. Tiga provinsi yang berlokasi di Pulau Jawa mencatat angka tertinggi atas jumlah kejadian bencana alam, walaupun demikian Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo dan Sulawesi Tengah dengan jumlah kejadian bencana yang lebih rendah, mencatat jumlah populasi terdampak yang lebih tinggi dari rata-rata untuk setiap bencana. Source: OCHA & BNPB Gempa Bumi Jumlah gempa bumi dengan kekuatan 5.0 Skala Richter atau lebih berkurang ke 21 kejadian selama Juli 2012 dari 28 yang tercatat selama bulan sebelumnya. Gempa bumi dengan kekuatan tertinggi selama sebulan tercatat dengan kekuatan 6.4 dan terjadi di Pulau Simeulue di Provinsi Aceh di pagi hari 25 Juli. Pusat gempa terletak di 28 km Barat Laut ibukota Kabupaten Simeulue, Sinabang. Tidak ada kerusakan signifikan yang dilaporkan dan juga tidak ada korban langsung yang disebabkan oleh getaran gempa, yang terjadi pada kedalaman 45 km. Selama April 2012, gempa dengan kekuatan 8.3 dan beberapa gempa susulan yang kuat mengguncang pulau yang sama dan menyebabkan peringatan tsunami. Tanggap Darurat dan Kesiapsiagaan Bencana Pemerintah merespon kebutuhan populasi terdampak dan melanjutkan dengan memperkuat kapasitas penanggulangan bencana Pemerintah setempat melalui BPBD dan mitra-mitra seperti Palang Merah Indonesia (PMI) merespon kebutuhan populasi terdampak oleh bencana alam dan tidak membutuhkan bantuan internasional. Di samping itu, Pemerintah melanjutkan aktivitas-aktivitas untuk memperkuat kapasitas penanggulangan bencana. Mengulas Rencana Kontinjensi proses tetap merupakan aktivitas BNPB yang penting tahun ini. Sebuah Kelompok Kerja Rencana Kontinjensi dibentuk di bulan Mei 2012 untuk memimpin aktivitas ini. Kelompok tersebut terdiri dari BNPB, OCHA, Palang Merah Indonesia, Humanitarian Forum Indonesia, Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia, Masyarakat Jerman untuk Kerja Sama Internasional (GIZ), dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Selama Juli, Kelompok Kerja tersebut mengulas kurikulum dan modul latihan Rencana Kontinjensi untuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah. http://ochaonline.un.org/indonesia | www.unocha.org United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) • Coordination Saves Lives Indonesia Humanitarian Bulletin | 3 Pemerintah merespon bencana alam dan melanjutkan fokus atas kesiapsiagaan bencana. Selama Juli, BNPB juga menyelenggarakan pertemuan tahunan untuk mengharmonisasi aktivitas penanggulangan bencana antara organisasi-organisasi internasional dan lembaga-lembaga pemerintah. Pertemuan ini merupakan Pertemuan Convergence keenam yang diselenggarakan oleh BNPB, dan memasukkan penilaian atas prioritasprioritas penanggulangan bencana pemerintah di tingkat lokal dan status penerapan Hyogo Framework. Credit: BNBP Pusat Data, Informasi dan Hubungan Dr. Sutopo Purwo Nugrogo menjelaskan penggunaan Mobil Masyarakat BNPB memimpin Komunikasi untuk tanggap darurat bencana, pusat informasi dan sejumlah aktivitas dengan dengan media. sasaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Kegiatan-kegiatan tersebut termasuk sebuah lokakarya untuk Provinsi Jawa Timur, BPBD kabupaten dan kotamadya, yang berusaha meningkatkan kapasitas para pejabat dan staf teknis penanggulangan bencana dan menyoroti kebutuhan akan data kebencanaan yang terstandarisasi dari semua kementerian. Pusat tersebut juga terlibat dalam aktivitas-aktivitas untuk mengidentifikasi kebutuhan akan informasi dan komunikasi di tingkat lokal selama tanggap darurat bencana. Pusat tersebut juga menggunakan kesempatan penggunaan Unit Mobil Komunikasi (COMOB) dalam tanggap darurat bencana. Unit COMOB dapat berfungsi ganda sebagai pusat informasi dan media. Pendanaan Humanitarian Response Fund (HRF) menyetujui 1 proyek baru Satu proyek baru disetujui di bulan Juli untuk merespon kebutuhan akan mata pencaharian dan pemulihan awal di Kecamatan Salam, Jawa Tengah. Proyek yang dilakukan oleh LSM Perkumpulan Paluma Nusantara bernilai $65,933 dan memberi manfaat kepada 811 orang. Pada akhir Juli, terdapat enam proyek HRF yang sedang berjalan. Dana HRF yang belum dialokasi sejumlah $1,028,656. LSM Fokus Penerima Manfaat Provinsi Majulah Indonesia Tanah Airku Early Recovery 290,761 Inprosula Early Recovery 2,052 Central Java Humanitarian Forum Indonesia Education 3,335 DKI Jakarta Catholic Relief Services WASH 1,550 DKI Jakarta Catholic Relief Services WASH 2,770 DKI Jakarta Perkumpulan Paluma Nusantara Early Recovery 811 Yogyakarta Central Java Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi: Rajan Gengaje, Head of Office a.i., [email protected], Tel. (+62) 21 3141308 ext. 215 Denis Okello, Reporting & Public Information Officer, [email protected], Tel. (+62) 811 9105847 Buletin kemanusiaan OCHA dapat diunduh di www.unocha.org | www.reliefweb.int http://ochaonline.un.org/indonesia | www.unocha.org United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) • Coordination Saves Lives