blastomycesdermatitidis068114053

advertisement
Veronika Yuni C. S
Elfrieda Ignatine Y. M. P
068114051
068114053
Blastomyces dermatitidis
Blastomyces dermatitidis adalah suatu fungi dimorfik yang tumbuh dalam jaringan mamalia sebagai
sel-sel bertunas dan dalam biakan pada suhu 20°C sebagai fungi. Fungi ini menyebabkan blastomikosis,
suatu penyakit granulomatosa kronik. Di Kanada, AS, dan Meksiko disebut blastomikosis Amerika
Utara. Kasus di Amerika Tengah dan Selatan, Afrika, Timur Tengah, Polandia, dan India
menunjukkan penyebaran di seluruh dunia. Hal ini tidak berkaitan dengan lokasi geografik khusus,
contohnya penyakit di Amerika Utara tidak ditemukan di Inggris.
Morfologi & Identifikasi
Stadium seksual askomisetosa dinamakan Ajellomyces dermatitidis. Dalam jaringan, nanah, atau eksudat,
Blastomyces dermatitidis tampak sebagai sel bertunas yang bulat dan multinukleat (8-15 µm) dengan dinding
yang berbias ganda. Tiap-tiap sel biasanya hanya mempunyai satu tunas dengan dasar yang luas. Koloni pada
agar darah dengan suhu 37°C berkerut, seperti lilin, lunak, dan sel-selnya secara morfologik sama seperti pada
stadium jaringan, walaupun dapat juga ditemukan hifa bersegmen pendek. Bila tumbuh pada agar Sabouraud
dengan suhu kamar, terbentuk koloni putih atau kecoklatan, dengan hifa bercabang yang menghasilkan konidia
bulat atau lonjong bergaris tengah 2-10 µm pada ujung yang ramping atau konidiofora lateral.
Struktur Antigen
Ekstrak filtrat biakan Blastomyces blastomisin, mungkin merupakan campuran antigen. Pada tes ikatan
komplemen, blastomisin memberikan reaksi-silang dengan infeksi-infeksi jamur lainnya, tetapi juga bereaksi
terhadap titer yang tinggi pada orang dengan blastomikosis yang tersebar luas. Serum spesifik hewan
memungkinkan untuk melihat sel-sel Blastomyces yang bertunas dalam jaringan dengan cara imunofluoresensi.
Paogenesis & Gambaran Klinik
Infeksi pada manusia paling sering terjadi mungkin melalui saluran pernapasan. Kadang-kadang ditemukan
kasus ringan yang sembuh sendiri. Gambaran klinik yang paling sering adalah infiltrat paru dalam kaitannya
dengan berbagai gejala umum yang tidak dapat dibedakan dengan infeksi akut pernapasan bagian bawah
lainnya (demam, malaise berkeringat malam, batuk, mialgia). Pasien dapat juga menderita pneumonia kronik.
Pemeriksaan histologik menyatakan reaksi “pygranulomatosa” yang jelas dengan netrofil dan granuloma
nonkaseosa. Bila terjadi penyebaran, lesi-lesi kulit paling sering terjadi pada permukaan terbuka. Lesi dapat
berubah menjadi granuloma verukosa bertukak disertai tepi yang meluas dan bagian tengah yang membentuk
parut. Pinggir-pinggir terisi oleh asbes mikro dan mempunyai tepi yang tegas dan landai. Timbul lesi-lesi pada
tulang, prostat, epididimis, dan testis; tempat-tempat lain lebih jarang terkena. Tidak seperti mikosis lainnya,
tidak nampak terjadi peningkatan kejadian blastomikosis pada orang dengan fungsi imun yang tertekan
(termasuk AIDS).
Pengobatan
Sebelum ditemukannya amfoterisin B pada tahun 1956, blastomikosis merupakan penyakit dengan prognosis
yang buruk. Amfoterisin B secara intravena bersifat menyembuhkan pada sebagian besar pasien dengan
penyakit paru dan penyakit yang menyebar. Pemberian ketokonazol dan itrakonazol selama 6 bulan dapat juga
dilakukan dan pengobatan yang gagal biasanya disebabkan oleh pengobatan yang tidak lengkap. Rendahnya
toksisitas dan pemberiannya yang dapat secara oral membuat obat ini dipilih untuk blastomikosis, walaupun
amfoterisin B masih digunakan untuk mengendalikan penyakit yang berkembang dengan cepat atau yang
mengancam jiwa.
Epidemiologi
Blastomikosis relatif sering ditemukan pada anjing dan beberapa hewan lainnya di daerah-daerah endemik.
Peningkatan bentuk anjing ini menandai terjadinya wabah manusia. Blastomikosis tidak dapat ditularkan oleh
hewan ataupun manusia. Diduga, hewan dan manusia terinfeksi dengan menghirup konidia Blastomyces yang
tumbuh di tanah. Telah dilaporkan keberhasilan isolasi dari kayu yang membusuk.
Download