laporan hasil - acch-kpk - Komisi Pemberantasan Korupsi

advertisement
LAPORAN HASIL
STUDI PRAKARSA ANTI KORUPSI (SPAK)
PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)
TAHUN 2011
i
PENGANTAR
Studi
Prakarsa
Anti
Korupsi
(SPAK)
BUMN
2011
merupakan
kegiatan
Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam mendorong Pimpinan BUMN membangun sistem
antikorupsi di instansinya. SPAK
merupakan pengembangan dari Penilaian Inisiatif Anti
Korupsi (PIAK) yang telah dilakukan oleh KPK pada Kementerian/Non Kementerian dan
Pemerintah Daerah sejak tahun 2009. Keikutsertaan BUMN dalam SPAK bersifat voluntary
basis. Peserta SPAK melakukan penilaian sendiri (self assessment) terhadap pertanyaanpertanyaan terkait prakarsa antikorupsi yang telah dilakukannya berikut bukti-bukti
pendukungnya.
SPAK tahun 2011 ini merupakan pelaksanaan yang pertama kali dan masih bersifat
baseline study, yang melibatkan 4 BUMN sebagai peserta yaitu: PT Pertamina (Persero),
PT Jamsostek (Persero), PT Jasa Marga, Tbk. (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero).
Keempat BUMN tersebut masing-masing mewakili sektor energi, keuangan, konstruksi,
dan transportasi.
Atas partisipasi aktif keempat BUMN tersebut, Pimpinan KPK mengucapkan terima kasih
kepada Pimpinan PT Pertamina (Persero), PT Jamsostek (Persero), PT Jasa Marga, Tbk.
(Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero). Pimpinan KPK
juga mengucapkan terima
kasih kepada Tenaga Ahli yang membantu KPK dalam menentukan bobot pada indikator
penilaian SPAK. Semoga hasil penilaian SPAK ini bisa memberikan kontribusi nyata bagi
pengambil kebijakan untuk meningkatkan inisiatif antikorupsi di sektor BUMN.
Salam Antikorupsi,
Pimpinan KPK
ii
DAFTAR ISI
PENGANTAR …................................................................................................
i
DAFTAR ISI …................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL …............................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR …........................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN …................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ….........................................................................
1
1.2. Dasar Hukum …..........................................................................
2
1.3. Tujuan …...................................................................................
3
1.4. Ruang Lingkup ….........................................................................
4
BAB II METODOLOGI DAN TAHAPAN KEGIATAN …..........................................
5
2.1. Metode …...................................................................................
5
2.2. Tahapan Kegiatan ….....................................................................
7
BAB III PROFIL BADAN USAHA MILIK NEGARA ….........................................
8
3.1. PT. PERTAMINA (Persero) …...........................................................
8
3.1.1. Sejarah Perusahaan ….......................................................
8
3.1.2. Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan ….................................
9
3.1.3. Kinerja Perusahaan …........................................................
9
3.2. PT. JASA MARGA (Persero)Tbk. ….................................................. 10
3.2.1. Sejarah Perusahaan ….......................................................
10
3.2.2. Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan ….................................
11
3.2.3. Kinerja Perusahaan …........................................................ 12
3.3. PT. JAMSOSTEK (Persero) ….......................................................... 13
3.3.1. Sejarah Perusahaan ….......................................................
13
3.3.2. Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan ….................................
14
3.3.3. Kinerja Perusahaan …........................................................
15
3.4. PT. ANGKASA PURA II (Persero) ….................................................
15
3.4.1. Sejarah Perusahaan ….......................................................
15
3.4.2. Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan ….................................
16
3.4.3. Kinerja Perusahaan …........................................................
17
iii
BAB IV HASIL DAN ANALISIS STUDI PRAKARSA ANTI KORUPSI (SPAK)
2011................................................................................................. 18
4.1. Penghitungan Nilai SPAK Tahun 2011 …..........................................
18
4.2. Indikator Utama SPAK 2011 …......................................................
18
4.2.1. Keteladanan Pimpinan (Tone of The Top) …..........................
18
4.2.2. Pedoman Etika dan Perilaku (Code of Ethics) ….....................
20
4.2.3. Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Intererst) 21
4.2.4. Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System) …...
23
4.2.5. Pengelolaan
Tranparansi
Harta
Kekayaan
(Wealth
Disclosure)...................................................................... 25
4.2.6. Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (Managing
Gift) …............................................................................ 26
BAB V
4.2.7. Penegakan Aturan (Rule Inforcement).................................
27
4.3. Penilaian Prakarsa Antikorupsi Lainnya …........................................
27
SIMPULAN DAN SARAN ….................................................................. 29
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel I.1
Peserta SPAK 2011 ….......................................................................
4
Tabel II.1
Indikator, Sub Indikator, dan Bobot SPAK BUMN 2011 …........................
6
Tabel IV.1
Nilai SPAK BUMN …........................................................................... 18
Tabel IV.2
Nilai Indikator Keteladanan Pimpinan …...............................................
19
Tabel IV.3
Nilai Indikator Pedoman Etika dan Perilaku ….......................................
21
Tabel IV.4
Nilai Indikator Penanganan Konflik Kepentingan …................................. 23
Tabel IV.5
Nilai Indikator Pengelolaan Sistem Pengaduan …................................... 24
Tabel IV.6
Nilai Indikator Pengelolaan Tranparansi Harta Kekayaan ….....................
25
Tabel IV.7
Nilai Indikator Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah …............
26
Tabel IV.8
Nilai Indikator Penegakan Aturan …..................................................... 27
Tabel IV.9
Nilai Indkator Prakarsa Lainnya ….......................................................
v
28
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Tahapan Kegiatan SPAK 2011 …........................................................
7
Gambar 3.1 Grafik Kinerja PT Pertamina dan Anak Perusahaan Tahun 2008-2010 ….. 10
Gambar 3.2 Grafik Kinerja PT Jasa Marga dan Anak Perusahaan Tahun 2008-2010 … 13
Gambar 3.3 Grafik Kinerja PT Jamsostek dan Anak Perusahaan Tahun 2008-2010 …. 15
Gambar 3.4 Grafik Kinerja PT Angkasa Pura II dan Anak Perusahaan Tahun 20082010 …......................................................................................... 17
vi
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi nasional di
samping usaha swasta dan koperasi. Dalam sistem perekonomian nasional, peran
BUMN cukup strategis, seperti: penghasil barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam
rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; sebagai pelopor atau
perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati oleh swasta; sebagai
pelaksana pelayanan publik; penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar; serta
turut membantu pengembangan usaha kecil dan koperasi.
BUMN yang seluruh maupun sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan negara
yang dipisahkan, merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan.
Penerimaan negara tersebut dalam bentuk berbagai jenis pajak, dividen dan hasil
privatisasi yang pada tahun 2010 nilainya mencapai Rp.132,7 triliun. Kontribusi BUMN
terhadap perekonomian Indonesia itu sendiri mencapai Rp. 2.130 triliun, baik dalam
bentuk kapitalisasi pasar modal, operational expenditure (opex), program kemitraan,
bina lingkungan, kredit usaha rakyat (KUR), capital expenditure (capex), mapun
public service obligation (PSO). Selain itu masih terdapat 105.260 kelompok usaha
yang menjadi mitra binaan BUMN yang juga memberikan kontribusi cukup signifikan
terhadap perekonomian Indonesia1
Melihat peran penting dan strategis BUMN di atas, seiring dengan perkembangan
ekonomi baik di tingkat lokal maupun internasional serta persaingan usaha yang
semakin ketat tuntutan kepada BUMN untuk menjalankan bisnisnya secara efektif,
efisien, dan profesional menjadi semakin tinggi. Namun demikian, masih didapati
beberapa
kelemahan
BUMN
seperti:
sering
adanya
kebijakan
atau
peraturan
pemerintah yang menguntungkan BUMN yang justru berakibat kepada lemahnya
BUMN dalam persaingan usaha; kurang lincah dalam bertindak; dan lamban dalam
mengambil keputusan. Kondisi ini membuat BUMN kehilangan momentum usaha yang
dapat berakibat pada kerugian usaha. Selain itu, potensi korupsi masih muncul di
BUMN
karena
masih
adanya
konflik
kepentingan
di
internal
serta
lemahnya
pengendalian internal.
1
Peran BUMN dalam Percepatan & Perluasan Pembangunan Nasional, Kementerian BUMN, Bogor 11
Februari 2011
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
1
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
Guna mengatasi hal tersebut dan untuk memperbaiki kinerja BUMN beberapa upaya
perlu dilakukan. Di dalam berbagai analisis dikemukakan, ada keterkaitan antara krisis
ekonomi, krisis finansial, dan krisis yang berkepanjangan di berbagai negara dengan
lemahnya sistem tata kelola perusahaan yang baik 2. Semakin baik dan efektifnya
sistem tata kelola perusahaan akan memungkinkan terbentuknya sistem pengendalian
(checks and balances) yang lebih efektif antar unit kerja di internal entitas usaha serta
antara entitas usaha tersebut dengan pemangku kepentingan yang lebih luas.
Dalam kaitan mengatasi kelemahan dari kemungkinan timbulnya potensi korupsi di
BUMN, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan Studi Prakarsa Anti Korupsi
(SPAK) BUMN. Kegiatan SPAK BUMN 2011 dilaksanakan dalam rangka mengukur
efektivitas dari prakarsa anti korupsi yang dilakukan oleh BUMN.
1.2. Dasar Hukum
Dalam pelaksanaan Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) 2011, KPK mendasari pada
kewenangan yang dimilikinya. Dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi disebutkan;
1. Pasal 4 menyebutkan: “Komisi Pemberantasan Korupsi dibentuk dengan
tujuan
meningkatkan
daya
guna
dan
hasil
guna
terhadap
upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi”.
2. Pasal 8 ayat 1 menyebutkan: “Dalam melaksanakan tugas supervisi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, Komisi Pemberantasan
Korupsi berwenang melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan
terhadap
instansi
yang
menjalankan
tugas
dan
wewenangnya
yang
berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan instansi yang
dalam melaksanakan pelayanan publik”.
3. Pasal 14 menyebutkan “Dalam melaksanakan tugas monitor sebagaimana
dimaksud dalam pasal 6 huruf e, KPK berwenang untuk:
1. Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi
di semua lembaga negara dan pemerintah;
2. Memberi
saran
kepada
pimpinan
lembaga
negara
dan
pemerintah untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil
pengkajian, sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi
korupsi;
2
2
Studi Implementasi Good Corporate Governance di Sektor Swasta, BUMN, dan BUMD, KPK Tahun 2008
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
3. Melaporkan
kepada
Presiden
Republik
Indonesia,
2011
Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa
Keuangan, jika saran Komisi Pemberantasan Korupsi mengenai
usulan perubahan tersebut tidak diindahkan.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention
Against Corruption (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Antikorupsi) menyebutkan:
a. Pasal 7 ayat (4): “Setiap Negara Peserta wajib sesuai dengan prinsipprinsip dasar dari sistem hukum nasionalnya, berusaha keras untuk
mengadopsi, memelihara dan memperkuat sistem yang meningkatkan
transparansi dan mencegah konflik-konflik kepentingan”.
b. Pasal 8 ayat (1): ”Untuk memerangi korupsi, Setiap Negara Peserta wajib
meningkatkan, antara lain: integritas, kejujuran, dan tanggungajwab di
antara para pejabat-pejabat publiknya, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar
sistem hukumnya”.
c. Pasal 10: “Dengan memperhatikan kebutuhan untuk memberantas korupsi
setiap Negara Peserta wajib, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem
hukum nasionalnya, mengambil tindakan-tindakan yang mungkin untuk
meningkatkan transparansi dalam administrasi publiknya, bila diperlukan
termasuk termasuk mengenai organisasi keuangan dan proses pembuatan
keputusannya”.
d. Pasal 12: ”Setiap Negara Peserta
wajib mengambil tindakan-tindakan,
sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukum nasionalnya, untuk
mencegah korupsi yang melibatkan sektor swasta, meningkatkan standar
akutansi dan audit di sektor swasta, dan dimana diperlukan, memberikan
sanksi perdata, administratif dan pidana yang efektif sebanding untuk
kelalaian memenuhi tindakan-tindakan tersebut.”
1.3. Tujuan
Secara umum, SPAK bertujuan untuk mengukur efektifitas prakarsa anti korupsi di
BUMN. Rincian tujuan kegiatan SPAK adalah:
1.
Mendapatkan gambaran aktual tentang adanya prakarsa dan penerapan
pencegahan korupsi di BUMN.
2.
Memastikan bahwa setiap BUMN memiliki komitmen terhadap upaya
pencegahan korupsi yang berada di lingkungan dan kewenangannya.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
3
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
3.
Mendorong
BUMN
bertanggung
jawab
terhadap
keberhasilan
2011
upaya
pencegahan korupsi di lembaganya.
4.
Sebagai salah satu acuan untuk melakukan perbaikan kinerja BUMN, baik
atas inisiatif sendiri maupun melalui intervensi kebijakan oleh pemerintah.
1.4. Ruang Lingkup
Berdasarkan tujuan di atas, maka SPAK ini dibatasi dengan melakukan penilaian
terhadap prakarsa anti korupsi dan penerapannya di 4 BUMN yang mewakili sektor
energi, kontruksi, keuangan dan transportasi, dengan rincian sebagai berikut :
Tabel I.1
Perserta SPAK 2011
No
4
BUMN
Sektor
1
PT PERTAMINA (Persero)
Energi
2
PT JASA MARGA (Persero) Tbk.
Konstruksi
3
PT JAMSOSTEK (Persero)
Keuangan
4
PT ANGKASA PURA II (Persero)
Transportasi
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
BAB II
METODOLOGI
2.1. Metode
Indikator dan bobot yang digunakan sebagai parameter dalam penilaian SPAK BUMN
tahun 2011 adalah sebagai berikut :
1. Indikator Utama.
Indikator utama merupakan indikator yang wajib dipenuhi dan dianalisis oleh
BUMN.
Indikator
ini
merupakan
pedoman
dalam
penilaian
kuantitatif.
Penentuan indikator utama diputuskan oleh KPK berdasarkan hasil FGD (Focus
Group Discussion) dengan peserta tenaga ahli (pakar) eksternal yang relevan
dan pejabat struktural KPK.
2. Indikator Inovasi.
Indikator inovasi bersifat bebas, peserta dapat mencantumkan prakarsa anti
korupsi selain prakarsa pada 7 indikator utama dalam sebuah laporan, yang
nantinya
akan
dinilai
secara
kualitatif.
Indikator
ini
disiapkan
untuk
mengantisipasi jika ternyata BUMN memiliki inovasi lain di luar indikator
utama.
Setiap indikator yang digunakan dalam SPAK menggunakan bobot yang ditentukan
berdasarkan hasil konsultasi dengan pakar eksternal dan struktural KPK. Terdapat 7
indikator utama yang ditetapkan sebagai hasil FGD tersebut, untuk selanjutnya
diturunkan
dalam
subindikator–subindikator.
Masing-masing
subindikator
mencerminkan adanya ketersediaan, penerapan, serta proses evaluasi terhadap
masing-masing
indikator.
Selanjutnya
ketujuh
indikator
dan
subindikator
dioperasionalkan dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari 81 pertanyaan (kuesioner
terlampir). Setiap pertanyaan dalam kuesioner diisi oleh peserta SPAK dengan
melampirkan bukti-bukti untuk mendukung validitas jawaban.
Nilai SPAK terendah adalah 0 dan tertinggi 10. Nilai 0 berarti peserta SPAK tidak
mempunyai
prakarsa/inisiatif antikorupsi sesuai dengan harapan penilaian
ini.
Sementara nilai 10 menunjukkan unit utama telah melakukan prakarsa/inisiatif
antikorupsi sesuai dengan seluruh indikator dalam SPAK.
Selain mengisi kuesioner, peserta SPAK juga didorong untuk mengisi kuesioner
tentang inovasi pencegahan korupsi yang telah dilakukan di luar tujuh indikator utama
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
5
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
SPAK yang telah ditetapkan. Secara rinci indikator, subindikator, dan bobot SPAK
BUMN 2011 dijelaskan dalam Tabel II.1.
Tabel II.1
Indikator, Sub-Indikator dan Bobot SPAK BUMN 2011
Indikator
1. Keteladanan Pimpinan
(Tone Of The Top)
(0,186)
Subindikator
c
Ketersediaan Kebijakan Pimpinan (BOC dan
BOD) terkait anti korupsi (0,260)
Peran Pimpinan dalam Penerapan Kebijakan
Antikorupsi (0,480)
Pengawasan dan Evaluasi (0,260)
Ketersediaan
dan
Kelengkapan
Pedoman
tentang Etika dan Perilaku (0,390)
Penerapan Pedoman Etika dan Perilaku
(0,420)
Evaluasi (0,190)
Ketersediaan
dan
Kelengkapan
Aturan
Penanganan
Situasi
Konflik
Kepentingan
(0,390)
Penerapan Aturan Penanganan Situasi Konflik
Kepentingan (0,410)
Evaluasi (0,200)
Ketersediaan
dan
Kelengkapan
Aturan
Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,430)
Penerapan
Aturan
Pengelolaan
Sistem
Pengaduan (0,390)
Evaluasi (0,170)
Ketersediaan
dan
Kelengkapan
Aturan
Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan
(0,360)
Penerapan Aturan Pengelolaan Transparansi
Harta Kekayaan (0,430)
Evaluasi (0,210)
Ketersediaan
dan
Kelengkapan
Aturan
Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah
(0,390)
Penerapan Aturan Pengelolaan Penerimaan dan
Pemberian Hadiah (0,450)
Evaluasi (0,160)
a
Penegakan Aturan (1,00)
a
b
c
2. Pedoman tentang
Etika dan Perilaku
(Code of Ethic and
Code of Conduct)
(0,139)
3. Penanganan Situasi
Konflik Kepentingan
(Conflict of Interest)
(0,121)
a
b
c
a
b
c
Indikator
Utama
(0,942)
4. Pengelolaan Sistem
a
Pengaduan (Whistle
Blowing System)
(0,139)
b
5. Pengelolaan
Transparansi Harta
Kekayaan (Wealth
Disclosure)
(0,084)
6. Pengelolaan
Penerimaan dan
Pemberian Hadiah
(Managing Gift)
(0,103)
7. Penegakan Aturan
(Rules Enforcement)
(0,171)
Indikator
Inovasi
(0,058)
6
c
a
b
c
a
b
Prakarsa Lainnya (1,00)
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
2.2. Tahapan Kegiatan
Studi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Penetapan indikator utama.
Penetapan indikator utama ini dilakukan melalui dua tahap yaitu konsultasi
dengan pakar dan konsultasi dengan internal KPK.
2. Penyusunan dan penyebaran kuesioner.
Kuesioner terdiri dari rangkaian pertanyaan tertutup dan semi terbuka yang
disusun berdasarkan rincian dari Indikator utama yang telah ditetapkan
sebelumnya. Kuesioner bersifat objektif untuk memudahkan verifikasi data.
3. Penilaian sendiri (self-assessment) oleh peserta SPAK
Pada tahap ini, BUMN mengisi kuesioner yang diberikan. Untuk menunjang
validitas
jawaban,
BUMN
diwajibkan
memberikan
bukti
yang
relevan.
Sinkronisasi jawaban dan lampiran bukti ini yang dijadikan dasar bagi KPK
untuk melakukan verifikasi. Atas dasar verifikasi tersebut, dihitung nilai yang
menunjukkan tingkatan inisiatif anti korupsi yang dilakukan oleh BUMN.
4. Penilaian oleh KPK
KPK melakukan penilaian akhir dengan mempertimbangkan hasil pengisian
sendiri oleh instansi, dan kelengkapan bukti. Untuk mempertegas hasil
penilaian, KPK juga melakukan observasi lapang untuk memastikan kegiatan
pencegahan korupsi seperti yang dilaporkan dalam SPAK. Hasil dari penilaian
KPK menentukan peringkat dari masing-masing peserta SPAK.
5. Pelaporan Akhir dan Diseminasi
Laporan akhir dibuat dengan melaporkan skor masing-masing unit utama
sesuai indikator yang ditetapkan. Hasilnya dipaparkan kepada peserta SPAK
dalam sebuah rapat tertutup.
Secara ringkas, rangkaian tahapan kegiatan SPAK tahun 2011 adalah:
Gambar II.1
Tahapan Kegiatan SPAK 2011
Jan-Feb
Penetapan
Indikator
Utama
Feb-Mar
Apr-Juli
Penyusunan
& Penyebaran
Kuesioner
SelfAssessment
oleh BUMN
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Agt-Sept
Penilaian
oleh Tim Ahli
KPK
Okt-Nov
Laporan
Akhir dan
Diseminasi
7
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
BAB III
PROFIL BADAN USAHA MILIK NEGARA
Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) 2011 merupakan penilaian prakarsa antikorupsi
dari entitas bisnis. Pada tahun 2011 ini sebagai pilot project SPAK diikuti oleh 4 BUMN
yaitu: PT Pertamina (Persero), PT Jasa Marga, Tbk. (Persero), PT Jamsostek (Persero),
dan PT Angkasa Pura II (Persero). Profil masing-masing BUMN tersebut akan diuraikan
pada bagian berikut.
3.1. PT PERTAMINA (Persero)
3.1.1. Sejarah Perusahaan
PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah
Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957
dengan nama PT PERMINA. Pada tahun 1961 perusahaan ini berganti nama menjadi
PN PERMINA dan setelah merger dengan PN PERTAMIN di tahun 1968 namanya
berubah menjadi PN PERTAMINA. Dengan bergulirnya Undang Undang No. 8 Tahun
1971 sebutan perusahaan menjadi PERTAMINA. Sebutan ini tetap dipakai setelah
PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT PERTAMINA (PERSERO) pada
tanggal 17 September 2003 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
22 tahun 2001 pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
PT PERTAMINA (PERSERO) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH
No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum & HAM melalui
Surat Keputusan No. C-24025 HT.01.01 pada tanggal 09 Oktober 2003. Pendirian
Perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah
No. 12 tahun
1998 tentang
Perusahaan Perseroan (Persero),
dan Peraturan
Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 12
tahun 1998 dan peralihannya berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 tentang pengalihan
bentuk perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi negara (Pertamina) menjadi
perusahaan perseroan (Persero). Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang
MIGAS baru, Pertamina tidak lagi menjadi satu-satunya perusahaan yang memonopoli
industri MIGAS. Kegiatan usaha minyak dan gas bumi saat ini diserahkan kepada
mekanisme pasar
8
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
3.1. 2. VIsi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan
3.1.2.1. Visi dan Misi Perusahaan
Penetapan visi dan misi sebagai bagian perencanaan strategis, merupakan suatu
langkah penting dalam perjalanan PT Pertamina (Persero). Ditengah arus kuat
persaingan usaha industri minyak dan gas, PT Pertamina (Persero) menetapkan visi
dan misi perusahaan sebagai berikut:
•
Visi PT Pertamina (Persero) adalah menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas
Dunia.
•
Misi PT Pertamina (Persero) adalah menjalankan usaha minyak, gas, serta
energi baru dan terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip
komersial yang kuat.
3.1.2.1. Tata Nilai Perusahaan
PT Pertamina (Persero) menetapkan enam Tata Nilai Perusahaan yang menjadi
pedoman bagi seluruh karyawan dalam menjalankan perusahaan. Keenam tata nilai
tersebut adalah:
1. Bersih (Clean): Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan,
tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas.
Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
2. Kompetitif (Competitive): Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun
internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya
sadar biaya dan menghargai kinerja.
3. Percaya Diri (Confident): Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional,
menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa
4. Fokus Pada Pelanggan (Customer Focused): Beorientasi pada kepentingan
pelanggan, dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada
pelanggan.
5. Komersial (Commercial): Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial,
mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
6. Berkemampuan
(Capable):
Dikelola
oleh
pemimpin
dan
pekerja
yang
profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen
dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan.
3.1.3. Kinerja Perusahaan
Selama 2010 PT Pertamina (Persero) berhasil membukukan Penjualan dan Pendapatan
Usaha Lainnya sebesar Rp438 triliun, naik 18% dari 2009. Pendapatan ini berasal dari
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
9
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
penjualan dalam negeri minyak mentah, gas bumi, energi panas bumi, hasil minyak,
penggantian subsidi jenis BBM tertentu dan LPG dari pemerintah, penjualan ekspor
minyak mentah dan hasil minyak, imbalan jasa pemasaran, serta pendapatan usaha
lainnya.
Gambar 3.1
Grafik Kinerja PT Pertamina (Persero) dan Anak Perusahaan
Tahun 2008-2010
600,000
551,885
JUMLAH
(dalam Miliar Rupiah)
500,000
438,012
400,000
300,000
371,524
302,393
281,437
Aset
266,515
Pendapatan Usaha
200,000
Laba Bersih
100,000
19,606
16,776
16,203
0
2008
2009
2010
TAHUN
Sumber: Laporan Keuangan Rekonsiliasi PT Pertamina (Persero)
Dari gambar II.2 terlihat bahwa terdapat fluktuasi dalam perolehan nilai aset,
pendapatan usaha, dan laba bersih dalam 3 tahun terakhir, yang banyak dipengaruhi
oleh harga minyak dunia dan nilai kurs Rupiah terhadap Dollar. Pada tahun 2010
kinerja PT Pertamina (Persero) mengalami peningkatan yang cukup signifikan
dibanding tahun 2009, namun kinerja terbaik diperoleh pada tahun 2008.
3.2. PT JASA MARGA (Persero) Tbk.
3.2.1. Sejarah Perusahaan
PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dibentuk pada tanggal 1 Maret 1978 melalui Peraturan
Pemerintah No. 4 tahun 1978 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia
untuk pendirian persero. Pada tanggal 9 Maret 1978, Presiden Soeharto meresmikan
jalan tol bebas hambatan pertama yang menghubungkan Jakarta dan Bogor, yang
merupakan jalan tol pertama di Indonesia. Tujuan awal pendirian PT Jasa Marga
(Persero) Tbk adalah untuk mengoperasikan dan memelihara ruas jalan tersebut
secara mandiri tanpa membebani anggaran Pemerintah. Ir Sutami, Menteri Pekerjaan
Umum ketika itu, adalah inisiator awal didirikannya PT Jasa Marga (Persero)Tbk.
10
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
Pada tanggal 12 November 2007, status PT Jasa Marg (Persero) Tbk.
2011
berubah
menjadi perusahaan terbuka dengan melepas 30% sahamnya kepada publik melalui
Bursa Efek Indonesia.
3.2.2. Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan
3.2.2.1. Visi dan Misi Perusahaan
Berdasarkan UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan PP No.15 Tahun 2005 tentang
Jalan Tol, dimana peran Jasa Marga yang semula sebagai otorisator, pengembang dan
operator, berubah menjadi pengembang dan operator saja. Sebagai tindak lanjut dari
perubahan peran tersebut maka perusahaan sejak tahun 2006 mengubah visi dan
misinya menjadi sebagai berikut:
•
Visi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. adalah menjadi Perusahaan modern dalam
bidang pengembangan dan pengoperasian jalan tol, menjadi pemimpin (leader)
dalam industri jalan tol dengan mengoperasikan mayoritas jalan tol di
Indonesia, serta memiliki daya saing yang tinggi di tingkat Nasional dan
Regional.
•
Misi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. adalah menambah panjang jalan tol secara
berkelanjutan, sehingga Perusahaan menguasai paling sedikit 50% panjang
jalan tol di Indonesia dan usaha terkait lainnya, dengan memaksimalkan
pemanfaatan potensi keuangan Perusahaan serta meningkatkan mutu dan
efisiensi jasa pelayanan jalan tol melalui penggunaan teknologi yang optimal
dan penerapan kaidah-kaidah manajemen Perusahaan modern dengan tata
kelola yang baik.
3.2.2.2. Tata Nilai Perusahaan
Tata Nilai merupakan nilai-nilai yang telah ada dalam setiap Insan Jasa Marga. Tata
nilai ini merupakan perwujudan dari sikap dan perilaku seluruh karyawan Jasa Marga
yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian tujuan perusahaan secara baik dan
benar. Tata nilai tersebut adalah:
1.
Integritas
a. Bekerja
hanya
menyalahgunakan
untuk
kepentingan
wewenang
untuk
Perusahaan
kepentingan
Tidak
lain
pernah
diluar
kepentingan perusahaan;
b. Bertanggungjawab dan senantiasa dapat menjelaskan keputusan dan
langkah-langkah yang diambil dalam pekerjaan;
c. Senantiasa menggunakan etika dalam bekerja;
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
11
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
d. Senantiasa menjadi panutan bagi lingkungannya.
2.
Mencintai Pekerjaan (Passion)
a. Semangat dan keinginan yang kuat untuk senantiasa berbuat yang
terbaik di bidangnya;
b. Menyenangi tugasnya dan selalu berpikir positif dalam bekerja;
c. Bangga terhadap Perusahaan sebagai wujud dari kebanggan pada
Bangsa dan Negara;
d. Senantiasa menghasilkan kualitas pekerjaan yang terbaik.
3.
Senang Belajar untuk Kemajuan (Learning)
a. Selalu ingin mengetahui dan belajar hal-hal baru untuk kemajuan
perusahaan;
b. Melihat jauh kedepan dan senantiasa berusaha untuk membawa
Perusahaan ke tingkat yang lebih tinggi;
c. Berani mencoba hal-hal baru dengan niat semata-mata untuk
memperbaiki kualitas proses dan produk Perusahaan.
4.
Membangun Kepercayaan (Trust)
a. Percaya pada niat baik;
b. Senantiasa
membangun
kepercayaan
diantara
seluruh
jajaran
Perusahaan;
c. Tidak terkotak-kotak, selalu saling membantu untuk kepentingan
perusahaan semata.
3.2.3. Kinerja Perusahaan
PT Jasa Marga (Persero) Tbk berhasil membukukan laba bersih tahun 2010 untuk
pertama kalinya menembus Rp 1 Triliun yaitu sebesar Rp 1,193 Triliun, atau naik
sebesar 20,23% dibanding tahun 2009 yang mencapai Rp 992,69 Milyar. Peningkatan
laba bersih ini terjadi karena pendapatan usaha yang berhasil dibukukan Jasa Marga
pada tahun 2010 mencapai 4,37 Triliun atau meningkat 18,60% dibanding pendapatan
usaha tahun 2009 yang mencapai 3,69 Triliun.
Pencapaian kinerja keuangan ini terutama diperoleh dari hasil peningkatan volume lalu
lintas selama 2010 yang mencapai 957,89 juta kendaraan atau meningkat sebesar
4,41%, dibandingkan tahun 2009 yang sebesar 916,48 juta kendaraan.
12
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
Gambar 3.2
Grafik Kinerja PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dan Anak Perusahaan
Tahun 2008-2010
20,000
18,952
JUMLAH
(Dalam Miliar Rupiah)
18,000
16,000
16,174
14,642
14,000
12,000
10,000
Aset
8,000
Pendapatan usaha
6,000
4,000
2,000
1,193
992
707
Laba Bersih
4,379
3,692
3,354
0
2008
2009
2010
TAHUN
Sumber: Laporan Keuangan Rekonsiliasi PT Jasa Marga Tbk dan sumber lainnya
Pendapatan Usaha Perusahaan di tahun 2010 adalah Rp 4,3 Triliun. Dengan mulai
beroperasinya jalan tol baru secara bertahap di tahun 2011, maka pendapatan usaha
di tahun 2011 diproyeksikan sebesar Rp 4,8 Triliun. Posisi akhir tahun 2010, total
asset perusahaan adalah Rp 18,8 Triliun dengan equitas Rp 7,8 Triliun.
3.3. PT JAMSOSTEK (Persero)
3.3.1. Sejarah Perusahaan
Pembentukan PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) melalui proses yang
panjang. Sejarah pendirian PT Jamsostek (Persero) melalui peraturan perundangan
terkait dengan rincian sebagai berikut: 1) UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang
kecelakaan kerja; 2) Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP
No.8/1956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan
buruh; 3) PMP No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh; 4) PMP
No.5/1964
tentang
pembentukan
Yayasan
Dana
Jaminan
Sosial
(YDJS);
5) UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja.
Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan hukum,
bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh suatu
tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33
tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK). PP
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
13
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
tersebut mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk
mengikuti program ASTEK. Selanjutnya terbit PP No.34/1977 tentang pembentukan
wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.
Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995 ditetapkannya
PT Jamsostek (Persero) sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
3.3.2. Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan
3.3.2.1. Visi dan Misi Perusahaan
Sebagai penyelenggara jaminan sosial untuk tenaga kerja, PT Jamsostek bekerja keras
untuk menjadi penyelenggara jaminan sosial yang dapat dipercaya oleh stakeholders
dan publik. Guna mewujudkan hal tersebut PT Jamsostek menetapkan visi dan misi
perusahaan sebagai berikut:
•
Visi PT Jamsostek adalah menjadi lembaga jaminan sosial tenaga kerja
terpercaya yang unggul dalam pelayanan dan memberikan manfaat optimal
bagi seluruh peserta dan keluarganya.
•
Misi PT Jamsostek adalah sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga
kerja yang memenuhi perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta menjadi
mitra terpercaya bagi:
a.
Tenaga Kerja: Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja
dan keluarga;
b.
Pengusaha: Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan
kepada tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas;
c.
Negara: Berperan serta dalam pembangunan
3.3.2.2. Tata Nilai Perusahaan
PT Jamsostek menetapkan tata nilai perusahaan yang menjadi pedoman bagi insan PT
Jamsostek dalam menjalankan perusahaan. Tata nilai tersebut adalah:
1. Iman: Taqwa, berfikir positif, tanggung jawab, pelayanan tulus ikhlas.
2. Profesional: Berprestasi, bermental unggul, proaktif dan bersikap positif
terhadap perubahan dan pembaharuan.
3. Teladan: Berpandangan jauh kedepan, penghargaan dan pembimbingan
(reward & encouragement), pemberdayaan.
4. Integritas: Berani, komitmen, keterbukaan.
5. Kerjasama: Kebersamaan, menghargai pendapat, menghargai orang lain.
14
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
3.3.3. Kinerja Perusahaan
PT Jamsostek (Persero) membukukan laba bersih sepanjang 2010 sebesar Rp1,532
triliun. Nilai ini meningkat 10,92 persen bila dibandingkan tahun 2009 yang hanya
Rp1,382 triliun. Peningkatan laba bersih BUMN pengelola dana pekerja ini disokong
oleh pendapatan investasi sekitar Rp10,785 triliun dan pendapatan bersih operasional
yang meningkat menjadi Rp579,101 miliar.
Gambar 3.3
Grafik Kinerja PT Jamsostek (Persero) dan Anak Perusahaan
Tahun 2008-2010
120,000
102,648
JUMLAH
(Dalam Miliar Rupiah)
100,000
84,248
80,000
64,507
60,000
Aset
Pendapatan Usaha
40,000
Laba Bersih
20,000
6,488
11,364
9,041
1,532
1,382
1,091
0
2008
2009
2010
TAHUN
Sumber: Laporan Keuangan Rekonsiliasi PT Jamsostek dan sumber lainnya
Pada tahun 2010, dana investasi Jamsostek meningkat hingga 22,66 persen menjadi
Rp 98,980 triliun. Bahkan total aset kian membengkak dari Rp 84,248 triliun, menjadi
Rp102,648 triliun atau meningkat 21,48 persen. Hasil investasi yang dikembalikan ke
peserta pun meningkat 32,09 persen menjadi Rp 8,368 triliun.
3.4. PT ANGKASA PURA II (Persero)
3.4.1. Sejarah Perusahaan
Angkasa Pura II merupakan perusahaan pengelola jasa kebandarudaraan dan
pelayanan
lalu
lintas
udara
yang
telah
melakukan
aktivitas
pelayanan
jasa
penerbangan dan jasa penunjang bandara di Kawasan Barat Indonesia sejak tahun
1984.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
15
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
Pada awal berdirinya, 13 Agustus 1984, Angkasa Pura II bernama Perum Pelabuhan
Udara Jakarta Cengkareng yang bertugas mengelola dan mengusahakan Pelabuhan
Udara Jakarta Cengkareng (kini bernama Bandara Internasional Jakarta SoekarnoHatta) dan Bandara Halim Perdanakusuma. Tanggal 19 Mei 1986 berubah menjadi
Perum Angkasa Pura II dan selanjutnya tanggal 2 Januari 1993, resmi menjadi
Persero sesuai Akta Notaris Muhani Salim, SH No. 3 tahun 1993 dengan nama
PT
Angkasa Pura II (Persero).
Saat ini Angkasa Pura II mengelola dua belas bandara utama di Kawasan Barat
Indonesia, yaitu Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Polonia
(Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Ketaping) dulunya Tabing, Sultan
Mahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein
Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah
(Tanjung Pinang) dulunya Kijang, Sultan Thaha (Jambi) dan Depati Amir (Pangkal
Pinang), serta melayani jasa penerbangan untuk wilayah udara (Flight Information
Region/ FIR) Jakarta.
3.4.2. Visi, Misi dan Tata Kelola Perusahaan
3.4.2.1. Visi dan Misi Perusahaan
PT Angkasa Pura II sebagai pengelola bandar udara bertaraf internasional terus
mengembangkan
kemampuan
dalam
menyikapi
perubahan
dan
tantangan
di
industrinya. Visi dan misi PT Angkasa Pura II adalah:
•
Visi PT Angkasa Pura II adalah menjadi pengelola bandar udara bertaraf
internasional yang mampu bersaing di kawasan regional
•
Misi PT Angkasa Pura II adalah mengelola jasa kebandarudaraan dan
pelayanan lalu lintas udara yang mengutamakan keselamatan penerbangan
dan kepuasan pelanggan, dalam upaya memberikan manfaat optimal kepada
pemegang saham, mitra kerja, pegawai, masyarakat dan lingkungan dengan
memegang teguh etika bisnis
3.4.2.2. Tata Kelola Perusahaan
Tatanan birokrasi, sistem administrasi, dan struktur organisasi yang berlaku di
Angkasa Pura II menyediakan ruang bagi fleksibilitas, agar orang dapat bekerja secara
adaptif dan inovatif, dan disertai dengan akuntabilitas. Setiap tindakan yang diambil
manajemen disertai dengan alasan yang lengkap dan rasional, yang dilaporkan secara
lengkap, cepat, dan tepat waktu kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
16
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
Penekanan pada akuntabilitas dan adopsi dari suatu pola pelaporan tertentu yang
dijalankan secara konsisten, menjadi ciri dari tata kelola perusahaan di Angkasa Pura
II. Manajemen melengkapi diri dengan unit dan perangkat audit yang bertanggung
jawab untuk melaporkan hasil kerjanya secara langsung kepada Direksi dan atau
Dewan Komisaris secara teratur. Penyelenggaraan bandara bukan hanya ditujukan
untuk menciptakan nilai yang maksimal bagi para pemegang saham, tetapi juga untuk
membangun kepercayaan publik pada Angkasa Pura II.
Pedoman Good Corporate Governance yang disahkan melalui Keputusan Bersama
Dewan Komisaris Angkasa Pura II Nomor : KEP.258.1/GCG/X/APII-2004 dan Direksi
Angkasa Pura II Nomor : KEP.484.1/KS.005/APII-2004 telah diterapkan.
3.4.3. Kinerja Perusahaan
Pengelola bandar udara PT Angkasa Pura II (Persero) tahun 2010 memperoleh laba
usaha
Rp
1,264
mengembangkan
triliun.
12
Badan
bandara
di
usaha
bawah
milik
negara
ini
pengelolaannya,
menjanjikan
terutama
terus
Bandara
Internasional Soekarno-Hatta.
Tahun 2010, pendapatan usaha Angkasa Pura II juga naik menjadi Rp 3,022 triliun,
meningkat 9,3 % dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 2,745 triliun. Realisasi laba
PT AP II lebih tinggi 20 persen dari target yang ditetapkan oleh pemegang saham,
yakni Rp 1,049 triliun.
Gambar 3.4
Grafik Kinerja PT Angkasa Pura II (Persero) dan Anak Perusahaan
Tahun 2008-2010
9,000
JUMLAH
(dalam Miliar Rupiah)
8,000
8,234
8,234
7,307
7,000
6,000
5,000
Aset
4,000
3,000
2,746
2,277
Pendapatan Usaha
Laba Bersih
2,000
1,049
865
672
1,000
3,002
0
2008
2009
2010
TAHUN
Sumber: Laporan Keuangan Rekonsiliasi PT Angkasa Pura II dan sumber lainnya
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
17
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
STUDI PRAKARSA ANTI KORUPSI 2011
4.1. Penghitungan SPAK Tahun 2011
Kegiatan Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) tahun 2011 adalah melakukan penilaian
terhadap inisiatif dan inovasi serta ketersediaan kelengkapan instrumen anti korupsi
dan penerapannya pada 4 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berstatus sebagai
Persero. Penilaian juga dilakukan terhadap cabang 4 BUMN yang ada di Kota Surabaya
dan Medan.
SPAK 2011 terdiri dari indikator utama dengan bobot 0,942 indikator inovasi dengan
bobot 0,058. Nilai SPAK setiap BUMN merupakan gabungan antara variabel indikator
utama dan variabel indikator inovasi. Bagi BUMN yang tidak menyerahkan laporan
kualitatif, maka tidak mempunyai nilai untuk inovasi, sehingga nilai SPAK maksimal
yang diperoleh hanya mencapai 9,42. Berikut Nilai kumulatif SPAK tahun 2011 dari 4
BUMN Peserta.
Tabel IV.1
Nilai SPAK BUMN
Peringkat
Instansi
Nilai Total
dengan Bobot
Nilai Per Indikator
Indikator Utama
(0,942)
Indikator Inovasi
(0,058)
1
PT PERTAMINA
8,95
9,01
7,98
2
PT JAMSOSTEK
7,8
7,78
8,17
3
PT JASA MARGA Tbk
6,19
6,04
8,61
4
PT ANGKASA PURA II
6,02
5,91
7,71
4.2. Indikator Utama SPAK 2011
4.2.1. Keteladanan Pimpinan (Tone of The Top)
Dalam suatu organisasi faktor keteladanan sangat penting untuk menggerakkan
bawahan. Hanya dengan keteladanan pimpinan suatu organisasi dapat memperoleh
kepercayaan baik dari bawahan, rekanan maupun dari pemegang saham. Keteladanan
pimpinan juga dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan pengendalian yang baik.
Oleh karena itu dalam suatu organisasi mutlak diperlukan Pemimpin yang dapat
dipercaya dan mampu menggerakkan seluruh sumber daya organisasinya demi
mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Pemimpin tidak dilahirkan, tetapi
18
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
dibentuk melalui suatu proses penguasaan knowledge, skill, dan attitude yang
dibutuhkan. Seorang Pemimpin juga harus memberikan teladan (tone of the top),
membangun kultur/budaya yang kokoh, dan menunjukkan komitmen yang kuat untuk
memimpin organisasinya menuju arah yang sudah disepakati.
Indikator awal dari pengukuran SPAK adalah keteladanan pimpinan (Tone of The Top).
Semua indikator lainnya tidak akan pernah terlaksana secara efektif dan efisien jika
tidak ada komitmen untuk mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi
dari pimpinan Perusahaan. Untuk indikator keteladanan pimpinan, tolok ukurnya
adalah
implementasi
aturan
dan
aktivitas
pimpinan
perusahaan
(Direksi
dan
Komisaris) yang mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
korupsi. Aktivitas ini ditujukan untuk menciptakan tata kelola perusahaan yang baik,
bersamaan
dengan
meningkatnya
kinerja
perusahaan.
Komitmen
pimpinan
perusahaan juga didukung oleh Kementerian BUMN dengan dikeluarkannya Surat
Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-117/MBU/2002 tentang Penerapan Praktek GCG
di BUMN.
Dalam SPAK 2011, indikator keteladanan Pimpinan memiliki bobot tertinggi yaitu
sebesar
0,186,
sehingga
pengaruhnya
terhadap
penilaian
secara
total
cukup
signifikan. Indikator ini juga dibagi dalam 3 sub indikator yaitu: (a) ketersediaan
kebijakan Pimpinan terkait anti korupsi, (b) peran pimpinan dalam penerapan
kebijakan anti korupsi, serta (c) pengawasan dan evaluasi yang dilakukan oleh
Pimpinan.
Tabel IV.2
Nilai Indikator Keteladanan Pimpinan
Keteladanan Pimpinan
(0,186)
Peringkat
Instansi
Sub Indikator
Nilai
Total
Ketersediaan
Aturan
(0,26)
Peran
Pimpinan
(0,48)
Pengawasan &
Evaluasi
(0,26)
1
PT JASA MARGA, Tbk.
9,68
10,00
9,33
10,00
2
PT PERTAMINA
9,56
10,00
9,08
10,00
3
PT JAMSOSTEK
9,56
10,00
9,08
10,00
4
PT ANGKASA PURA II
9,02
10,00
7,96
10,00
Berdasarkan hasil penilaian dan pengamatan di lapangan, PT Jasa Marga memperoleh
nilai tertinggi untuk indikator keteladanan pimpinan (Tone of The Top). PT Jasa Marga
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
19
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
(Persero) Tbk telah memiliki sejumlah pimpinan perusahaan yang berkomitmen untuk
menyusun aturan, mengimplementasikannya serta melakukan aktivitas langsung yang
mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi. Komitmen dari direksi
terutama direktur utamanya terlihat dengan telah diterbitkannya Keputusan Direksi
No. 77/KPTS/2005 tanggal 28 April 2005 tentang Pedoman Penerapan Prinsip-prinsip
Good Corporate Governance PT Jasa Marga (Persero) yang telah diperbaharui dengan
Keputusan Direksi No. 199.1/KPTS/2010 tanggal 16 Desember 2010 tentang Pedoman
Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance) di PT Jasa Marga, Tbk
(Persero).
Pedoman tersebut
kemudian disosialisasikan langsung oleh Direksi dalam sejumlah
kegiatan di PT Jasa Marga. Menurut informasi dari sejumlah staf, bahwa Direksi PT
Jasa Marga layak menjadi figur teladan bagi bawahannya.
4.2.2 Pedoman Etika dan Perilaku (Code of Ethics and Code of Conduct)
Dalam upaya mencapai keberhasilan dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi
diperlukan aturan pedoman etika dan perilaku. Pedoman ini dapat menjadi acuan bagi
organ perusahaan dan semua karyawan dalam menerapkan nilai-nilai (values) dan
etika bisnis sehingga menjadi bagian dari budaya perusahaan. Prinsip dasar yang
harus dimiliki oleh perusahaan adalah3:
1. Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan (corporate values)
yang menggambarkan sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya;
2. Untuk
dapat
merealisasikan
sikap
moral
dalam
pelaksanaan
usahanya,
perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ
perusahaan
dan
semua
karyawan.
Pelaksanaan
etika
bisnis
yang
berkesinambungan akan membentuk budaya perusahaan yang merupakan
manifestasi dari nilai-nilai perusahaan;
3. Nilai-nilai
dan
rumusan
etika
bisnis
perusahaan
perlu
dituangkan
dan
dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan
diterapkan.
Oleh karena itulah Pedoman etika dan perilaku menjadi salah satu indikator penilaian
SPAK 2011. Pada SPAK 2011, indikator pedoman etika dan perilaku merupakan salah
satu indikator dengan bobot tinggi, yaitu sebesar 0,139 Penilaian indikator kode etik,
3
20
www.knkg-indonesia.com
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
dilakukan dengan menilai tiga sub indikator yakni (a) ketersediaan aturan tentang
pedoman etika dan perilaku, (b) penerapan aturan etika dan perilaku, serta (c)
evaluasi aturan. Dari ketiga sub indikator tersebut, penerapan aturan etika dan
perilaku merupakan sub indikator yang memiliki bobot tertinggi, yaitu 0,420. Secara
keseluruhan, nilai rata-rata untuk indikator pedoman tentang etika dan perilaku pada
SPAK 2011, cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena 4 BUMN tersebut masing-masing
telah memiliki pedoman perilaku (Code of Conduct).
Tabel IV.3
Nilai Indikator Pedoman Etika dan Perilaku
Peringkat
Instansi
Nilai
Total
Pedoman Etika dan Perilaku
(0,139)
Sub Indikator
Ketersediaan Penerapan
Evaluasi
Aturan
Aturan
Aturan
(0,39)
(0,42)
(0,19)
1
PT PERTAMINA
9,87
10,00
9,68
10,00
2
PT JASA MARGA Tbk
8,82
9,68
7,49
10,00
3
PT JAMSOSTEK
8,16
9,68
5,9
10,00
4
PT ANGKASA PURA II
6,36
9,68
6,14
0,00
Pada Tabel IV.3 terlihat bahwa PT Pertamina memiliki skor paling tinggi untuk
penilaian kode etiknya, yaitu sebesar 9,87. PT Pertamina memiliki nilai tinggi untuk
indikator kode etik karena:
1. PT Pertamina telah memiliki pedoman etika dan perilaku sejak tahun 2006
dan telah diperbaharui pada tahun 2009 serta juga sering dikomunikasikan
secara langsung pada sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan GCG;
2. Untuk memudahkan Satuan Pengawas Internal (auditor) dan unit
kepatuhan (Compliance) dalam melakukan deteksi, pencegahan dan
penanganan penyimpangan, maka saat ini PT Pertamina telah memiliki
sistem informasi yang diberi nama Compliance Online System yang dapat
dimanfaatkan oleh seluruh karyawan untuk menyampaikan pengaduan
penyimpangan,
serta
melakukan
konsultasi
tentang
pencegahan
penyimpangan;
4.2.3. Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Interest)
Benturan (konflik) kepentingan adalah keadaan di mana terdapat konflik antara
kepentingan ekonomis Perusahaan dan kepentingan ekonomis pribadi Pemegang
Saham, Komisaris dan anggota Direksi beserta seluruh jajaran dibawahnya. Pedoman
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
21
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
yang mengatur mengenai penanganan situasi konflik kepentingan menjadi penting
karena bertujuan4:
1. Menyediakan kerangka acuan bagi penyelenggara negara untuk mengenal,
mengatasi dan menangani konflik kepentingan;
2. Menciptakan budaya pelayanan publik yang dapat menangani situasi konflik
kepentingan secara transparan dan efisien tanpa mengurangi kinerja;
3. Mencegah terjadinya tindak pidana korupsi di kalangan penyelenggara negara.
Penjelasan tersebut mendasari penanganan situasi konflik kepentingan menjadi salah
satu indikator penilaian SPAK 2011. Hal ini bertujuan untuk mendorong BUMN agar
menerapkan prinsip transparansi di GCG sehingga seluruh pimpinan dan karyawan di
BUMN memiliki tingkat kesadaran dan pemahaman yang sama tentang konflik
kepentingan.
Indikator penanganan konflik kepentingan merupakan indikator SPAK dengan bobot
tinggi, yaitu sebesar 0,121 terdiri dari tiga sub indikator yakni: (a) ketersediaan
aturan tentang penanganan konflik kepentingan; (b) penerapan aturan penanganan
konflik kepentingan; serta (c) evaluasi aturan. Dari ketiga sub indikator tersebut,
penerapan aturan etika dan perilaku merupakan subindikator yang memiliki bobot
tertinggi, yaitu 0,410.
Pada Tabel IV.4 terlihat bahwa PT Pertamina memiliki skor paling tinggi untuk
penilaian penanganan konflik kepentingan, yaitu sebesar 9,72. Tingginya nilai tersebut
di dukung oleh :
1. PT Pertamina telah memiliki pedoman konflik kepentingan sejak tahun 2009
(SK
Direksi
Nomor
Kpts-088/C00000/2009-S0)
serta
juga
sering
dikomunikasikan secara langsung pada sejumlah kegiatan yang berkaitan
dengan GCG;
2. Untuk memudahkan Satuan Pengawas Internal (auditor) dan Unit Kepatuhan
(compliance) dalam melakukan deteksi, pencegahan dan penanganan situasi
konflik kepentingan yang dihadapi oleh seluruh Pimpinan dan Karyawan
PT
Pertamina, maka saat ini PT. Pertamina telah menyediakan 2 formulir khusus
terkait konflik kepentingan yaitu sebagai berikut :
a) Formulir khusus pernyataan kesediaan untuk tidak terlibat dalam
situasi konflik kepentingan, dan
4
22
www.knkg-indonesia.com
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
b) Formulir khusus lainnya yaitu pernyataan terlibat dalam situasi
konflik kepentingan yang dialami oleh pimpinan atau karyawan PT
Pertamina (situasi konflik kepentingan terjadi tanpa diketahui atau
direncanakan pelapor sebelumnya).
Kedua formulir tersebut dapat diisi dan disampaikan melalui sistem informasi terpadu
(Compliance Online System) yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh pimpinan dan
karyawan PT Pertamina.
Tabel IV.4
Nilai Indikator Penanganan Konflik Kepentingan
Peringkat
Penanganan Situasi Konflik Kepentingan
(0,121)
Sub Indikator
Nilai
Ketersediaan Penerapan
Evaluasi
Total
Aturan
Aturan
Aturan
(0,39)
(0,41)
(0,20)
Instansi
1
PT PERTAMINA
9.72
10,00
9,32
10,00
2
PT JAMSOSTEK
7.72
8,98
5,40
10,00
3
PT ANGKASA PURA II
3.09
0,00
7,52
0,00
4
PT JASA MARGA Tbk
2.08
0,00
5,07
0,00
4.2.4. Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System)
Pengelolaan sistem pengaduan adalah sistem yang mengelola penyampaian laporan
dari pihak internal maupun ekternal terhadap suatu aktivitas yang berpotensi
menyimpang dari peraturan yang berlaku. Aktivitas dimaksud dapat merupakan
perilaku yang melanggar hukum, etika dan pelanggaran lainnya. Sistem ini juga dapat
mengoptimalkan peran setiap pimpinan dan karyawan di perusahaan tersebut untuk
mengungkap pelanggaran yang terjadi di wilayah kerjanya. KPK melalui SPAK 2011
mendorong
seluruh
transparan
dan
BUMN
agar
akuntabel.
membentuk
Layanan
sistem
pengaduan
layanan
tersebut
pengaduan
diharapkan
yang
mampu
mengurangi terjadinya penyimpangan terutama yang terkait dengan korupsi.
Pada
SPAK
2011,
Indikator
pengelolaan
sistem
pengaduan
terdiri
dari:
(a)
ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan sistem pengaduan; (b) penerapan
aturan; serta (c) evaluasi aturan.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
23
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
Tabel IV.5
Nilai Indikator Pengelolaan Sistem Pengaduan
Peringkat
Instansi
Nilai
Total
Pengelolaan Sistem Pengaduan
(0,139)
Sub Indikator
Ketersediaan
Penerapan
Evaluasi
Aturan
Aturan
Aturan
(0,43)
(0,39)
(0,18)
1
PT PERTAMINA
9,85
10,00
9,61
10,00
2
PT JAMSOSTEK
9,02
10,00
7,5
10,00
3
PT ANGKASA PURA II
2,75
0,00
7,05
0,00
4
PT JASA MARGA Tbk
2,03
0,00
5,20
0,00
Berdasarkan hasil SPAK pada tabel IV.5 diketahui bahwa PT Pertamina dengan nilai
9,85 merupakan salah satu BUMN yang memiliki komitmen tinggi dalam upaya
pembentukan Whistle Blowing System (WBS). PT Pertamina menjadi BUMN yang
paling berkomitmen dalam pembentukan WBS ditunjukkan oleh :
1. Sejak tahun 2009, PT PERTAMINA telah memiliki Surat Keputusan (SK)
Direksi Kpts-082/C00000/2009-S0, pada tanggal 5 Oktober 2009
tentang Penerimaan dan Pemberian hadiah/ cinderamata dan hiburan
serta WBS. Namun sebelum SK Direksi tersebut terbit pihak Sekretaris
Perseroan telah terlebih dahulu berinisiatif untuk menerbitkan Surat
Keputusan Sekretaris Perseroan nomor :
B-001/N00300/2009-S0,
tanggal 16 September 2009 tentang Tata kerja organisasi Pengelolaan
WBS;
2. PT Pertamina memiliki media penyampaian khusus WBS yang cukup
komprehensif mulai dari telepon, hingga kotak surat. Selain itu juga
pengelolaan WBS di PT Pertamina dilakukan lembaga profesional yang
dikontrak setiap 2 tahun sekali, berikut rincian media WBS yang dimiliki
PT Pertamina:
Telepon
: +62 (21) 3815909-11
Website
: pertaminaclean.pertamina.com
E-mail
: [email protected]
Faks
: +62 (21) 3815912
SMS
: +62 811 1750612
Kotak Surat
: Pertamina Clean, PO-Box-7077/ JkpSA, Jakarta
10350
24
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
4.2.5. Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure)
Pelaporan harta kekayaan merupakan bagian dari transparansi dan akuntabilitas
pejabat publik sesuai dengan UU Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
KKN. Tingkat Kepatuhan Pimpinan BUMN untuk menyampaikan Laporan Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) sudah cukup baik. Namun untuk lebih
meningkatkan tranparansi dan akuntabilitas di lingkungan perusahaan, melalui Studi
ini KPK ingin mendorong agar penyampaian laporan harta kekayaan juga dilakukan
oleh seluruh karyawan di BUMN. Hal ini dilakukan agar rekam jejak harta karyawan
dapat diketahui secara transparan dan akuntabel sehingga dapat menjadi salah satu
pertimbangan dalam penentuan jabatan di BUMN tersebut.
Pada SPAK 2011 Indikator pengelolaan transparansi harta kekayaan terdiri dari: (a)
ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan sistem pengaduan; (b) penerapan
aturan; serta (c) evaluasi aturan.
Tabel IV.6
Nilai Indikator Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan
Peringkat
Instansi
Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan
(0,084)
Sub Indikator
Nilai Ketersediaan
Penerapan
Evaluasi
Total
Aturan
Aturan
Aturan
(0,36)
(0,43)
(0,21)
1
PT PERTAMINA
7,47
8,59
5,29
10,00
2
PT ANGKASA PURA II
7,41
7,78
5,83
10,00
3
PT JAMSOSTEK
6,64
8,19
3,69
10,00
4
PT JASA MARGA Tbk
6,24
9,00
6,98
0,00
Tabel IV.6 menunjukkan bahwa PT Pertamina merupakan BUMN yang memiliki
komitmen paling baik diantara BUMN peserta SPAK dalam upaya transparansi harta
kekayaan. Hal ini terlihat dari nilai yang diperoleh mencapai angka 7,47. Nilai tinggi PT
Pertamina untuk indikator pengelolaan transparansi harta kekayaan, dibuktikan
melalui diterbitkannya Surat Keputusan Direksi Nomor:Kpts-024/ C00000/ 2009-S0
tentang kewajiban melaporkan harta kekayaan bagi pejabat di lingkungan Pertamina.
Surat tersebut diterbitkan untuk menindaklanjuti instruksi Menteri BUMN nomor: INS02/MBU/2007 tanggal 21 September 2007 tentang Penyelenggara Negara wajib
menyampaikan LHKPN di lingkungan BUMN. Di dalam Surat keputusan tersebut
Direksi PT Pertamina menetapkan pejabat di bawah Direksi yang wajib menyampaikan
LHKPN yaitu: 1) Senior Vice President dan setingkatnya; 2) Vice President / General
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
25
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
Manajer dan setingkat; 3) Direksi anak perusahaan; 4) Manajer dan setingkat yang
mengurusi masalah pengadaan/ logistik/ procurement/ perijinan dengan pihak luar PT
Pertamina.
4.2.6. Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (Managing Gift)
Pemberian dan penerimaan hadiah dalam kegiatan bisnis perusahaan merupakan
kegiatan yang lazim dilakukan. Dalam rangka menjaga pemberian dan atau
penerimaan tersebut tidak menjadi pelanggaran hukum, maka perlu dibuat suatu
aturan dan sistem pengelolaan hadiah di BUMN tersebut. Tujuan dari pembuatan
aturan dan sistem tersebut adalah untuk memberikan arahan dan acuan bagi seluruh
pimpinan dan karyawan BUMN dalam menjalin hubungan dengan pihak eksternal. Hal
ini juga untuk mendukung penerapan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) di
BUMN.
Pada SPAK 2011 Indikator pengelolaan transparansi harta kekayaan terdiri dari tiga
hal, yakni (a) ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan sistem pengaduan; (b)
penerapan aturan; serta (c) evaluasi aturan.
Tabel IV.7
Nilai Indikator Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah
Peringkat
Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah
(0,103)
Sub Indikator
Nilai
Ketersediaan
Penerapan
Evaluasi
Total
Aturan
Aturan
Aturan
(0,39)
(0,45)
(0,16)
Instansi
1
PT PERTAMINA
9,62
10,00
9,15
10,00
2
PT JAMSOSTEK
4,08
0,00
5,51
10,00
3
PT ANGKASA PURA II
2,57
0,00
5,72
0,00
4
PT JASA MARGA, Tbk.
2,43
0,00
5,40
0,00
Berdasarkan
hasil
penilaian
pada
Tabel
IV.7
diketahui
bahwa
PT
Pertamina
merupakan BUMN dengan komitmen tertinggi dalam upaya pengelolaan penerimaan
dan pemberian hadiah (9,62). Dari 4 BUMN yang menjadi peserta SPAK, hanya PT
Pertamina yang menyusun aturan khusus tentang pengelolaan penerimaan dan
pemberian hadiah berdasarkan Surat Keputusan nomor: Kpts-065/C00000/2007-S0
tentang ketentuan pemberian dan penerimaan hadiah/cinderamata dan hiburan
(Entertainment). PT Pertamina di tahun 2011 juga telah melakukan kerjasama dengan
26
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
KPK dalam rangka penyusunan Program Pengendalian Gratifikasi (PPG). Program
tersebut telah memproses ratusan laporan penerimaan gratifikasi dari Pimpinan dan
Karyawan PT Pertamina.
4.2.7. Penegakan Aturan (Rules Enforcement)
Penegakan aturan merupakan salah satu kunci dalam implementasi penerapan tata
kelola perusahaan yang baik. Penegakan aturan secara adil dan konsisten akan
menumbuhkan rasa kepercayaan terhadap pimpinan perusahaan dan meningkatkan
motivasi kerja karyawan. Melalui SPAK 2011, KPK mendorong BUMN untuk menaati
peraturan dan memberikan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan baik oleh
pimpinan maupun karyawan. Indikator penegakan aturan pada SPAK 2011 merupakan
akumulasi dari kegiatan penegakan aturan yang telah ditetapkan pada setiap indikator
sebelumnya.
Tabel IV.8
Nilai Indikator Penegakan Aturan
Peringkat
Penegakan Aturan
(0,171)
Penegakan Aturan
(1)
Instansi
1
PT PERTAMINA
10,00
2
PT JAMSOSTEK
10,00
3
PT JASA MARGA Tbk
10,00
4
PT ANGKASA PURA II
10,00
Penilaian
dilakukan
penegakannya,
melalui
seluruh
reviu
peserta
terhadap
SPAK
dokumen
2011
beserta
data
pelanggaran
dan
pengadministrasiannya
memperoleh nilai tertinggi 10 untuk indikator ini (Tabel IV.8). Hal ini mencerminkan
bahwa ke-4 BUMN tersebut konsisten dalam menegakkan aturan.
Bukti
lain
konsistensi tersebut adalah dengan melaporkan pelanggaran yang berindikasi pidana
ke kepolisian
4.3. Penilaian atas Prakarsa Anti Korupsi Lainnya
Penilaian terhadap inisiatif/prakarsa anti korupsi lainnya dilakukan dalam rangka
memberi penghargaan kepada BUMN atas inovasi serta implementasi anti korupsi
yang telah dilakukan BUMN selain 7 indikator yang telah ditetapkan. Berikut hasil
penilaian untuk inikator prakarsa (inovasi) lainnya.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
27
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
Tabel IV.9
Nilai Indikator Prakarsa Lainnya
Peringkat
Instansi
Nilai Indikator
1
PT JASA MARGA, Tbk.
8,61
2
PT JAMSOSTEK
8,17
3
PT PERTAMINA
7,98
4
PT ANGKASA PURA II
7,71
Berdasarkan hasil penilaian, secara umum nilai ke-4 BUMN dalam hal inisiatif anti
korupsi lainnya cukup baik. Nilai inovasi tertinggi (8,61) diraih oleh PT JASA MARGA
Tbk. PT Jasa Marga telah melakukan beberapa upaya pencegahan korupsi dengan
menyusun dan menetapkan sejumlah aturan terkait pengadaan barang dan jasa
secara
elektronik
(e-Procurement),
pengadaan
sumber
daya
manusia
melalui
elektronik (e-Recruitment), pembayaran tol secara elektronik (e-Toll Card), serta
Sistem Prosedur Transaksi keuangan (SPTK). Upaya-upaya inovasi tersebut dilakukan
dalam upaya
mengurangi potensi terjadinya penyimpangan oleh pihak internal
maupun eksternal.
Penilaian Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) adalah instrumen yang digunakan untuk
menilai dan memberikan penghargaan kepada BUMN yang telah menciptakan inisiatifinisiatif dalam mengupayakan integritas serta budaya anti korupsi di perusahaannya.
SPAK 2011 merupakan kegiatan penilaian prakarsa anti korupsi yang pertama kali
dilakukan dengan 4 peserta yang berbasis voluntary. KPK mengapresiasi usaha anti
korupsi yang telah dilakukan oleh peserta SPAK, dan diharapkan nilai SPAK para
peserta masih terus dapat ditingkatkan seiring dengan kemajuan upaya pencegahan
korupsi yang dilakukan.
28
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penilaian dan analisis, maka kesimpulan atas pelaksanaan SPAK
2011 adalah:
1. Secara umum, Pimpinan dan Karyawan 4 BUMN Peserta SPAK telah memiliki
inisiatif anti korupsi yang berusaha diterapkan dalam rangka mendukung
kinerja perusahaan.
2. Hasil penilaian terhadap beberapa indikator utama yaitu penanganan situasi
konflik kepentingan, pengelolaan LHKPN, pengelolaan sistem pengaduan
(WBS), dan pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah, menunjukkan nilai
yang rendah. Hal ini disebabkan oleh ketiadaan aturan khusus yang menjadi
dasar teknis pelaksanaan 4 indikator utama tersebut.
3. Ke-4 BUMN Peserta SPAK 2011 telah melakukan upaya penegakan aturan
secara cukup komprehensif. Bukti keseriusan tersebut ditunjukkan oleh adanya
laporan pelanggaran yang mengarah pidana disampaikan kepada aparat
penegak hukum.
4. Tiga BUMN (PT Jasa Marga, PT Jamsostek, dan PT Angkasa Pura II) peserta
SPAK 2011 belum menyediakan media konsultasi (misalnya: ruang konsultasi,
surat elektronik khusus, telepon dan lainnya) tentang praktek anti korupsi yang
terdapat dalam indikator utama, sehingga mempersulit personil BUMN untuk
melakukan konsultasi terkait dengan kemungkinan terjadinya pelanggaran
peraturan dalam kegiatan operasional perusahaan.
5. Unit di BUMN yang bertanggungjawab menangani permasalahan dalam
penerapan anti korupsi yang terdapat dalam indikator SPAK 2011, belum
melaksanakan
kegiatan
identifikasi
dan
pengendalian
terhadap
resiko
pelanggaran pedoman etika dan perilaku serta proses penanganannya.
5.2. Saran Perbaikan
Berdasarkan simpulan tersebut, maka KPK menyampaikan intisari saran perbaikan
agar BUMN Peserta SPAK:
1. Meningkatkan inisiatif anti korupsi melalui peningkatan nilai indikator utama
SPAK 2011. Perhatian ditujukan kepada aspek peraturan, pelaksanaan dan
evaluasinya, sehingga dapat meningkatkan skor penilaian di masa yang akan
datang.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
29
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi
2011
2. Melakukan sosialisasi hasil SPAK 2011 kepada seluruh jajaran pimpinan,
karyawan BUMN dan anak perusahaan sehingga dapat diperoleh kesamaan
sikap dan pandangan dalam upaya pencegahan korupsi.
3. Menyusun dan menetapkan Standard Operational Procedure (SOP) yang
mendukung upaya pencegahan korupsi secara komprehensif dan konsisten
terutama terkait dengan indikator SPAK 2011.
4. Meningkatkan kerjasama/koordinasi dengan aparat penegak hukum (KPK,
Kepolisian, Kejaksaan), untuk penegakan aturan atas pelanggaran hukum yang
dilakukan oleh pimpinan dan karyawan BUMN.
5. Menyediakan fasilitas dalam bentuk ruang, petugas dan media khusus untuk
kegiatan anti korupsi yang tercakup dalam indikator utama. Bila diperlukan,
fasilitas–fasilitas
tersebut
harus
menjamin
kerahasiaan
informasi
dari
penggunanya.
6. Menyusun dan menerapkan beberapa media (tools) antikorupsi yang belum
dimiliki oleh BUMN antara lain: 1) formulir isian transparansi harta kekayaan
untuk seluruh pegawai BUMN, 2) surat pernyataan khusus bagi yang terlibat
dalam
situasi
konflik
kepentingan,
3)
formulir
khusus
terkait
dengan
penyampaian laporan pemberian dan penerimaan hadiah. Penyusunan dan
penerapan
media
(tools)
tersebut
harus
disesuaikan
dengan
peraturan
perundangan yang berlaku.
7. Melakukan evaluasi berkelanjutan terhadap aturan dan sistem pengelolaan
media anti korupsi yang disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan perusahaan
dan potensi penyimpangan yang terjadi.
8. Pimpinan
puncak
BUMN
memastikan
diselenggarakannya
Fraud
Risk
Assessment yang dilakukan secara berkala paling sedikit 2 tahun sekali. Hasil
dari Fraud Risk Assessment tersebut dijadikan dasar untuk menyusun Fraud
Control Plan. Pimpinan puncak juga bertanggung jawab penuh memastikan
bahwa Fraud Control Plan ini berjalan dengan baik.
30
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Download