peranan kepemimpinan dalam proses administrasi dan manajemen

advertisement
PERANAN KEPEMIMPINAN DALAM PROSES ADMINISTRASI DAN
MANAJEMEN
Susan Rachmawati(1), Sunarto(2)
(1)
AMIK Bina Sarana Informatika
Jl. Merdeka 168 Bogor
[email protected]
(2)
Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya Depok
[email protected]
ABSTRACT
Administration is defined as the overall process of cooperation between two people or
more, based on a certain rationality to achieve goals that had been predetermined. While
management is the process of organizing various activities in order to implement the goals and the
ability or the skills of people who occupy managerial positions to gain something results in the
achievement of goals through the activities of others.
It is often said that leadership is the essence of management. It is so because the leadership
is "the motor or the driving force of all the resources and tools (resources) available for an
organization." While the resource itself is a human resources and other resources.
As good as any administration and good management if it does not have good leaders, the
goal previously set does not achieve maximum results as expected. In addition, leaders are also
very involved in decision-making where decisions are taken can be heard and executed by his
subordinates, so that all that can be realized by both the leader must be accepted by all his
subordinates and has the nature and characteristics of good leaders.
The data used in this writing is that writers of secondary data obtained from a variety of
existing literature and a variety of journals that can be considered within this study in order to
obtain conclusions.
Keywords: Leader, Administration, Management
I PENDAHULUAN
Kepemimpinan
(leadership)
merupakan inti daripada manajemen karena
kepemimpinan merupakan inti daripada
manajemen
karena
kepemimpinan
merupakan motor penggerak bagi sumbersumber dan alat-alat manusia dan alat-alat
lainnya dalam suatu organisasi. Demikian
pentingnya peranan kepemimpinan dalam
usaha mencapai tujuan suatu organisasi
sehingga dapat dikatakan bahwa sukses atau
kegagalan yang dialami oleh organisasi
sebagian besar ditentukan oleh kualitas
kepemimpinan yang dimiliki oleh orangorang yang diserahi tugas memimpin dalam
organisasi itu.
Karena pada hakikatnya seorang
administrator atau manajer adalah juga
seorang pemimpin karena yang dimaksud
dengan seorang “pemimpin” adalah setiap
orang yang mempunyai “bawahan”. Sukses
atau tidaknya suatu organisasi dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan
tergantung pada cara-cara memimpin yang
dipraktikkan oleh orang-orang “atasan” itu.
Sebaliknya, sukses tidaknya seorang
pemimpin
melaksanaka
tugas
kepemimpinannya,
terutama
tidak
ditentukan oleh tingkat keterampilan tekhnis
(technical skills) yang dimilikinya, akan
tetapi lebih banyak ditentukan oleh
keahliannya menggerakkan orang lain untuk
bekerja dengan baik (managerial skills).
Sehingga dapat diartikan bahwa seorang
pemimpin yang baik adalah seseorang yang
tidak melaksanakan sendiri tindakantindakan yang bersifat operasional, tetapi
mengambil
keputusan,
menentukan
kebijaksanaan, dan menggerakkan orang lain
untuk melaksanakan keputusan yang telah
diambil sesuai dengan kebijakan yang telah
digariskan.
II LANDASAN TEORI
2.1 Administrasi
Menurut Sondang P Siagian (2008:2)
Administrasi
didefinisikan
sebagai
keseluruhan proses kerja sama antara dua
orang manusia atau lebih yang didasarkan
atas rasionalitas tertentu untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Dari definisi diatas terdapat beberapa hal
yang terkandung didalamnya, yaitu:
1. Administrasi sebagai seni adalah
suatu proses yang diketahui hanya
permulaannya sedang akhirnya
tidak diketahui.
2. Administrasi mempunyai unsurunsur tertentu, yaitu :
A. Adanya dua manusia atau
lebih
Diperlukan lebih dari satu
orang karena seseorang
tidak dapat bekera sama
dengan dirinya sendiri,
karena itu harus ada orang
lain yang secara sukarela
atau dengan cara lain
diajak turut serta dalam
proses kerja sama itu.
B. Adanya
tujuan
yang
hendak dicapai
Terlalu
sering
orang
beranggapan bahwa tujuan
proses administrasi harus
selalu ditentukan oleh
orang-orang
yang
bersangkutan
langsung
dalam
proses
itu,
sebenarnya hal itu belum
tentu benar karena tujuan
yang hendak dicapai dapat
ditentukan oleh semua
orang
yang
langsung
terlibat
dalam
proses
administrasi
tersebut.
Tujuan
dapat
pula
ditentukan oleh hanya
sebagian dan mungkin
pula hanya oleh seorang
dari mereka yang terlibat.
Akan tetapi, bukanlah
suatu hal yang mustahil
pula bahwa orang lainlah
yang menentukan tujuan
yang hendak dicapai.
C. Adanya tugas yang hendak
dilaksanakan
Sering
kali
orang
beranggapan bahwa proses
administrasi baru timbul
apabila ada kerjasama.
Tidak demikian halnya
jika diterima pendapat
bahwa unsur merupakan
bagian yang mutlak dari
sesuatu akan segera telibat
bahwa kerja sama bukan
merupakan
unsur
administrasi,
melainkan
suatu
kondisi
ideal.
Artinya perlu ditekankan
bahwa pencapaian tujuan
akan lebih efisien dan
ekonomis apabila semua
orang yang terlibat mau
bekerja sama satu sama
lain. Akan tetapi tanpa
kerja sama pun, misalnya
dalam hal penyelesain
tugas yang dipaksakan,
proses administrasi terjadi.
Dengan demikian, kerja
sama dalam administrasi
dapat digolongkan kepada
dua golongan, yaitu kerja
sama yang ikhlas dan
sukarela
(voluntary
cooperation) dan kerja
sama yang dipaksakan
(compulsory
atau
antagonistic cooperation)
D. Sarana dan prasarana
tertentu
Sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam suatu
proses
administrasi
tergantung dari berbagai
faktor, seperti :
a. Jumlah orang
yang
terlibat
dalam proses
itu
b. Sifat
tujuan
yang
hendak
dicapai
c. Ruang lingkup
serta
aneka
ragamnya tugas
yang
hendak
dijalankan
d. Sifat
kerja
sama
yang
dapat
diciptakan dan
dikembangkan
Secara aksiomatik dapat
dikatakan bahwa semakin
sedikit jumlah orang yang
terlibat,
semakin
sederhana tujuan yang
hendak
dicapai
serta
semakin sederhana tugastugas
yang
hendak
dilaksanakan,
semakin
sederhana pula sarana dan
prasarana
yang
dibutuhkan.
3. Administrasi sebagai proses
Telah
dikemukakan
sebelumnya bahwa proses adalah
sesuatu
yang
permulaannya
diketahui akan tetapi akhirnya tidak
diketahui.
Dengan
demikian
administrasi adalah suatu proses
pelaksanaan
kegiatan-kegiatan
tertentu yang dimulai sejak adanya
dua orang yang bersepakat untuk
bekerja sama untuk mencapai suatu
tujuan tertentu pula. Bilamana
proses itu akan berakhir tidak
diketahui karena bila kedua orang
itu akan memutuskan untuk tidak
bekerja sama lagi tidak ada yang
mengetahui
malahan
mereka
sendiri
pun
mungkin
tidak
mengetahuinya.
Administrasi pun dapat
dikatakan sebagai fenomena sosial
karena usia administrasi sama
dengan usia peradaban manusia
karena apabila ada dua orang yang
bekerja
bersama-sama
untuk
menggulingkan sebuah batu yang
tidak dapat digulingkan hanya oleh
seorang diantara mereka, maka
pada saat itu administrasi telah ada.
Dilihat
dari
segi
fungsional administrasi mempunyai
dua tugas, yaitu :
1. Menentukan
tujuan
menyeluruh
yang
hendak
dicapai (organizational goal)
2. Menentukan
kebijaksanaan
umum yang mengikat seluruh
organisasi (general and over
all policies)
Menurut
Mulyono
(2008:42)
Administrasi adalah suatu kegiatan atau
usaha
untuk
membantu,
melayani,
mengarahkan dan mengatur semua kegiatan
organisasi di dalam mencapai tujuan secara
tertib, efisien dan efektif.
2.2 Manajemen
Menurut Sondang P Siagian (2008:5)
Manajemen dapat didefinisikan dari dua
sudut pandang, yaitu :
1. Sebagai proses penyelenggaraan
berbagai kegiatan dalam rangka
penerapan tujuan.
2. Kemampuan atau keterampilan
orang yang menduduki jabatan
manajerial untuk memperoleh
sesuatu hasil dalam rangka
pencapaian
tujuan
melalui
kegiatan-kegiatan orang lain.
Menurut
Mulyono
(2008:15)
Manajemen adalah melakukan pekerjaan
melalui orang lain (Management is getting
done throught other people). Karena
manajemen sebagai penggerak dalam
organisasi itu untuk mencapai tujuan.
Menurut M.Fuad Christine H dan
Nurlela Sugiarto Paulus Y.E.F (2005:92)
Manajemen merupakan suatu proses yang
melibatkan
kegiatan
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan
dan
pengendalian
yang
dilakukan
untuk
mencapai sasaran perusahaan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya
Menurut H. Buchari Alma (2006:140)
Manajemen sebagai suatu kegiatan planning,
organizing, staffing, coordinating, dan
controlling pekerjaan orang lain untuk
mencapai satu atau lebih tujuan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa
manajemen merupakan inti dari administrasi
karena
manajemen
merupakan
alat
pelaksanaan utama administrasi. Sedangkan
manajemen dalam arti kelmpok adalah
pimpinan yang tidak melaksanakan sendiri
kegiatan-kegiatan yang bersifat operasional,
melainkan mengatur tindakan-tindakan
pelaksanaan oleh sekelompok orang yang
disebut bawahan.
Fungsi dari manajemen pada hakikatnya
adalah melakukan semua kegiatan-kegiatan
yang perlu dilaksanakan dalam rangka
pencapaian tujuan dalam batas-batas
kebijaksanaan umum yang telah ditentukan
pada tingkat administrasi. Dalam hal ini
tidak berarti bahwa manajemen tidak boleh
menentukan tujuan, akan tetapi tujuan yang
ditentukan pada tingkat manajemen hanya
boleh bersifat departemental atau sektoral.
Sekaligus hal ini di bidang penentuan
kebijaksanaan tidak pula berarti bahwa pada
tingkat manajemen tidak ada proses
penentuan policy hanya saja kebijaksanaan
yang ditentukan pada tingkat manajemen
hanya boleh bersifat khusus dan atau
pelaksanaan (operasional).
2.3 Kepemimpinan (Leadership)
Sering dikatakan bahwa kepemimpinan
merupakan inti manajemen. Memang
demikianlah halnya karena kepemimpinan
merupakan “motor atau daya penggerak
semua sumber-sumber dan alat (resources)
yang tersedia bagi suatu organisasi”.
Resources tersebut dapat digolongkan
kepada dua golongan besar, yaitu :
1. Sumber daya manusia
2. Sumber daya lainnya
Karena dapat dikatakan bahwa sukses
atau tidaknya suatu organisasi mencapai
tujuan yang telah ditentukan sangat
tergantung atas kemampuan para anggota
pimpinannya untuk menggerakkan sumbersumber dan alat-alat tersebut sehingga
penggunaannya berlangsung dengan efisien,
ekonomis dan efektif.
Menurut Fandy Tjiptono (2005:78)
Pendekatan
situasional/kontingensi
menekankan bahwa gaya kepemimpinan
yang digunakan tergantung pada faktorfaktor situasi, karyawan, tugas, organisasi,
dan variabel lingkungan lainnya.
Menurut H. Buchari Alma (2006:140)
Memimpin bisnis adalah orang yang
memiliki berbagai karakter, maka diperlukan
orang yang dapat mengkombinasikan kedua
hal yaitu art dan science.
Dari pernyataan diatas yang dimaksud
dengan art dan science diatas adalah adanya
penerapan pengetahuan dan keterampilan
untu mencapai tujuan (art) dan didalamnya
ada
penggunaan
teknik
manajemen
(science).
Menurut Kartini Kartono (2006:55)
Kepemimpinan adalah jenis kepemimpinan
yang tidak ilmiah. Dia melakukan
kepemimpinannya karna dia memiliki bakat
bisa menguasai seni memimpin (seni
kepemimpinan) yang khas menjadi miliknya
sendiri.
2.4 Human Relations
Manajemen merupakan inti administarsi
dan kepemimpinan merupakan inti dari
manajemen, akan tetapi human relations
merupakan aspek yang sangat penting dari
kepemimpinan terutama apabila ditinjau dari
segi kemampuan mempengaruhi perilaku
para bawahan dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditentukan.
Dengan perkataan lain, dibidang
administrasi sekaran ini telah disadari dan
diakui bahwa di dalam setiap kegiatan
administrasi unsur manusia serta hubunganhubungan antar manusia itu merupakan
faktor yang menentukan sukses tidaknya
proses administrasi itu dijalankan. Hal ini
berarti bahwa manusia didalam suatu
organisasi tidak boleh diperlakukan sama
dengan unsur-unsur administrasi lainnya
seperti modal, mesin, alat-alat perlengkapan
dan sebagainya.
Dari uraian diatas dapat dikatakan
bahwa human relations adalah keseluruhan
rangkaian hubungan, baik yang bersifat
formal maupun informal, antara atasan dan
bawahan, atasan dengan atasan serta
bawahan dengan bawahan yang lain yang
harus dibina dan dipelihara sedemikian rupa
sehingga tercipta suatu team work dan
suasana kerja yang serasi dan harmonis
dalam rangka pencapaian tujuan.
III METODE PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penulisan
ini adalah data sekunder yang diperoleh
penulis melalui berbagai literatur yang
digunakan dan juga berbagai bahan jurnal
yang dapat dijadikan acuan dalam
pembuatan penulisan ini.
IV PEMBAHASAN
Administrasi tidak bisa terjadi dengan
sendirinya oleh karena itu diperlukan adanya
dua orang yang melakukan kerja sama untuk
mencapai sebuah tujuan yang telah
direncanakan. Tujuan tersebut tidak
mungkin dapat tercapai jika tidak adanya
sebuah manajemen yang tersusun dengan
baik. Selain itu tanpa adanya pemimpin yang
baik yang dapat mengambil keputusan
dengan tepat dan dapat mengatur
bawahannya sebaik apapun administrasi dan
manajen yang dilakukan tidak akan
memberikan hasil yang optimal bagi
perusahaan.
Dalam setiap organisasi terdapat tiga
tingkatan kelompok pimpinan, yaitu :
1. Manajemen puncak yang juga
sering disebut dengan istilah
administrative management
2. Kelompok
pimpinan
tingkat
menengah (middle manajment)
3. Kelompok
pimpinan
tingkat
bawahan yang dikenal pula dengan
istilah
lower
management,
supervisitory management, gang
leader, “mandor” atau operasional
management
Setiap pemimpin, pada tingkat apa pun
ia bekerja selalu memerlukan dua
macam keterampilan (skill), yaitu :
1. Technical skills
2. Managerial skills
Semakin tinggi kedudukan seseorang di
dalam organisasi, ia semakin kurang
memerlukan technical skills dan semakin
banyak managerial skills. Sebaliknya
semakin rendah kedudukan seseorang
seseorang didalam suatu organisasi, ia
semakin memerlukan lebih banyak technical
skills dibandingkan dengan managerial
skills. Dengan perkataan lain, semakin tinggi
kedudukan seseorang di dalam organisasi ia
harus semakin menjadi seorang generalist,
sedangkan semakin rendah kedudukannya di
dalam organisasi ia harus menjadi specialist.
Hal itu disebabkan karena apabila
seseorang menduduki jabatan pimpinan
yang rendah, ia masih berhadapan langsung
dengan petugas-petugas operasional dan
karena tugas utamanya ialah memberikan
bimbingan langsung kepada petugas-petugas
tersebut. Karena ia masih harus menguasai
seluk-beluk daripada kegiatan-kegiatan yang
operatif sifatnya.
Administrative
Management
Middle
Management
Supervisitory
Management
Sebaliknya apabila seseorang berhasil
menduduki jabatan pimpinan yang semakin
tinggi terutama dalam organisasi yang besar
ia semakin “terpisah” jauh dari kegiatankegiatan operasional dan sifat tugasnya
beralih dari pemberian bimbingan langsung
kepada petugas-petugas operatif menjadi
tugas
penentuan
tujuan,
perumusan
kebijakan, penggerakan kelompok pimpinan
pada tingkat yang lebih rendah, dan
memikirkan hal-hl yang sifatnya lebih
menyeluruh.
MS
TS
MS
TS
MS
TS
Keterangan : MS = Managerial Skills
TS= Technical Skills
Gambar 3
Perbandingan antara managerial skills dan managerial know how yang perlu dimiliki seseorang
pada berbagai tingkat kepemimpinan dalam suatu organisasi, dibandingkan dengan technical skills
yang diperlukan
Kepemimpinan di dalam suatu
organisasi hanya efektif jika kepemimpinan
itu diterima oleh orang lain yang disebut
bawahan. Maka kepemimpinan harus
diimbangi oleh kepengikutan (followership).
Kepengikutan itu harus didasarkan kepada
“teori penerimaan” (acceptance theory).
Dengan perkataan lain kepemimpinan
seseorang harus diakui dan diterima oleh
para bawahannya, sehingga wewenangnya
untuk memimpin, keinginan-keinginannya
yang
hendak
direalisasikan,
dimanifestasikan
oleh
kerelaan
dan
kemampuan
bawahan
untuk
melaksanakannya sesuai dengan keinginan
pemimpin tersebut.
Agar semua itu dapat terwujud maka
seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat
sebagai berikut :
1. Memiliki kondisi fisik yang sehat
sesuai dengan tugasnya.
2.
3.
Berpengetahuan luas.
Mempunyai keyakinan bahwa
organisasi akan berhasil mencapai
tujuan yang telah ditentukan
melalui dan berkat pimpinannya.
4. Mengetahui dengan jelas sifat
hakiki dan kompleksitas dari tujuan
yang hendak dicapai.
5. Memiliki stamina (daya kerja) dan
antusiasme yang besar.
6. Gemar dan cepat mengambil
keputusan
7. Objektif
dalam
arti
dapat
menguasai emosi dan lebih banyak
mempergunakan rasio.
8. Adil
dalam
memperlakukan
bawahan.
9. Menguasai prinsip-prinsip human
relations.
10. Menguasai
tekhnik-tekhnik
berkomunikasi.
11. Dapat dan mampu bertindak
sebagai penasihat, guru dan kepala
terhadap bawahannya tergantung
atas situasi dan masalah yang
dihadapi.
12. Mempunyai
gambaran
yang
menyeluruh tentang semua aspek
kegiatan organisasi.
4.1 Metode kepemimpinan
Menurut Ordway Tead dalam bukunya
the art of administration (1951) dalam
Kartini
Kartono
(2006:62)
metode
kepemimpinan yang baik adalah :
1.
Memberi perintah
Dalam memberi perintah ada beberapa
faktor yang harus diperhatikan yaitu :
A. Kondisi pribadi individu yang
diberi perintah
B. Situasi lingkungan sekitar
C. Perintah harus jelas, ringkas,
namun tegas dan tidak
kemajemukan arti sehingga
bisa membingungkan serta
mudah dimengerti
D. Kesopansantunan
dalam
penyampaian perintah
E. Penggunaan nada suara yang
wajar,
netral,
tidak
dipaksakan, cukup ramah,
agar mudah dan enak
ditangkap.
2.
Memberi celaan dan pujian
Celaan harus diberikan secara objektif
dan tidak bersifat subyektif juga tidak
disertai emosi-emosi yang negatif
(benci, dendam, curiga, dll)
3.
Memupuk tingkah laku pribadi
pemimpin yang benar
Pemimpin harus bersifat objektif dan
jujur serta menjauhkan diri dari rasa
pilih kasih atau favoritisme karena hal
ini bisa menurunkan moral anggotaanggota yang lainnya.
4.
Peka terhadap saran-saran
Sifat pemimpin itu harus luwes dan
terbuka dan peka terhadap saran-saran
eksternal yang bersifat positif lainnya.
5.
Memperkuat rasa kesatuan kelompok
Untuk menghadapi macam-macam
tantangan luar dan kekomplekan
situasi masyarakat modern perlu
pemimpin bisa menciptakan rasa
kesatuan
kelompoknya
dengan
loyalitas tinggi dan kekompakan yang
utuh.
6.
Menciptakan disiplin diri dan disiplin
kelompok
7.
Meredam kabar angina dan isu-isu
yang tidak benar
4.2 Tipe-tipe pemimpin
Dilihat
dari
sudut
gaya
manajerialnya,para
pemimpin
dalam
berbagai
bentuk
organisasi
dapat
digolongkan dalam lima tipe, yaitu sebagai
berikut :
1. Tipe pemimpin otokratik,
Seorang pemimpin dapat dikategorikan
pada
tipe
otokratik
apabila
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
A. Menganggap organisasi sebagai
milik pribadi
B. Mengindentikkan tujuan pribadi
dengan tujuan organisasi
C. Menganggap bawahan sebagai alat
semata-mata
D. Tidak mau menerima kritik, saran,
dan pendapat
E. Terlalu
bergantung
kepada
kekuasaan formalnya
F. Dalam tindakan penggerakannya
sering mempergunakan approach
yang mengandung unsur paksaan
dan punitif (bersifat menghukum)
Dari sifat-sifat tersebut di atas jelas
terlihat bahwa tipe pemimpin yang
demikian tidak tepat untuk suatu
organisai modern di mana hak-hak asasi
manusia serta harkat dan martabat yang
menjadi bawahan itu harus dihormati
2.
3.
Tipe pemimpin militeristik
Seorang pemimpin tipe militeristik
tidak identik dengan seorang pemimpin
organisasi militer. Pemimpin tipe ini
memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
A. Dapat menggerakkan bawahan
sistem perintah yang lebih sering
dipergunakan
B. Dalam menggerakkan bawahan
senang bergantung kepada pangkat dan
jabatannya
C. Senang kepada formalitas berlebihlebihan
D. Menuntut disiplin tinggi dan kaku
terhadap bawahan
E. Sukar menerima kritikan dari
bawahannya
F. Menggemari upacara-upacara untuk
berbagai keadaan
Terlihat pula dari sifat-sifat tersebut
bahwa
seorang
pemimpin
yang
militeristik bukanlah seorang pemimpin
yang ideal.
Tipe pemimpin paternalistik
4.
5.
Seorang pemimpin yang tergolong
paternalistik memiliki sifat-sifat sebagai
berikut :
A. Menganggap bawahannya sebagai
manusia yang tidak dewasa
B. Bersikap terlalu melindungi (over
protective)
C. Jarang memberikan kesempatan
kepada
bawahannya
untuk
mengambil keputusan
D. Jarang memberikan kesempatan
kepada
bawahannya
untuk
mengambil inisiatif
E. Jarang memberikan kesempatan
kepada
bawahannya
untuk
mengembangkan daya kreasi dan
fantasinya
F. Sering bersikap mahatahu
Harus diakui bahwa untuk keadaan
tertentu, seorang pemimpin yang
demikian sangat diperlukan, akan tetapi
sifat-sifatnya yang negatif mengalahkan
sifat-sifatnya yang positif.
Tipe pemimpin karismatik
Sampai dengan saat ini, para
sarjana belum berhasil menemukan
sebab-sebab
mengapa
seorang
pemimpin memiliki kharisma, yang
tampak adalah bahwa pemimpin yang
demikian mempunyai daya tarik yang
amat besar dan karena pada umumnya
mempunyai pengikut yang jumlahnya
sangat besar, meskipun para pengikut
itu sering pula tidak dapat menjelaskan
mengapa mereka menjadi pengikut
pemimpin itu.
Tipe pemimpin demokratik
Pengetahuan
tentang
kepemimpinan telah membuktikan
bahwa
tipe
pemimpin
yang
demokratiklah yang paling tepat untuk
organisasi modern karena:
A. Dalam
proses
penggerakan
bawahan selalu bertitik tolak dari
pendapat bahwa manusia itu adalah
makhluk termulia di dunia
B. Selalu
berusaha
mensinkronisasikan
kepentingan
dan tujuan organisasi dengan
kepentingan dan tujuan pribadi para
bawahannya
C. Ia
senang
menerima
saran,
pendapat, bahkan kritik dari
bawahannya
D. Selalu berusaha mengutamakan
kerja sama dan teamwork dalam
usaha mencapai tujuan
E. Dengan
ikhlas
memberikan
kebebasan yang seluas-luasnya
kepada bawahannya untuk berani
bertindak
meskipun
mungkin
berakibat pada kesalahan yang
kemudian dibimbing dan diperbaiki
agar bawahan itu tidak lagi berbuat
kesalahan yang sama, akan tetapi
lebih berani untuk bertindak di
masa depan
F. Selalu berusaha untuk menjadikan
bawahannya
lebih
sukses
daripadanya
G. Berusaha mengembankan kapasitas
diri pribadinya sebagai pemimpin
Secara implisit tergambar bahwa
untuk menjadi pemimpin tipe
demokratik bukanlah suatu hal
yang mudah untuk dicapai. Akan
tetapi karena pemimpin yang
demikianlah yang paling ideal dan
yang perlu dikembangkan.
4.3 Timbulnya Seorang Pemimpin Yang
Baik
Mengenai timbulnya seorang pemimpin
yang baik akan terlihat dari beberapa
teori sebagai berikut :
1. Teori genetik (hereditary theory)
Inti dari teori ini bersumber pada
ungkapan bahwa leaders are born
and not made yang artinya seorang
pemimpin akan menjadi pemimpin
karena ia tlah dilahirkan dengan
bakat-bakat kepemimpinan. Dalam
keadaan
yang
bagaimanapun
seseorang ditempatkan, karena ia
telah
ditakdirkan
menjadi
pemimpin, satukali kelak ia akan
ditampilkan sebagai pemimpin.
Secara filosofis pandangan ini
tergolong kepada pandangan yang
fatalistik atau deterministik.
2. Teori sosial
Inti ajaran dari teori sosial ini adalah
bahwa leaders are made and not
born yang merupakan kebalikan
dari teori genetik yaitu setiap orang
bisa menjadi pemimpin apabila
diberikan pendidikan dan pelatihan
yang cukup.
3. Teori ekologis
Inti dari teori ini adalah seseorang
hanya akan berhasil menjadi
pemimpin yang baik, apabila ia
pada waktu lahirnya telah memiliki
bakat-bakat kepemimpinan yang
kemudian dikembangkan melalui
pendidikan yang teratur dan
pengalaman-pengalaman
yang
memungkinkannya
untuk
mengembangkan lebih lanjut bakat
yang memang telah dimiliki itu.
4.4 Pengambilan keputusan
Konsekuensi dari tugas pokok
memimpin itu ialah bahwa sebagian besar
waktu dari setiap pemimpin harus
dipergunakannya
untuk
mengambil
keputusan. Dengan kata lain keberhasilan
atau kesuksesan dalam memimpin akan
sangat
bergantung
bukan
pada
keterampilannya
melakukan
kegiatankegiatan operasional, akan tetapi akan
dinilai terutama dari kemampuannya dalam
mengambil keputusan.
Dengan demikian maka salah satu
persyaratan kepemimpinan yang perlu
dipenuhi oleh setiap orang yang menduduki
jabatan pimpinan ialah keberanian untuk
mengambil keputusan yang cepat, tepat,
praktis dan rasional serta memikul tanggung
jawab atas akibat dan risiko yang timbul
sebagai konsekuensi daripada keputusan
yang diambilnya. Keberanian tersebut dapat
timbul jika :
1. Pemimpin mempunyai kemampuan
analisis yang tinggi
2. Pemimpin mengetahui pengaruh dari
faktor lingkungan tempat organisasi
yang dipimpinnya bergerak
3. Secara teknis mengetahui apa yang
hendak dicapai oleh organisasi yang
dipimpinnya
4. Pemimpin yang bersangkutan memiliki
pengetahuan yang mendalam tentang
dirinya sendiri, kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahannya, termasuk di
dalamnya kemampuan dan kemauan
belajar terus-menerus
5. Pemimpin mendalami tentang perilaku
bawahannya, karena dalam rangka
kepemimpinan perilaku bawahan itu
sangat besar pengaruhnya dalam
berhasil tidaknya organisasi mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
Menurut
Ibnu
Syamsi
(2000:7)
Pengambilan keputusan dapat bersifat
tunggal yaitu sekali diputuskan tidak akan
ada kaitannya dengan masalah lainnya dan
bersifat ganda (multiple objective) yaitu satu
keputusan yang diambilnya itu sekaligus
memecahkan dua masalah (atau lebih) yang
sifatnya kontradiktif ataupun yang tidak
kontradiktif.
Pada hakekatnya pengambilan keputusan
adalah suatu pendekatan yang sistematis
terhadap suatu masalah yang dihadapi.
Pendekatan yang sistematis itu menyangkut
pengetahuan tentang hakikat masalah yang
dihadapi, pengumpulan fakta dan data yang
relevan dengan masalah yang dihadapi,
analisis masalah dengan mempergunakan
fakta dan data, mencari alternatif
pemecahan, menganalisis setiap alternate
sehingga ditemukan alternatif yang paling
rasional dan penilaian dari hasil yang
dicapai sebagai akibat keputusan yang
diambil.
V SIMPULAN
Dari berbagai uraian diatas dapat
disimpulkan yaitu :
1. Administrasi adalah keseluruhan proses
kerja sama antara dua orang manusia
atau lebih yang didasarkan atas
rasionalitas tertentu untuk mencapai
tujuan
yang
telah
ditentukan
sebelumnya.
2. Manajemen adalah sebagai proses
penyelenggaraan berbagai kegiatan
dalam rangka penerapan tujuan dan
Kemampuan atau keterampilan orang
yang menduduki jabatan manajerial
untuk memperoleh sesuatu hasil dalam
rangka pencapaian tujuan melalui
kegiatan-kegiatan orang lain.
3. Kepemimpinan adalah motor atau daya
penggerak semua sumber-sumber dan
alat (resources) yang tersedia bagi suatu
organisasi sehingga kepemimpinan
merupakan inti dari manajemen.
4. Semakin tinggi seseorang memimpin
dalam suatu organisasi atau perusahaan
maka keahlian yang dimiliki tidak lagi
technical skills melainkan managerial
skills karena tidak lagi berhubungan
langsung dengan operasional tetapi
lebih terfokus dalam pengambilan
keputusan.
5. Tanpa adanya pemimpin yang baik dan
dapat diterima oleh seluruh bawahan
yang ada maka sebaik apapun
administrasi dan manajemen yang
dijalankan tidak akan tercapai tujuan
organisai yang efisien dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. 2008. Pengantar Bisnis.
Alfabeta: Bandung
Fuad, M And Handayani Christian dkk.
2005. Pengantar Bisnis. PT
Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta
Kartono, Kartini. 2006. Pemimpin Dan
Kepemimpinan
“Apakah
Kepemimpinan
Abnormal
Itu?”.
PT
RajaGrafindo
Persada: Jakarta
Mulyono.
2008.
Manajemen
Administrasi Dan Organisasi
Pendidikan.
Ar-Ruzz
Media:Yogyakarta
Siagian, P. Sondang. 2008. Filsafat
Administrasi. Bumi Aksara: Jakarta
Syamsi, Ibnu, S.U. 2000. Pengambilan
Keputusan
Dan
Sistem
Informasi.
Bumi
Aksara:
Jakarta
Tjiptono, Fandy. 2005. Strategi Bisnis.
Andi: Yogyakarta
Download