resumePLBII_trimaryani 3pa09/10/11/12 – PLB 2014 Psikologi lintas budaya Budaya dan Psi lintas budaya Manusia tidak dapat dilepaskan dari budaya. Psikologi juga mempelajari budaya yg terkait dgn manusia itu sendiri. Dengan mengenali budaya sbg konteks dimana manusia berperilaku, kita dapat memperoleh gambaran yg lbh jelas mengenai manusia dan hal-hal yg melatarbelakangi munculnya tingkah laku pd manusia tsb. PLB : sebuah studi komparatif dan kritis mengenai pengaruh-pengaruh budaya pada psikologi manusia. Studi lintas budaya membahas dan menguji tingkah laku manusia dalam beragam latar belakang, mis jenis kelamin, ras, suku, kelas sosial, gaya hidup, dsb (Matsumoto & Juang, 2004). Budaya : suatu set dari sikap, perilaku, dan symbol-simbol yang dimiliki bersama oleh manusia dan biasanya dikomunikasikan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Shiraev & Levy, 2010). Manusia tidak lahir dengan membawa budayanya, melainkan budaya tsb di wariskan dari generasi ke generasi. Mis orang tua kpd anak, guru kepada murid, pemerintah kpd rakyat dsb. Dalam membahas budaya kita sering kali tidak dapat melepaskan diri dari istilah masyarakat, Ras dan etnik. Ketiga pengertian tsb sering dicampur aduk, Ras: persamaan fisik, diturunkan/genetik , Etnik: persamaan budaya (bahasa, tradisi, dll), Masyarakat: persamaan tempat dan waktu. 4 macam pengetahuan dalam Psi lintas budaya a. Pengetahuan yang pertama adalah pengetahuan yang bersifat Ilmiah. Misalnya Penelitian Subyakto (1971 dalam Meinarno, Widianto, & Halida, 2011) mengenai masyarakat di provinsi Maluku b. Pengetahuan yang kedua adalah pengetahuan yang bersifat Populer, misalnya mitos Nyi Roro Kidul yang sangat dipercaya di daerah pantai selatan. Hal ini menyebabkan banyak orang yang menghindari warna hijau saat sedang ke pantai tersebut. Dikalangan etnik Amungme dan komoro, di kabupaten Mimika, Papua, terdapat kepercayaan bahwa umat 1 resumePLBII_trimaryani manusia berasal dari dua bersaudara papua. Yang seorang berkulit putih, yang seorang lagi berkulit hitam. c. Pengetahuan ketiga adalah pengetahuan yang bersifat ideologi (nilai). Nilai-nilai tersebut biasanya berkaitan dengan agama, adat, dan lain sebagainya. d. Pengetahuan terakhir adalah hukum, yaitu sesuatu yang mengatur fungsi/perilaku manusia. Missal UU No 44/2008 tentang pornografi yang ditolak oleh provinsi bali, papua barat, dan NTT dengan alasan bertentangan dengan kearifan lokal. Budaya dan kognisi >> Hofstede menyatakan budaya adalah kumpulan representasi mental tentang dunia. >> Berry, Poortinga, Segall & Dasen (1992), budaya adalah produk dari kognisi yang muncul dalam berbagai bentuk, seperti norma, keyakinan, pendapat, nilai dan sebagainya. >> (Sarlito W Sarwono), budaya sebagai kognisi yaitu sebuah sistem informasi dan bermakna khusus di pakai bersama-sama oleh manusia dan diwariskan secara turun temurun, yang memungkinkan sekelompok orang memenuhi kebutuhan dasarnya untuk bertahan hidup, mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan, serta memperoleh kebermaknaan hidup. Tanpa kita sadari, budaya mempengaruhi cara kita menerima dan memproses informasi mengenai lingkungan di sekitar kita (Matsumoto & Juang, 2004). Hal ini tampak dalam penelitian yang dilakukan oleh Greenfield, Reich, dan Oliver (1966) dalam menggolongkan barang pada orang-orang dewasa amerika keturunan Afrika (kulit hitam), orang dewasa Amerika kulit putih dan anak-anak Amerika kulit putih. Hasil penelitian: 1). Dewasa kulit putih menggolongkan berdasarkan jenis/fungsi 2). Anak kulit putih menggolongkan berdasarkan warna 3). Dewasa kulit hitam menggolongkan berdasarkan warna. Hasil penelitian ini memeberikan kesan bahwa ada sesuatu di samping kematangan yang bertanggung jawab atas perilaku yang muncul tersebut, misalnya budaya dan tingkat pendidikan yang dimiliki partisipan (Matsumoto & Juang, 2004). 2 resumePLBII_trimaryani Budaya dan Persepsi Persepsi adalah proses mengumpulkan informasi mengenai dunia melalui penginderaan yang kita miliki (Matsumoto & Juang, 2004). Persepsi individu di pengaruhi oleh beberapa hal, seperti pengalaman pribadi, status sosial ekonomi, kondisi lingkungan (Shiraev & Levy, 2010; Matsumoto & Juang, 2004). Matsumoto dan Juang (2004) menambahkan beberapa faktor lain dalam budaya yang dapat mempengaruhi persepsi individu, antara lain: tingkat pendidikan, suku, dan emotivasi dalam melihat beberapa jenis objek (pebelitian Broota dan Ganguli di tahun 1975). Kebanyakan informasi mengenai pengaruh budaya terhadap persepsi dating dari penelitian mengenai persepsi visual. Penelitian persepsi visual ini menggunakan ilusi optic (optical illusion), yaitu persepsi yang melibatkan perbedaan nyata melibatkan perbedaan nyata antara bagaimana sebuah objek terlihat dan bagaimana sebenarnya objek tersebut (Matsumoto & Juang, 2004). Pengaruh budaya pada persepsi visual Ilusi Muller Lyer Ilusi Ebbinghaus Hudson (1960 dalam Matsumoto & Juang, 2004) melakukan sebuah penelitian menarik untuk melihat perbedaan budaya dalam persepsi. Berdasarkan tujuan tersebut, ia kemudian membuat beberapa buah gambar. Penelitian yang ia lakukan terhadap masyarakat Amerika dan Bantu ini menunjukkan bahawa terdapat perbedaan pada persepsi kedalaman (in depth perception) mereka yang berkaitan dengan tingkat pendidikan dan paparan terhadap budaya eropa. 3 resumePLBII_trimaryani Gajah di tengah yang tampak kecil itu, dipersepsikan sebagai jauh lebih besar daripada manusia rusa, sementara orang Bantu yang tidak pernah mengalami pendidikan eropa, akan tetap mempersepsi gajah lebih kecil dari dua objek lainnya. Etnosentrisme, Prasangka dan stereotipe Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat dunia melalui kacamata budaya sendiri - Menentukan baik buruk , normal-abnormal, benar-salah, dan lain-lain - Baik untuk diri sendiri maupun untu orang lain Etnosentrise dibagi dua: Etnosentrisme Infleksibel/kaku, hanya bisa memahami sesuatu berdasarkan perspektif yang dimiliki dan tidak mampu memahami perilaku orang lain berdasarkan latar belakangnya Etnosentrisme Fleksibel, meletakkan etnosentrismen dan persepsi mereka secara tepat dan bereaksi terhadap suatu realitas didasarkan pada cara pandang budaya mereka serta menafsirkan perilaku orang lain berdasarkan latar belakangnya. 4 resumePLBII_trimaryani Diperlukan upaya-upaya untuk memperkuatnya, mengetahui bagaimana cara kita memahami realitas sebagaimana yang biasa kita lakukan dalam cara tertentu. Contoh: dalam melakukan penilaian tentang ketidaksopanan sebab apa yang sopan menurut budaya kita mungkin saja bukan merupakan kesopanan dalam budaya lain. Lawan dari etnosentrisme adalah Etnorelativisme , yaitu kepercayaan bahwa semua budaya dan subkultural pada hakikatnya sama dinilai memiliki kedudukan yang sama penting dan berharganya. Selanjutnya etnosentrisme dapat menimbulkan prasangka. Prasangka adalah sikap yang tidak menguntungkan baik bagi individu, golongan, atau kelompok lain, karena didasarkan pada pandangan yang belum terbukti kebenarannya (Meinarno dkk, 2011). Prasangka ini terdiri dari dua jenis yaitu prasangka eksplisit dan prasangka implisit. Prasangka eksplisit adalah prasangka yang diutarakan secara terbuka di hadapan public. Sementara itu, prasangka implicit adalah prasangka yang merupakan bagian dari nilai, kepercayaan, atau sikap masyarakat. Penyebab prasangka : - Sosial-biologi dan evolusi (van berghe, 1981) - Konflik/kekuasaan antar kelompok (Duckitt, 1992, Healey, 1998) - Faktor sosial budaya Jane Elliot, 1960: Eksperimen diskriminasi (murid dibagi dalam kelas mata biru dan mata coklat) Adorno dkk., 1950: faktor pengaruh kepribadian otoriter terhadap kelompok Cambel & Levine, 1965: faktor psikologis (loyalty, hostility, authoritarianism, rigidity, self esteem) Vrij & Winkel (1994): paparan pada perbedaan Stereotipe adalah gambaran umum yang kita miliki tentang sekelompok orang, terutama tentang karakteristik psikologis atau cirri kepribadian yang mendasarinya (Lee, Jussim, & McCauley, 1955 dalam Matsumoto & Juang, 2004). Stereotipe bisa menjadi positif ataupun negative. Misalnya stereotipe orang Asia adalah pekerja keras, orang jerman yang dianggap sebagai orang yang rajin dan berpikiran ilmiah.. disamping itu, stereotype juga dapat benar secara 5 resumePLBII_trimaryani umum benar atau benar-benar salah. Stereotype yang didasarkan pada pengamatan factual disebut sebagai sociotypes (Triandis, 1994). Namun stereotype dapat pula tidak berdasar sama sekali. Karena stereotype dapat diperoleh tanpa observasi langsung terhadap perilaku seseorang, beberapa stereotipe tidak memiliki hubungan faktual dengan kelompok target (Matsumoto & Juang, 2004). ENKULTURASI Enkulturasi Muslim haram makan daging babi Orang Prancis makan daging kuda dan bekicot (escardo), tetapi jijik makan jeroan Orang cina makan ular, monyet, dan sebagainya tetapi muak makan keju Orang katolik makan ikan hanya tiap jumat Budhist vegetarian Orang hindu haram makan makan sapi India makan laba-laba, semut, ulat Orang Vietnam dan Batak makan daging anjing, orang manado makan kelelawar Enkulturasi (pembudayaan) ialah Kebudayaan adalah pemahaman tentang dunia dan bagaimana orang dewasa harus berperilaku dalam konteks pemahaman itu. Kebudayaan dipelajari sejak kecil, melalui pengalaman panjang (tidak bisa dipahami dari baca buku saja). Pembelajaran kebudayaan melalui sosialisasi (proses belajar tentang norma, sikap, nilai dan sistem kepercayaan) dan enkulturasi (mengadopsinya sebagai hasil sosialisasi. dimana seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pemikiran serta sikapnya terhadap adat istiadat, sistem norma, dan peraturan yang hidup dalam kebudayaan. Proses enkulturasi dapat dilihat pada kegiatan orang tua yang mengajak anaknya saat bekerja atau pergi ke tempat ibadah (Meinarno dkk, 2011). Enkulturasi dapat dikatakan proses ketika individu memilih nilai-nilai yang dianggap baik dan pantas untuk hidup bermasyarakat sehingga dapat digunakan sebagai pedoman bertindak. Enkulturasi Terjadi agak dipaksakan pada anak-anak ketika dewasa akan belajar secara lebih sadar untuk menerima atau menolak nilai-nilai atau anjuran-anuran dari masyarakatnya. 6 resumePLBII_trimaryani Lingkungan budaya anak (Brofenbrenner) Agen-agen sosialisasi & enkulturasi Orang-orang atau institusi yang mengajarkan dan mengukuhkan budaya: - Macrosystem Exosystem Orang tua Keluarga Teman Tetangga Media massa Mesosystem Microsystem (lingk. Terkecil) Bronfenbrenner (1979) percaya bahwa perkembangan manusia itu bersifat dinamis. Didalamnya terhadap proses interaktif antara individu dan lingkungannya dalam beberapa tingkat. Tingkatan ini antara lain microsystem (lingkungan yang berinteraksi langsung dengan individu misalnya keluarga, sekolah, teman-teman dsb), mesosystem (hubungan antara microsystem, mis antara sekolah dan keluarga), exosystem (lingkungan yang tidak memiliki efek langsung terhadap individu, mis tempat bekerja orang tua) dan macrosystem (missal, budaya, agama, media sosial, dan masyarakat). Budaya dan Perkembangan kognitif Dalam teori Piaget (1951), perk kognitif anak terbagi ke dalam empat tahap. Keempat tahap tsb adalah Sensorimotor (usia 0-2 tahun) dimana bayi mulai mengenal dunia melalui pancaindera (sensory) dan gerak tubuhnya (motorik), yang kedua Preoperational (usia 2 – 6/7 tahun) dimana biasanya anak sudah tahu hubungan sebab akibat walau belum bisa menggunakan logika,, keterampilan motorik berkembang, egosentrisme mulai berkurang . yang ketiga concrete operational (usia 6/7 – 11 tahun) dimana anak mulai bisa berpikir logis dan yang keempat formal operational (usia 11 tahun keatas) dimana sudah mampu berpikir abstrak dan logis. Tahapan perkembangan kognitif ini tidak seragam di seluruh budaya orang0orang yang tidak pernah bersekolah atau kuliah di sekolah barat menunjukkan performa yang buruk pada tugas-tugas formal operation (Laurendeau-Bendavid. 1977; Shea, 1985). Penemuan ini kemudian memunculkan anggapan bahawa tugas-tugas piagetian bergantung pada pengetahuan yang pernah didapat dan nilai-nilai budaya dibandingkan sekadar kemampuan kognitif (Matsumoto & Juang, 2004). 7 resumePLBII_trimaryani Budaya dan Bahasa Semua manusia punya bahasa (faktor etic ) - Bayi seluruh dunia mengeluarkan bunyi yang sama Bahasa adalah media komunikasi pada manusia Tetapi bayi belajar bahasa yang berbeda-beda, tergantung dari pengaruh pengasuhnya manusia mempelajari mengenai budayanya Bahasa menciptakan budaya, dan budaya mempengaruhi bahasa Semua manusia memiliki bahasa. Bahasa merupakan media komunikasi manusia. Bahasa dan budaya memiliki hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Bahasa menciptakan budaya yang dimiliki manusia, namun budaya juga dapat mempengaruhi bahasa yang digunakan manusia. Matsumoto & Juang (2004) mengatakan hubungan timbale balik antara budaya dan bahasa menunjukkan bahwa tidak ada satupun budaya yang dapat dipahami tanpa memahami bahasanya, begitu pula sebaliknya. Melalui bahasa, kita dapat memahami bagaimana pola piker manusia dari suatu budaya tertentu. Hal ini juga membantu kita untuk memahami bagaimana ia memandang dunia. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengamati hubungan antara budaya dan bahasa adalah dengan mencatat hubungan antara perbedaan bahasa pada masing-masing budaya dan kosakatanya (Matsumoto & Juang, 2004). Kosa kata adalah kata-kata yang terkandung dalam bahasa (Matsumoto & Juang, 2004). Masing-masing budaya memiliki kosa kata yang berbeda. Bahasa berbeda di setiap bangsa, etnik, kelompok (emic) Lexicon/Vocabulary/kosa kata: - Bahasa inggris tidak membedakan lontong dari ketupat; sup; soto, atau bakso - kuah; gado-gado atau ketoprak; pantun dan gurindam. Dalam bahasa jawa ada ekspresi: mak nyus (makanan terasa enaksekali di lidah), mak nyos (tiba-tiba kena api/panas), dan mak nyes (dingin sekali) Bahasa Indonesia ada “kami dan “kita”, dalam bhasa inggris hanya “we” “wir” (jerman) atau “nous” (prancis) . Pragmatic/kegunaan kontekstual: - Bahasa lisan, bahasa gaul, bahasa sms, bahasa Koran, bahasa novel, bahasa ilmiah - Representasi tingkat sosial: kromo inggil (jawa), hamba, berkenan (Melayu/Indonesia) 8 resumePLBII_trimaryani Budaya dan Gender DEFINISI Seks (jenis kelamin) – perbedaan biologic dari fisiologik (faal) antara pria dan perempuan Peran seksual (peran jenis kelamin) – perilaku dan pola aktivitas yang bisa dilakukan oleh pria dan perempuan terkait dengan perbedaan biologiknya Identitas seksual (Identitas jenis kelamin) – tingkat kesadaran dan pengakuran terhadap jenis kelamindan peran jenis kelamin Gender – perilaku dan pola aktivitas yang dianggap layak oleh suatu masyarakat/kebudayaan untuk laki-laki dan perempuan. Misalanya sudah jadi kepercayaan umum bahwa laki-laki lebih agresif dan kurang emosional ketimbang perempuan. DEFINISI Peran Gender – sampai dimana seseorang mengadopsi perilaku spesifik gender yang digariskan oleh kebudayaan orang tersebut. Misalnya sampai dimana seorang perempuan mengambil peran mengasu dan mendidik anak, dan seorang laki-laki dalah mencari nafkah untuk keluarganya. Identitas Gender – sampai dimana seseorang sadar atau mengakui bahwa dirinya mengadopsi peran gender tertentu. Stereotipe Gender – cirri-ciri psikologik atau perilaku yang secara khusus diasosiasikan dengan laki-laki atau perempuan. Misalnya seperti guru TK (taman kanak-kanak) adalah pekerjaan untuk perempuan, sedangkan penerbang adalah pekerjaan untuk perempuan. Penelitian antropolog Margaret Mead (1963a) membuktikan bahwa di papua nugini, ada suku-suku bangsa yang memberlakukan peran gender berbeda dari yang biasa kita ketahui : 9 resumePLBII_trimaryani 1) Suku Arapesh, oramg Arapesh menganggap baik laki-laki maupun perempuan punya sifat feminim, keduanya peka secara emosional dan pasif. 2) Suku Mundugumor, menganggap laki-laki dan perempuan sama-sama maskulin, agresif, dan suka berperang 3) Suku Tchambuli, perempuan tchambuli mengerjakan pekerjaan sehari-hari, mencari makan, memperbaiki sarana dan prasarana, membuat keputusan-keputusan penting dalam keluarga, sementara laki-lakinya berhias, feminism dan mengasuh anak. Penelitian lain di suku bugis, Sulawesi selatan menemukan bahwa di kalangan etnik tu ada lima macam gender : 1) Bissu, yaitu dukun spiritual (laki-laki) yang mampu melakukan peran gender lakilaki maupun perempuan 2) Calabai, yaitu laki-laki berperan seperti perempuan atau disebut juga false woman 3) Calalai, yaitu perempuan yang berperan seperti laki-laki 4) (poin 4 dan 5) dan tentunya saja laki-laki dan perempuan biasanya Adapun teori gender dari Sandra Bem (1976), yang menyatakan bahwa di kebudayaan barat, ada tiga gender bukan dua: 1) Androgin, yaitu orang, baik yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan yang bisa melaksanakan peran gender laki-laki dan perempuan. 2) Laki-laki biasa (maakulin) 3) Perempuan (feminim) 10 resumePLBII_trimaryani Budaya dan stereotipe gender Penelitian Williams and Best (1982) di 30 negara menemukan kesamaan lintas-budaya yangs angat tinggi tentang sifat-sifat yang digunakan untuk menggambarkan laki-laki dan perempuan. Laki-laki selalu digambarkan bersifat lebih kuat dan lebih aktif Partisipan dari jepang dan Afrika Selatan lebih menyukai sifat-sifat laki-laki; italia dan peru lebih menyukai sifat-sifat perempuan Hubungan antara seks dan Gender antar budaya Perbedaan peran seksual terjadi secara universal Penelitian Georgas dkk. (2006) di 30 negara mengungkapkan bahwa perempuan melakukan sebagian terbesar pekerjaan rumah. Di semua Negara, ayah paling peduli pada masalah finansial, baru masalah ekspresif (emosi yang menyenangkan dalam keluarga), dan yang paling akhir pengasuhan anak. Di semua Negara, dikalangan masyarakat bawah, ibu paling peduli pengasuhan anak. Perbedaan hakikat dan intensitas antar jenis kelamin, gender, peran gender, ideology gender dan stereotipe gender ditentukan oleh budaya 11