LAPORAN HASIL STUDI PRAKARSA ANTI KORUPSI (SPAK) PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) TAHUN 2011 i PENGANTAR Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) BUMN 2011 merupakan kegiatan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam mendorong Pimpinan BUMN membangun sistem antikorupsi di instansinya. SPAK merupakan pengembangan dari Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) yang telah dilakukan oleh KPK pada Kementerian/Non Kementerian dan Pemerintah Daerah sejak tahun 2009. Keikutsertaan BUMN dalam SPAK bersifat voluntary basis. Peserta SPAK melakukan penilaian sendiri (self assessment) terhadap pertanyaanpertanyaan terkait prakarsa antikorupsi yang telah dilakukannya berikut bukti-bukti pendukungnya. SPAK tahun 2011 ini merupakan pelaksanaan yang pertama kali dan masih bersifat baseline study, yang melibatkan 4 BUMN sebagai peserta yaitu: PT Pertamina (Persero), PT Jamsostek (Persero), PT Jasa Marga, Tbk. (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero). Keempat BUMN tersebut masing-masing mewakili sektor energi, keuangan, konstruksi, dan transportasi. Atas partisipasi aktif keempat BUMN tersebut, Pimpinan KPK mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan PT Pertamina (Persero), PT Jamsostek (Persero), PT Jasa Marga, Tbk. (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero). Pimpinan KPK juga mengucapkan terima kasih kepada Tenaga Ahli yang membantu KPK dalam menentukan bobot pada indikator penilaian SPAK. Semoga hasil penilaian SPAK ini bisa memberikan kontribusi nyata bagi pengambil kebijakan untuk meningkatkan inisiatif antikorupsi di sektor BUMN. Salam Antikorupsi, Pimpinan KPK ii DAFTAR ISI PENGANTAR …................................................................................................ i DAFTAR ISI …................................................................................................ ii DAFTAR TABEL …............................................................................................ iv DAFTAR GAMBAR …........................................................................................ v BAB I PENDAHULUAN …................................................................................ 1 1.1. Latar Belakang …......................................................................... 1 1.2. Dasar Hukum ….......................................................................... 2 1.3. Tujuan …................................................................................... 3 1.4. Ruang Lingkup …......................................................................... 4 BAB II METODOLOGI DAN TAHAPAN KEGIATAN ….......................................... 5 2.1. Metode …................................................................................... 5 2.2. Tahapan Kegiatan …..................................................................... 7 BAB III PROFIL BADAN USAHA MILIK NEGARA …......................................... 8 3.1. PT. PERTAMINA (Persero) …........................................................... 8 3.1.1. Sejarah Perusahaan …....................................................... 8 3.1.2. Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan …................................. 9 3.1.3. Kinerja Perusahaan …........................................................ 9 3.2. PT. JASA MARGA (Persero)Tbk. ….................................................. 10 3.2.1. Sejarah Perusahaan …....................................................... 10 3.2.2. Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan …................................. 11 3.2.3. Kinerja Perusahaan …........................................................ 12 3.3. PT. JAMSOSTEK (Persero) ….......................................................... 13 3.3.1. Sejarah Perusahaan …....................................................... 13 3.3.2. Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan …................................. 14 3.3.3. Kinerja Perusahaan …........................................................ 15 3.4. PT. ANGKASA PURA II (Persero) …................................................. 15 3.4.1. Sejarah Perusahaan …....................................................... 15 3.4.2. Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan …................................. 16 3.4.3. Kinerja Perusahaan …........................................................ 17 iii BAB IV HASIL DAN ANALISIS STUDI PRAKARSA ANTI KORUPSI (SPAK) 2011................................................................................................. 18 4.1. Penghitungan Nilai SPAK Tahun 2011 ….......................................... 18 4.2. Indikator Utama SPAK 2011 …...................................................... 18 4.2.1. Keteladanan Pimpinan (Tone of The Top) ….......................... 18 4.2.2. Pedoman Etika dan Perilaku (Code of Ethics) …..................... 20 4.2.3. Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Intererst) 21 4.2.4. Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System) …... 23 4.2.5. Pengelolaan Tranparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure)...................................................................... 25 4.2.6. Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (Managing Gift) …............................................................................ 26 BAB V 4.2.7. Penegakan Aturan (Rule Inforcement)................................. 27 4.3. Penilaian Prakarsa Antikorupsi Lainnya …........................................ 27 SIMPULAN DAN SARAN ….................................................................. 29 LAMPIRAN iv DAFTAR TABEL Tabel I.1 Peserta SPAK 2011 …....................................................................... 4 Tabel II.1 Indikator, Sub Indikator, dan Bobot SPAK BUMN 2011 …........................ 6 Tabel IV.1 Nilai SPAK BUMN …........................................................................... 18 Tabel IV.2 Nilai Indikator Keteladanan Pimpinan …............................................... 19 Tabel IV.3 Nilai Indikator Pedoman Etika dan Perilaku …....................................... 21 Tabel IV.4 Nilai Indikator Penanganan Konflik Kepentingan …................................. 23 Tabel IV.5 Nilai Indikator Pengelolaan Sistem Pengaduan …................................... 24 Tabel IV.6 Nilai Indikator Pengelolaan Tranparansi Harta Kekayaan …..................... 25 Tabel IV.7 Nilai Indikator Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah …............ 26 Tabel IV.8 Nilai Indikator Penegakan Aturan …..................................................... 27 Tabel IV.9 Nilai Indkator Prakarsa Lainnya …....................................................... v 28 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Tahapan Kegiatan SPAK 2011 …........................................................ 7 Gambar 3.1 Grafik Kinerja PT Pertamina dan Anak Perusahaan Tahun 2008-2010 ….. 10 Gambar 3.2 Grafik Kinerja PT Jasa Marga dan Anak Perusahaan Tahun 2008-2010 … 13 Gambar 3.3 Grafik Kinerja PT Jamsostek dan Anak Perusahaan Tahun 2008-2010 …. 15 Gambar 3.4 Grafik Kinerja PT Angkasa Pura II dan Anak Perusahaan Tahun 20082010 …......................................................................................... 17 vi Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi nasional di samping usaha swasta dan koperasi. Dalam sistem perekonomian nasional, peran BUMN cukup strategis, seperti: penghasil barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; sebagai pelopor atau perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati oleh swasta; sebagai pelaksana pelayanan publik; penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar; serta turut membantu pengembangan usaha kecil dan koperasi. BUMN yang seluruh maupun sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan. Penerimaan negara tersebut dalam bentuk berbagai jenis pajak, dividen dan hasil privatisasi yang pada tahun 2010 nilainya mencapai Rp.132,7 triliun. Kontribusi BUMN terhadap perekonomian Indonesia itu sendiri mencapai Rp. 2.130 triliun, baik dalam bentuk kapitalisasi pasar modal, operational expenditure (opex), program kemitraan, bina lingkungan, kredit usaha rakyat (KUR), capital expenditure (capex), mapun public service obligation (PSO). Selain itu masih terdapat 105.260 kelompok usaha yang menjadi mitra binaan BUMN yang juga memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap perekonomian Indonesia1 Melihat peran penting dan strategis BUMN di atas, seiring dengan perkembangan ekonomi baik di tingkat lokal maupun internasional serta persaingan usaha yang semakin ketat tuntutan kepada BUMN untuk menjalankan bisnisnya secara efektif, efisien, dan profesional menjadi semakin tinggi. Namun demikian, masih didapati beberapa kelemahan BUMN seperti: sering adanya kebijakan atau peraturan pemerintah yang menguntungkan BUMN yang justru berakibat kepada lemahnya BUMN dalam persaingan usaha; kurang lincah dalam bertindak; dan lamban dalam mengambil keputusan. Kondisi ini membuat BUMN kehilangan momentum usaha yang dapat berakibat pada kerugian usaha. Selain itu, potensi korupsi masih muncul di BUMN karena masih adanya konflik kepentingan di internal serta lemahnya pengendalian internal. 1 Peran BUMN dalam Percepatan & Perluasan Pembangunan Nasional, Kementerian BUMN, Bogor 11 Februari 2011 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 1 Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 Guna mengatasi hal tersebut dan untuk memperbaiki kinerja BUMN beberapa upaya perlu dilakukan. Di dalam berbagai analisis dikemukakan, ada keterkaitan antara krisis ekonomi, krisis finansial, dan krisis yang berkepanjangan di berbagai negara dengan lemahnya sistem tata kelola perusahaan yang baik 2. Semakin baik dan efektifnya sistem tata kelola perusahaan akan memungkinkan terbentuknya sistem pengendalian (checks and balances) yang lebih efektif antar unit kerja di internal entitas usaha serta antara entitas usaha tersebut dengan pemangku kepentingan yang lebih luas. Dalam kaitan mengatasi kelemahan dari kemungkinan timbulnya potensi korupsi di BUMN, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) BUMN. Kegiatan SPAK BUMN 2011 dilaksanakan dalam rangka mengukur efektivitas dari prakarsa anti korupsi yang dilakukan oleh BUMN. 1.2. Dasar Hukum Dalam pelaksanaan Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) 2011, KPK mendasari pada kewenangan yang dimilikinya. Dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi disebutkan; 1. Pasal 4 menyebutkan: “Komisi Pemberantasan Korupsi dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi”. 2. Pasal 8 ayat 1 menyebutkan: “Dalam melaksanakan tugas supervisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan instansi yang dalam melaksanakan pelayanan publik”. 3. Pasal 14 menyebutkan “Dalam melaksanakan tugas monitor sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf e, KPK berwenang untuk: 1. Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan pemerintah; 2. Memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan pemerintah untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian, sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi korupsi; 2 2 Studi Implementasi Good Corporate Governance di Sektor Swasta, BUMN, dan BUMD, KPK Tahun 2008 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 3. Melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, 2011 Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan, jika saran Komisi Pemberantasan Korupsi mengenai usulan perubahan tersebut tidak diindahkan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention Against Corruption (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Antikorupsi) menyebutkan: a. Pasal 7 ayat (4): “Setiap Negara Peserta wajib sesuai dengan prinsipprinsip dasar dari sistem hukum nasionalnya, berusaha keras untuk mengadopsi, memelihara dan memperkuat sistem yang meningkatkan transparansi dan mencegah konflik-konflik kepentingan”. b. Pasal 8 ayat (1): ”Untuk memerangi korupsi, Setiap Negara Peserta wajib meningkatkan, antara lain: integritas, kejujuran, dan tanggungajwab di antara para pejabat-pejabat publiknya, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukumnya”. c. Pasal 10: “Dengan memperhatikan kebutuhan untuk memberantas korupsi setiap Negara Peserta wajib, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukum nasionalnya, mengambil tindakan-tindakan yang mungkin untuk meningkatkan transparansi dalam administrasi publiknya, bila diperlukan termasuk termasuk mengenai organisasi keuangan dan proses pembuatan keputusannya”. d. Pasal 12: ”Setiap Negara Peserta wajib mengambil tindakan-tindakan, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukum nasionalnya, untuk mencegah korupsi yang melibatkan sektor swasta, meningkatkan standar akutansi dan audit di sektor swasta, dan dimana diperlukan, memberikan sanksi perdata, administratif dan pidana yang efektif sebanding untuk kelalaian memenuhi tindakan-tindakan tersebut.” 1.3. Tujuan Secara umum, SPAK bertujuan untuk mengukur efektifitas prakarsa anti korupsi di BUMN. Rincian tujuan kegiatan SPAK adalah: 1. Mendapatkan gambaran aktual tentang adanya prakarsa dan penerapan pencegahan korupsi di BUMN. 2. Memastikan bahwa setiap BUMN memiliki komitmen terhadap upaya pencegahan korupsi yang berada di lingkungan dan kewenangannya. Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 3 Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 3. Mendorong BUMN bertanggung jawab terhadap keberhasilan 2011 upaya pencegahan korupsi di lembaganya. 4. Sebagai salah satu acuan untuk melakukan perbaikan kinerja BUMN, baik atas inisiatif sendiri maupun melalui intervensi kebijakan oleh pemerintah. 1.4. Ruang Lingkup Berdasarkan tujuan di atas, maka SPAK ini dibatasi dengan melakukan penilaian terhadap prakarsa anti korupsi dan penerapannya di 4 BUMN yang mewakili sektor energi, kontruksi, keuangan dan transportasi, dengan rincian sebagai berikut : Tabel I.1 Perserta SPAK 2011 No 4 BUMN Sektor 1 PT PERTAMINA (Persero) Energi 2 PT JASA MARGA (Persero) Tbk. Konstruksi 3 PT JAMSOSTEK (Persero) Keuangan 4 PT ANGKASA PURA II (Persero) Transportasi Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 BAB II METODOLOGI 2.1. Metode Indikator dan bobot yang digunakan sebagai parameter dalam penilaian SPAK BUMN tahun 2011 adalah sebagai berikut : 1. Indikator Utama. Indikator utama merupakan indikator yang wajib dipenuhi dan dianalisis oleh BUMN. Indikator ini merupakan pedoman dalam penilaian kuantitatif. Penentuan indikator utama diputuskan oleh KPK berdasarkan hasil FGD (Focus Group Discussion) dengan peserta tenaga ahli (pakar) eksternal yang relevan dan pejabat struktural KPK. 2. Indikator Inovasi. Indikator inovasi bersifat bebas, peserta dapat mencantumkan prakarsa anti korupsi selain prakarsa pada 7 indikator utama dalam sebuah laporan, yang nantinya akan dinilai secara kualitatif. Indikator ini disiapkan untuk mengantisipasi jika ternyata BUMN memiliki inovasi lain di luar indikator utama. Setiap indikator yang digunakan dalam SPAK menggunakan bobot yang ditentukan berdasarkan hasil konsultasi dengan pakar eksternal dan struktural KPK. Terdapat 7 indikator utama yang ditetapkan sebagai hasil FGD tersebut, untuk selanjutnya diturunkan dalam subindikator–subindikator. Masing-masing subindikator mencerminkan adanya ketersediaan, penerapan, serta proses evaluasi terhadap masing-masing indikator. Selanjutnya ketujuh indikator dan subindikator dioperasionalkan dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari 81 pertanyaan (kuesioner terlampir). Setiap pertanyaan dalam kuesioner diisi oleh peserta SPAK dengan melampirkan bukti-bukti untuk mendukung validitas jawaban. Nilai SPAK terendah adalah 0 dan tertinggi 10. Nilai 0 berarti peserta SPAK tidak mempunyai prakarsa/inisiatif antikorupsi sesuai dengan harapan penilaian ini. Sementara nilai 10 menunjukkan unit utama telah melakukan prakarsa/inisiatif antikorupsi sesuai dengan seluruh indikator dalam SPAK. Selain mengisi kuesioner, peserta SPAK juga didorong untuk mengisi kuesioner tentang inovasi pencegahan korupsi yang telah dilakukan di luar tujuh indikator utama Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 5 Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 SPAK yang telah ditetapkan. Secara rinci indikator, subindikator, dan bobot SPAK BUMN 2011 dijelaskan dalam Tabel II.1. Tabel II.1 Indikator, Sub-Indikator dan Bobot SPAK BUMN 2011 Indikator 1. Keteladanan Pimpinan (Tone Of The Top) (0,186) Subindikator c Ketersediaan Kebijakan Pimpinan (BOC dan BOD) terkait anti korupsi (0,260) Peran Pimpinan dalam Penerapan Kebijakan Antikorupsi (0,480) Pengawasan dan Evaluasi (0,260) Ketersediaan dan Kelengkapan Pedoman tentang Etika dan Perilaku (0,390) Penerapan Pedoman Etika dan Perilaku (0,420) Evaluasi (0,190) Ketersediaan dan Kelengkapan Aturan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,390) Penerapan Aturan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,410) Evaluasi (0,200) Ketersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,430) Penerapan Aturan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,390) Evaluasi (0,170) Ketersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,360) Penerapan Aturan Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,430) Evaluasi (0,210) Ketersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,390) Penerapan Aturan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,450) Evaluasi (0,160) a Penegakan Aturan (1,00) a b c 2. Pedoman tentang Etika dan Perilaku (Code of Ethic and Code of Conduct) (0,139) 3. Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Interest) (0,121) a b c a b c Indikator Utama (0,942) 4. Pengelolaan Sistem a Pengaduan (Whistle Blowing System) (0,139) b 5. Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure) (0,084) 6. Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (Managing Gift) (0,103) 7. Penegakan Aturan (Rules Enforcement) (0,171) Indikator Inovasi (0,058) 6 c a b c a b Prakarsa Lainnya (1,00) Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 2.2. Tahapan Kegiatan Studi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Penetapan indikator utama. Penetapan indikator utama ini dilakukan melalui dua tahap yaitu konsultasi dengan pakar dan konsultasi dengan internal KPK. 2. Penyusunan dan penyebaran kuesioner. Kuesioner terdiri dari rangkaian pertanyaan tertutup dan semi terbuka yang disusun berdasarkan rincian dari Indikator utama yang telah ditetapkan sebelumnya. Kuesioner bersifat objektif untuk memudahkan verifikasi data. 3. Penilaian sendiri (self-assessment) oleh peserta SPAK Pada tahap ini, BUMN mengisi kuesioner yang diberikan. Untuk menunjang validitas jawaban, BUMN diwajibkan memberikan bukti yang relevan. Sinkronisasi jawaban dan lampiran bukti ini yang dijadikan dasar bagi KPK untuk melakukan verifikasi. Atas dasar verifikasi tersebut, dihitung nilai yang menunjukkan tingkatan inisiatif anti korupsi yang dilakukan oleh BUMN. 4. Penilaian oleh KPK KPK melakukan penilaian akhir dengan mempertimbangkan hasil pengisian sendiri oleh instansi, dan kelengkapan bukti. Untuk mempertegas hasil penilaian, KPK juga melakukan observasi lapang untuk memastikan kegiatan pencegahan korupsi seperti yang dilaporkan dalam SPAK. Hasil dari penilaian KPK menentukan peringkat dari masing-masing peserta SPAK. 5. Pelaporan Akhir dan Diseminasi Laporan akhir dibuat dengan melaporkan skor masing-masing unit utama sesuai indikator yang ditetapkan. Hasilnya dipaparkan kepada peserta SPAK dalam sebuah rapat tertutup. Secara ringkas, rangkaian tahapan kegiatan SPAK tahun 2011 adalah: Gambar II.1 Tahapan Kegiatan SPAK 2011 Jan-Feb Penetapan Indikator Utama Feb-Mar Apr-Juli Penyusunan & Penyebaran Kuesioner SelfAssessment oleh BUMN Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK Agt-Sept Penilaian oleh Tim Ahli KPK Okt-Nov Laporan Akhir dan Diseminasi 7 Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 BAB III PROFIL BADAN USAHA MILIK NEGARA Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) 2011 merupakan penilaian prakarsa antikorupsi dari entitas bisnis. Pada tahun 2011 ini sebagai pilot project SPAK diikuti oleh 4 BUMN yaitu: PT Pertamina (Persero), PT Jasa Marga, Tbk. (Persero), PT Jamsostek (Persero), dan PT Angkasa Pura II (Persero). Profil masing-masing BUMN tersebut akan diuraikan pada bagian berikut. 3.1. PT PERTAMINA (Persero) 3.1.1. Sejarah Perusahaan PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT PERMINA. Pada tahun 1961 perusahaan ini berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN PERTAMIN di tahun 1968 namanya berubah menjadi PN PERTAMINA. Dengan bergulirnya Undang Undang No. 8 Tahun 1971 sebutan perusahaan menjadi PERTAMINA. Sebutan ini tetap dipakai setelah PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT PERTAMINA (PERSERO) pada tanggal 17 September 2003 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. PT PERTAMINA (PERSERO) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum & HAM melalui Surat Keputusan No. C-24025 HT.01.01 pada tanggal 09 Oktober 2003. Pendirian Perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 tentang pengalihan bentuk perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi negara (Pertamina) menjadi perusahaan perseroan (Persero). Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang MIGAS baru, Pertamina tidak lagi menjadi satu-satunya perusahaan yang memonopoli industri MIGAS. Kegiatan usaha minyak dan gas bumi saat ini diserahkan kepada mekanisme pasar 8 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 3.1. 2. VIsi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan 3.1.2.1. Visi dan Misi Perusahaan Penetapan visi dan misi sebagai bagian perencanaan strategis, merupakan suatu langkah penting dalam perjalanan PT Pertamina (Persero). Ditengah arus kuat persaingan usaha industri minyak dan gas, PT Pertamina (Persero) menetapkan visi dan misi perusahaan sebagai berikut: • Visi PT Pertamina (Persero) adalah menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia. • Misi PT Pertamina (Persero) adalah menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat. 3.1.2.1. Tata Nilai Perusahaan PT Pertamina (Persero) menetapkan enam Tata Nilai Perusahaan yang menjadi pedoman bagi seluruh karyawan dalam menjalankan perusahaan. Keenam tata nilai tersebut adalah: 1. Bersih (Clean): Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik. 2. Kompetitif (Competitive): Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja. 3. Percaya Diri (Confident): Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa 4. Fokus Pada Pelanggan (Customer Focused): Beorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. 5. Komersial (Commercial): Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat. 6. Berkemampuan (Capable): Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan. 3.1.3. Kinerja Perusahaan Selama 2010 PT Pertamina (Persero) berhasil membukukan Penjualan dan Pendapatan Usaha Lainnya sebesar Rp438 triliun, naik 18% dari 2009. Pendapatan ini berasal dari Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 9 Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 penjualan dalam negeri minyak mentah, gas bumi, energi panas bumi, hasil minyak, penggantian subsidi jenis BBM tertentu dan LPG dari pemerintah, penjualan ekspor minyak mentah dan hasil minyak, imbalan jasa pemasaran, serta pendapatan usaha lainnya. Gambar 3.1 Grafik Kinerja PT Pertamina (Persero) dan Anak Perusahaan Tahun 2008-2010 600,000 551,885 JUMLAH (dalam Miliar Rupiah) 500,000 438,012 400,000 300,000 371,524 302,393 281,437 Aset 266,515 Pendapatan Usaha 200,000 Laba Bersih 100,000 19,606 16,776 16,203 0 2008 2009 2010 TAHUN Sumber: Laporan Keuangan Rekonsiliasi PT Pertamina (Persero) Dari gambar II.2 terlihat bahwa terdapat fluktuasi dalam perolehan nilai aset, pendapatan usaha, dan laba bersih dalam 3 tahun terakhir, yang banyak dipengaruhi oleh harga minyak dunia dan nilai kurs Rupiah terhadap Dollar. Pada tahun 2010 kinerja PT Pertamina (Persero) mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibanding tahun 2009, namun kinerja terbaik diperoleh pada tahun 2008. 3.2. PT JASA MARGA (Persero) Tbk. 3.2.1. Sejarah Perusahaan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dibentuk pada tanggal 1 Maret 1978 melalui Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 1978 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk pendirian persero. Pada tanggal 9 Maret 1978, Presiden Soeharto meresmikan jalan tol bebas hambatan pertama yang menghubungkan Jakarta dan Bogor, yang merupakan jalan tol pertama di Indonesia. Tujuan awal pendirian PT Jasa Marga (Persero) Tbk adalah untuk mengoperasikan dan memelihara ruas jalan tersebut secara mandiri tanpa membebani anggaran Pemerintah. Ir Sutami, Menteri Pekerjaan Umum ketika itu, adalah inisiator awal didirikannya PT Jasa Marga (Persero)Tbk. 10 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi Pada tanggal 12 November 2007, status PT Jasa Marg (Persero) Tbk. 2011 berubah menjadi perusahaan terbuka dengan melepas 30% sahamnya kepada publik melalui Bursa Efek Indonesia. 3.2.2. Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan 3.2.2.1. Visi dan Misi Perusahaan Berdasarkan UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan PP No.15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol, dimana peran Jasa Marga yang semula sebagai otorisator, pengembang dan operator, berubah menjadi pengembang dan operator saja. Sebagai tindak lanjut dari perubahan peran tersebut maka perusahaan sejak tahun 2006 mengubah visi dan misinya menjadi sebagai berikut: • Visi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. adalah menjadi Perusahaan modern dalam bidang pengembangan dan pengoperasian jalan tol, menjadi pemimpin (leader) dalam industri jalan tol dengan mengoperasikan mayoritas jalan tol di Indonesia, serta memiliki daya saing yang tinggi di tingkat Nasional dan Regional. • Misi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. adalah menambah panjang jalan tol secara berkelanjutan, sehingga Perusahaan menguasai paling sedikit 50% panjang jalan tol di Indonesia dan usaha terkait lainnya, dengan memaksimalkan pemanfaatan potensi keuangan Perusahaan serta meningkatkan mutu dan efisiensi jasa pelayanan jalan tol melalui penggunaan teknologi yang optimal dan penerapan kaidah-kaidah manajemen Perusahaan modern dengan tata kelola yang baik. 3.2.2.2. Tata Nilai Perusahaan Tata Nilai merupakan nilai-nilai yang telah ada dalam setiap Insan Jasa Marga. Tata nilai ini merupakan perwujudan dari sikap dan perilaku seluruh karyawan Jasa Marga yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian tujuan perusahaan secara baik dan benar. Tata nilai tersebut adalah: 1. Integritas a. Bekerja hanya menyalahgunakan untuk kepentingan wewenang untuk Perusahaan kepentingan Tidak lain pernah diluar kepentingan perusahaan; b. Bertanggungjawab dan senantiasa dapat menjelaskan keputusan dan langkah-langkah yang diambil dalam pekerjaan; c. Senantiasa menggunakan etika dalam bekerja; Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 11 Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 d. Senantiasa menjadi panutan bagi lingkungannya. 2. Mencintai Pekerjaan (Passion) a. Semangat dan keinginan yang kuat untuk senantiasa berbuat yang terbaik di bidangnya; b. Menyenangi tugasnya dan selalu berpikir positif dalam bekerja; c. Bangga terhadap Perusahaan sebagai wujud dari kebanggan pada Bangsa dan Negara; d. Senantiasa menghasilkan kualitas pekerjaan yang terbaik. 3. Senang Belajar untuk Kemajuan (Learning) a. Selalu ingin mengetahui dan belajar hal-hal baru untuk kemajuan perusahaan; b. Melihat jauh kedepan dan senantiasa berusaha untuk membawa Perusahaan ke tingkat yang lebih tinggi; c. Berani mencoba hal-hal baru dengan niat semata-mata untuk memperbaiki kualitas proses dan produk Perusahaan. 4. Membangun Kepercayaan (Trust) a. Percaya pada niat baik; b. Senantiasa membangun kepercayaan diantara seluruh jajaran Perusahaan; c. Tidak terkotak-kotak, selalu saling membantu untuk kepentingan perusahaan semata. 3.2.3. Kinerja Perusahaan PT Jasa Marga (Persero) Tbk berhasil membukukan laba bersih tahun 2010 untuk pertama kalinya menembus Rp 1 Triliun yaitu sebesar Rp 1,193 Triliun, atau naik sebesar 20,23% dibanding tahun 2009 yang mencapai Rp 992,69 Milyar. Peningkatan laba bersih ini terjadi karena pendapatan usaha yang berhasil dibukukan Jasa Marga pada tahun 2010 mencapai 4,37 Triliun atau meningkat 18,60% dibanding pendapatan usaha tahun 2009 yang mencapai 3,69 Triliun. Pencapaian kinerja keuangan ini terutama diperoleh dari hasil peningkatan volume lalu lintas selama 2010 yang mencapai 957,89 juta kendaraan atau meningkat sebesar 4,41%, dibandingkan tahun 2009 yang sebesar 916,48 juta kendaraan. 12 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 Gambar 3.2 Grafik Kinerja PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dan Anak Perusahaan Tahun 2008-2010 20,000 18,952 JUMLAH (Dalam Miliar Rupiah) 18,000 16,000 16,174 14,642 14,000 12,000 10,000 Aset 8,000 Pendapatan usaha 6,000 4,000 2,000 1,193 992 707 Laba Bersih 4,379 3,692 3,354 0 2008 2009 2010 TAHUN Sumber: Laporan Keuangan Rekonsiliasi PT Jasa Marga Tbk dan sumber lainnya Pendapatan Usaha Perusahaan di tahun 2010 adalah Rp 4,3 Triliun. Dengan mulai beroperasinya jalan tol baru secara bertahap di tahun 2011, maka pendapatan usaha di tahun 2011 diproyeksikan sebesar Rp 4,8 Triliun. Posisi akhir tahun 2010, total asset perusahaan adalah Rp 18,8 Triliun dengan equitas Rp 7,8 Triliun. 3.3. PT JAMSOSTEK (Persero) 3.3.1. Sejarah Perusahaan Pembentukan PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) melalui proses yang panjang. Sejarah pendirian PT Jamsostek (Persero) melalui peraturan perundangan terkait dengan rincian sebagai berikut: 1) UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja; 2) Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh; 3) PMP No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh; 4) PMP No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS); 5) UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja. Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK). PP Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 13 Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 tersebut mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Selanjutnya terbit PP No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek. Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995 ditetapkannya PT Jamsostek (Persero) sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 3.3.2. Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan 3.3.2.1. Visi dan Misi Perusahaan Sebagai penyelenggara jaminan sosial untuk tenaga kerja, PT Jamsostek bekerja keras untuk menjadi penyelenggara jaminan sosial yang dapat dipercaya oleh stakeholders dan publik. Guna mewujudkan hal tersebut PT Jamsostek menetapkan visi dan misi perusahaan sebagai berikut: • Visi PT Jamsostek adalah menjadi lembaga jaminan sosial tenaga kerja terpercaya yang unggul dalam pelayanan dan memberikan manfaat optimal bagi seluruh peserta dan keluarganya. • Misi PT Jamsostek adalah sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang memenuhi perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya bagi: a. Tenaga Kerja: Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan keluarga; b. Pengusaha: Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas; c. Negara: Berperan serta dalam pembangunan 3.3.2.2. Tata Nilai Perusahaan PT Jamsostek menetapkan tata nilai perusahaan yang menjadi pedoman bagi insan PT Jamsostek dalam menjalankan perusahaan. Tata nilai tersebut adalah: 1. Iman: Taqwa, berfikir positif, tanggung jawab, pelayanan tulus ikhlas. 2. Profesional: Berprestasi, bermental unggul, proaktif dan bersikap positif terhadap perubahan dan pembaharuan. 3. Teladan: Berpandangan jauh kedepan, penghargaan dan pembimbingan (reward & encouragement), pemberdayaan. 4. Integritas: Berani, komitmen, keterbukaan. 5. Kerjasama: Kebersamaan, menghargai pendapat, menghargai orang lain. 14 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 3.3.3. Kinerja Perusahaan PT Jamsostek (Persero) membukukan laba bersih sepanjang 2010 sebesar Rp1,532 triliun. Nilai ini meningkat 10,92 persen bila dibandingkan tahun 2009 yang hanya Rp1,382 triliun. Peningkatan laba bersih BUMN pengelola dana pekerja ini disokong oleh pendapatan investasi sekitar Rp10,785 triliun dan pendapatan bersih operasional yang meningkat menjadi Rp579,101 miliar. Gambar 3.3 Grafik Kinerja PT Jamsostek (Persero) dan Anak Perusahaan Tahun 2008-2010 120,000 102,648 JUMLAH (Dalam Miliar Rupiah) 100,000 84,248 80,000 64,507 60,000 Aset Pendapatan Usaha 40,000 Laba Bersih 20,000 6,488 11,364 9,041 1,532 1,382 1,091 0 2008 2009 2010 TAHUN Sumber: Laporan Keuangan Rekonsiliasi PT Jamsostek dan sumber lainnya Pada tahun 2010, dana investasi Jamsostek meningkat hingga 22,66 persen menjadi Rp 98,980 triliun. Bahkan total aset kian membengkak dari Rp 84,248 triliun, menjadi Rp102,648 triliun atau meningkat 21,48 persen. Hasil investasi yang dikembalikan ke peserta pun meningkat 32,09 persen menjadi Rp 8,368 triliun. 3.4. PT ANGKASA PURA II (Persero) 3.4.1. Sejarah Perusahaan Angkasa Pura II merupakan perusahaan pengelola jasa kebandarudaraan dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan jasa penerbangan dan jasa penunjang bandara di Kawasan Barat Indonesia sejak tahun 1984. Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 15 Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 Pada awal berdirinya, 13 Agustus 1984, Angkasa Pura II bernama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng yang bertugas mengelola dan mengusahakan Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng (kini bernama Bandara Internasional Jakarta SoekarnoHatta) dan Bandara Halim Perdanakusuma. Tanggal 19 Mei 1986 berubah menjadi Perum Angkasa Pura II dan selanjutnya tanggal 2 Januari 1993, resmi menjadi Persero sesuai Akta Notaris Muhani Salim, SH No. 3 tahun 1993 dengan nama PT Angkasa Pura II (Persero). Saat ini Angkasa Pura II mengelola dua belas bandara utama di Kawasan Barat Indonesia, yaitu Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Polonia (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Ketaping) dulunya Tabing, Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjung Pinang) dulunya Kijang, Sultan Thaha (Jambi) dan Depati Amir (Pangkal Pinang), serta melayani jasa penerbangan untuk wilayah udara (Flight Information Region/ FIR) Jakarta. 3.4.2. Visi, Misi dan Tata Kelola Perusahaan 3.4.2.1. Visi dan Misi Perusahaan PT Angkasa Pura II sebagai pengelola bandar udara bertaraf internasional terus mengembangkan kemampuan dalam menyikapi perubahan dan tantangan di industrinya. Visi dan misi PT Angkasa Pura II adalah: • Visi PT Angkasa Pura II adalah menjadi pengelola bandar udara bertaraf internasional yang mampu bersaing di kawasan regional • Misi PT Angkasa Pura II adalah mengelola jasa kebandarudaraan dan pelayanan lalu lintas udara yang mengutamakan keselamatan penerbangan dan kepuasan pelanggan, dalam upaya memberikan manfaat optimal kepada pemegang saham, mitra kerja, pegawai, masyarakat dan lingkungan dengan memegang teguh etika bisnis 3.4.2.2. Tata Kelola Perusahaan Tatanan birokrasi, sistem administrasi, dan struktur organisasi yang berlaku di Angkasa Pura II menyediakan ruang bagi fleksibilitas, agar orang dapat bekerja secara adaptif dan inovatif, dan disertai dengan akuntabilitas. Setiap tindakan yang diambil manajemen disertai dengan alasan yang lengkap dan rasional, yang dilaporkan secara lengkap, cepat, dan tepat waktu kepada pihak-pihak yang berkepentingan. 16 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 Penekanan pada akuntabilitas dan adopsi dari suatu pola pelaporan tertentu yang dijalankan secara konsisten, menjadi ciri dari tata kelola perusahaan di Angkasa Pura II. Manajemen melengkapi diri dengan unit dan perangkat audit yang bertanggung jawab untuk melaporkan hasil kerjanya secara langsung kepada Direksi dan atau Dewan Komisaris secara teratur. Penyelenggaraan bandara bukan hanya ditujukan untuk menciptakan nilai yang maksimal bagi para pemegang saham, tetapi juga untuk membangun kepercayaan publik pada Angkasa Pura II. Pedoman Good Corporate Governance yang disahkan melalui Keputusan Bersama Dewan Komisaris Angkasa Pura II Nomor : KEP.258.1/GCG/X/APII-2004 dan Direksi Angkasa Pura II Nomor : KEP.484.1/KS.005/APII-2004 telah diterapkan. 3.4.3. Kinerja Perusahaan Pengelola bandar udara PT Angkasa Pura II (Persero) tahun 2010 memperoleh laba usaha Rp 1,264 mengembangkan triliun. 12 Badan bandara di usaha bawah milik negara ini pengelolaannya, menjanjikan terutama terus Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Tahun 2010, pendapatan usaha Angkasa Pura II juga naik menjadi Rp 3,022 triliun, meningkat 9,3 % dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 2,745 triliun. Realisasi laba PT AP II lebih tinggi 20 persen dari target yang ditetapkan oleh pemegang saham, yakni Rp 1,049 triliun. Gambar 3.4 Grafik Kinerja PT Angkasa Pura II (Persero) dan Anak Perusahaan Tahun 2008-2010 9,000 JUMLAH (dalam Miliar Rupiah) 8,000 8,234 8,234 7,307 7,000 6,000 5,000 Aset 4,000 3,000 2,746 2,277 Pendapatan Usaha Laba Bersih 2,000 1,049 865 672 1,000 3,002 0 2008 2009 2010 TAHUN Sumber: Laporan Keuangan Rekonsiliasi PT Angkasa Pura II dan sumber lainnya Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 17 Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 BAB IV HASIL DAN ANALISIS STUDI PRAKARSA ANTI KORUPSI 2011 4.1. Penghitungan SPAK Tahun 2011 Kegiatan Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) tahun 2011 adalah melakukan penilaian terhadap inisiatif dan inovasi serta ketersediaan kelengkapan instrumen anti korupsi dan penerapannya pada 4 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berstatus sebagai Persero. Penilaian juga dilakukan terhadap cabang 4 BUMN yang ada di Kota Surabaya dan Medan. SPAK 2011 terdiri dari indikator utama dengan bobot 0,942 indikator inovasi dengan bobot 0,058. Nilai SPAK setiap BUMN merupakan gabungan antara variabel indikator utama dan variabel indikator inovasi. Bagi BUMN yang tidak menyerahkan laporan kualitatif, maka tidak mempunyai nilai untuk inovasi, sehingga nilai SPAK maksimal yang diperoleh hanya mencapai 9,42. Berikut Nilai kumulatif SPAK tahun 2011 dari 4 BUMN Peserta. Tabel IV.1 Nilai SPAK BUMN Peringkat Instansi Nilai Total dengan Bobot Nilai Per Indikator Indikator Utama (0,942) Indikator Inovasi (0,058) 1 PT PERTAMINA 8,95 9,01 7,98 2 PT JAMSOSTEK 7,8 7,78 8,17 3 PT JASA MARGA Tbk 6,19 6,04 8,61 4 PT ANGKASA PURA II 6,02 5,91 7,71 4.2. Indikator Utama SPAK 2011 4.2.1. Keteladanan Pimpinan (Tone of The Top) Dalam suatu organisasi faktor keteladanan sangat penting untuk menggerakkan bawahan. Hanya dengan keteladanan pimpinan suatu organisasi dapat memperoleh kepercayaan baik dari bawahan, rekanan maupun dari pemegang saham. Keteladanan pimpinan juga dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan pengendalian yang baik. Oleh karena itu dalam suatu organisasi mutlak diperlukan Pemimpin yang dapat dipercaya dan mampu menggerakkan seluruh sumber daya organisasinya demi mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Pemimpin tidak dilahirkan, tetapi 18 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 dibentuk melalui suatu proses penguasaan knowledge, skill, dan attitude yang dibutuhkan. Seorang Pemimpin juga harus memberikan teladan (tone of the top), membangun kultur/budaya yang kokoh, dan menunjukkan komitmen yang kuat untuk memimpin organisasinya menuju arah yang sudah disepakati. Indikator awal dari pengukuran SPAK adalah keteladanan pimpinan (Tone of The Top). Semua indikator lainnya tidak akan pernah terlaksana secara efektif dan efisien jika tidak ada komitmen untuk mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi dari pimpinan Perusahaan. Untuk indikator keteladanan pimpinan, tolok ukurnya adalah implementasi aturan dan aktivitas pimpinan perusahaan (Direksi dan Komisaris) yang mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. Aktivitas ini ditujukan untuk menciptakan tata kelola perusahaan yang baik, bersamaan dengan meningkatnya kinerja perusahaan. Komitmen pimpinan perusahaan juga didukung oleh Kementerian BUMN dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-117/MBU/2002 tentang Penerapan Praktek GCG di BUMN. Dalam SPAK 2011, indikator keteladanan Pimpinan memiliki bobot tertinggi yaitu sebesar 0,186, sehingga pengaruhnya terhadap penilaian secara total cukup signifikan. Indikator ini juga dibagi dalam 3 sub indikator yaitu: (a) ketersediaan kebijakan Pimpinan terkait anti korupsi, (b) peran pimpinan dalam penerapan kebijakan anti korupsi, serta (c) pengawasan dan evaluasi yang dilakukan oleh Pimpinan. Tabel IV.2 Nilai Indikator Keteladanan Pimpinan Keteladanan Pimpinan (0,186) Peringkat Instansi Sub Indikator Nilai Total Ketersediaan Aturan (0,26) Peran Pimpinan (0,48) Pengawasan & Evaluasi (0,26) 1 PT JASA MARGA, Tbk. 9,68 10,00 9,33 10,00 2 PT PERTAMINA 9,56 10,00 9,08 10,00 3 PT JAMSOSTEK 9,56 10,00 9,08 10,00 4 PT ANGKASA PURA II 9,02 10,00 7,96 10,00 Berdasarkan hasil penilaian dan pengamatan di lapangan, PT Jasa Marga memperoleh nilai tertinggi untuk indikator keteladanan pimpinan (Tone of The Top). PT Jasa Marga Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 19 Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 (Persero) Tbk telah memiliki sejumlah pimpinan perusahaan yang berkomitmen untuk menyusun aturan, mengimplementasikannya serta melakukan aktivitas langsung yang mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi. Komitmen dari direksi terutama direktur utamanya terlihat dengan telah diterbitkannya Keputusan Direksi No. 77/KPTS/2005 tanggal 28 April 2005 tentang Pedoman Penerapan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance PT Jasa Marga (Persero) yang telah diperbaharui dengan Keputusan Direksi No. 199.1/KPTS/2010 tanggal 16 Desember 2010 tentang Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance) di PT Jasa Marga, Tbk (Persero). Pedoman tersebut kemudian disosialisasikan langsung oleh Direksi dalam sejumlah kegiatan di PT Jasa Marga. Menurut informasi dari sejumlah staf, bahwa Direksi PT Jasa Marga layak menjadi figur teladan bagi bawahannya. 4.2.2 Pedoman Etika dan Perilaku (Code of Ethics and Code of Conduct) Dalam upaya mencapai keberhasilan dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi diperlukan aturan pedoman etika dan perilaku. Pedoman ini dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan dan semua karyawan dalam menerapkan nilai-nilai (values) dan etika bisnis sehingga menjadi bagian dari budaya perusahaan. Prinsip dasar yang harus dimiliki oleh perusahaan adalah3: 1. Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan (corporate values) yang menggambarkan sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya; 2. Untuk dapat merealisasikan sikap moral dalam pelaksanaan usahanya, perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ perusahaan dan semua karyawan. Pelaksanaan etika bisnis yang berkesinambungan akan membentuk budaya perusahaan yang merupakan manifestasi dari nilai-nilai perusahaan; 3. Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan diterapkan. Oleh karena itulah Pedoman etika dan perilaku menjadi salah satu indikator penilaian SPAK 2011. Pada SPAK 2011, indikator pedoman etika dan perilaku merupakan salah satu indikator dengan bobot tinggi, yaitu sebesar 0,139 Penilaian indikator kode etik, 3 20 www.knkg-indonesia.com Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 dilakukan dengan menilai tiga sub indikator yakni (a) ketersediaan aturan tentang pedoman etika dan perilaku, (b) penerapan aturan etika dan perilaku, serta (c) evaluasi aturan. Dari ketiga sub indikator tersebut, penerapan aturan etika dan perilaku merupakan sub indikator yang memiliki bobot tertinggi, yaitu 0,420. Secara keseluruhan, nilai rata-rata untuk indikator pedoman tentang etika dan perilaku pada SPAK 2011, cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena 4 BUMN tersebut masing-masing telah memiliki pedoman perilaku (Code of Conduct). Tabel IV.3 Nilai Indikator Pedoman Etika dan Perilaku Peringkat Instansi Nilai Total Pedoman Etika dan Perilaku (0,139) Sub Indikator Ketersediaan Penerapan Evaluasi Aturan Aturan Aturan (0,39) (0,42) (0,19) 1 PT PERTAMINA 9,87 10,00 9,68 10,00 2 PT JASA MARGA Tbk 8,82 9,68 7,49 10,00 3 PT JAMSOSTEK 8,16 9,68 5,9 10,00 4 PT ANGKASA PURA II 6,36 9,68 6,14 0,00 Pada Tabel IV.3 terlihat bahwa PT Pertamina memiliki skor paling tinggi untuk penilaian kode etiknya, yaitu sebesar 9,87. PT Pertamina memiliki nilai tinggi untuk indikator kode etik karena: 1. PT Pertamina telah memiliki pedoman etika dan perilaku sejak tahun 2006 dan telah diperbaharui pada tahun 2009 serta juga sering dikomunikasikan secara langsung pada sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan GCG; 2. Untuk memudahkan Satuan Pengawas Internal (auditor) dan unit kepatuhan (Compliance) dalam melakukan deteksi, pencegahan dan penanganan penyimpangan, maka saat ini PT Pertamina telah memiliki sistem informasi yang diberi nama Compliance Online System yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh karyawan untuk menyampaikan pengaduan penyimpangan, serta melakukan konsultasi tentang pencegahan penyimpangan; 4.2.3. Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Interest) Benturan (konflik) kepentingan adalah keadaan di mana terdapat konflik antara kepentingan ekonomis Perusahaan dan kepentingan ekonomis pribadi Pemegang Saham, Komisaris dan anggota Direksi beserta seluruh jajaran dibawahnya. Pedoman Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 21 Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 yang mengatur mengenai penanganan situasi konflik kepentingan menjadi penting karena bertujuan4: 1. Menyediakan kerangka acuan bagi penyelenggara negara untuk mengenal, mengatasi dan menangani konflik kepentingan; 2. Menciptakan budaya pelayanan publik yang dapat menangani situasi konflik kepentingan secara transparan dan efisien tanpa mengurangi kinerja; 3. Mencegah terjadinya tindak pidana korupsi di kalangan penyelenggara negara. Penjelasan tersebut mendasari penanganan situasi konflik kepentingan menjadi salah satu indikator penilaian SPAK 2011. Hal ini bertujuan untuk mendorong BUMN agar menerapkan prinsip transparansi di GCG sehingga seluruh pimpinan dan karyawan di BUMN memiliki tingkat kesadaran dan pemahaman yang sama tentang konflik kepentingan. Indikator penanganan konflik kepentingan merupakan indikator SPAK dengan bobot tinggi, yaitu sebesar 0,121 terdiri dari tiga sub indikator yakni: (a) ketersediaan aturan tentang penanganan konflik kepentingan; (b) penerapan aturan penanganan konflik kepentingan; serta (c) evaluasi aturan. Dari ketiga sub indikator tersebut, penerapan aturan etika dan perilaku merupakan subindikator yang memiliki bobot tertinggi, yaitu 0,410. Pada Tabel IV.4 terlihat bahwa PT Pertamina memiliki skor paling tinggi untuk penilaian penanganan konflik kepentingan, yaitu sebesar 9,72. Tingginya nilai tersebut di dukung oleh : 1. PT Pertamina telah memiliki pedoman konflik kepentingan sejak tahun 2009 (SK Direksi Nomor Kpts-088/C00000/2009-S0) serta juga sering dikomunikasikan secara langsung pada sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan GCG; 2. Untuk memudahkan Satuan Pengawas Internal (auditor) dan Unit Kepatuhan (compliance) dalam melakukan deteksi, pencegahan dan penanganan situasi konflik kepentingan yang dihadapi oleh seluruh Pimpinan dan Karyawan PT Pertamina, maka saat ini PT. Pertamina telah menyediakan 2 formulir khusus terkait konflik kepentingan yaitu sebagai berikut : a) Formulir khusus pernyataan kesediaan untuk tidak terlibat dalam situasi konflik kepentingan, dan 4 22 www.knkg-indonesia.com Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 b) Formulir khusus lainnya yaitu pernyataan terlibat dalam situasi konflik kepentingan yang dialami oleh pimpinan atau karyawan PT Pertamina (situasi konflik kepentingan terjadi tanpa diketahui atau direncanakan pelapor sebelumnya). Kedua formulir tersebut dapat diisi dan disampaikan melalui sistem informasi terpadu (Compliance Online System) yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh pimpinan dan karyawan PT Pertamina. Tabel IV.4 Nilai Indikator Penanganan Konflik Kepentingan Peringkat Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,121) Sub Indikator Nilai Ketersediaan Penerapan Evaluasi Total Aturan Aturan Aturan (0,39) (0,41) (0,20) Instansi 1 PT PERTAMINA 9.72 10,00 9,32 10,00 2 PT JAMSOSTEK 7.72 8,98 5,40 10,00 3 PT ANGKASA PURA II 3.09 0,00 7,52 0,00 4 PT JASA MARGA Tbk 2.08 0,00 5,07 0,00 4.2.4. Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System) Pengelolaan sistem pengaduan adalah sistem yang mengelola penyampaian laporan dari pihak internal maupun ekternal terhadap suatu aktivitas yang berpotensi menyimpang dari peraturan yang berlaku. Aktivitas dimaksud dapat merupakan perilaku yang melanggar hukum, etika dan pelanggaran lainnya. Sistem ini juga dapat mengoptimalkan peran setiap pimpinan dan karyawan di perusahaan tersebut untuk mengungkap pelanggaran yang terjadi di wilayah kerjanya. KPK melalui SPAK 2011 mendorong seluruh transparan dan BUMN agar akuntabel. membentuk Layanan sistem pengaduan layanan tersebut pengaduan diharapkan yang mampu mengurangi terjadinya penyimpangan terutama yang terkait dengan korupsi. Pada SPAK 2011, Indikator pengelolaan sistem pengaduan terdiri dari: (a) ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan sistem pengaduan; (b) penerapan aturan; serta (c) evaluasi aturan. Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 23 Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 Tabel IV.5 Nilai Indikator Pengelolaan Sistem Pengaduan Peringkat Instansi Nilai Total Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,139) Sub Indikator Ketersediaan Penerapan Evaluasi Aturan Aturan Aturan (0,43) (0,39) (0,18) 1 PT PERTAMINA 9,85 10,00 9,61 10,00 2 PT JAMSOSTEK 9,02 10,00 7,5 10,00 3 PT ANGKASA PURA II 2,75 0,00 7,05 0,00 4 PT JASA MARGA Tbk 2,03 0,00 5,20 0,00 Berdasarkan hasil SPAK pada tabel IV.5 diketahui bahwa PT Pertamina dengan nilai 9,85 merupakan salah satu BUMN yang memiliki komitmen tinggi dalam upaya pembentukan Whistle Blowing System (WBS). PT Pertamina menjadi BUMN yang paling berkomitmen dalam pembentukan WBS ditunjukkan oleh : 1. Sejak tahun 2009, PT PERTAMINA telah memiliki Surat Keputusan (SK) Direksi Kpts-082/C00000/2009-S0, pada tanggal 5 Oktober 2009 tentang Penerimaan dan Pemberian hadiah/ cinderamata dan hiburan serta WBS. Namun sebelum SK Direksi tersebut terbit pihak Sekretaris Perseroan telah terlebih dahulu berinisiatif untuk menerbitkan Surat Keputusan Sekretaris Perseroan nomor : B-001/N00300/2009-S0, tanggal 16 September 2009 tentang Tata kerja organisasi Pengelolaan WBS; 2. PT Pertamina memiliki media penyampaian khusus WBS yang cukup komprehensif mulai dari telepon, hingga kotak surat. Selain itu juga pengelolaan WBS di PT Pertamina dilakukan lembaga profesional yang dikontrak setiap 2 tahun sekali, berikut rincian media WBS yang dimiliki PT Pertamina: Telepon : +62 (21) 3815909-11 Website : pertaminaclean.pertamina.com E-mail : [email protected] Faks : +62 (21) 3815912 SMS : +62 811 1750612 Kotak Surat : Pertamina Clean, PO-Box-7077/ JkpSA, Jakarta 10350 24 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 4.2.5. Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure) Pelaporan harta kekayaan merupakan bagian dari transparansi dan akuntabilitas pejabat publik sesuai dengan UU Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN. Tingkat Kepatuhan Pimpinan BUMN untuk menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) sudah cukup baik. Namun untuk lebih meningkatkan tranparansi dan akuntabilitas di lingkungan perusahaan, melalui Studi ini KPK ingin mendorong agar penyampaian laporan harta kekayaan juga dilakukan oleh seluruh karyawan di BUMN. Hal ini dilakukan agar rekam jejak harta karyawan dapat diketahui secara transparan dan akuntabel sehingga dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam penentuan jabatan di BUMN tersebut. Pada SPAK 2011 Indikator pengelolaan transparansi harta kekayaan terdiri dari: (a) ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan sistem pengaduan; (b) penerapan aturan; serta (c) evaluasi aturan. Tabel IV.6 Nilai Indikator Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan Peringkat Instansi Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,084) Sub Indikator Nilai Ketersediaan Penerapan Evaluasi Total Aturan Aturan Aturan (0,36) (0,43) (0,21) 1 PT PERTAMINA 7,47 8,59 5,29 10,00 2 PT ANGKASA PURA II 7,41 7,78 5,83 10,00 3 PT JAMSOSTEK 6,64 8,19 3,69 10,00 4 PT JASA MARGA Tbk 6,24 9,00 6,98 0,00 Tabel IV.6 menunjukkan bahwa PT Pertamina merupakan BUMN yang memiliki komitmen paling baik diantara BUMN peserta SPAK dalam upaya transparansi harta kekayaan. Hal ini terlihat dari nilai yang diperoleh mencapai angka 7,47. Nilai tinggi PT Pertamina untuk indikator pengelolaan transparansi harta kekayaan, dibuktikan melalui diterbitkannya Surat Keputusan Direksi Nomor:Kpts-024/ C00000/ 2009-S0 tentang kewajiban melaporkan harta kekayaan bagi pejabat di lingkungan Pertamina. Surat tersebut diterbitkan untuk menindaklanjuti instruksi Menteri BUMN nomor: INS02/MBU/2007 tanggal 21 September 2007 tentang Penyelenggara Negara wajib menyampaikan LHKPN di lingkungan BUMN. Di dalam Surat keputusan tersebut Direksi PT Pertamina menetapkan pejabat di bawah Direksi yang wajib menyampaikan LHKPN yaitu: 1) Senior Vice President dan setingkatnya; 2) Vice President / General Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 25 Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 Manajer dan setingkat; 3) Direksi anak perusahaan; 4) Manajer dan setingkat yang mengurusi masalah pengadaan/ logistik/ procurement/ perijinan dengan pihak luar PT Pertamina. 4.2.6. Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (Managing Gift) Pemberian dan penerimaan hadiah dalam kegiatan bisnis perusahaan merupakan kegiatan yang lazim dilakukan. Dalam rangka menjaga pemberian dan atau penerimaan tersebut tidak menjadi pelanggaran hukum, maka perlu dibuat suatu aturan dan sistem pengelolaan hadiah di BUMN tersebut. Tujuan dari pembuatan aturan dan sistem tersebut adalah untuk memberikan arahan dan acuan bagi seluruh pimpinan dan karyawan BUMN dalam menjalin hubungan dengan pihak eksternal. Hal ini juga untuk mendukung penerapan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) di BUMN. Pada SPAK 2011 Indikator pengelolaan transparansi harta kekayaan terdiri dari tiga hal, yakni (a) ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan sistem pengaduan; (b) penerapan aturan; serta (c) evaluasi aturan. Tabel IV.7 Nilai Indikator Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah Peringkat Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,103) Sub Indikator Nilai Ketersediaan Penerapan Evaluasi Total Aturan Aturan Aturan (0,39) (0,45) (0,16) Instansi 1 PT PERTAMINA 9,62 10,00 9,15 10,00 2 PT JAMSOSTEK 4,08 0,00 5,51 10,00 3 PT ANGKASA PURA II 2,57 0,00 5,72 0,00 4 PT JASA MARGA, Tbk. 2,43 0,00 5,40 0,00 Berdasarkan hasil penilaian pada Tabel IV.7 diketahui bahwa PT Pertamina merupakan BUMN dengan komitmen tertinggi dalam upaya pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah (9,62). Dari 4 BUMN yang menjadi peserta SPAK, hanya PT Pertamina yang menyusun aturan khusus tentang pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah berdasarkan Surat Keputusan nomor: Kpts-065/C00000/2007-S0 tentang ketentuan pemberian dan penerimaan hadiah/cinderamata dan hiburan (Entertainment). PT Pertamina di tahun 2011 juga telah melakukan kerjasama dengan 26 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 KPK dalam rangka penyusunan Program Pengendalian Gratifikasi (PPG). Program tersebut telah memproses ratusan laporan penerimaan gratifikasi dari Pimpinan dan Karyawan PT Pertamina. 4.2.7. Penegakan Aturan (Rules Enforcement) Penegakan aturan merupakan salah satu kunci dalam implementasi penerapan tata kelola perusahaan yang baik. Penegakan aturan secara adil dan konsisten akan menumbuhkan rasa kepercayaan terhadap pimpinan perusahaan dan meningkatkan motivasi kerja karyawan. Melalui SPAK 2011, KPK mendorong BUMN untuk menaati peraturan dan memberikan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan baik oleh pimpinan maupun karyawan. Indikator penegakan aturan pada SPAK 2011 merupakan akumulasi dari kegiatan penegakan aturan yang telah ditetapkan pada setiap indikator sebelumnya. Tabel IV.8 Nilai Indikator Penegakan Aturan Peringkat Penegakan Aturan (0,171) Penegakan Aturan (1) Instansi 1 PT PERTAMINA 10,00 2 PT JAMSOSTEK 10,00 3 PT JASA MARGA Tbk 10,00 4 PT ANGKASA PURA II 10,00 Penilaian dilakukan penegakannya, melalui seluruh reviu peserta terhadap SPAK dokumen 2011 beserta data pelanggaran dan pengadministrasiannya memperoleh nilai tertinggi 10 untuk indikator ini (Tabel IV.8). Hal ini mencerminkan bahwa ke-4 BUMN tersebut konsisten dalam menegakkan aturan. Bukti lain konsistensi tersebut adalah dengan melaporkan pelanggaran yang berindikasi pidana ke kepolisian 4.3. Penilaian atas Prakarsa Anti Korupsi Lainnya Penilaian terhadap inisiatif/prakarsa anti korupsi lainnya dilakukan dalam rangka memberi penghargaan kepada BUMN atas inovasi serta implementasi anti korupsi yang telah dilakukan BUMN selain 7 indikator yang telah ditetapkan. Berikut hasil penilaian untuk inikator prakarsa (inovasi) lainnya. Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 27 Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 Tabel IV.9 Nilai Indikator Prakarsa Lainnya Peringkat Instansi Nilai Indikator 1 PT JASA MARGA, Tbk. 8,61 2 PT JAMSOSTEK 8,17 3 PT PERTAMINA 7,98 4 PT ANGKASA PURA II 7,71 Berdasarkan hasil penilaian, secara umum nilai ke-4 BUMN dalam hal inisiatif anti korupsi lainnya cukup baik. Nilai inovasi tertinggi (8,61) diraih oleh PT JASA MARGA Tbk. PT Jasa Marga telah melakukan beberapa upaya pencegahan korupsi dengan menyusun dan menetapkan sejumlah aturan terkait pengadaan barang dan jasa secara elektronik (e-Procurement), pengadaan sumber daya manusia melalui elektronik (e-Recruitment), pembayaran tol secara elektronik (e-Toll Card), serta Sistem Prosedur Transaksi keuangan (SPTK). Upaya-upaya inovasi tersebut dilakukan dalam upaya mengurangi potensi terjadinya penyimpangan oleh pihak internal maupun eksternal. Penilaian Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) adalah instrumen yang digunakan untuk menilai dan memberikan penghargaan kepada BUMN yang telah menciptakan inisiatifinisiatif dalam mengupayakan integritas serta budaya anti korupsi di perusahaannya. SPAK 2011 merupakan kegiatan penilaian prakarsa anti korupsi yang pertama kali dilakukan dengan 4 peserta yang berbasis voluntary. KPK mengapresiasi usaha anti korupsi yang telah dilakukan oleh peserta SPAK, dan diharapkan nilai SPAK para peserta masih terus dapat ditingkatkan seiring dengan kemajuan upaya pencegahan korupsi yang dilakukan. 28 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil penilaian dan analisis, maka kesimpulan atas pelaksanaan SPAK 2011 adalah: 1. Secara umum, Pimpinan dan Karyawan 4 BUMN Peserta SPAK telah memiliki inisiatif anti korupsi yang berusaha diterapkan dalam rangka mendukung kinerja perusahaan. 2. Hasil penilaian terhadap beberapa indikator utama yaitu penanganan situasi konflik kepentingan, pengelolaan LHKPN, pengelolaan sistem pengaduan (WBS), dan pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah, menunjukkan nilai yang rendah. Hal ini disebabkan oleh ketiadaan aturan khusus yang menjadi dasar teknis pelaksanaan 4 indikator utama tersebut. 3. Ke-4 BUMN Peserta SPAK 2011 telah melakukan upaya penegakan aturan secara cukup komprehensif. Bukti keseriusan tersebut ditunjukkan oleh adanya laporan pelanggaran yang mengarah pidana disampaikan kepada aparat penegak hukum. 4. Tiga BUMN (PT Jasa Marga, PT Jamsostek, dan PT Angkasa Pura II) peserta SPAK 2011 belum menyediakan media konsultasi (misalnya: ruang konsultasi, surat elektronik khusus, telepon dan lainnya) tentang praktek anti korupsi yang terdapat dalam indikator utama, sehingga mempersulit personil BUMN untuk melakukan konsultasi terkait dengan kemungkinan terjadinya pelanggaran peraturan dalam kegiatan operasional perusahaan. 5. Unit di BUMN yang bertanggungjawab menangani permasalahan dalam penerapan anti korupsi yang terdapat dalam indikator SPAK 2011, belum melaksanakan kegiatan identifikasi dan pengendalian terhadap resiko pelanggaran pedoman etika dan perilaku serta proses penanganannya. 5.2. Saran Perbaikan Berdasarkan simpulan tersebut, maka KPK menyampaikan intisari saran perbaikan agar BUMN Peserta SPAK: 1. Meningkatkan inisiatif anti korupsi melalui peningkatan nilai indikator utama SPAK 2011. Perhatian ditujukan kepada aspek peraturan, pelaksanaan dan evaluasinya, sehingga dapat meningkatkan skor penilaian di masa yang akan datang. Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 29 Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 2. Melakukan sosialisasi hasil SPAK 2011 kepada seluruh jajaran pimpinan, karyawan BUMN dan anak perusahaan sehingga dapat diperoleh kesamaan sikap dan pandangan dalam upaya pencegahan korupsi. 3. Menyusun dan menetapkan Standard Operational Procedure (SOP) yang mendukung upaya pencegahan korupsi secara komprehensif dan konsisten terutama terkait dengan indikator SPAK 2011. 4. Meningkatkan kerjasama/koordinasi dengan aparat penegak hukum (KPK, Kepolisian, Kejaksaan), untuk penegakan aturan atas pelanggaran hukum yang dilakukan oleh pimpinan dan karyawan BUMN. 5. Menyediakan fasilitas dalam bentuk ruang, petugas dan media khusus untuk kegiatan anti korupsi yang tercakup dalam indikator utama. Bila diperlukan, fasilitas–fasilitas tersebut harus menjamin kerahasiaan informasi dari penggunanya. 6. Menyusun dan menerapkan beberapa media (tools) antikorupsi yang belum dimiliki oleh BUMN antara lain: 1) formulir isian transparansi harta kekayaan untuk seluruh pegawai BUMN, 2) surat pernyataan khusus bagi yang terlibat dalam situasi konflik kepentingan, 3) formulir khusus terkait dengan penyampaian laporan pemberian dan penerimaan hadiah. Penyusunan dan penerapan media (tools) tersebut harus disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku. 7. Melakukan evaluasi berkelanjutan terhadap aturan dan sistem pengelolaan media anti korupsi yang disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan perusahaan dan potensi penyimpangan yang terjadi. 8. Pimpinan puncak BUMN memastikan diselenggarakannya Fraud Risk Assessment yang dilakukan secara berkala paling sedikit 2 tahun sekali. Hasil dari Fraud Risk Assessment tersebut dijadikan dasar untuk menyusun Fraud Control Plan. Pimpinan puncak juga bertanggung jawab penuh memastikan bahwa Fraud Control Plan ini berjalan dengan baik. 30 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK