1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara ke arah yang lebih terbuka. Perekonomian terbuka adalah terjadinya perdagangan internasional. Perekonomian yang terbuka banyak melibatkan perusahaan dalam suatu rangkaian bisnis seperti perusahaan Multi National Corporate (MNC). Membandingkan laporan perusahaan multinasional memerlukan suatu standar. Standar akuntansi yang seragam dapat memudahkan stakeholders untuk memahami laporan perusahaan multinasional. Perbedaan standar dapat diatasi dengan standar akuntansi yang dapat diterima secara umum yaitu International Financial Reporting Standard (IFRS). IFRS adalah pedoman penyusunan laporan keuangan yang dapat diterima secara global. IFRS yang ada saat ini mengalami sejarah yang cukup panjang dalam proses terbentuknya. Mulai dari terbentuknya International Accounting Standar Committee (IASC), International Accounting Standar Board (IASB), hingga menjadi IFRS seperti yang ada saat ini. Penggunaan IFRS oleh suatu negara, dapat dikatakan negara tersebut telah mengadopsi sistem pelaporan keuangan yang dapat diterima dan diakui secara global di seluruh dunia sehingga memungkinkan pasar dunia mengerti tentang laporan keuangan perusahaan dimana negara tersebut berasal. 2 Adopsi IFRS adalah kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota G20 Forum. Pertemuan G20 pada 15 November 2008 di London menghasilkan kesepakatan: “Strengthening Transparency and Accountability”. Pada tahun 2012 penerapan Standar Akuntansi Keuangan diambil berdasarkan IFRS. (Lintas Berita, 2012). Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan Economies Emerging Group (EEG) ke-8 yang dilaksanakan dua hari tanggal 11 dan 12 Desember 2014 yang diadakan di Hotel Pullman. Forum yang dibentuk oleh IFRS Foundation Trustess dimana peserta EEG membahas membahas isu-isu implementasi IFRS yang umum ditemui di negara ekonomi berkembang (IAI Global, 2014). Penerapan IFRS sebagai standar pelaporan akuntansi yang bersifat global berdampak pada minimnya pilihan metode akuntansi yang dapat diterapkan sehingga akan meminimalisir praktik-praktik kecurangan akuntansi (Prihadi, 2011:4). Seito dan Mayangsari (2010) menyatakan bahwa standar akuntansi yang berkualitas akan memengaruhi kualitas laporan keuangan perusahaan. Penerapan standar akuntansi yang berkualitas diharapkan menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan yang berkualitas memiliki informasi lebih baik mengenai perusahaan sehingga informasi yang diterima calon investor dapat meningkatkan saham perusahaan atau sebagai alat analisis investor untuk mengambil keputusan investasi. Informasi akuntansi memiliki relevansi nilai jika informasi tersebut mampu memprediksi atau memengaruhi harga saham (Francis dan Schipper, 1999). Sesuai dengan Financial Accounting Concept No. 2, karakteristik kualitas informasi akuntansi terdiri dari relevansi, reliabilitas, komparabilitas dan 3 konsistensi. Informasi yang relevan dalam laporan keuangan akan membantu pengguna dalam membuat prediksi untuk mengambil keputusan. Relevansi nilai dan komparabilitas informasi akuntansi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari karakteristik kualitatif informasi akuntansi. Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan (komparabilitas) adalah bahwa pengguna laporan keuangan harus mendapatkan informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut (Ikatan Akuntan Indonesia, 2014:8). Informasi akuntansi dapat dikatakan relevan jika mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan (Kieso et al., 2007:32). Barth, et al (2008) mengemukakan bahwa informasi akuntansi dikatakan relevan jika informasi tersebut memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan harga saham. Laporan keuangan merepresentasikan kinerja perusahaan. Informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan digunakan oleh investor sebagai dasar dalam membuat keputusan. Reaksi investor atas informasi tersebut akan tercermin pada fluktuasi harga saham. Nilai laba memiliki nilai relevan karena memiliki hubungan statistik dengan harga saham yang mencerminkan nilai perusahaan (Ball dan Brown, 1968). Nilai buku memiliki nilai relevan karena nilai buku merupakan pengganti (proksi) untuk pendapatan normal masa depan yang diharapkan (Ohlson, 1995). Analisis mengenai komparasi kualitas informasi akuntansi sebelum dan sesudah pengadopsian penuh IFRS di Indonesia menghasilkan peningkatan kualitas informasi akuntansi. 4 Fenomena manajemen laba telah meramaikan dunia bisnis dan merupakan suatu permasalahan yang serius yang dihadapi oleh praktisi, seperti skandal Enron dan WorldCom sehingga menarik perhatian publik terhadap kualitas dari pelaporan keuangan (Blom, 2009). Manajemen laba yang tinggi dapat menunjukkan adanya kecenderungan manajemen memanipulasi laporan keuangan secara oportunis. Dampak dari kegiatan manipulasi, yaitu manajeman laba dapat mengurangi relevansi informasi akuntansi. Manajemen laba menghasilkan laba yang tidak sesuai dengan realitas ekonomi. Laba yang disajikan mencerminkan keinginan manajemen untuk memperlihatkan kinerja untuk tujuan tertentu, seperti menurunkan laba, menaikkan laba dan perataan laba. Regulasi lebih ketat pada perusahaan keuangan dibandingkan perusahaan non keuangan. Perusahaan keuangan terutama bank dimana struktur permodalan diatur pada peraturaan Bank Indonesia. Berbeda dengan perusahaan keuangan, perusahaan non keuangan lebih fleksibel dalam pemilihan hutang dan modal pada keputusan struktur modal perusahaan karena tidak terikat peraturan Bank Indonesia. Agar hasil dari penelitian tidak bias, maka digunakan perusahaan non keuangan. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pengadopsian IFRS umumnya mampu meningkatkan kualitas standar akuntansi di sebagian besar negara yang ditunjukkan dengan penurunan pada manajemen laba dan peningkatan dalam relevansi nilai data (Chen et al., 2010; Bartov et al., 2005; Leuz et al., 2003; Ashbaugh dan Pincus, 2001). Penelitian yang dilakukan Barth, et al (2008) menghasilkan bahwa perusahaan yang menerapkan IAS dari 21 5 negara umumnya terbukti mengurangi manajemen laba, pengakuan kerugian lebih tepat waktu, dan lebih relevansi nilai akuntansi. Penerapan IFRS tidak berpengaruh terhadap peningkatan pengakuan kerugian tepat waktu (Nuraini, 2014). 1.2 Rumusan Masalah 1) Apakah terdapat perbedaan relevansi nilai informasi akuntansi antara sebelum dan sesudah adopsi penuh IFRS? 2) Apakah terdapat perbedaan manajemen laba antara sebelum dan sesudah adopsi penuh IFRS? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini pada umumnya memiliki dua tujuan. Tujuan pertama adalah untuk mengetahui perbedaan relevansi nilai informasi akuntansi sebelum dan sesudah adopsi penuh IFRS. Tujuan kedua adalah untuk mengetahui perbedaan manajemen laba sebelum dan sesudah adopsi penuh IFRS. 1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian ini pada khususnya adalah untuk memberikan bukti empiris tentang perbedaan relevansi nilai informasi akuntansi setelah mengadopsi penuh IFRS di Indonesia. Memberikan bukti empiris tentang perbedaan manajemen laba setelah mengadopsi penuh IFRS di Indonesia. 6 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat Teoritis Temuan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan penerapan IFRS, relevansi nilai informasi akuntansi dan manajemen laba. Memperkuat teori-teori yang berhubungan dengan teori regulasi dan teori agensi. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi khususnya kepada para investor dalam mengambil keputusan dan menganalisis keuangan maupun regulator sebagai bahan acuan dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan penerapan IFRS agar senantiasa berorientasi pada kepentingan publik.