Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini PERBEDAAN INDIVIDU DALAM PERKEMBANGAN MENTAL ANAK USIA DINI Oleh: Dwi Haryanti, M.Pd.I Dosen PGRA Jurusan Tarbiyah STAIN SAS Bangka Belitung Email: [email protected] Abstract Every human is created with different condition, both physical and mentality. Children are born in different background, family background, school environment, society, and culture where they live. If we observe, there are significant differences between one who born in wealthy and poor family. Therefore, those can cause different mentality growth of each child. Environment can highly influence the children mentality growth. Conducive and educative environment contribute more to children growth. Children grown in negative environment will be affected with negative values. Environment pressures which influence parent’s character also affect the children temperament. Under pressure educating children will become uncontrolled person, because of the planting violence character. Key words : Individual Difference, Mentality Growth, Early Childhood A. Pendahuluan Pada hakikatnya, setiap manusia diciptakan dalam keadaan yang berbeda. Saudara kembar sekalipun, mempunyai perbedaan yang identik. Perkembangan manusia dari awal terlahir hingga tumbuh dan berkembang didukung oleh berbagai faktor, baik itu faktor intern maupun faktor ekstern. Masa early childhood merupakan masa dimana anak-anak mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka. Setiap anak dilahirkan pada latar belakang yang berbeda, baik itu latar belakang keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat serta budaya dimana anak itu tinggal. Terdapat perbedaan yang signifikan bila kita amati ketika anak dilahirkan dalam kondisi keluarga yang serba ada dengan anak yang dilahirkan dalam kondisi keluarga yang kekurangan. Dengan perbedaan TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 79 Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini kondisi lingkungan seperti itu, maka perkembangan mental setiap anak pun akan berbeda. Lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan pendidikan pertama dan paling utama dalam perkembangan anak. Oleh karena itu, lingkungan keluarga sangat berperan aktif dalam perkembangan mental anak pada kondisi yang menuntun anak pada hal kebaikan. Lingkungan keluarga mendidik banyak hal dalam perkembangan mental anak usia dini. Pada masa ini, anak mengalami masa keemasan (golden age) yang merupakan masa dimana anak mulai peka untuk menerima berbagai stimulus. Masa ini merupakan masa pondasi untuk mengembangkan kemampuan kognitif, bahasa, motorik, sosio emosional, agama dan moral. Menurut Maria Montessori, masa peka anak rentang berkembang pada masa usia dini, terutama pada usia 2 sampai 6 tahun. Masa peka merupakan masa munculnya berbagai potensi tersembunyi atau kondisi dimana suatu fungsi jiwa membutuhkan rangsangan tertentu untuk berkembang.1 Dalam pembahasan ini, yang dibahas adalah mengenai perbedaan individu dalam perkembangan mental pada masa early childhood, yang mencakup tiga aspek pembahasan, yakni lingkungan keluarga, media pendidikan pra sekolah, pendidikan anak saat TK dan anak asuh, serta perkembangan bahasa yang mempengaruhi perkembangan mental anak. B. Pembahasan 1. Lingkungan Keluarga dan Perkembangan Mental Kehidupan yang pertama kali dilihat oleh anak adalah rumah dan lingkungannya. Jiwanya yang masih lentur siap menerima rangsangan yang memberikan pengaruh terhadapnya sesuai dengan lingkungan pertamanya. Imam Al-Ghazali mengatakan, “Anak merupakan amanah bagi kedua orangtuanya. Hatinya yang masih suci merupakan mutiara yang masih polos tanpa ukiran dan gambar. Dia siap diukir cenderung kepada apa saja yang 1 Hibana, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: PGTKI Press, 2005). TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 80 Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini mempengaruhinya. Jika dia dibiasakan dan diajarkan untuk berbuat kebaikan, dia akan tumbuh menjadi anak yang baik. Dengan begitu kedua orangtuanya akan berbahagia di dunia dan akherat. Sedangkan apabila dia dibiasakan berbuat jahat dan dibiarkan begitu saja seperti binatang ternak, maka dia akan sengsara dan binasa. Dosanya pun akan dipikul oleh orang yang bertanggung jawab untuk mengurusnya dan walinya.”2 Dari pernyataan Al-Ghazali, bahwa lingkungan keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan mental anak. Ketika anak dihadapkan pada situasi keluarga yang harmonis, keluarga yang begitu hangat memberikan kasih sayang, maka hal tersebut akan membentuk pola anak menjadi anak yang siap pada tahap perkembangan selanjutnya. Lingkungan begitu mempengaruhi perkembangan mental anak. Lingkungan yang kondusif dan edukatif banyak memberikan kontribusi pada perkembangan anak. Dengan dikelilingi oleh lingkungan keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang maka akan merangsang perkembangan mental anak ke arah yang positif. Hubungan keluarga yang erat ini pengaruhnya lebih besar pada anak daripada pengaruh-pengaruh sosial lainnya. Namun demikian, pengaruh dari anggota keluarga bergantung pada hubungan individualnya dengan anak. Laura E. Berk mengungkapkan dalam bukunya: “when low-SES parents manage, despite daily pressures, to obtain high home Observation for measurement of the Environment scores”3, bahwa kemiskinan, tekanan ekonomi mempengaruhi tingkat kecemasan anak pada suatu tes. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang negatif, maka nilai-nilai negatif yang tertanam dalam diri anak, tekanan lingkungan mempengaruhi kepribadian orang tua yang kemudian berpengaruh terhadap temperamental anak. Anak yang dididik dengan kekerasan, maka konsekuensinya anak menjadi tidak terkontrol, karena penanaman sikap yang keras terhadap anak. 2 Muhammad Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi, terj. Salafuddin Abu Sayyid (Solo: Pustaka Arafah, 2009), hlm. 19. 3 Laura E. Berk, Development Though The Lifespan (Printed in the United States of America, 2006), hlm. 244. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 81 Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini Lingkungan keluarga, dalam hal ini orangtua, mempunyai tanggung jawab yang sangat besar untuk perkembangan anak. Misalnya seorang ibu, ia adalah orang pertama yang dikenal dan selalu dicari oleh anak. Di tangan ibulah pendidikan yang pertama dan utama bagi anaknya. Mendidik anak merupakan sesuatu yang urgent, maka bagi orangtua, harus adanya kesungguhan, persiapan, dan kesiapan yang luar biasa. Dalam tahun-tahun pertama kehidupannya, seorang anak sangat dekat dengan ibunya, sehingga dari sinilah terbentuk watak, sikap, serta berbagai informasi yang didapat anak. Dengan demikian, apabila orangtua bersikap benar dan memperlakukan anak dengan sebagaimana mestinya, maka anak akan tumbuh dan berkembang menjadi anak yang diharapkan dapat berkembang potensipotensi yang ada pada anak. Oleh karena itu, orangtua (dalam hal ini ibu dan ayah) dituntut untuk selalu belajar banyak hal dan membekali dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan yang dapat menunjang fungsi dan perannya sebagai seorang pendidik. Orangtua harus memiliki pengetahuan yang memadai sebagai bekal dalam mendidik anak. Adapun beberapa hal penting dan mendasar yang harus dikuasai dengan mendalam oleh orangtua sebagai pendidik dalam perkembangan anak adalah:4 a. Mengenali diri sendiri dengan baik, b. Memiliki persepsi yang benar tentang mendidik dan mengasuh anak, c. Mengerti tentang mekanisme pikiran dan fungsi otak sehingga mampu mempertimbangkan setiap tindakan dan ucapan, d. Mengerti bagaimana pikiran memproses informasi dan pengalaman serta dampaknya di masa depan anak, e. Kemampuan komunikasi yang bagus sehingga mampu menyampaikan maksud baik kita kepada anak tanpa distorsi makna, 4 Ariesandi, Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses dan Bahagia (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. xix-xx. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 82 Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini f. Mengenali tipe kepribadian anak sehingga interaksi anak dan orang tua berjalan baik, g. Mengenali tipe dan gaya belajar anak sehingga kita mampu mengarahkan anak mencapai prestai optimal di bidang akademis, h. Mengerti setiap proses tumbuh kembang anak serta apa yang diperlukan di setiap proses, i. Kemampuan membantu anak mengatasi trauma sederhana, j. Kemampuan membantu anak mengatasi masalah emosional dan membantunya memiliki kontrol diri yang baik, k. Kemampuan membantu anak mengembangkan disiplin yang sehat tanpa merusak harga dirinya. Dari uraian di atas, maka setiap orangtua perlu menguasai hal-hal tersebut dengan baik sehingga mampu mendidik anak menjadi anak yang diidamkan oleh setiap orangtua. 2. Media Pendidikan Pra Sekolah, Taman Kanak-Kanak dan Anak Asuh Media merupakan komponen strategi pembelajaran yang menjadi wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut. Media mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan peserta didik. Menurut Degeng dalam Trianto, ada lima cara dalam mengklasifikasikan media pembelajaran untuk keperluan strategi penyampaian, yakni:5 a. Tingkat Kecermatan Representasi Tingkat kecermatan representasi suatu media dapat diletakkan dalam suatu garis kontinum, misalnya: benda konkret, media pandang dengar (contoh: film bersuara), media pandang (contoh: gambar diagram), media dengar (rekaman suara dan simbol-simbol tertulis). Kontinum ini bisa 5 Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini, TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 228. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 83 Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini bervariasi untuk suatu pembelajaran, dan akan memiliki variasi kontinum yang berbeda menurut tingkat kecermatan representasinya. b. Tingkat interaktif yang mampu ditimbulkannya Tingkat interaksi yang mampu ditimbulkan oleh suatu media juga dapat dibentangkan dalam suatu kontinum, tetapi titik-titik dalam kontinum itu ditunjukkan oleh jenis media yang berbeda. c. Tingkat kemampuan khusus yang dimiliki Tingkat kemampuan khusus yang dimiliki oleh suatu media dapat digunakan untuk mempreskripsikan strategi penyampaian. Setiap media mempunyai karakteristik khusus yang dimiliki. Maksudnya adalah kemampuan yang dalam penyajiannya yang tidak dapat disajikan oleh media lain. Media-media yang mempunyai kemampuan khusus inilah yang sangat berpengaruh dalam menetapkan strategi penyampaian. Kemampuan khusus ini dalam dilihat dari kemampuan kecepatan dalam menyajikan sesuatu, kemampuan simulatif, dan kemampuan kecermatan representasinya. d. Tingkat motivasi yang mampu ditimbulkan Suatu media pembelajaran dapat memberi pengaruh motivasional yang berbeda, dan perbedaan ini lebih banyak dapat dikaitkan dengan perbedaan karakteristik peserta didik dengan media yang dipakai. e. Tingkat biaya yang diperlukan Nilai suatu strategi penyampaian dapat ditaksir dari jenis dan satuan media yang dipakai. Makin tepat dan lengkap media yang digunakan, maka keefektifan dari strategi penyampaian pun makin baik. Rudi dan Bretz (dalam Trianto) yang juga mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan media ke dalam tujuh kelompok, yakni:6 a. Media audio visual gerak merupakan media yang paling lengkap, yaitu menggunakan kemampuan audio visual dan gerak 6 Trianto, Desain ..., hlm. 229-230. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 84 Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini b. Media audio visual diam merupakan media kedua dari segi kelengkapan kemampuannya karena ia memiliki semua kemampuan yang ada pada golongan sebelumnya kecuali penampilan gerak c. Media audio semi gerak, memiliki kemampuan menampilkan suara disertai gerakan titik secara linear, jadi tidak dapat menampilkan gerakan nyata secara utuh d. Media visual gerak, memiliki kemampuan seperti golongan pertama kecuali penampilan suara e. Media visual diam, mempunyai kemampuan menyampaikan informasi secara visual tetapi tidak dapat menampilkan suara ataupun gerak f. Media cetak merupakan media yang hanya mampu menampilkan informasi berupa huruf angka dan simbol verbal tertentu Uraian di atas adalah langkah awal dalam mengawali sub bab bagian ini. Sebelum kepada pembahasan media pendidikan pra sekolah, taman kanak-kanak dan anak asuh, maka kita harus mengetahui dulu setidaknya pengertian dari media itu sendiri. Pembelajaran bagi anak usia dini memiliki karakteristik serta ciri khas tersendiri. Pada masa pra sekolah dan Taman Kanak-Kanak, anak biasanya cenderung lebih suka bermain. Kegiatan pembelajaran pun mengutamakan bermain. Belajar dengan cara bermain akan membawa anak termotivasi untuk mengetahui sesuatu secara mendalam dan secara spontan, anak dapat menemukan sesuatu yang didapat dari bermain. Maka media yang disiapkan adalah media yang digunakan anak dalam bermain. Pada umumnya, media belajar anak usia dini merupakan alat-alat permainan. Dasarnya, media belajar berguna untuk memudahkan peserta didik memahami sesuatu yang mungkin sulit atau menyederhanakan sesuatu yang kompleks. Media belajar anak juga tidak mesti mahal, bahkan dapat diperoleh dari benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi. Dengan kata lain, guru, orang tua dan masyarakat perlu bekerja sama untuk memperoleh bendabenda yang dapat digunakan untuk media belajar. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 85 Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini Menurut Froebel, bermain merupakan bentuk kegiatan belajar di TK dengan bermain yang kreatif dan menyenangkan. Melalui bermain kreatif, anak dapat mengembangkan serta mengintegrasikan semua kemampuannya. Anak lebih banyak belajar melalui bermain dan melakukan eksplorasi terhadap objek-objek dan pengalaman anak, serta dapat membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksi sosial dengan orang dewasa pada saat mereka memahaminya dengan bahasa dan gerakan sehingga tumbuh secara kognitif kearah berfikir verbal.7 Dalam buku Development Though The Lifespan, “Preschool and kindegarten programs range along a continuum, from child centered to teacher-directed. In child-centered programs, teachers provide a wide variety of activities from wich children select, and much learning takes place through play. In contrast, in academic programs, teachers structure children’s learning, teaching letters, numbers, colours, shapes, and othes academic skills trough lessons, often using repetition and drill,8 yang artinya bahwa program prasekolah dan TK berkisar sepanjang kontinum, dari anak berpusat pada guru. Pada anak yang berpusat pada program, guru menyediakan berbagai macam kegiatan dari mana anak-anak memilih, dan banyak pembelajaran terjadi melalui bermain. Sebaliknya, dalam program-program akademik, guru belajar struktur anak-anak, surat pengajaran, angka, warna, bentuk, dan keterampilan akademik melalui pelajaran, sering menggunakan pengulangan dan kata-kata. Guru dalam hal ini pendidik merupakan fasilitator yang tidak hanya mendidik, namun mampu mengolah pembelajaran yang menyenangkan serta guru juga harus dapat menerapkan strategi pembelajaran yang tepat agar potensi anak dapat berkembang dengan optimal. Guru juga harus menyediakan media pendidikan yang tepat untuk anak. Dengan kata lain, guru yang harus memilih dan memilah mana media yang tepat atau tidak untuk anak. Media pendidikan yang ditawarkan ada berbagai macam, apalagi 7 Masitoh, dkk, Strategi Pembelajaran TK (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), 8 Laura E. Brek, Development ..., hlm 244. hlm. 21. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 86 Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini media pendidikan yang dapat memotivasi anak untuk mengasah rasa ingin tahunya. Bermain merupakan salah satu metode atau cara yang digunakan guru dalam membantu perkembangan anak. Dengan kata lain, antara metode dan media mempunyai hubungan yang satu sama lain saling terkait. Bermain merupakan faktor penting dalam kegiatan pembelajaran anak usia dini dan esensi bermain harus menjadi jiwa dari setiap kegiatan pembelajaran anak usia dini. Bermain juga disukai oleh anak-anak. Ada berbagai teori yang mencoba menjawab mengapa anak suka bermain. Pertanyaan ini akan coba dijawab oleh teori klasik dan teori modern. 1.) Teori Klasik Dalam teori klasik, terdapat empat alasan mengapa anak suka bermain, yakni kelebihan energi, untuk rekreasi dan relaksasi, merupakan sifat bawaan (intuisi) yang berguna untuk mempersiapkan diri melakukan peran orang dewasa, bermain merupakan peristiwa mengulang kembali apa yang telah dilakukan nenek moyang dan sekaligus mempersiapkan diri untuk hidup pada zaman sekarang. 2.) Teori Modern Teori modern memandang bahwa bermain merupakan bagian dari perkembangan anak, baik kognitif, emosional, maupun sosial anak. Teori ini dibedakan menjadi tiga macam yaitu teori psikoanalisis, teori perkembangan kognitif, dan teori belajar sosial. Dalam teori psikoanalisis yang dikemukakan oleh Freud, menjelaskan bahwa bermain merupakan alat pelepas emosi. Bermain juga mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan sosial (Erikson). Bermain juga memungkinkan anak untuk mengekspresikan perasaannya secara leluasa, tanpa tekanan batin. Untuk teori perkembangan kognitif, menerangkan bahwa bermain merupakan bagian dari perkembangan kognitif anak. Menurut Bruner dan Sutton-Smith, bermain merupakan proses berpikir secara fleksibel dan proses pemecahan masalah. Pada saat bermain, anak dihadapkan pada berbagai situasi, kondisi dan objek, TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam baik nyata maupun imajiner yang 87 Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini memungkinkannya menggunakan berbagai kemampuan berpikir dan memecahkan masalah. Menurut Piaget, bermain dengan objek yang ada di lingkungannya merupakan cara anak belajar. Berinteraksi dengan objek dan orang, serta menggunakan objek itu untuk berbagai keperluan membantu anak memahami tentang objek, orang dan situasi tertentu. Dalam teori belajar sosial, bermain merupakan alat untuk sosialisasi. Dalam artian, ketika seorang anak bermain bersama anak yang lain, anak akan mengembangkan kemampuan memahami perasaan, ide dan kebutuhan orang lain yang merupakan dasar dari kemampuan sosial. Piaget juga menemukan bahwa bermain dimulai dari bermai sendiri sampai bermain secara kooperatif yang menunjukkan adanya perkembangan sosial anak. Dalam hal ini, Vygotsky menyatakan bahwa pada saat bermain, anak menunjukkan kemampuan di atas biasanya, di atas perilaku kesehariannya, dan seakan-akan kemampuannya lebih tinggi dari yang sebenarnya. 9 Walaupun bentuk permainan anak-anak di berbagai belahan dunia dari zaman ke zaman mengalami perkembangan, tetapi esensi dari bermain itu tetap sama. Adapun esensi bermain adalah sebagai berikut: a. Aktif Dikatakan bahwa anak-anak mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Hal ini memang benar adanya. Dalam bermain pun demikian adanya, anak melakukan eksplorasi, investigasi, eksperimentasi, dan ingin tahu tentang orang, benda ataupun kejadian. Anak menggunakan berbagai benda untuk bermain. Mereka juga mampu menggunakan suatu benda dan memainkannya menjadi benda lain. Pada saat bermain, anak pada dasarnya begitu aktif melakukan berbagai kegiatan, baik fisik maupun psikis. b. Menyenangkan Bermain merupakan kegiatan yang bertujuan untuk bersenangsenang. Meskipun tak jarang kita mendengar anak-anak menangis ketika bermain dengan teman-temannya, tetapi mereka menikmati permainan 9 Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: HIKAYAT Publishing, 2005), hlm. 116-117. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 88 Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini tersebut. Mereka bernyanyi, tertawa, berteriak lepas, dan ceria seakan tidak ada beban dalam hidup. c. Motivasi Internal Anak ikut dalam kegiatan permainan secara sukarela. Mereka termotivasi dari dalam dirinya untuk ikut bermain. Bentuk permainan yang akan dimainkan juga dipilih dan ditentukan bersama-sama. Begitu pun peran dari tiap-tiap anak yang bermain, ditentukan secara adil sesuai dengan aturan yang berlaku. d. Memiliki Aturan Setiap permainan mempunyai aturan berbeda-beda. Aturan-aturan yang ada tersebut harus dilaksanakan oleh para pemain, sehingga permainan lebih menyenangkan. e. Simbolis dan berarti Sering sekali ketika bermain, anak-anak memainkan peran sebagai seorang polisi, guru, dokter, ayah atau ibu. Dalam hal ini, bermain yang dilakukan anak-anak memungkinkan anak menggunakan berbagai objek sebagai simbol dari benda atau orang lain sehingga bermain disebu dengan simbolis. Peran-peran yang dimainkan biasanya meniru peran-peran orang dewasa dalam masyarakatnya sehingga kegiatan tersebut sangat berarti (meaningful) bagi kehidupan anak nantinya. Bermain mempunyai fungsi bagi perkembangan anak. Bermain juga mempunyai peran penting dalam perkembangan anak pada hampir semua bidang perkembangan, baik itu perkembangan fisik-motorik, bahasa, intelektual, moral, sosial, maupun emosional anak. Adapun fungsi bermain dalam perkembangan anak adalah sebagai berikut:10 1. Kemampuan motorik Berbagai penelitian menunjukkan bahwa bermain memungkinkan anak bergerak secara bebas sehingga anak mampu mengembangkan kemampuan motoriknya. Pada saat bermain, anak berlatih menyesuaikan antara pikiran dan gerakan menjadi suatu keseimbangan. Menurut Piaget, 10 Slamet Suyanto, Dasar ..., hlm. 119-120. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 89 Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini anak terlahir dengan kemampuan refleks, dan pada akhirnya ia mampu mengontrol gerakannya. Melalui bermain, anak belajar mengontrol gerakannya menjadi gerak terkoordinasi. 2. Bermain mengembangkan kemampuan kognitif Piaget berpendapat bahwa anak belajar memahami pengetahuan dengan berinteraksi melalui objek yang ada di sekitarnya. Bermain memberikan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan objek. Anak memiliki kesempatan menggunakan indranya, seperti menyentuh, mencium, melihat, dan mendengarkan untuk mengetahui sifat-sifat objek. Dari pengindraan tersebut anak memperoleh fakta-fakta, informasi, dan pengalaman yang akan menjadi dasar untuk berpikir abstrak. Bermain dapat menjembatani anak dari berpikir konkret ke berpikir abstrak. Menurut Vygotsky, ketika anak bermain, pikiran anak terbebas dari situasi kehidupan nyata yang menghambat anak berpikir abstrak. Penelitian Hoorn, menunjukkan bahwa bermain memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir logis, imajinatif, dan kreatif. 3. Kemampuan Afektif Setiap permainan memiliki aturan. Aturan akan diperkenalkan oleh teman bermain sedikit demi sedikit, tahap demi tahap sampai setiap anak memahami aturan bermain. Oleh karena itu, bermain akan melatih anak menyadari adanya aturan dan pentingnya mematuhi aturan. Hal ini merupakan tahap awal dari perkembangan moral (afeksi). 4. Kemampuan Bahasa Pada saat bermain anak menggunakan bahasa, baik untuk berkomunikasi dengan temannya maupun sekedar menyatakan pikirannya (thinking aloud). Sering kita jumpai anak kecil bermain sendiri sambil mengucapkan kata-kata seakan-akan ia bercakap-cakap dengan diri sendiri. Ia sebenarnya sedang “membahasakan” apa yang ada dalam pikirannya. Vygotsky berpendapat bahwa peristiwa seperti itu menggambarkan anak sedang dalam tahap menggabungkan pikiran dan bahasa sebagai satu kesatuan. Ketika anak bermain dengan temannya TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 90 Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini mereka juga saling berkomunikasi dengan menggunakan bahasa anak, dan itu berarti secara tidak langsung anak belajar bahasa. 5. Kemampuan Sosial Pada saat bermain, anak berinteraksi dengan anak yang lain. Interaksi tersebut mengajarkan anak cara merespons, memberi dan menerima, menolak atau setuju dengan ide dan perilaku anak yang lain. Hal itu sedikit demi sedikit akan mengurangi rasa egosentris anak dan mengembangkan kemampuan sosialnya. Berhubungan dengan anak asuh, maka kita teringat dengan pola asuh yang diberikan kepada anak, baik itu dari lingkungan keluarga, maupun lingkungan sekitar yang mempengaruhi perkembangan anak. Baik buruknya seorang anak, tidak terlepas dari didikan dan asuhan orangtuanya. Mengasuh, mendidik, dan membesarkan anak merupakan salah satu kewajiban orang tua. Keberhasilan mendidik anak sangat tergantung dari sikap orang tua memperlakukan anak. Jika orang tua terlalu keras dalam mendidik anak, hal tersebut akan berdampak buruk terhadap anak. Dr. Paul D. Hastings dari National Institute of Mental Health menyatakan bahwa penerapan disiplin dan sistem hukuman yang berlebihan serta tidak menerapkan sistem komunikasi, pengertian, dan peraturan-peraturan yang konsisten, keterlaluan memarahi anak, menunjukkan kekecewaan yang berlebihan yang ditujukan terhadap anak cenderung akan menghalangi perkembangan prasosial anak. Sebaliknya, para orang tua yang hangat, yang menggunakan penjelasan tidak mengandalkan hukuman keras dalam mendisiplinkan anak cenderung menumbuhkan rasa empati dalam diri anakanak mereka.11 3. Perkembangan Bahasa Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan sarana 11 Anik Pamilu, Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, (Yogyakarta: Citra Media, 2007), ,hlm. 42. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 91 Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini yang penting dalam pengembangan kemampuan dasar anak. Di samping itu juga, bahasa merupakan alat yang menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain yang sekaligus juga berfungsi untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain. Pengembangan kemampuan berbahasa anak bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungan sekitarnya. Adapun fungsi pengembangan kemampuan berbahasa bagi anak-anak antara lain:12 a. Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungannya; b. Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak; c. Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak; d. Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Perkembangan bahasa dapat meliputi beberapa hal, antara lain: 1. Pengembangan Kosa kata dan tata bahasa Pada awalnya, anak yang baru saja lahir belum memiliki kemampuan organ yang baik, namun dia telah memiliki kemampuan yang unik. Dia mampu melihat suara dan mendengar warna. Hal ini dikarenakan bahwa otak merekam aktivitas listrik pada daerah thalamus yang bertanggung jawab menangani suara, retina mata, dan cortex auditorik serta cortex visual, menunjukkan adanya gelombang listrik yang terpicu. Otak bayi terdapat hubungan antara retina mata dengan thalamus tersebut. Seiring dengan tumbuh kembang anak, maka kemampuan koordinasi organnya pun akan ikut baik. Rentang usia antara 2- 6 tahun menjadi sangat penting dalam meningkatkan kemampuan bahasa. Bahasa prelinguistik (Prelinguistic speech) awal percakapannya adalah pengaturan suara bukan kata. 12 DEPDIKBUD, Metodik Khusus Pengembangan Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak-Kanak (DEPDIKBUD Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Dasar bagian proyek peningkatan mutu Taman KanakKanak, Jakarta: 1998/1999), hlm. 3. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 92 Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini Termasuk di dalamnya mengangis, menyergah, celotehan, menirukan suara tanpa sengaja dan tanpa mengetahui maknanya. 13 Pada umur 2 bulan, biasanya bayi dapat mengeluarkan suara “oooooo” dengan irama yang musikal. Pada umur 4 bulan, biasanya sudah terdengar suara “aggu-aguu”. Ketika anak usia 6 bulan, anak sudah bisa bergumam. Kemudian, ketika usia anak 8 bulan, ia mengucapkan kata “dadada” lalu menjadi “dada” yang belum berarti. Kata “mama” akan muncul belakangan. Ketika beranjak ke usia 9 bulan, anak sudah dapat mengerti makna “tidak boleh”. Kemudian, pada umur 11 bulan, ia sudah mulai dapat mengucapkan kata pertama yang benar dan disusul kata kedua pada usia 1 tahun.14 Usia Lahir 3 bulan 6-8 bulan 9-10 bulan 1014 bulan 18- Patokan Bahasa Dari Lahir Hingga Usia 3 Tahun Perkembangan Usia Perkembangan Mengenali percakapan, 1,5– 3 Mengeluarkan suara menangis, membuat respon bulan “uuu” dan tertawa terhadap suara Bermain dengan suara 5-6 bulan Membuat suara bicara (speech sound) konsonan, mencoba menyesuaikan apa yang didengar Mengoceh huruf konsonan 9 bulan Menggunakan dan vokal gerakan tubuh untuk berkomunikasi dan bermain gerakan Mulai memahami kata dan 9-12 bulan Menggunakan sedikit meniru suara gerakan sosial Mengucapkan kata pertama 16-24 Belajar kata baru, bulan mengembangkan kosa kata dengan cepat, dari mulai 50 kata menjadi 400 kata dengan menggunakan kata kerja dan kata sifat Mengucapkan kalimat 20 -24 Memiliki ungkapan 13 Diane E. Papalia, dkk, Human Development , Cet ke-9 (Jakarta: Kencana, Prenada Media Group, 2008), hlm. 234. 14 Maimunah Hasan, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) (Yogyakarta: Diva Press, 2010), hlm. 57-58. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 93 Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini 24 pertama (dua kata) bulan bulan 24 Menggunakan banyak frasa 30 bulan bulan dua kata, tidak lagi berceloteh dan ingin berbicara yang komprehensif Belajar kata baru hampir setiap hari, berbicara dengan kombinasi dua atau tiga kata, mengerti kata dengan baik, serta membuat kesalahan gramatikal 36 Mengucapkan 1000 kata, 80 bulan % dapat dimengerti, membuat beberapa kesalan dalam sintaksis Peningkatan jumlah kosa kata pada anak tidak hanya saat anak mendpaatkan kata yang baru, akan tetapi bisa juga saat anak mempelajari arti baru pada kata-kata lama yang telah diketahuinya. Diperkirakan ratarata pada usia 18 bulan adalah 10 kata dan pada usia 24 bulan 29 kata dan pada umur 2 tahun berisi rata-rata 200 sampai 300 kata.15 Pada umur 4 tahun, anak sudah mulai bertanya tentang arti suatu kata. Ia dapat bercerita dan menggunakan kalimat yang terdiri dari kata 4-5 kata. Pada usia 6 tahun, perbendaharaan kata anak bertambah menjadi 10.000 kata.16 Jean Piaget menyatakan bahwa anak pada usia 2- 4 tahum belajar bahasa ucapan sama seperti belajar ilmu yang lain, yaitu membentuk dan mengkonstruksikan bahasa. Anak membentuk aturan bahasa dari pengalamannya. Dengan menggunakan bahasa yang salah kemudian dibenarkan oleh orang tua atau pendidik seorang anak membangun kemampuan berbahasa.17 Dalam mengembangkan kosa kata, anak harus mengaitkan antara arti dengan bunyi. Anak-anak biasanya akan mempelajari kosa kata yang mereka butuhkan dalam kehidupan sehari-harinya. Elizabeth B. Hurlock 15 Elizabeth , Perkembangan ..., hlm. 189. Laura E. Berk, Development ..., hlm 248. 17 Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget (Penerbit: Kanisius, 2001), hlm. 55. 16 TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 94 Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini menyatakan bahwa dalam masa kanak-kanak, terdapat kosa kata yang diberikan: a. Kosa kata umum Kosa kata umum ini biasanya terdiri dari pengenalan kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata perangai dan kata ganti. b. Kosa kata khusus Kosa kata khusus ini biasanya terdiri dari pengenalan kosa kata warna, kosa kata tentang jumlah, kosa kata waktu, kosa kata uang, kosa kata ucapan populer, bahasa rahasia. Dengan mengembangkan kemampuan bahasanya, maka anak mulai belajar untuk berbicara. Berbicara tidak hanya melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda, tetapi juga mempunyai aspek mental yakni mengaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan. Menurut Elizabeth, bicara merupakan bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Karena bicara merupakan bentuk komunikasi yang efektif, serta penggunaannya paling luas dan paling penting.18 Jean Piaget menyatakan bahwa ketika anak masih kecil, ia berbicara secara lebih egosentris, yaitu berbicara dengan diri sendiri, tetapi saat usia 6-7 tahun, anak mulai lebih komunikatif dengan temantemannya.19 Komunikasi adalah pemenuhan terhadap fungsi pertukaran pikiran dan perasaan. Terdapat dua unsur penting dalam berkomunikasi, yakni: a. Anak harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi orang yang mereka ajak berkomunikasi; b. Dalam berkomunikasi, anak harus memahami bahasa yang digunakan orang lain. Terdapat ayat al-Qur‟an yang menjelaskan tentang berbicara: 18 19 Elizabeth .., Perkembangan ..., hlm. 176. Paul Suparno, Teori ..., hlm. 56. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 95 Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini Artinya: “Mengajarnya pandai berbicara.”(Q.S. Ar-Rahman : 4) Dalam ayat ini, terdapat kata Al-Bayan, yang maksudnya adalah kemampuan manusia untuk mengutarakan isi hati dan memahamkannya kepada orang lain. Manusia merupakan makhluk sosial dan tidak dapat hidup sendiri, maka dari itu, berkomunikasi merupakan alat untuk dapat menghubungkan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Orang tua sangat berperan dalam segala aspek perkembangan pada anak. Peran orang tua dalam mengembangkan kemampuan bahasa pada anak usia dini dalam konsep Islam telah diterangkan bahwa pada saat bayi lahir kemudian diserukan adzan dan iqomat. Hal ini tampak jelas dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Rafi‟ yang telah menceritakan “ Aku melihat Rasulullah SAW menyerukan adzan ditelinga al-Hasan Ibnu Ali saat baru dilahirkan oleh ibunya, Fathimah,” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi). Berhubungan dengan hadits di atas, Ibnu Qoyim mengatakan bahwa rahasia dilakukan adzan dan iqomah di telinga bayi yang baru lahir mengandung harapan yang optimistis agar suara yang mula-mula terdengar oleh bayi adalah seruan adzan yang mengandung makna keagungan dan kebesaran Allah serta syahadat yang menjadi syarat utama bagi seseorang yang baru masuk Islam. Suara adzan yang diperdengarkan di telinga bayi ini dapat menembus qalbu bayi dan mempengaruhinya meskipun perasaan bayi yang bersangkutan masih belum dapat menyadarinya.20 20 Jamaal „Abdu Rahman, Daaruth Thaibah Al-Khadra/Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasulullah SAW, terj. Bahrun Abu Bakar I.S. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2005), hlm. 63-64. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 96 Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini Dalam perkembangan kemampuan bahasa pada anak usia dini, yang dapat dilakukan orang dewasa dalam menstimulasikan perkembangan tersebut adalah:21 a. Membacakan buku cerita atau mendongeng; b. Mendiskusikan isi cerita dari buku yang dibacakan; c. Meminta anak untuk mengulang kembali isi cerita dari buku yang dibacakan. C. Penutup Kesimpulan Lingkungan keluarga sangat berperan dalam perkembangan mental anak. Lingkungan keluarga yang dalam hal ini adalah orangtua, mempunyai tanggungjawab yang luar biasa dalam mendidik anak, sehingga anak mendapat didikan yang benar dan menjadi anak yang diharapkan oleh orangtuanya. Ketika anak dididik dan diasuh dalam pola yang kurang tepat, maka dalam perkembangannya, anak akan cenderung mempunyai karakter atau watak yang telah memberikannya didikan itu. Maka dari itu, dalam mendidik dan mengasuh anak, orangtua pun harus mempunyai pengetahuan tentang anak, paling tidak bisa membekali diri dalam mendidik anak dengan cara yang tepat. Media pendidikan anak pra sekolah dan taman kanak –kanak (TK) merupakan sarana dalam penunjang perkembangan anak. Baik itu perkembangan motorik, perkembangan kognitif, perkembangan sosial, perkembangan bahasa anak, maupun perkembangan yang ada dalam diri anak. Media pendidikan ini biasanya dalam bentuk media permainan, karena kita ketahui bersama bahwa pada masa anak usia dini, anak lebih senang bermain. Maka, tugas dari pendidik adalah menfasilitasi media pendidikan anak yang tepat dalam membantu anak menumbuh kembangkan potensi-potensi yang ada pada anak. 21 Firmanawaty Sutan, 3 Langkah Praktis Menjadikan Anak Maniak Membaca (Jakarta: Puspa Swara, 2004), hlm. 48. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 97 Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini Perkembangan bahasa yang terjadi pada anak sejak masa kehidupannya. Dalam perkembangan bahasanya, orang dewasa mempunyai peran yang sangat penting untuk menstimuluskan bahasa. Perkembangan kemampuan bahasa pada anak ini dapat membantu anak untuk berkomunikasi dengan orang lain. Ketika berkomunikasi dengan orang lain, maka anak mulai belajar berbicara. Pada awalnya, anak lebih cenderung bersikap egosentris, yaitu berbicara kepada diri sendiri, kemudian, setelah beranjak usia, anak akan mulai berkomunikasi dengan teman-temannya sehingga dalam berkomunikasi itu anak juga akan mengalami perkembangan kemampuan yang lain pada diri anak. DAFTAR PUSTAKA Abdu Rahman, Jamaal. 2005. Daaruth Thaibah Al-Khadra/Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasulullah SAW, terj. Bahrun Abu Bakar I.S. Bandung: Irsyad Baitus Salam. Ariesandi. 2008. Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses dan Bahagia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Berk, Laura E. 2006. Development Though The Lifespan. Printed in the United States of America. DEPDIKBUD. 1998/1999. Metodik Khusus Pengembangan Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Dasar bagian proyek peningkatan mutu Taman Kanak-Kanak. Hasan, Maimunah. 2010. PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Yogyakarta: Diva Press. Hibana. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: PGTKI Press. Masitoh, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka. Pamilu, Anik. 2007. Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan. Yogyakarta: Citra Media. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 98 Perbedaan Individu dalam Perkembangan Mental Anak Usia Dini Suwaid, Muhammad. 2009. Mendidik Anak Bersama Nabi, terj. Salafuddin Abu Sayyid . Solo: Pustaka Arafah. Suyanto, Slamet. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: HIKAYAT Publishing. Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Penerbit: Kanisius. Trianto. 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini, TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI. Jakarta: Kencana. TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam 99