“Key Issue” pada Metode Penelitian Kualitatif1 Makalah ini lebih tepat berupa jawaban “soal ujian” yang diberikan Fikom Universitas Mercubuana kepada penulis perihal masalah pada penelitian kualitatif yang disebutnya sebagai “Key Issue” Metode Penelitian Kualitatif, yang diakui sering menimbulkan perbedaan pemahaman. Saya tidak tahu apakah jawaban ini akan menambah pemahaman atau meningkatkan kebingungan, mengingat format penelitian pada metode penelitian kualitatif yang beragam (menurut yang saya pahami) menunjukkan adanya suatu “format baku”, yaitu “tidak baku”. Jika paradigma positivistik, atau kuantitatif menuntut hasil penelitian yang objektif dan menganggap kualitatif tidak objektif, maka bagi saya “semakin subjektif penelitian kualitatif, maka akan semakin objektif hasil penelitian itu”. Juga jika yang akan diuraikan pada makalah ini dianggap terlalu “subjektif” dari perspektif saya sendiri, maka pada hakekatnya saya sedang membangun hasil yang objektif (dari penulis sendiri). Ini bisa lebih membingungkan, dan virus “bingung” ini akan menular pada peserta lokakarya, sehingga secara simultan “kejelasan” akan tercapai (paling kejelasan atas bingungnya). Berdasarkan TOR yang diajukan, ‘key issue” tersebut adalah: 1. Obyek/kondisi seperti apa dapat pedomanya/rambu-rambunya apa? digunakan metode kualitatif, 2. Posisi teori (kegunaan) dalam penelitian kualitatif, apakah konsep utama riset penelitian kualitatif (untuk memahami setting riset) harus dari pendekatan subyektif (Fenomenologi – definisi sosial) ? 3. Apa unsur-unsur penelitian kualitatif (dari latar belakang-kesimpulan) yang dan bagaimana menempatkan masing-masing unsur, khususnya di Bab III Metodologi Penelitian ? 4. Apa pengertian fokus penelitian, dan bagaimana menempatkan fokus dalam format penelitian ? 5. Kalau penelitian kuantitatif dasar kuesioner dari variabel-dimensi-indikator penelitian, kalau penelitian kualitatif dasarnya apa, untuk wawancara dengan key informan? 6. Bagaimana melakukan audit komunikasi (efektifitas program komunikasi) dengan metode kualitatif (studi kasus atau lainnya) ? 1 Disampaikan pada Lokakarya Metode Penelitian Kualitatif di Fikom UMB 24 Januari 2008 1 7. Metode Penelitian kualitatif yang sering digunakan oleh mahasiswa, yaitu : a. Case study (studi kasus) b. Analisis Framing c. Analisis Wacana d. Analisis Semiotik e. Dsb (beberapa mengarah pada ethnometodologi dan fenomenologi). Problematika-permasalahan dan tujuan penelitian lazimnya akan menentukan metode dan “menempatkan unsur-unsur penelitian sehingga tersusun format penelitian”. Karena tidak adanya format kualitatif yang sistematis seperti di metode kuantitatif, case-case pada lampiran ini kami pandang sudah baik dengan kekuranganya, untuk itu mohon diberi tanggapan, apa yang seharusnya dilakukan supaya penelitian ini lebih kualitas. Hal ini khususnya format atau alur penelitian, khususnya kesesuaian antara : Masalah, tujuan penelitian, Sifat dan metode, key informan, fokus penelitian, tekhnik pengumpulan data, tekhnik analisa data kualitatif dan pembahasan-kesimpulan. (terangkum dalam lampiran 1.1 – 1.4) Isu Pertama: Kondisi “objektif” apa yang dapat menggunakan metode kualitatif? Pertama saya menganggap perlu menyamakan makna (dengan peserta lokakarya) antara kualitatif sebagai paradigma atau metode dan sifat data. Menurut Servaes (1993) paradigma merupakan “frame of meaning”. Menurut Guba (1994) paradigma adalah “a set of basic beliefs (or metaphysics) that deals with ultimates or first principles... a word of view that defines, for its holder, the nature of world”. Singkatnya, paradigma merupakan “sudut pandang” atau “kerangka makna” yang berisi landasan filosofis (ontologis, epistemologis dan aksiologis) terhadap suatu realitas. Misalnya paradigma kualitatif memandang bahwa realitas itu dikonstruksi secara sosial, yakni berdasarkan kesepakatan (lihat Berger & Luckmann, 1966). Sedangkan metode adalah implementasi operasional dari epistemologis. Dalam tradisi peneltian kualitatif, seringkali kedua hal tersebut tidak dibedakan secara tegas dan hanya disebut sebagai Metode Penelitian Kualitatif. Jadi jika disebut Metode Penelitian (Riset) Kualitatif, sebenarnya mencakup sebuah cara pandang atau pemaknaan terhadap realitas yang dikonstruksi secara sosial berdasarkan kesepakatan subjektif. Oleh karenanya “objektivitas” hasil riset kualitatif bergantung pada nilai subjektivitas orang yang mengkonstruksi realitas. Berbeda dengan kualitatif sebagai sifat data. Seringkali disebut data kualitatif, yang hakekatnya berisi uraian, narasi atau deskripsi yang hampir terhindar dari jumlah-kali-bagi, frekuensi atau persentase. Sebagai sebuah bandingan dengan data kuantitatif yang menunjukkan data statistik jumlah, persen atau frekuensi. 2 Dalam Metode Penelitian Kualitatif, sifat data kuantitatif tidak “diharamkan”. Begitu juga Metode Kuantitatif tidak melarang data kualitatif (bahkan kalau menurut saya memang seharusnya ada, jika tidak, maka penelitian kuantitatif ini “kurang bermakna”). Penelitian yang baik, bukan karena membandingkan penggunaan metode kualitatif atau metode kuantitatif, melainkan metode yang relevan dengan tema dan “istiqamah” (konsisten, ajeg) dengan paradigmanya. Sebaiknya, ketika akan melakukan penelitian bukan berpikir metode apa yang akan dipakai, melainkan “apa tema penelitiannya”? Hal kedua (dan ini yang terpenting) apa saja keinginan peneliti dengan tema itu? Tema bisa muncul karena pengamatan empirik, atau studi literatur. Saya menganggap penting untuk tidak memulai dengan “apa masalah penelitian ini?”. Oleh karena “mencari masalah penelitian, seringkali menjadi masalah” (sebaiknya ke Pegadaian saja agar dapat “menyelesaikan masalah tanpa masalah). Makna paradigmatik masalah dalam penelitian kualitatif bukan terbatas adanya “kesenjangan antara harapan dan kenyataan”, melainkan bisa lebih luas pada keunikan fenomena, peristiwa langka, spektakuler, jarang/belum pernah ada yang meneliti atau banyak yang melakukan penelitian tetapi dari sudut pandang berbeda. Singkatnya, semua objek atau subjek yang memiliki makna yang menarik untuk dikaji lebih jauh. Isu Kedua: Apa kegunaan teori bagi penelitian kualitatif? Beberapa literatur metode penelitian (lihat Mulyana, 2007; Hidayat, 2003; Nasution, 1988; Moleong, 1999; Creswell, 2002, Lindloft, 1995), menyebutkan bahwa metode penelitian kualitatif lebih bersifat induktif. Artinya langkah penelitian yang harus didahulukan adalah data berdasarkan fakta, gejala, fenomena, realitas yang menjadi tema, kemudian diolah, diproses, sehingga akhir penelitian dapat menjadi proposisi, model atau bahkan teori. Hampir semua disepakati bahwa teori pada penelitian kualitatif bukan untuk diuji keabsahan, kebenaran (kesalahannya), melainkan sebagai “guidance” atau “petunjuk jalan” saja. Penelusuran literatur (baik berupa teori atau hasil penelitian terdahulu) dapat dimanfaatkan oleh peneliti kualitatif sebagai bahan rujukan untuk menjelaskan realitas yang diteliti menurut orang lain yang sudah melakukannya terlebih dahulu. Selain itu, jika memungkinkan ditemukan sesuatu yang unik, spesifik dan belum pernah dibahas pada teori atau penelitian sebelumnya. Jika terdapat kejadian serupa dan teori dapat membantu menjelaskannya, maka hakekatnya bukan merupakan pengujian teori, melainkan adanya kesamaan (atau kemungkinan perbedaan) dengan teori yang dirujuk. Yin (1996) mengemukakan 3 bahwa teori atau penelusuran literatur bagi peneliti pemula dianggap sebagai jawaban tentang apa yang diketahui atas suatu topik; akan tetapi bagi peneliti berpengalaman rujukan itu digunakan untuk dikembangkan lagi pertanyaanpertanyaan yang lebih tajam dan bermakna atas suatu topik. Secara ekstrim menurut saya Kerangka Teoretis pada penelitian kualitatif bisa tidak diperlukan (sebagai contoh pada penelitian Grounded Theory). Lebih sesuai menjelaskan Kerangka Konseptual atau seringkali disebutkan Definisi Istilah (sementara) yang dibuat peneliti. Kalaupun mesti dicantumkan Kerangka Pemikiran, menurut saya apa yang diuraikan pada Kerangka Pemikiran ini berupa langkah-langkah berpikir (alur berpikir) peneliti dalam melaksanakan penelitian (termasuk pemanfaatan teori atau literatur penelitian terdahulu). Untuk membedakannya dengan penelitian (metode) kuantitatif, maka sebaiknya dalam Kerangka Pemikiran tidak dimulai dengan teori, melainkan dimulai dengan fenomena atau tema. Teori dicantumkan untuk menjelaskan fenomena dalam salah satu langkah penelitan itu. Isu ketiga Apa unsur-unsur pada penelitian kualitatif? Paradigma kualitatif memiliki banyak pendekatan, varian, strategi atau tradisi untuk menjelaskan apa saja yang diperlukan dalam setiap pendekatan tadi (lihat Kuswarno, 2007). Seperti telah dikemukakan, bahwa penelitian kualitatif memiliki “standar yang baku”, yaitu “tidak baku”. Walaupun demikian untuk sebagai acuan dapat dikemukakan salah satu contoh yang dikemukakan Creswell (1998) yang menyebutkan ada 5 tradisi untuk penelitian kualitatif. Pendekatan Penulisan Struktur Penelitian Biografi Pengantar (masalah, pertanyaan) Prosedur riset (biografi, pentingnya individu, pengumpula n data, hasil analisis Laporan pengalaman objektif Individu menyusun teori hidupnya Segmen naratif yang diketahuipola-pola makna yang Fenomenologi Pengantar (masalah, pertanyaan) Prosedur riset (fenomenolog i dan asumsi filosofis, pengumpulan data, analisis, hasil) Pertanyaan Penting Makna pernyataan Tema-tema makna Gambaran seluasluasnya tentang fenomena Grounded Theory Pengantar (masalah, pertanyaan) Prosedur riset (grounded theory, pengumpulan data, analisis, hasil) Open coding Axial coding Selective coding dan proposisi teoretis dan model Pembahasan teori dan membanding kannya dengan literatur yang ada Etnografi Studi Kasus Pengantar (masalah, pertanyaan) Prosedur riset (etnografi, pengumpulan data, analisis, hasil) Deskripsi budaya Analisis tematema budaya Interpretasi, pelajaran yang didapat, pertanyaan yang ditimbulkan Entry vignette Pengantar (masalah, pertanyaan, pengumpulan data, analisis, hasil) Gambaran kasus dan kandungannya Pengembanga n isu Detil tentang isu pilihan Pernyataan Closing vignette 4 diketahui (events, proses, epifani, tema) Ikhtisar Dalam format sederhana, penelitian kualitatif (apapun pendekatannya) memiliki tiga hal penting, yaitu Pendahuluan, Isi dan Penutup. Jika format berikut dapat dianggap subjektif apa yang saya pikirkan, maka sebenarnya saya sedang mencoba membuat tradisi (terpengaruh istilah Cresswell) tentang Format Laporan Penelitian Kualitatif untuk skripsi, tesis atau disertasi. Dimensi Pendahuluan Komponen Latar Belakang Fokus Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kajian Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Penempatan Uraian Bab Pendahuluan Paradigma Penelitian Prosedur Penelitian Bab Metode Penelitian Hasil Penelitian Bab Hasil Penelitian Pembahasan Bab Pembahasan Simpulan Saran Bab Penutup Isi Penutup Bab Kajian Penelitian Terdahulu dan Kerangka Pemikiran Isu keempat: Apa pengertian fokus penelitian dan bagaimana penempatannya? Merujuk format yang saya ajukan, fokus penelitian ditempatkan pada Bab Pendahuluan. Dalam tradisi penelitian kuantitatif fokus penelitian ini disebut sebagai identifikasi masalah. Sesuai dengan namanya, fokus menunjukkan hal yang lebih rinci, spesifik. Penajaman penelitian yang akan dilakukan dijelaskan 5 setelah latar belakang, atau setelah menjelaskan apa dan mengapa penelitian ini perlu dilakukan? Fokus penelitian merinci tema pokok (atau dalam kuantitatif disebut sebagai “masalah”), menjadi tema-tema yang lebih detil. Saya tidak terlalu mempersoalkan apakah fokus ini harus dalam kalimat pertanyaan atau pernyataan. Akan tetapi jika dibuat dalam kalimat tanya, maka harus sempurna dengan diakhiri tanda tanya. Isu kelima: Apa dasar untuk wawancara dengan key informan? Yang menjadi dasar untuk melakukan penelitian kualitatif adalah tema, yang kemudian dirinci di dalam fokus untuk mencapai tujuan yang diinginkan peneliti. Guna mencapai tujuan, maka perlu diuraikan dalam sejumlah pertanyaan. Yin (1996) menyebutkan contoh dalam studi kasus bentuk pertanyaan penelitian berkisar pada “bagaimana” dan “mengapa”. Seperti telah disebutkan pula bahwa peneliti yang berpengalaman akan menggunakan penelitian terdahulu atau rujukan teori untuk melengkapi kembali pertanyaan yang telah digunakan dengan pertanyaan lebih lengkap dan tajam. Oleh karena penelitian kualitiatif bersifat induktif, maka format pertanyaan lebih terbuka, cenderung tidak terstruktur dan mendalam. Biasanya peneliti tidak dianjurkan membuat pertanyaan yang bersifat menggiring informan menjawab pilihan jawaban, misalnya melalui kuesioner untuk menjawab “ya” atau “tidak”. Jika diibaratkan sebuah pertanyaan ujian, maka format pertanyaan berupa essay. Akan tetapi, cara mengajukan pertanyaan dianjurkan lebih bersifat informal, guna memperoleh kedalaman informasi. Isu keenam: Bagaimana melakukan audit komunikasi (efektifitas program komunikasi) dengan metode kualitatif (studi kasus atau lainnya) ? Sesuai dengan namanya, efektivitas komunikasi artinya komunikasi menimbulkan efek yang diharapkan dan model komunikasi bersifat linier, positivistik. Jadi paradigmanya objektif (kuantitatif). Begitu juga melakukan audit komunikasi, artinya menyesuaikan standar yang baku dengan fakta yang ada, paradigmanya objektif behavioristik, atau paling tidak paradigma strukturalis atau sistemik (lihat Pace & Faules, 1998). Namun demikian, melakukan audit komunikasi dapat pula dengan paradigma kualitatif, bukan membandingkan realitas dengan standar baku, melainkan lebih berorientasi pada apa yang dirasakan, dipikirkan, dinilai pelaku komunikasi (biasanya komunikasi organisasi) terhadap proses komunikasi yang dijalankan (termasuk simbol, atribut, lambang, logo, iklim komunikasi dsb). Pendekatan ini 6 bersifat konstruktivis, misalnya melalui pendekatan fenomenologi atau interaksi simbolik. Jika tujuan penelitian untuk membuat suatu perubahan, penelitian audit komunikasi bisa dilakukan melalui pendekatan subjektif kritis (kualitatif dengan paradigma kritis), misalnya melalui “action research”. Hakekatnya adalah peneliti bersama-sama informan melakukan penilaian dan menyusun tindakan bersama atas penilaian itu, berdasarkan kebutuhan dan interaksi yang dibangun selama masa penelitian berlangsung. Isu ketujuh: Komentar terhadap beberapa draft laporan penelitian kualitatif. Disampaikan pada saat diskusi. Referensi Berger, Peter., & Thomas Luckmann, 1975, The Social Construction of Reality, A Treatise in the Sociology of Knowledge, Penguin Books, Australia. Creswell, John W., 1998, Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Traditions, Sage Publications Inc. USA. Guba, Egon dan Yvonna Lincoln, 1994, Competing Paradigms in Qualitative Research, Sage Publications: Tahousand Oaks, London, New Delhi. Lindlof, Thomas R., 1995, Qualitative Communication Research Methods, Sage Publications, California USA Lindlof Kuswarno, Engkus, Perubahan Paradigma Penelitian Komunikasi, dalam Metode Penelitian Komunikasi, Deddy Mulyana dan Solatun (eds), 2007, Rosda Bandung Mulyana, Deddy., Solatun (eds), Metode Penelitian Komunikasi, 2007, Rosda, Bandung Moleong, Lexy J.. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya., halaman 9. Nasution, 1996, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito Bandung, cetakan kedua. Pace, R Wayne & Don F. Faules, 1993, Komunikasi Organisasi, terj, Deddy Mulyana, Engkus Kuswarno, Gembirasari, Remaja Rosdakarya, Bandung Servaes, Jan, Tinjauan Tentang Paradigma Komunikasi dan Pembangunan, Jurnal Komunikasi Audientia, Vol.1, No.2 April-Juni 1993, halaman 77-105. Yin, Robert K, 1996, Studi Kasus (Desain dan Metode), PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 7 Lampiran 1.1 : Case study Judul : STRATEGI KREATIF IKLAN COCA-COLA Versi “Kabayan dan Penyanyi Dangdut “ BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bisnis periklanan menjadi hal yang penting bagi suatu perusahaan Iklan minuman ringan yang bermunculan belakangan ini diberbagai media, ....... Iklan Coca-cola versi iklan televisi “kabayan dn penyanyi dangdut”..... Agar produknya diketahui PT.Coca-cola Indonesia mengiklankan produknya Salah satu alternatif yang di tempuh untuk menghasilkan iklan yang menarik adalah dengan menciptakan suatu strategi dalam pembentukkan konsep kreatif iklan. 1.2. Rumusan Masalah ……Coca-cola membuat suatu strategi kreatif yang mampu bersaing dengan menciptakan brand awarenessnya, sehingga dalam penelitian ini akan dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut : bagaimana strategi kreatif iklan Coca-cola versi “Kabayan dan Penyanyi dangdut” . 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi kreatif pada iklan Cocacola versi “Kabayan dan Penyanyi dangdut”. 1.4. Signifikansi Penelitian Adapun signifikansi penelitian ini sebagai berikut : 1. Signifikansi Akademis 2. Signifikansi Praktis BAB II KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Periklanan Sebagai Suatu Aktivitas Komunikasi Proses penyampaian pesan ini melalui beberapa tahap sesuai dengan model komunikasi dari Lasswell yaitu who (komunikator), says what (pesan), in which channel (media), to whom (komunikan), dan with what effect (efek komunikasi) 8 2.2. Strategi Kreatif Periklanan Strategi periklanan yang baik bergantung pada perencanaan pemasaran yang cermat. Perencanaan pemasaran (marketing plan) mereflesikan tujuan perusahaan yang akan beriklan yang pada prinsipnya memuat 4 hal, yaitu : 1. Situation Analysis, 2. Marketing Objectives, 3. Marketing Strategy, tentang pemilihan target market serta menentukan marketing mix (4 P : Product/produk, Price/harga, Place/distribusi, dan Promotion/promosi). 4. Program-program Kegiatan (Action Programs), Aspek penggunaan kreatif merupakan salah satu hal yang sangat penting Ada beberapa dasar strategi pengembangan kreatif menurut Sandra Moriarty, yaitu : a. Strategi Unique Selling Proposition (USP) b. Strategi Pembentukan Citra (Image Strategy) c. Strategi Drama (Inheren Drama) d. Startegi oisitioning 2.3. Strategi Pesan … syarat iklan kreatif : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Iklan harus dapat menarik perhatian pemirsanya. Iklan yang dibuat diusahakan sesederhana agar jelas. Iklan harus komunikatif. Iklan harus memiliki energi untuk merek. Eksekusinya baik. Dapat mereflesikan budaya merek. Iklan harus memperkokoh mereknya. Mendorong khalayak agar mau melakukan aksinya setelah melihat iklannya Berikut ini merupakan tiga daya tarik yang terdapat dalam strategi pesan, yaitu : 1. Daya tarik rasional (informational appeals) 2. Daya tarik emosional (emotional appeals) 3. Daya tarik citra (image appeals) 2.4. Televisi Sebagai Media Periklanan Elemen dalam iklan televisi tersebut adalah : 1. Video, 4. Props, 2. Audio, 5. Setting,. 3. Talent, 6. Lighting 2.5. 7. Graphic,. 8. Pacing, Definisi Konsep Strategi adalah.............. Strategi Kreatif....... 9 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Sifat PenelitianPenelitian ini bentuknya adalah deskriptif. 3.2. Metode PenelitianMetode dalam penelitian ini adalah studi kasus.... 3.3. Teknik Pengumpulan Data Dalam melakukan keperluan penelitian ini, penulis menggunakan dua macam data yaitu data primer dan data sekunder. 1. Data primer, mengumpulkan informasi dengan melakukan wawancara mendalam mengenai strategi kreatif, informasi yang dimaksudkan adalah segala informasi seperti pengembangan kreatif yang dilakukan oleh Biro iklan McCann Erickson yang bersangkutan dan pihak dari Marketing Manager PT. Coca-cola Indonesia. 2. Data sekunder, data-data yang dijadikan pelengkap guna melancarkan proses penelitian, seperti studi pustaka, buku-buku, majalah, surat kabar, dan internet. 3.4. Key Informan Nara sumber yang berkompetensi dalam penelitian ini adalah : 1. Copywriter McCann Erickson, Mr. Khadafi 2. Account Executive McCann Erickson, Ibu Reny Agustia 3. Marketing Manager PT.Coca-cola Indonesia, Adhita Idris 3.5. Fokus Penelitian Untuk memperjelas arah penelitian dari proses strategi kreatif iklan Cocacola di televisi, maka fokus penelitian didasarkan pada strategi kreatif pembuatan iklan televisi tersebut yang konsepnya didapat dari biro iklan selaku pembuat iklan tersebut. Strategi kreatif dilihat dari analisis situasi, Creative Brief, pendekatan kreatif,dan daya tarik pesan. 3.6. Teknik Analisis Data Dalam mencapai tujuan penelitian, maka teknik yang digunakan adalah mendeskripsikan dan menganalisa data yang diperoleh secara kualitatif. Analisis deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan dengan metode ini, diartikan hanya memaparkan variabel satu demi satu. Dengan kata lain, penulis hanya memaparkan kondisi apa adanya melalui wawancara mendalam dengan beberapa narasumber yang dipilih. Pemaparan tersebut mulai dari tahapantahapan dalam proses strategi kreatif yaitu tahapan informasi yang berupa keterangan dari klien mengenai produk minuman coca-cola yang terangkum dalam Communication Brief, lalu brief dari klien akan dirumuskan dengan menetapkan pendekatan kreatif, yang meliputi strategi pesan, pendekatan dalam mensosialisasikan slogan baru, dan strategi visual sampai pada bagaimana cara mengatakan pesan itu melalui eksekusi iklannya yang dikerjakan biro iklan McCann Erickson yaitu media televisi. 10 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Analisis Situasi a Latar Belakang b. Kondisi Pasar c. Product Evaluation 4.1.2. Creative Brief e. Tujuan Periklanan g. Pesaing (advertising objective) d. Positioning f. Target Sasaran 4.1.3. Strategi Kreatif 4.1.3.1. Big Idea 4.1.3.2. Pendekatan Kreatif 4.1.3.3. Struktur Pesan 4.1.3.5. Eksekusi Pesan Iklan Coca-cola yang menggunakan iklan lokal ada dua versi yaitu “kabayan dan penyanyi dangdut”. 1. Iklan coca-cola versi “kabayan”. Kabayan berada di terminal, kabayan merasa sangat kehausan dan kegerahan, lalu kabayan melihat sebuah warung untuk membeli minuman. Kabayan menghampiri penjual minuman tersebut dan mengatakan “ …minta yang segarnya mantap (dengan logat sunda)…”, kemudian sipenjual warung tersebut memberikan minuman lain dengan memfokuskan pada minuman pesaingnya ( the botol sosro), kabayan terkihat marah dengan mengeluarkan jurus silatnya dan mengatakan “… orang desa juga tahu, yang segarnya mantap itu ocacola…”, sipenjual menyetujuinya, lalu kabayan menanyakan haraga pada si penjual ”…sabaraha hargana..?” si penjual menjawab “…Rp.1500.,..”, kabayan kembali marah dengan mengeluarkan jurus silatnya, “…ngak kapok euy (bicara pada ayam jagonya), dan langsung bicara “.(sambil mengeluarkan jurus silatnya) Rp.1300.,.”, si penjual pun ketakutan dan mengiyakan si kabayan “ampun…iiiya Rp.1300., “ tah...kitu atuh..”. kabayan langsung membuka tutup botol tersebut dan segera meminumnya, setelah itu kabayan menjadi segar kembali dan menyapa semua orang yang ada dengan senyuman. “…hai… how are you ( logat sunda)….??//!!!” 2. Iklan versi “penyanyi dangdut” Siang hari, seorang wanita membeli minuman pada sipenjual warung. “…minta yang segarnya mantap bang? “ sipenjual memberikan minuman lain (dengan menfokuskan minuman lain tersebut sebagai pesaing) lalu kabayan melihat dan langsung mendekat pada sipenjual “..apaan tuh!! Cuma Coca-cola segarnya mantap” siwanita pun menjawab “..Coca-cola mantap..” lalu si penyanyi dangdut mulai mendendangkan lagu milik A.rafiq ‘lirikan matamu’ dengan versi Cocacola. 11 4.1.4. Strategi Pesan 4.2. Pembahasan Berdasarkan hasil analisa dan kesimpulan penulis menerangkan gambaran dari strategi kreatifnya yang terbagi menjadi beberapa elemen. CREATIVE BRIEF PERUMUSAN BIG IDEA PERUMUSAN PENDEKATAN KREATIF PERUMUSAN STRUKTUR PESAN EKSEKUSI KREATIF Gambar 1. Bagan Strategi Kreatif Iklan Coca-cola BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.2. Saran DAFTAR PUSTAKA Komentar: Studi kasus membutuhkan jawaban “bagaimana dan atau mengapa” untuk peristiwa kontemporer. Bisa masuk pada paradigma konstruktivis-interpretif. Laporan penelitian di atas hasilnya seperti mengembalikan pada teori yang sudah baku, bukan menjawab “bagaimana atau mengapa” dari sudut pandang informan. 12 Lampiran 1.2 : Analisis Framing Judul : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Histori media massa Media massa dalam konteks sosial Nilai berita efek pada individumasyarakat Alasan pemilihan obyek riset Deskripsi singkat isi media Mengapa framing digunakan 1.2. Pokok Permasalahan Rusan masalah : bagaimana konstruksi realitas majalah Edisi Koleksi Angkasa mengenai pemberitaan Perang Hizbullah-Israel pada bulan JuliAgustus 2006 ? 1.3. Tujuan Penelitian untuk mengetahui konstruksi realitas majalah Edisi Koleksi Angkasa mengenai pemberitaan Perang Hizbullah-Israel pada bulan Juli-Agustus 2006. 1.4. Signifikansi 1.4.1. Signifikansi Akademis 1.4.2. Signifikansi Praktis BAB II KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Media Massapengertian dan Karakteristik 2.2. Fungsi Media Massa Media massa di masyarakat memiliki empat fungsi(Wilbur Schramm: sebagai penjaga, forum, dan guru) Charles Wrightsumber hiburan Onong Uchjana Effendifungsi pers Hubungan media massadengan institusi pengetahuan lainnya, 2.3. Pengertian Berita Pengertian berita Nilai beritaSignificance (penting), Magnitude (besar), Timeliness (waktu), Proximity (kedekatan), Prominence (tenar), Human Interest (manusiawi), unsur lainSeks, Unique (sensasional), Conflict (konflik), Kontroversi 2.4. Konstruksi Media Terhadap Realitas Peter L. Berger. Menurutnya, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan....... Ann N. Criglerpandangan efek media dan pendekatan konstruksionis. 13 8 John Fiske pendekatan proses dan pendekatan semiotik. Pendekatan konstruksionis mempunyai penilaian sendiri bagaimana media, wartawan, dan berita dilihat. 2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Media Massa Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, mengidentifikasi ada lima faktor yang mempengaruhi kebijakan media, 2.6. Pendekatan Framing 2.6.1. Pengertian Framing Menurut Todd Gitlin, frame media adalah bagian yang pasti hadir dalam praktik jurnalistik.......... 2.6.2. Efek Framing 2.7. Pengertian Majalah BAB III METODOLOGI 3.1. Sifat Penelitian deskriptif (kualitatif) 3.2. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah analisis framing.... 3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Data Primer Data primer, yang diperoleh penulis dari majalah Edisi Koleksi Angkasa XXXVI : Perang Hizbullah-Israel, terbit pada bulan November 2006. 3.3.2. Data Sekunder Data sekunder, data pendukung penulis dari bacaan-bacaan yang digunakan untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian. 3.4. Unit Analisis Unit analisis dalam penelitian ini adalah meneliti teks dan gambar dalam artikel yang termuat dalam Edisi Koleksi Angkasa XXXVI : Perang Hizbullah – Israel. 3.5. Fokus Penelitian Fokus penelitian yang akan dibahas oleh peneliti adalah artikel yang dimuat oleh majalah Edisi Koleksi Angkasa XXXVI : Perang Hizbullah – Israel, yang terbit pada bulan November 2006. 3.6. Analisis Data Analisis data dalam penelitian menggunakan formula Robert N. Entman. Konsep framing, oleh Robert N. Entman. Yaitu; Define problems(Pendefinisian Masalah) Make moral judgement(Buat keputusan moral) Treatment recommendation(Menekankanpenyelesaian). 8 9 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Angkasa terbit pada tahun 1950, awal mulanya merupakan majalah internal dari anggota TNI AU. Baru pada November 1989, dari kelompok Penerbit Gramedia bekerjasama dengan Dispen (Dinas Penerangan) TNI AU, menerbitkan majalah Angkasa untuk dijual secara umum. ......dsb 4.2. Analisis Data 4.2.1. Frame Perang Hizbullah-Israe l 4.2.1.1. Define Problem (Pendefinisian Masalah) 4.2.1.2. Diagnose Causes (Memperkirakan Penyebab Masalah) 4.2.1.3. Make Moral Judgement (Membuat Pilihan Moral) 4.2.1.4. Treatment Recommendation (Menekankan Penyelesaian) 4.3. PEMBAHASAN N. Entman : 1. Define Problem (Pendefinisian Masalah) 2. Diagnose Causes (Memperkirakan Penyebab Masalah) 3. Make Moral Judgement (Membuat Pilihan Moral) 4. Treatment Recommendation (Menekankan Penyelesaian) BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Tujuan penelitian ini seperti yang dituliskan di atas yaitu untuk mengetahui konstruksi realitas majalah Edisi Koleksi Angkasa mengenai pemberitaan Perang Hizbullah-Israel pada 12 Juli- 14 Agustus 2006. Maka hasil dari analisa yang sudah dilakukan dan bisa ditarik kesimpulan adalah majalah ini membawa isu mengenai pemberitaan perang yang terjadi di Libanon itu lebih menekankan pembahasan pada aspek militer. ......dst 5.2. Saran DAFTAR PUSTAKA Komentar Fokus hendaknya lebih “terfokus” (misalnya mengikuti formula Entman), maka pada hasil, analisis dan pembahasan berdasarkan fokus tadi. Analisis framing juga masuk pada paradigma konstruktivis-interpretif 9 10 Lampiran 1.3 : Analisis Semiotik Judul : KESETARAAN GENDER DALAM IKLAN SOFTEX ANALISIS SEMIOTIKA IKLAN SOFTEX VERSI ANDRA ASMASOEBRATA, ESTHER J. JUSUF DAN IRENE K. SUKANDAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengaruh kuat iklan terhadap target audiens berkaitan erat dengan tiga fungsi utama iklan menurut perspektif fungsionalisme sebagaimana dikemukakan Jorge Reina Schement iklan mempunyai fungsi: alat identifikasi, informasi dan persuasi sebuah produk,......... Strategi pencitraan (imagology) melalui berbagai tanda berikut makna dalam sebuah iklan berhubungan erat dengan pemenuhan kepuasan target audiens. Piliang mengutip pernyataan seorang peneliti yang mempelajari sepak terjang The Body Shop mengatakan bahwa : Upaya serupa dilakukan juga oleh Dove yang sukses dengan Real Beauty Campaign dan Self Esteem Campaign. Ide kreatif iklan yang keluar dari arus utama iklan pada umumnya pun dapat dilihat dalam iklan televisi (TVC) Softex ‘Karena wanita ingin dimengerti’. Iklan televisi (TVC) Softex ‘Karena wanita ingin dimengerti’ versi Andra Asmasoebrata, Esther J Jusuf, dan Irene K. Sukandar, menawarkan tema seputar perempuan yang keluar dari mainstream iklan pembalut kebanyakan. Iklan ini menggambarkan secara simbolis perjalanan panjang tiga perempuan yang masingmasing berprofesi sebagai pembalap, penerbang dan pecatur dalam mewujudkan mimpinya. Tiga bidang profesi yang selama ini banyak diklaim masyarakat sebagai milik kaum Adam. Ketertarikan penulis terhadap iklan televisi (TVC) Softex berdasarkan berbagai data yang disebutkan di atas membawa penulis ingin mengkaji secara mendalam berbagai kemungkinan mengenai penggunaan tanda berikut makna yang berkaitan dengan posisi gender perempuan dalam iklan tersebut. Apa maksud dan tujuan PT. Softex Indonesia ketika menggulirkan iklan tersebut ?. 1.2. Perumusan Masalah Pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Bagaimana pengiklan menggunakan tanda-tanda yang berkaitan dengan posisi gender perempuan dalam iklan televisi (TVC) Softex ‘Karena Wanita Ingin Dimengerti’versi Andra Asmasoebrata, Esther J Jusuf, dan Irene K. Sukandar? b. Makna apa yang terbentuk melalui tanda-tanda audio visual pada iklan televisi (TVC) Softex ‘Karena Wanita Ingin Dimengerti’versi Andra Asmasoebrata, Esther J Jusuf, dan Irene K. Sukandar ? c. Ideologi apa yang dibawa oleh pengiklan di dalam iklan tersebut? 10 11 1.3. Tujuan Penelitian a. Mengetahui tanda-tanda yang berkaitan dengan posisi gender perempuan di dalam iklan televisi (TVC) Softex. b. Menemukan makna yang terbentuk melalui tanda-tanda yang digunakan dalam iklan televisi (TVC) Softex. c. Mengetahui ideologi yang dibawa oleh pengiklan dalam iklan televisi (TVC) Softex. 1.4. Signifikansi Penelitian 1.4.1. Signifikansi Akademis 1.4.2. Signifikansi Praktis 1.4.3. Signifikansi Sosial BAB II KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Komunikasi Sebagai Proses Pertukaran Tanda dan Makna Komunikasi sebagai sebuah paket isyarat dirumuskan Pittenger, Hocket dan Daheny sebagai “Perilaku komunikasi baik melibatkan pesan verbal, isyarat tubuh, atau kombinasi dari keduanya biasanya terjadi di dalam ‘paket’”.1) Raymond S. Ross menyebutkan (komunikasi intensional) sebagai “Suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa hingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator”. Proses produksi dan pemanfaatan tanda oleh seseorang dalam interaksinya dengan manusia lain dijelaskan Umberto Eco sebagai tahapan-tahapan berikut : (1) tahap recognition, yaitu tahap di mana seseorang mengidentifikasikan atau mengamati objek suatu kejadian sebagai suatu ekspresi dari pernyataan atau keberadaan suatu lambang, (2) tahap ostension, pada tahap ini seseorang menggunakan suatu objek untuk mewakili suatu pernyataan, (3) tahap replica, berupa penggunaan tanda-tanda lainnya yang melambangkan sesuatu,. (4) tahap invention yaitu menemukan cara baru untuk mengorganisasikan stimuli-stimuli menjadi sebuah lambang. 8) Teori tentang kode di dalam semiotik dimunculkan Roland Barthes yang menyebutkan di dalam sebuah teks setidak-tidaknya beroperasi lima kode pokok (five major code) .......... lima kisi-kisi kode tersebut adalah : 1. Kode hermeneutik (hermeneutic code) 4. Kode Proairetik (proairetic code) 2. Kode semik (code of semes) 5. Kode kultural (cultural code) 3. Kode simbolik (symbolic code) 2.2. Iklan sebagai susunan tanda-tanda Saussure menjelaskan “tanda sebagai kesatuan yang tak dapat dipisahkan dari dua bidang, yaitu bidang penanda (signifier) untuk menjelaskan ‘bentuk’ atau ‘ekspresi’; dan bidang petanda (signified), untuk menjelaskan ‘konsep’ atau ‘makna’”. 11 12 Menurut Berger dalam perspektif semotika periklanan, “penanda (signifier) di dalam sebuah iklan dilihat sebagai sebuah elemen tanda atau signeme, yaitu sebuah tanda dasar yang tidak dapat diturunkan lagi.”20) Berbagai tanda di dalam struktur teks iklan tersusun atas signeme-signeme. Sebagai contoh misalnya ikonik berupa gambar seorang ibu tua yang tersusun dari beberapa satuan tanda (signeme) seperti rambut, warna rambut, tatanan rambut, raut muka, gerak tubuh, model pakaian yang dikenakan, termasuk warna dan tulisan yang terdapat pada ikonik tersebut. Berbagai Penanda + Petanda = Tanda “Iklanmempunyai tingkatan-tingkatan makna yang kompleks, mulai dari makna eksplisit, yaitu makna berdasarkan apa yang tampak (denotative), serta makna yang lebih mendalam, yang berkaitan dengan pemahaman-pemahaman ideologi dan kultural (connotative)”. 2.2.1. Tanda dalam iklan televisi Metz seperti dikutip Winfried Nöth, menyatakan bahwa gambar bergerak merupakan pluralitas kode-kode sinematografi dan totalitas seluruh kode tersebut adalah bahasa sinematografi. Ia menyatakan “the specifically cinematographic means of codification, such as camera movement or montage, is only one of several sources of filmic codification.” Joseph V. Mascelli mengungkapkan “terdapat lima unsur penting dalam sinematografi yang dikenal dengan 5C, yaitu camera angles, continuity, cutting, close up dan composition”. Mascelli menyebutkan tiga jenis sudut pandang kamera yaitu : 1) Obyektif,; 2) Subyektif, 3) Point of view, Menurut Jacci Howard Bear. makna warna dibagi dalam empat kelompok: 1. Cool Color Meanings (calming): Blue, Green, Turquoise, Silver 2. Warm color meaning (exciting) : Red, Pink, Yellow, Gold, Orange 3. Mixed Cool/ Warm color meaning : Purple, Lavender, Green Turquoise 4. Neutral color meaning (unifying) : Brown, Beige, Ivory, Gray, Black, White . 2.2.2. Perempuan sebagai tanda dalam iklan .......“Sebagai sebuah elemen di dalam media (iklan, film, musik) tubuh mempunyai ‘nilai’ tertentu sebagai ‘alat tukar’: Pertama, nilai diferensiasi (differentiation), di mana sebatang tubuh yang telah mempunyai ‘makna’ di dalam sebuah masyarakat (seksualitas, erotika, status, prestise) dipindahkan ke dalam sistem sebuah tontonan (lawak, musik, film, sinetron, iklan) sehingga membedakannya (diferensi) dari tontonan lain, yang menggunakan tubuh lain.Kedua, nilai penanda (signifier) sebuah tontonan termasuk iklan pada awalnya tidak memiliki makna tertentu, diberikan nilai oleh orang yang sudah memiliki makna dan nilai tersebut di dalam masyarakat, yang di dalam semiotik disebut peminjaman tanda (the borrowing sign)”. 12 13 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian ......Berdasarkan latar belakang tersebut penulis memutuskan paradigma kritis sebagai paradigma penelitian. Melalui paradigma yang dipilih selanjutnya peneliti dapat “merumuskan apa yang harus dipelajari, persoalan-persoalan yang mesti dijawab, bagaimana seharusnya menjawabnya serta aturan-aturan yang harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang dikumpulkan dalam rangka menjawab persoalan-persoalan tersebut.”.... 3.2. Tipe Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif.......... 3.3. Metode Penelitian ...........dalam penelitian ini adalah metode semiotika. “Metode semiotika pada dasarnya bersifat kualitatif-interpretatif (interpretation), yaitu sebuah metode yang memfokuskan dirinya pada “tanda” dan “teks” sebagai obyek kajian, serta bagaimana peneliti “menafsirkan” dan “memahami kode” (decoding) di balik tanda dan teks tersebut”. 3.4. Unit Analisis Unit analisis dalam penelitian ini adalah tanda-tanda termasuk satuan terkecil (signeme) yang ada pada tiga struktur teks iklan televisi Softex. signifier-signifier dalam analisa iklan ini meliputi gambar (visual), warna, suara (audio : music dan sound effect), tulisan (title, sub title, caption), yang terdapat pada teks iklan tersebut serta durasi iklan. 3.5. Definisi Konsep Dalam penelitian ini konsep kesetaraan gender adalah konstruksi yang seimbang dalam pembagian peran antara perempuan dan laki-laki di dalam berbagai bidang kehidupan. 3.6. Teknik Pengumpulan Data Data primer dalam penelitian ini meliputi semua aspek tanda dan satuan tanda (signeme) yang terdapat pada ketiga iklan televisi yang akan diteliti. ... Data yang didapat berupa rekaman tiga versi iklan televisi Softex yang ditayangkan selama Agustus 2006 di Metro TV bertepatan dengan 30 tahun 3.7. Analisis Data Dalam proses analisis akan dipilih beberapa frame dari story line yang menggunakan berbagai tanda yang berkaitan dengan posisi gender perempuan dalam iklan, selanjutnya analisis dibuat dengan meminjam model analisis Barthes. Seperti dikutip Alex Sobur dari Cobley dan Jansz yang mengatakan : “Barthes menganalisis iklan berdasarkan pesan yang dibawanya, yaitu (1) Pesan linguistik berupa semua kata dan kalimat di dalam iklan; (2) pesan ikonik yang terkodekan berupa konotasi yang muncul dalam foto iklan, yang dapat berfungsi jika dikaitkan dengan sistem tanda yang lebih luas dalam masyarakat dan (3) pesan ikonik tak terkodekan yaitu denotasi dalam foto iklan”. 13 14 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil penelitian 4.1.1. Analisis iklan Softex versi Andra Asmasoebrata 4.1.1.1.Story line iklan Softex versi Andra Asmasoebrata (dur : 30”) 4.1.1.2. Interpretasi iklan Softex versi Andra Asmasoebrata Pesan Linguistik : Pesan Ikonik Terkodekan : Pesan Ikonik Terkodekan : Pesan Ikonik Tak Terkodekan : 4.1.2. Analisis iklan Softex versi Esther J. Jusuf 4.1.2.1. Story line iklan Softex versi Esther J. Jusuf (dur : 15”) 4.1.2.2. Interpretasi iklan Softex versi Esther J. Jusuf Pesan Linguistik : Signifier Signified Signifier Signified Pesan Linguistik : Pesan Ikonik Terkodekan : Signifier Signified Signifier Signified Pesan Ikonik Terkodekan : Pesan Linguistik : Signifier Signified Signifier Signified Pesan Ikonik Tak Terkodekan : Pesan Ikonik Terkodekan : 4.1.3. Analisis level pertama iklan Softex versi Irene K. Sukandar 4.1.3.1. Story line iklan Softex versi Irene K. Sukandar (dur : 15”) 4.1.3.2. Interpretasi iklan Softex versi Irene K. Sukandar Pesan Linguistik : Pesan Linguistik : Signifier Signified Signifier Signified Pesan Ikonik Terkodekan : Pesan Ikonik Terkodekan : Signifier Signified Signifier Signified Pesan Linguistik : Pesan Ikonik Tak Signifier Signified Terkodekan : Pesan Ikonik Terkodekan : Mitos Ideologi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Pertama, tampilan endorser yang semuanya adalah perempuan berusia muda dilihat secara fisik (rambut, wajah, struktur tubuh : dada, pinggang, pinggul) memunculkan kesan femininitas. Kedua, perilaku ketiganya yang dilihat dari ekspresi , pose dan pakaian yang dikenakan mengesankan femininitas maupun maskulinitas. Ketiga, aktivitas ketiga perempuan dalam iklan yang berkaitan erat dengan profesi ketiganya lekat dengan kesan maskulinitas. Pembalap dan penerbang dituntut memiliki keberanian, kecepatan, ketepatan, strategi dan penguasaan diri yang baik. Pecatur identik dengan rasionalitas tinggi, strategi dan kemampuan mengelola emosi dengan baik. ........ 5.2. Saran DAFTAR PUSTAKA Komentar: Semiotika masuk pada paradigma subjektivis-kritis 14 15 Lampiran 1.4 : Analisis Wacana ANALISIS WACANA TAYANGAN INFOTAINMENT KASAK KUSUK INVESTIGASI DI STASIUN TELEVISI SCTV EPISODE APRIL 2007 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini banyak bermunculan program infotainment di televisi dengan sudut penyajian yang bermacam-macam ............. Di tahun 2005 tidak ada program infotainment di SCTV yang melampaui rating 4, paling tinggi hanya pada rating 3.6 yang diperoleh program infotainmen Otista ............. Belum lama ini bulan April 2007 kita disajikan kasus perseteruan rumah tangga Ahmad Dani. Dalam liputannya media menyajikan apa yang Penetapan program infotainment Kasak Kusuk Investigasi sebagai obyek penelitian ini dikarenakan program infotainment Kasak Kusuk .......... Penetapan program Kasak Kusuk Invetigasi sebagai obyek penelitian karena menurut pandangan penulis program Kasak Kusuk Invetigasi menyajikan informasi cukup lengkap artinya program ini mencoba menyajikan pemberitaan dengan nara sumber kedua belah pihak yang bersengketa, serta menyajikan kronologis isu yang diangkat berdasarkan data-data faktual............... 1.2. Perumusan Masalah Bagaimana program infotainment Kasak Kusuk Invetigasi mengkonstruksikan pemberitaan mengenai konflik rumah tangga pasangan artis Ahmad Dani dan Maia Ahmad? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji mengenai konstruksi program infotainment Kasak Kusuk Invetigasi mengenai konflik rumah tangga pasangan artis Ahmad Dani dan Maia Ahmad yang ditayangkan stasiun televisi SCTV pada tanggal 28 April 2007. 1.4. Signifikansi Penelitian 1.4.1. Signifikansi Akademis 1.4.2. Signifikansi Praktis BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Televisi Sebagai Saluran Media Massa 2.1.1 Televisi. 2.1.2 Karakteristik Televisi 2.1.3. Televisi sebagai Sarana Komunikasi 2.1.4 Fungsi Televisi Sebagai Media Massa 2.1.5 Kekuatan dan Kelemahan Televisi 2.2 Infotainment 2.2.1 Sejarah Tayangan Infotainment 15 16 2.3 Jurnalistik Infotainment dan Kepentingan Publik 2.4 Prospek Infotainment 2.5 Proses Produksi Tayangan Infotainment 2.6 Organisasi Proses Produksi Infotainment 2.7 Berita Dalam kegiatan media massa, berita merupakan komoditi utama. 30 Berikut disampaikan beberapa pengertian mengenai berita : 1. Menurut Dean M. Lyle Spencer ........... 2. Menurut Mitchel V. Charnley ................ Suatu berita dapat diterima/diminati oleh masyarakat tergantung dari beberapa pertimbangan berikut: 1. Timeliness (tepat waktu) 2. Proximity (Kedekatan) 3. Prominence (Menyangkut orang terkenal) 4. Consequence (Pengaruh/akibat dari berita yang disampaikan) 5. Conflict (Memiliki bagian dari konflik kehidupan) 6. Development 7. Disaster & Crimes (Mengandung bencana dan kriminal) 8. Weather (Mengenai cuaca) 9. Sport (Mengenai olah raga) 10. Human Interest (Hal-hal yang dapat membangkitkan emosi) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif ......... 3.2. Metode Penelitian Penelitian ini, menggunakan metode analisis wacana terhadap pesan yang sebarkan. .......... 3.3 Unit Analisis Obyek penelitian ini adalah program infotainment Kasak Kusuk Investigasi di SCTV. Sedangkan unit analisis pada penelitian ini adalah naskah berita mengenai “konflik rumah tangga Ahmad Dani dan Maia Ahmad” yang terdapat pada program infotainment Kasak Kusuk Investigasi, yang ditayangkan pada tanggal 28 April 2007 jam 15.30 WIB ........................ 3.4 Metode Analisis Analisis wacana secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok atau apapun) diinformasikan oleh media melalui penggunaan bahasa. Analisis wacana suatu metode analisis yang ditujukan untuk mengetahui prinsip-prinsip yang digunakan oleh komunikator dari perspektif mereka. Di sini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Peristiwa dipahami dengan bentukan tertentu. Metode analisis ...... model yang dipakai oleh Teun A. Van Dijk. ............... 16 17 3.5 Fokus Pengamatan Dalam penelitian ini fokus pengamatan berdasarkan elemen wacana menurut van Dijk yang masing-masing elemen pengamatan atas wacana tersaji berikut ini : Tabel 3 Elemen Wacana Van Dijk Struktur Unit Yang Elemen Wacana Diamati Struktur Makro Tematik Topik Super Struktur Skematik Skema Struktur Mikro Sematik Latar, Detail, Maksud, Pra Anggapan, Nominalisasi Struktur Mikro Sintaksis Bentuk kalimat, Koherensi, Kata Ganti Struktur Mikro Stilistik Leksikon Struktur Mikro Retoris Grasfis, Metafora, Ekspresi Untuk memperoleh gambara ihwal elemen-elemet struktur wacara di atas berikut penjelasan singkat : 1. Tematik 3. Sematik 5. Stilistik 2. Skematik 4. Sintaksis 6. Retoris 3.6 Tehnik Pengumpulan Data 3.6.1 Data Primer yaitu data peneliti yang diperoleh dari pemberitaan tanggal 28 April 2007 dengan menganalisis pemberitaan yang disampaikan dalam program infotainment tersebut. 3.6.2 Data Sekunder yaitu data penelitian yang diperoleh melalui pengumpulan informasi dari berbagai bentuk cetakan baik buku, majalah, karya tulis ilmiah dan bentuk .......... 3.7 Tehnik Analisa Data Dalam penelitian tehnik analisis mengunakan analisis wacana, dimana dalam analisis wacana penulis berupaya untuk memahami makna tuturan dalam konteks, teks dan situasi. Karena analisis wacana lebih menekankan pada bagaimana (how) dari pesan atau teks komunikasi. Melalui analisis wacana bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan yang disampaikan lewat kata, frase, kalimat, metafora macam apa suatu berita disampaikan serta dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut, dan analisis wacara lebih bisa melihat makna tersebunyi dari suatu teks. 17 18 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Singkat Kasak Kusuk Investigasi 4.1.1 Profil Kasak Kusuk Investigasi 4.1.2. Kosep dan Isi Kasak Kusuk Investigasi 4.1.3 Share dan Rating Kasak Kusuk Investigasi 4.2 Analisis Wacana Van Dijk pada Kasak Kusuk Investigas 28 April Tabel 4 Analisis wacana Unit yang Elemen Penjabaran diamati Tematik Topik Konflik rumah tangga Ahamad Dani dan Maia Ahmad Skematik Skema Judul “Suara Hati Ahmad Dhani di Balik Tangis Sang Istri“ Dhani melayangkan sepucuk surat terbuka, dari sini tersirat jelas ......... Sinopsis “Ahmad hati Dhani robek terbuka akibat ulah istrinya Maia Ahmad”. “Dari lembaran itu pula Dhani ingin mengklarifikasi dibalik sikapnya yang keras, sewenang-wenang, dan arogan terhadap Maia sebagaimana yang selama ini terkesan”. ”Sayangnya ricuh Dhani dengan istrinya telah mencapai titik kulminasi tertinggi”. ”Akankah pertikaian bermuara di meja pengadilan agama” Ulasan Dst sampai retoris Isi surat terbuka Dhani : “…betapa tertekannya perasaaan saya sebagai laki-laki dan kepala rumah tangga, serta suami yang mencoba bersikap tegas atas perlakuan istri“. “Dia selalu mencitrakan diri, sebagai layaknya wanita tanpa dosa dan dengan gampangnya melemparkan opini publik seakan-akan semua itu muncul begitu saja tanpa ada sebab musabab…….“ Pernyataan Syamsul Huda (jubir Ahmad Dhani) membacakan suarat terbuka: “…telah sampai pada puncaknya setelah saya mendapat secara runtut transkip percakapan mobile phone antara dia dan selingkuhannya tersebut, termasuk pengakuannya via telephone dengan ..................... dst 4.3 Analisis Secara tematik Kasak Kusuk Investigasi mengangkat topik seputar konflik rumah tangga Ahmad Dani dan Maia Ahmad. Tema ini menjadi sebuah bentuk berita yang menonjolkan sisi “perceraian rumah tangga” yang didukung oleh sinopsis dari materi infotainment yang disajikan, dan penyajian ulasan dalam upaya mendukung kemenarikan, penguat argumen, dan pada akhir penayangan Kasak Kusuk Investigasi memberikan penutup. ..................... 4.4 Pembahasan 18 19 Berdasarkan hasil penganalisaan atas wacana yang diangkat oleh program infotainment Kasak Kusuk Investigasi terlihat jelas bahwa program infotainment Kasak Kusuk Investigasi tidak menyebarkan gosip artinya dalam menyajikan informasi program infotainment Kasak Kusuk Investigasi menyajikan informasi yang telah mengandung usur kebenaran dan keterbaruan. ...................................... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .................. 5.2 Saran ....................... DAFTAR PUSTAKA Komentar: Analisis Wacana termasuk pada subjektivis-kritis. Analisis Van Dijk mengandung tiga hal analisis teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Pada laporan penelitiian ini belum terungkap. 19