PERBEDAAN INDIVIDU DALAM PERKEMBANGAN MENTAL ANAK

advertisement
Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini
PERBEDAAN INDIVIDU DALAM PERKEMBANGAN MENTAL
ANAK USIA DINI
Oleh: Dwi Haryanti, M.Pd.I
Dosen PGRA Jurusan Tarbiyah STAIN SAS Bangka Belitung
Email: [email protected]
Abstract
Every human is created with different condition, both physical and mentality.
Children are born in different background, family background, school
environment, society, and culture where they live. If we observe, there are
significant differences between one who born in wealthy and poor family.
Therefore, those can cause different mentality growth of each child. Environment
can highly influence the children mentality growth. Conducive and educative
environment contribute more to children growth. Children grown in negative
environment will be affected with negative values. Environment pressures which
influence parent’s character also affect the children temperament. Under pressure
educating children will become uncontrolled person, because of the planting
violence character.
Key words
: Individual Difference, Mentality Growth, Early Childhood
A. Pendahuluan
Pada hakikatnya, setiap manusia diciptakan dalam keadaan yang
berbeda. Saudara kembar sekalipun, mempunyai perbedaan yang identik.
Perkembangan manusia dari awal terlahir hingga tumbuh dan berkembang
didukung oleh berbagai faktor, baik itu faktor intern maupun faktor ekstern.
Masa early childhood merupakan masa dimana anak-anak mengembangkan
potensi yang ada dalam diri mereka.
Setiap anak dilahirkan pada latar belakang yang berbeda, baik itu latar
belakang keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat serta budaya
dimana anak itu tinggal. Terdapat perbedaan yang signifikan bila kita amati
ketika anak dilahirkan dalam kondisi keluarga yang serba ada dengan anak
yang dilahirkan dalam kondisi keluarga yang kekurangan. Dengan perbedaan
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
79
Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini
kondisi lingkungan seperti itu, maka perkembangan mental setiap anak pun
akan berbeda.
Lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan pendidikan pertama
dan paling utama dalam perkembangan anak. Oleh karena itu, lingkungan
keluarga sangat berperan aktif dalam perkembangan mental anak pada
kondisi yang menuntun anak pada hal kebaikan. Lingkungan keluarga
mendidik banyak hal dalam perkembangan mental anak usia dini. Pada masa
ini, anak mengalami masa keemasan (golden age) yang merupakan masa
dimana anak mulai peka untuk menerima berbagai stimulus. Masa ini
merupakan masa pondasi untuk mengembangkan kemampuan kognitif,
bahasa, motorik, sosio emosional, agama dan moral.
Menurut Maria Montessori, masa peka anak rentang berkembang pada
masa usia dini, terutama pada usia 2 sampai 6 tahun. Masa peka merupakan
masa munculnya berbagai potensi tersembunyi atau kondisi dimana suatu
fungsi jiwa membutuhkan rangsangan tertentu untuk berkembang.1 Dalam
pembahasan ini, yang dibahas adalah mengenai perbedaan individu dalam
perkembangan mental pada masa early childhood, yang mencakup tiga aspek
pembahasan, yakni lingkungan keluarga, media pendidikan pra sekolah,
pendidikan anak saat TK dan anak asuh, serta perkembangan bahasa yang
mempengaruhi perkembangan mental anak.
B. Pembahasan
1.
Lingkungan Keluarga dan Perkembangan Mental
Kehidupan yang pertama kali dilihat oleh anak adalah rumah dan
lingkungannya. Jiwanya yang masih lentur siap menerima rangsangan yang
memberikan pengaruh terhadapnya sesuai dengan lingkungan pertamanya.
Imam Al-Ghazali mengatakan, “Anak merupakan amanah bagi kedua
orangtuanya. Hatinya yang masih suci merupakan mutiara yang masih polos
tanpa ukiran dan gambar. Dia siap diukir cenderung kepada apa saja yang
1
Hibana, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: PGTKI Press,
2005).
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
80
Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini
mempengaruhinya. Jika dia dibiasakan dan diajarkan untuk berbuat kebaikan,
dia akan tumbuh menjadi anak yang baik. Dengan begitu kedua orangtuanya
akan berbahagia di dunia dan akherat. Sedangkan apabila dia dibiasakan
berbuat jahat dan dibiarkan begitu saja seperti binatang ternak, maka dia akan
sengsara dan binasa. Dosanya pun akan dipikul oleh orang yang bertanggung
jawab untuk mengurusnya dan walinya.”2
Dari pernyataan Al-Ghazali, bahwa lingkungan keluarga mempunyai
pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan mental anak. Ketika anak
dihadapkan pada situasi keluarga yang harmonis, keluarga yang begitu hangat
memberikan kasih sayang, maka hal tersebut akan membentuk pola anak
menjadi anak yang siap pada tahap perkembangan selanjutnya.
Lingkungan begitu mempengaruhi perkembangan mental anak.
Lingkungan yang kondusif dan edukatif banyak memberikan kontribusi pada
perkembangan anak. Dengan dikelilingi oleh lingkungan keluarga yang
harmonis dan penuh kasih sayang maka akan merangsang perkembangan
mental anak ke arah yang positif. Hubungan keluarga yang erat ini
pengaruhnya lebih besar pada anak daripada pengaruh-pengaruh sosial
lainnya. Namun demikian, pengaruh dari anggota keluarga bergantung pada
hubungan individualnya dengan anak.
Laura E. Berk mengungkapkan dalam bukunya: “when low-SES
parents manage, despite daily pressures, to obtain high home Observation for
measurement of the Environment scores”3, bahwa kemiskinan, tekanan
ekonomi mempengaruhi tingkat kecemasan anak pada suatu tes. Anak yang
dibesarkan dalam lingkungan yang negatif, maka nilai-nilai negatif yang
tertanam dalam diri anak, tekanan lingkungan mempengaruhi kepribadian
orang tua yang kemudian berpengaruh terhadap temperamental anak. Anak
yang dididik dengan kekerasan, maka konsekuensinya anak menjadi tidak
terkontrol, karena penanaman sikap yang keras terhadap anak.
2
Muhammad Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi, terj. Salafuddin Abu
Sayyid (Solo: Pustaka Arafah, 2009), hlm. 19.
3
Laura E. Berk, Development Though The Lifespan (Printed in the United States
of America, 2006), hlm. 244.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
81
Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini
Lingkungan keluarga, dalam hal ini orangtua, mempunyai tanggung
jawab yang sangat besar untuk perkembangan anak. Misalnya seorang ibu, ia
adalah orang pertama yang dikenal dan selalu dicari oleh anak. Di tangan
ibulah pendidikan yang pertama dan utama bagi anaknya. Mendidik anak
merupakan sesuatu yang urgent, maka bagi orangtua, harus adanya
kesungguhan, persiapan, dan kesiapan yang luar biasa. Dalam tahun-tahun
pertama kehidupannya, seorang anak sangat dekat dengan ibunya, sehingga
dari sinilah terbentuk watak, sikap, serta berbagai informasi yang didapat
anak.
Dengan
demikian,
apabila
orangtua
bersikap
benar
dan
memperlakukan anak dengan sebagaimana mestinya, maka anak akan tumbuh
dan berkembang menjadi anak yang diharapkan dapat berkembang potensipotensi yang ada pada anak. Oleh karena itu, orangtua (dalam hal ini ibu dan
ayah) dituntut untuk selalu belajar banyak hal dan membekali dirinya dengan
berbagai ilmu pengetahuan yang dapat menunjang fungsi dan perannya
sebagai seorang pendidik. Orangtua harus memiliki pengetahuan yang
memadai sebagai bekal dalam mendidik anak.
Adapun beberapa hal penting dan mendasar yang harus dikuasai
dengan mendalam oleh orangtua sebagai pendidik dalam perkembangan anak
adalah:4
a. Mengenali diri sendiri dengan baik,
b. Memiliki persepsi yang benar tentang mendidik dan mengasuh anak,
c. Mengerti tentang mekanisme pikiran dan fungsi otak sehingga mampu
mempertimbangkan setiap tindakan dan ucapan,
d. Mengerti bagaimana pikiran memproses informasi dan pengalaman serta
dampaknya di masa depan anak,
e. Kemampuan komunikasi yang bagus sehingga mampu menyampaikan
maksud baik kita kepada anak tanpa distorsi makna,
4
Ariesandi, Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses dan Bahagia (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. xix-xx.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
82
Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini
f. Mengenali tipe kepribadian anak sehingga interaksi anak dan orang tua
berjalan baik,
g. Mengenali tipe dan gaya belajar anak sehingga kita mampu mengarahkan
anak mencapai prestai optimal di bidang akademis,
h. Mengerti setiap proses tumbuh kembang anak serta apa yang diperlukan di
setiap proses,
i. Kemampuan membantu anak mengatasi trauma sederhana,
j. Kemampuan membantu anak mengatasi
masalah emosional
dan
membantunya memiliki kontrol diri yang baik,
k. Kemampuan membantu anak mengembangkan disiplin yang sehat tanpa
merusak harga dirinya.
Dari uraian di atas, maka setiap orangtua perlu menguasai hal-hal
tersebut dengan baik sehingga mampu mendidik anak menjadi anak yang
diidamkan oleh setiap orangtua.
2.
Media Pendidikan Pra Sekolah, Taman Kanak-Kanak dan Anak
Asuh
Media merupakan komponen strategi pembelajaran yang menjadi
wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada
sasaran atau penerima pesan tersebut. Media mencakup semua sumber yang
diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan peserta didik. Menurut
Degeng dalam Trianto, ada lima cara dalam mengklasifikasikan media
pembelajaran untuk keperluan strategi penyampaian, yakni:5
a. Tingkat Kecermatan Representasi
Tingkat kecermatan representasi suatu media dapat diletakkan dalam
suatu garis kontinum, misalnya: benda konkret, media pandang dengar
(contoh: film bersuara), media pandang (contoh: gambar diagram), media
dengar (rekaman suara dan simbol-simbol tertulis). Kontinum ini bisa
5
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini,
TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 228.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
83
Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini
bervariasi untuk suatu pembelajaran, dan akan memiliki variasi kontinum
yang berbeda menurut tingkat kecermatan representasinya.
b.
Tingkat interaktif yang mampu ditimbulkannya
Tingkat interaksi yang mampu ditimbulkan oleh suatu media juga
dapat dibentangkan dalam suatu kontinum, tetapi titik-titik dalam
kontinum itu ditunjukkan oleh jenis media yang berbeda.
c. Tingkat kemampuan khusus yang dimiliki
Tingkat kemampuan khusus yang dimiliki oleh suatu media dapat
digunakan untuk mempreskripsikan strategi penyampaian. Setiap media
mempunyai karakteristik khusus yang dimiliki. Maksudnya adalah
kemampuan yang dalam penyajiannya yang tidak dapat disajikan oleh
media lain. Media-media yang mempunyai kemampuan khusus inilah
yang sangat berpengaruh dalam menetapkan strategi penyampaian.
Kemampuan khusus ini dalam dilihat dari kemampuan kecepatan dalam
menyajikan sesuatu, kemampuan simulatif, dan kemampuan kecermatan
representasinya.
d.
Tingkat motivasi yang mampu ditimbulkan
Suatu media pembelajaran dapat memberi pengaruh motivasional yang
berbeda, dan perbedaan ini lebih banyak dapat dikaitkan dengan perbedaan
karakteristik peserta didik dengan media yang dipakai.
e. Tingkat biaya yang diperlukan
Nilai suatu strategi penyampaian dapat ditaksir dari jenis dan satuan
media yang dipakai. Makin tepat dan lengkap media yang digunakan,
maka keefektifan dari strategi penyampaian pun makin baik.
Rudi dan Bretz (dalam Trianto) yang juga mengidentifikasikan dan
mengklasifikasikan media ke dalam tujuh kelompok, yakni:6
a. Media audio visual gerak merupakan media yang paling lengkap, yaitu
menggunakan kemampuan audio visual dan gerak
6
Trianto, Desain ..., hlm. 229-230.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
84
Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini
b. Media audio visual diam merupakan media kedua dari segi
kelengkapan kemampuannya karena ia memiliki semua kemampuan
yang ada pada golongan sebelumnya kecuali penampilan gerak
c. Media audio semi gerak, memiliki kemampuan menampilkan suara
disertai gerakan titik secara linear, jadi tidak dapat menampilkan
gerakan nyata secara utuh
d. Media visual gerak, memiliki kemampuan seperti golongan pertama
kecuali penampilan suara
e. Media visual diam, mempunyai kemampuan menyampaikan informasi
secara visual tetapi tidak dapat menampilkan suara ataupun gerak
f. Media cetak merupakan media yang hanya mampu menampilkan
informasi berupa huruf angka dan simbol verbal tertentu
Uraian di atas adalah langkah awal dalam mengawali sub bab bagian
ini. Sebelum kepada pembahasan media pendidikan pra sekolah, taman
kanak-kanak dan anak asuh, maka kita harus mengetahui dulu setidaknya
pengertian dari media itu sendiri. Pembelajaran bagi anak usia dini memiliki
karakteristik serta ciri khas tersendiri. Pada masa pra sekolah dan Taman
Kanak-Kanak, anak biasanya cenderung lebih suka bermain. Kegiatan
pembelajaran pun mengutamakan bermain. Belajar dengan cara bermain akan
membawa anak termotivasi untuk mengetahui sesuatu secara mendalam dan
secara spontan, anak dapat menemukan sesuatu yang didapat dari bermain.
Maka media yang disiapkan adalah media yang digunakan anak dalam
bermain.
Pada umumnya, media belajar anak usia dini merupakan alat-alat
permainan. Dasarnya, media belajar berguna untuk memudahkan peserta
didik memahami sesuatu yang mungkin sulit atau menyederhanakan sesuatu
yang kompleks. Media belajar anak juga tidak mesti mahal, bahkan dapat
diperoleh dari benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi. Dengan kata lain,
guru, orang tua dan masyarakat perlu bekerja sama untuk memperoleh bendabenda yang dapat digunakan untuk media belajar.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
85
Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini
Menurut Froebel, bermain merupakan bentuk kegiatan belajar di TK
dengan bermain yang kreatif dan menyenangkan. Melalui bermain kreatif,
anak dapat mengembangkan serta mengintegrasikan semua kemampuannya.
Anak lebih banyak belajar melalui bermain dan melakukan eksplorasi
terhadap objek-objek dan pengalaman anak, serta dapat membangun
pengetahuannya sendiri melalui interaksi sosial dengan orang dewasa pada
saat mereka memahaminya dengan bahasa dan gerakan sehingga tumbuh
secara kognitif kearah berfikir verbal.7
Dalam buku Development Though The Lifespan, “Preschool and
kindegarten programs range along a continuum, from child centered to
teacher-directed. In child-centered programs, teachers provide a wide variety
of activities from wich children select, and much learning takes place through
play. In contrast, in academic programs, teachers structure children’s
learning, teaching letters, numbers, colours, shapes, and othes academic
skills trough lessons, often using repetition and drill,8 yang artinya bahwa
program prasekolah dan TK berkisar sepanjang kontinum, dari anak berpusat
pada guru. Pada anak yang berpusat pada program, guru menyediakan
berbagai macam kegiatan dari mana anak-anak memilih, dan banyak
pembelajaran terjadi melalui bermain. Sebaliknya, dalam program-program
akademik, guru belajar struktur anak-anak, surat pengajaran, angka, warna,
bentuk, dan keterampilan akademik melalui pelajaran, sering menggunakan
pengulangan dan kata-kata.
Guru dalam hal ini pendidik merupakan fasilitator yang tidak hanya
mendidik, namun mampu mengolah pembelajaran yang menyenangkan serta
guru juga harus dapat menerapkan strategi pembelajaran yang tepat agar
potensi anak dapat berkembang dengan optimal. Guru juga harus
menyediakan media pendidikan yang tepat untuk anak. Dengan kata lain,
guru yang harus memilih dan memilah mana media yang tepat atau tidak
untuk anak. Media pendidikan yang ditawarkan ada berbagai macam, apalagi
7
Masitoh, dkk, Strategi Pembelajaran TK (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008),
8
Laura E. Brek, Development ..., hlm 244.
hlm. 21.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
86
Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini
media pendidikan yang dapat memotivasi anak untuk mengasah rasa ingin
tahunya.
Bermain merupakan salah satu metode atau cara yang digunakan guru
dalam membantu perkembangan anak. Dengan kata lain, antara metode dan
media mempunyai hubungan yang satu sama lain saling terkait. Bermain
merupakan faktor penting dalam kegiatan pembelajaran anak usia dini dan
esensi bermain harus menjadi jiwa dari setiap kegiatan pembelajaran anak
usia dini. Bermain juga disukai oleh anak-anak. Ada berbagai teori yang
mencoba menjawab mengapa anak suka bermain. Pertanyaan ini akan coba
dijawab oleh teori klasik dan teori modern.
1.) Teori Klasik
Dalam teori klasik, terdapat empat alasan mengapa anak suka
bermain, yakni kelebihan energi, untuk rekreasi dan relaksasi, merupakan
sifat bawaan (intuisi) yang berguna untuk mempersiapkan diri melakukan
peran orang dewasa, bermain merupakan peristiwa mengulang kembali apa
yang telah dilakukan nenek moyang dan sekaligus mempersiapkan diri untuk
hidup pada zaman sekarang.
2.) Teori Modern
Teori modern memandang bahwa bermain merupakan bagian dari
perkembangan anak, baik kognitif, emosional, maupun sosial anak. Teori ini
dibedakan menjadi tiga macam yaitu teori psikoanalisis, teori perkembangan
kognitif, dan teori belajar sosial. Dalam teori psikoanalisis yang dikemukakan
oleh Freud, menjelaskan bahwa bermain merupakan alat pelepas emosi.
Bermain juga mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan sosial
(Erikson). Bermain juga memungkinkan anak untuk mengekspresikan
perasaannya secara leluasa, tanpa tekanan batin.
Untuk teori perkembangan kognitif, menerangkan bahwa bermain
merupakan bagian dari perkembangan kognitif anak. Menurut Bruner dan
Sutton-Smith, bermain merupakan proses berpikir secara fleksibel dan proses
pemecahan masalah. Pada saat bermain, anak dihadapkan pada berbagai
situasi,
kondisi
dan
objek,
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
baik
nyata
maupun
imajiner
yang
87
Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini
memungkinkannya
menggunakan
berbagai
kemampuan
berpikir
dan
memecahkan masalah. Menurut Piaget, bermain dengan objek yang ada di
lingkungannya merupakan cara anak belajar. Berinteraksi dengan objek dan
orang, serta menggunakan objek itu untuk berbagai keperluan membantu
anak memahami tentang objek, orang dan situasi tertentu.
Dalam teori belajar sosial, bermain merupakan alat untuk sosialisasi.
Dalam artian, ketika seorang anak bermain bersama anak yang lain, anak
akan mengembangkan kemampuan memahami perasaan, ide dan kebutuhan
orang lain yang merupakan dasar dari kemampuan sosial. Piaget juga
menemukan bahwa bermain dimulai dari bermai sendiri sampai bermain
secara kooperatif yang menunjukkan adanya perkembangan sosial anak.
Dalam hal ini, Vygotsky menyatakan bahwa pada saat bermain, anak
menunjukkan kemampuan di atas biasanya, di atas perilaku kesehariannya,
dan seakan-akan kemampuannya lebih tinggi dari yang sebenarnya. 9
Walaupun bentuk permainan anak-anak di berbagai belahan dunia dari
zaman ke zaman mengalami perkembangan, tetapi esensi dari bermain itu
tetap sama. Adapun esensi bermain adalah sebagai berikut:
a. Aktif
Dikatakan bahwa anak-anak mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.
Hal ini memang benar adanya. Dalam bermain pun demikian adanya, anak
melakukan eksplorasi, investigasi, eksperimentasi, dan ingin tahu tentang
orang, benda ataupun kejadian. Anak menggunakan berbagai benda untuk
bermain.
Mereka
juga
mampu
menggunakan
suatu
benda
dan
memainkannya menjadi benda lain. Pada saat bermain, anak pada dasarnya
begitu aktif melakukan berbagai kegiatan, baik fisik maupun psikis.
b. Menyenangkan
Bermain merupakan kegiatan yang bertujuan untuk bersenangsenang. Meskipun tak jarang kita mendengar anak-anak menangis ketika
bermain dengan teman-temannya, tetapi mereka menikmati permainan
9
Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta:
HIKAYAT Publishing, 2005), hlm. 116-117.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
88
Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini
tersebut. Mereka bernyanyi, tertawa, berteriak lepas, dan ceria seakan
tidak ada beban dalam hidup.
c. Motivasi Internal
Anak ikut dalam kegiatan permainan secara sukarela. Mereka
termotivasi dari dalam dirinya untuk ikut bermain. Bentuk permainan yang
akan dimainkan juga dipilih dan ditentukan bersama-sama. Begitu pun
peran dari tiap-tiap anak yang bermain, ditentukan secara adil sesuai
dengan aturan yang berlaku.
d. Memiliki Aturan
Setiap permainan mempunyai aturan berbeda-beda. Aturan-aturan
yang ada tersebut harus dilaksanakan oleh para pemain, sehingga
permainan lebih menyenangkan.
e. Simbolis dan berarti
Sering sekali ketika bermain, anak-anak memainkan peran sebagai
seorang polisi, guru, dokter, ayah atau ibu. Dalam hal ini, bermain yang
dilakukan anak-anak memungkinkan anak menggunakan berbagai objek
sebagai simbol dari benda atau orang lain sehingga bermain disebu dengan
simbolis. Peran-peran yang dimainkan biasanya meniru peran-peran orang
dewasa dalam masyarakatnya sehingga kegiatan tersebut sangat berarti
(meaningful) bagi kehidupan anak nantinya.
Bermain mempunyai fungsi bagi perkembangan anak. Bermain juga
mempunyai peran penting dalam perkembangan anak pada hampir semua
bidang perkembangan, baik itu perkembangan fisik-motorik, bahasa,
intelektual, moral, sosial, maupun emosional anak. Adapun fungsi bermain
dalam perkembangan anak adalah sebagai berikut:10
1.
Kemampuan motorik
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa bermain memungkinkan
anak bergerak secara bebas sehingga anak mampu mengembangkan
kemampuan motoriknya. Pada saat bermain, anak berlatih menyesuaikan
antara pikiran dan gerakan menjadi suatu keseimbangan. Menurut Piaget,
10
Slamet Suyanto, Dasar ..., hlm. 119-120.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
89
Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini
anak terlahir dengan kemampuan refleks, dan pada akhirnya ia mampu
mengontrol gerakannya. Melalui bermain, anak belajar mengontrol
gerakannya menjadi gerak terkoordinasi.
2. Bermain mengembangkan kemampuan kognitif
Piaget berpendapat bahwa anak belajar memahami pengetahuan
dengan berinteraksi melalui objek yang ada di sekitarnya. Bermain
memberikan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan objek.
Anak memiliki kesempatan menggunakan indranya, seperti menyentuh,
mencium, melihat, dan mendengarkan untuk mengetahui sifat-sifat objek.
Dari pengindraan tersebut anak memperoleh fakta-fakta, informasi, dan
pengalaman yang akan menjadi dasar untuk berpikir abstrak. Bermain
dapat menjembatani anak dari berpikir konkret ke berpikir abstrak.
Menurut Vygotsky, ketika anak bermain, pikiran anak terbebas dari situasi
kehidupan nyata yang menghambat anak berpikir abstrak. Penelitian
Hoorn, menunjukkan bahwa bermain memiliki peran yang sangat penting
dalam mengembangkan kemampuan berpikir logis, imajinatif, dan kreatif.
3. Kemampuan Afektif
Setiap permainan memiliki aturan. Aturan akan diperkenalkan oleh
teman bermain sedikit demi sedikit, tahap demi tahap sampai setiap anak
memahami aturan bermain. Oleh karena itu, bermain akan melatih anak
menyadari adanya aturan dan pentingnya mematuhi aturan. Hal ini
merupakan tahap awal dari perkembangan moral (afeksi).
4. Kemampuan Bahasa
Pada saat bermain anak menggunakan bahasa, baik untuk
berkomunikasi dengan temannya maupun sekedar menyatakan pikirannya
(thinking aloud). Sering kita jumpai anak kecil bermain sendiri sambil
mengucapkan kata-kata seakan-akan ia bercakap-cakap dengan diri
sendiri. Ia sebenarnya sedang “membahasakan” apa yang ada dalam
pikirannya.
Vygotsky
berpendapat
bahwa
peristiwa
seperti
itu
menggambarkan anak sedang dalam tahap menggabungkan pikiran dan
bahasa sebagai satu kesatuan. Ketika anak bermain dengan temannya
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
90
Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini
mereka juga saling berkomunikasi dengan menggunakan bahasa anak, dan
itu berarti secara tidak langsung anak belajar bahasa.
5. Kemampuan Sosial
Pada saat bermain, anak berinteraksi dengan anak yang lain.
Interaksi tersebut mengajarkan anak cara merespons, memberi dan
menerima, menolak atau setuju dengan ide dan perilaku anak yang lain.
Hal itu sedikit demi sedikit akan mengurangi rasa egosentris anak dan
mengembangkan kemampuan sosialnya.
Berhubungan dengan anak asuh, maka kita teringat dengan pola asuh
yang diberikan kepada anak, baik itu dari lingkungan keluarga, maupun
lingkungan sekitar yang mempengaruhi perkembangan anak. Baik buruknya
seorang anak, tidak terlepas dari didikan dan asuhan orangtuanya. Mengasuh,
mendidik, dan membesarkan anak merupakan salah satu kewajiban orang tua.
Keberhasilan mendidik anak sangat tergantung dari sikap orang tua
memperlakukan anak. Jika orang tua terlalu keras dalam mendidik anak, hal
tersebut akan berdampak buruk terhadap anak.
Dr. Paul D. Hastings dari National Institute of Mental Health
menyatakan bahwa penerapan disiplin dan sistem hukuman yang berlebihan
serta tidak menerapkan sistem komunikasi, pengertian, dan peraturan-peraturan
yang konsisten, keterlaluan memarahi anak, menunjukkan kekecewaan yang
berlebihan yang ditujukan terhadap anak cenderung akan menghalangi
perkembangan prasosial anak. Sebaliknya, para orang tua yang hangat, yang
menggunakan penjelasan tidak mengandalkan hukuman keras dalam
mendisiplinkan anak cenderung menumbuhkan rasa empati dalam diri anakanak mereka.11
3. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan sarana
11
Anik Pamilu, Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, (Yogyakarta: Citra Media, 2007),
,hlm. 42.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
91
Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini
yang penting dalam pengembangan kemampuan dasar anak. Di samping itu
juga, bahasa merupakan alat yang menyatakan pikiran dan perasaan kepada
orang lain yang sekaligus juga berfungsi untuk memahami pikiran dan
perasaan orang lain. Pengembangan kemampuan berbahasa anak bertujuan
agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungan sekitarnya.
Adapun fungsi pengembangan kemampuan berbahasa bagi anak-anak antara
lain:12
a. Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungannya;
b. Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak;
c. Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak;
d. Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada
orang lain.
Perkembangan bahasa dapat meliputi beberapa hal, antara lain:
1. Pengembangan Kosa kata dan tata bahasa
Pada awalnya, anak yang baru saja lahir belum memiliki kemampuan
organ yang baik, namun dia telah memiliki kemampuan yang unik. Dia
mampu melihat suara dan mendengar warna. Hal ini dikarenakan bahwa
otak merekam aktivitas listrik pada daerah thalamus yang bertanggung
jawab menangani suara, retina mata, dan cortex auditorik serta cortex
visual, menunjukkan adanya gelombang listrik yang terpicu. Otak bayi
terdapat hubungan antara retina mata dengan thalamus tersebut. Seiring
dengan tumbuh kembang anak, maka kemampuan koordinasi organnya
pun akan ikut baik.
Rentang usia antara 2- 6 tahun menjadi sangat penting dalam
meningkatkan kemampuan bahasa. Bahasa prelinguistik (Prelinguistic
speech) awal percakapannya adalah pengaturan suara bukan kata.
12
DEPDIKBUD, Metodik Khusus Pengembangan Kemampuan Berbahasa di
Taman Kanak-Kanak (DEPDIKBUD Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Direktorat Pendidikan Dasar bagian proyek peningkatan mutu Taman KanakKanak, Jakarta: 1998/1999), hlm. 3.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
92
Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini
Termasuk di dalamnya mengangis, menyergah, celotehan, menirukan
suara tanpa sengaja dan tanpa mengetahui maknanya. 13
Pada umur 2 bulan, biasanya bayi dapat mengeluarkan suara “oooooo” dengan irama yang musikal. Pada umur 4 bulan, biasanya sudah
terdengar suara “aggu-aguu”. Ketika anak usia 6 bulan, anak sudah bisa
bergumam. Kemudian, ketika usia anak 8 bulan, ia mengucapkan kata
“dadada” lalu menjadi “dada” yang belum berarti. Kata “mama” akan
muncul belakangan. Ketika beranjak ke usia 9 bulan, anak sudah dapat
mengerti makna “tidak boleh”. Kemudian, pada umur 11 bulan, ia sudah
mulai dapat mengucapkan kata pertama yang benar dan disusul kata kedua
pada usia 1 tahun.14
Usia
Lahir
3
bulan
6-8
bulan
9-10
bulan
1014
bulan
18-
Patokan Bahasa Dari Lahir Hingga Usia 3 Tahun
Perkembangan
Usia
Perkembangan
Mengenali
percakapan, 1,5–
3 Mengeluarkan suara
menangis, membuat respon bulan
“uuu” dan tertawa
terhadap suara
Bermain dengan suara 5-6 bulan
Membuat
suara
bicara (speech sound)
konsonan, mencoba
menyesuaikan
apa
yang didengar
Mengoceh huruf konsonan 9 bulan
Menggunakan
dan vokal
gerakan tubuh untuk
berkomunikasi dan
bermain gerakan
Mulai memahami kata dan 9-12 bulan Menggunakan sedikit
meniru suara
gerakan sosial
Mengucapkan kata pertama 16-24
Belajar kata baru,
bulan
mengembangkan
kosa kata dengan
cepat, dari mulai 50
kata menjadi 400
kata
dengan
menggunakan kata
kerja dan kata sifat
Mengucapkan
kalimat 20
-24 Memiliki ungkapan
13
Diane E. Papalia, dkk, Human Development , Cet ke-9 (Jakarta: Kencana,
Prenada Media Group, 2008), hlm. 234.
14
Maimunah Hasan, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) (Yogyakarta: Diva
Press, 2010), hlm. 57-58.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
93
Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini
24
pertama (dua kata)
bulan
bulan
24
Menggunakan banyak frasa 30 bulan
bulan dua kata, tidak lagi
berceloteh
dan
ingin
berbicara
yang komprehensif
Belajar kata baru
hampir setiap hari,
berbicara
dengan
kombinasi dua atau
tiga kata, mengerti
kata dengan baik,
serta
membuat
kesalahan gramatikal
36
Mengucapkan 1000 kata, 80
bulan %
dapat
dimengerti,
membuat beberapa kesalan
dalam sintaksis
Peningkatan jumlah kosa kata pada anak tidak hanya saat anak
mendpaatkan kata yang baru, akan tetapi bisa juga saat anak mempelajari
arti baru pada kata-kata lama yang telah diketahuinya. Diperkirakan ratarata pada usia 18 bulan adalah 10 kata dan pada usia 24 bulan 29 kata dan
pada umur 2 tahun berisi rata-rata 200 sampai 300 kata.15 Pada umur 4
tahun, anak sudah mulai bertanya tentang arti suatu kata. Ia dapat bercerita
dan menggunakan kalimat yang terdiri dari kata 4-5 kata. Pada usia 6
tahun, perbendaharaan kata anak bertambah menjadi 10.000 kata.16
Jean Piaget menyatakan bahwa anak pada usia 2- 4 tahum belajar
bahasa ucapan sama seperti belajar ilmu yang lain, yaitu membentuk dan
mengkonstruksikan bahasa. Anak membentuk aturan bahasa dari
pengalamannya. Dengan menggunakan bahasa yang salah kemudian
dibenarkan oleh orang tua atau pendidik seorang anak membangun
kemampuan berbahasa.17
Dalam mengembangkan kosa kata, anak harus mengaitkan antara
arti dengan bunyi. Anak-anak biasanya akan mempelajari kosa kata yang
mereka butuhkan dalam kehidupan sehari-harinya. Elizabeth B. Hurlock
15
Elizabeth , Perkembangan ..., hlm. 189.
Laura E. Berk, Development ..., hlm 248.
17
Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget (Penerbit: Kanisius,
2001), hlm. 55.
16
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
94
Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini
menyatakan bahwa dalam masa kanak-kanak, terdapat kosa kata yang
diberikan:
a. Kosa kata umum
Kosa kata umum ini biasanya terdiri dari pengenalan kata benda, kata
kerja, kata sifat, kata keterangan, kata perangai dan kata ganti.
b. Kosa kata khusus
Kosa kata khusus ini biasanya terdiri dari pengenalan kosa kata warna,
kosa kata tentang jumlah, kosa kata waktu, kosa kata uang, kosa kata
ucapan populer, bahasa rahasia.
Dengan mengembangkan kemampuan bahasanya, maka anak
mulai belajar untuk berbicara. Berbicara tidak hanya melibatkan
koordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda, tetapi juga
mempunyai aspek mental yakni mengaitkan arti dengan bunyi yang
dihasilkan. Menurut Elizabeth, bicara merupakan bentuk bahasa yang
menggunakan
artikulasi
atau
kata-kata
yang
digunakan
untuk
menyampaikan maksud. Karena bicara merupakan bentuk komunikasi
yang efektif, serta penggunaannya paling luas dan paling penting.18
Jean Piaget menyatakan bahwa ketika anak masih kecil, ia
berbicara secara lebih egosentris, yaitu berbicara dengan diri sendiri, tetapi
saat usia 6-7 tahun, anak mulai lebih komunikatif dengan temantemannya.19 Komunikasi adalah pemenuhan terhadap fungsi pertukaran
pikiran dan perasaan. Terdapat dua unsur penting dalam berkomunikasi,
yakni:
a. Anak harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi orang yang
mereka ajak berkomunikasi;
b. Dalam berkomunikasi, anak harus memahami bahasa yang digunakan
orang lain.
Terdapat ayat al-Qur‟an yang menjelaskan tentang berbicara:
18
19
Elizabeth .., Perkembangan ..., hlm. 176.
Paul Suparno, Teori ..., hlm. 56.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
95
Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini
  
Artinya: “Mengajarnya pandai berbicara.”(Q.S. Ar-Rahman : 4)
Dalam ayat ini, terdapat kata Al-Bayan, yang maksudnya adalah
kemampuan manusia untuk mengutarakan isi hati dan memahamkannya
kepada orang lain. Manusia merupakan makhluk sosial dan tidak dapat
hidup sendiri, maka dari itu, berkomunikasi merupakan alat untuk dapat
menghubungkan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya.
Orang tua sangat berperan dalam segala aspek perkembangan pada
anak. Peran orang tua dalam mengembangkan kemampuan bahasa pada
anak usia dini dalam konsep Islam telah diterangkan bahwa pada saat bayi
lahir kemudian diserukan adzan dan iqomat. Hal ini tampak jelas dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Abu Rafi‟ yang telah menceritakan “ Aku
melihat Rasulullah SAW menyerukan adzan ditelinga al-Hasan Ibnu Ali
saat baru dilahirkan oleh ibunya, Fathimah,” (HR. Abu Daud dan
Tirmidzi).
Berhubungan dengan hadits di atas, Ibnu Qoyim mengatakan
bahwa rahasia dilakukan adzan dan iqomah di telinga bayi yang baru lahir
mengandung harapan yang optimistis agar suara yang mula-mula
terdengar oleh bayi adalah seruan adzan yang mengandung makna
keagungan dan kebesaran Allah serta syahadat yang menjadi syarat utama
bagi seseorang yang baru masuk Islam. Suara adzan yang diperdengarkan
di telinga bayi ini dapat menembus qalbu bayi dan mempengaruhinya
meskipun perasaan bayi yang bersangkutan masih belum dapat
menyadarinya.20
20
Jamaal „Abdu Rahman, Daaruth Thaibah Al-Khadra/Tahapan Mendidik Anak
Teladan Rasulullah SAW, terj. Bahrun Abu Bakar I.S. (Bandung: Irsyad Baitus Salam,
2005), hlm. 63-64.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
96
Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini
Dalam perkembangan kemampuan bahasa pada anak usia dini,
yang
dapat
dilakukan
orang
dewasa
dalam
menstimulasikan
perkembangan tersebut adalah:21
a. Membacakan buku cerita atau mendongeng;
b. Mendiskusikan isi cerita dari buku yang dibacakan;
c. Meminta anak untuk mengulang kembali isi cerita dari buku yang
dibacakan.
C. Penutup
Kesimpulan
Lingkungan keluarga sangat berperan dalam perkembangan mental
anak. Lingkungan keluarga yang dalam hal ini adalah orangtua,
mempunyai tanggungjawab yang luar biasa dalam mendidik anak,
sehingga anak mendapat didikan yang benar dan menjadi anak yang
diharapkan oleh orangtuanya. Ketika anak dididik dan diasuh dalam pola
yang kurang tepat, maka dalam perkembangannya, anak akan cenderung
mempunyai karakter atau watak yang telah memberikannya didikan itu.
Maka dari itu, dalam mendidik dan mengasuh anak, orangtua pun harus
mempunyai pengetahuan tentang anak, paling tidak bisa membekali diri
dalam mendidik anak dengan cara yang tepat.
Media pendidikan anak pra sekolah dan taman kanak –kanak (TK)
merupakan sarana dalam penunjang perkembangan anak. Baik itu
perkembangan motorik, perkembangan kognitif, perkembangan sosial,
perkembangan bahasa anak, maupun perkembangan yang ada dalam diri
anak. Media pendidikan ini biasanya dalam bentuk media permainan,
karena kita ketahui bersama bahwa pada masa anak usia dini, anak lebih
senang bermain. Maka, tugas dari pendidik adalah menfasilitasi media
pendidikan anak yang tepat dalam membantu anak menumbuh
kembangkan potensi-potensi yang ada pada anak.
21
Firmanawaty Sutan, 3 Langkah Praktis Menjadikan Anak Maniak Membaca
(Jakarta: Puspa Swara, 2004), hlm. 48.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
97
Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini
Perkembangan bahasa yang terjadi pada anak sejak masa
kehidupannya.
Dalam
perkembangan
bahasanya,
orang
dewasa
mempunyai peran yang sangat penting untuk menstimuluskan bahasa.
Perkembangan kemampuan bahasa pada anak ini dapat membantu anak
untuk berkomunikasi dengan orang lain. Ketika berkomunikasi dengan
orang lain, maka anak mulai belajar berbicara. Pada awalnya, anak lebih
cenderung bersikap egosentris, yaitu berbicara kepada diri sendiri,
kemudian, setelah beranjak usia, anak akan mulai berkomunikasi dengan
teman-temannya sehingga dalam berkomunikasi itu anak juga akan
mengalami perkembangan kemampuan yang lain pada diri anak.
DAFTAR PUSTAKA
Abdu Rahman, Jamaal. 2005. Daaruth Thaibah Al-Khadra/Tahapan Mendidik
Anak
Teladan Rasulullah SAW, terj. Bahrun Abu Bakar I.S. Bandung:
Irsyad Baitus Salam.
Ariesandi. 2008. Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses dan Bahagia. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Berk, Laura E. 2006. Development Though The Lifespan. Printed in the United
States of America.
DEPDIKBUD. 1998/1999.
Metodik
Khusus Pengembangan Kemampuan
Berbahasa di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Dasar
bagian proyek peningkatan mutu Taman Kanak-Kanak.
Hasan, Maimunah. 2010. PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Yogyakarta: Diva
Press.
Hibana. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: PGTKI
Press.
Masitoh, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka.
Pamilu, Anik. 2007. Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan. Yogyakarta: Citra
Media.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
98
Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini
Suwaid, Muhammad. 2009. Mendidik Anak Bersama Nabi, terj. Salafuddin Abu
Sayyid . Solo: Pustaka Arafah.
Suyanto, Slamet. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:
HIKAYAT Publishing.
Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Penerbit:
Kanisius.
Trianto. 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia
Dini, TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI. Jakarta: Kencana.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
99
Download