Respons Tanaman Mentimun terhadap Penggunaan Tanaman

advertisement
J. Hort. Vol. 19 No. 3, 2009
J. Hort. 19(3):294-300, 2009
Respons Tanaman Mentimun terhadap Penggunaan
Tanaman Penutup Tanah Kacang-kacangan
dan Mulsa Jerami
Sumarni, N., E. Sumiati, dan R. Rosliani
Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Jl. Tangkuban Parahu 517, Lembang, Bandung 40391
Naskah diterima tanggal 8 Mei 2008 dan disetujui untuk diterbitkan tanggal 31 Oktober 2008
ABSTRAK. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang, dari bulan JuliOktober 2004. Tujuan penelitian untuk mendapatkan jenis dan kerapatan tanaman penutup tanah dan mulsa organik
paling baik untuk meningkatkan hasil mentimun dan kesuburan lahan Andisol, Lembang. Rancangan percobaan yang
digunakan adalah strip plot design dengan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari 2 faktor, yaitu mulsa organik (tanpa dan
dengan mulsa jerami sebanyak 5 t/ha), serta jenis dan kerapatan tanaman penutup tanah (tanpa tanaman penutup
tanah, kacang tanah dengan jarak tanam 50x30 cm, kacang tanah dengan jarak tanam 50x15 cm, kacang jogo dengan
jarak tanam 50x30 cm, dan kacang jogo dengan jarak tanam 50x15 cm). Tanaman mentimun ditanam di antara 2
baris tanaman penutup tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara tanaman penutup
tanah dan mulsa jerami terhadap pertumbuhan dan hasil mentimun. Mulsa jerami tidak nyata berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil mentimun, sedangkan jenis dan kerapatan tanaman penutup tanah nyata berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil mentimun. Kacang tanah tumbuh menutupi permukaan tanah lebih lambat daripada kacang
jogo. Namun kacang tanah dengan kerapatan 50x30 cm merupakan tanaman penutup tanah yang paling baik karena
menghasilkan sisa tanaman (bahan organik) lebih banyak dan tidak menurunkan pertumbuhan dan hasil mentimun.
Pembenaman sisa tanaman penutup tanah dan mulsa organik 1 bulan setelah panen mentimun, banyak berpengaruh
terhadap kesuburan kimia tanah Andisol.
Katakunci: Cucumis sativus; Tanaman penutup tanah; Mulsa organik; Kesuburan tanah; Andisol; Hasil.
ABSTRACT. Sumarni, N., E. Sumiati, and R. Rosliani. 2009. Responses of Cucumber to Application of
Leguminosae Cover Crops and Rice Straw Mulch. The experiment was laid in a strip plot design with 3 replications.
The research was aimed to find out kind and density of Leguminosae cover crops and rice straw mulch to improve soil
fertility of Andisol soil Lembang and increase the yield of cucumber. The treatments consisted of 2 factors. The first
factor was organic mulch viz: without mulch and with rice straw mulch (5 t/ha). The second factor was the combination
of kinds and densities of cover crops, viz: without cover crop, peanut cover crop (50x30 cm), peanut cover crop
(50x15 cm), red bean cover crop (50x30 cm), and red bean cover crop (50x15 cm). Cucumber were planted between
2 rows of cover crops. The results revealed that there were no interaction effect between cover crops and organic
mulch on soil fertility and cucumber yield. Independently, plant growth and yield of cucumber were not affected by
rice straw mulch. Whereas, kinds and densities of cover crops affected plant growth and yield of cucumber. Peanut
grew slower than red bean in covering soil surface. However, peanut cover crops with 50 x 30 cm planting distance,
was better than other treatments. It did not affect plant growth and cucumber yield, and it provided more plant residue
(organic matter) on soil surface. Burrying the residues of cover crops and rice straw mulch 1 month after harvesting
cucumber could improve chemical characteristics of Andisol soils.
Keywords: Cucumis sativus; Cover crops; Organic mulch; Soil fertility; Andisol; Yield.
Dalam usahatani sayuran yang berwawasan
lingkungan dan berkesinambungan, lahan
merupakan salah satu sumberdaya alam yang
perlu dilestarikan. Setelah lahan diusahakan dalam
jangka waktu beberapa tahun, produktivitasnya
dapat menurun. Penyebab menurunnya
produktivitas lahan, antara lain pengikisan lapisan
atas tanah oleh aliran permukaan, pencucian
hara, penurunan kandungan bahan organik tanah,
pemadatan tanah, dan akumulasi senyawa toksik
pada lapisan olah tanah, yang sebagian besar
294
disebabkan oleh pengolahan lahan yang intensif
(Lal 1989).
Tanaman penutup tanah dapat digunakan
untuk memelihara atau memperbaiki produktivitas
lahan. Tanaman penutup tanah dapat berfungsi
sebagai mulsa hidup yang dapat mengurangi
aliran permukaan dan pencucian hara, memelihara
struktur tanah, menekan pertumbuhan gulma, dan
menambah kandungan bahan organik tanah.
Melihat keuntungan dari penggunaan tanaman
penutup tanah, tampaknya penggunaan tanaman
Sumarni, N. et al.: Respons Tanaman Mentimun thd.
Penggunaan Tanaman Penutup Tanah ...
penutup tanah cocok diterapkan pada budidaya
sayuran di dataran tinggi (tanah Andisol). Hal ini
karena ada beberapa alasan, antara lain kebiasaan
petani sayuran yang mengolah tanahnya sampai
gembur dan bersih dari rerumputan (gulma) dapat
memacu erosi tanah dan rusaknya struktur tanah
(Wolf et al. 1995).
Tanaman sayuran mengembalikan sedikit
bahan organik dan meninggalkan sedikit sisa
tanaman di permukaan untuk melindungi tanah
dari erosi. Pada umumnya, tanaman sayuran
termasuk pengguna unsur hara yang tidak
efisien, sedangkan dosis pupuk yang diberikan
seringkali melebihi kebutuhan tanaman. Bila
tanaman tidak mampu menyerap semua pupuk
yang diberikan (terutama N), biasanya terjadi
pencucian nitrat dan menimbulkan pencemaran
air bawah tanah oleh nitrat (Staver dan Brienfield
1990). Kelebihan unsur hara juga dapat hilang
melalui denitrifikasi dan volatilisasi (Jackson et
al. 1993, Shennan 1992). Dengan penanaman
tanaman pupuk hijau atau leguminosa sebagai
tanaman penutup tanah, dapat mengawetkan N
(Ebelhart et al. 1994).
Di Indonesia, penggunaan tanaman penutup
tanah untuk penanaman sayuran belum banyak
dilakukan petani. Salah satu sebabnya adalah
jenis tanaman penutup tanah yang cocok untuk
penanaman sayuran belum diketahui. Persyaratan
penting yang harus dimiliki tanaman penutup
tanah adalah mudah diperbanyak, mempunyai
sistem perakaran yang tidak mengganggu tanaman
pokok, pertumbuhannya cepat, tahan pangkas, dan
dapat memfiksasi N bebas. Dari hasil penelitian
sebelumnya didapatkan bahwa penggunaan
tanaman ubi jalar sebagai tanaman penutup tanah
dapat menekan laju erosi tetapi menurunkan hasil
cabai dan mentimun, sedangkan penggunaan
tanaman penutup tanah kacang jogo dan kacang
tanah cukup baik untuk menekan erosi dan tidak
menurunkan hasil cabai dan mentimun (Sumarni
et al. 2000, Rosliani et al. 2002). Agar tanaman
sayuran dapat tumbuh dan berproduksi secara
optimal serta tidak ada pengaruh antagonisme
dari tanaman penutup tanah, maka perlu diketahui
kerapatan tanaman penutup tanah yang tepat.
Penggunaan mulsa organik, seperti jerami
dan sisa-sisa tanaman, juga dapat menekan erosi,
mengurangi pencucian hara, dan menambah
kandungan bahan organik tanah. Penggunaan
mulsa organik tersebut dapat meningkatkan hasil
mentimun (Rosliani et al. 2002), hasil tomat
(Sumarna dan Suwandi 1990), dan hasil kubis
(Subhan dan Sumarna 1994).
Atas dasar hal-hal tersebut, diharapkan
kombinasi penggunaan tanaman penutup tanah
kacang-kacangan (leguminosa) dan mulsa
organik dapat memelihara kesuburan tanah dan
meningkatkan hasil sayuran. Penelitian bertujuan
untuk mendapatkan kerapatan tanaman penutup
tanah dan mulsa organik yang paling baik untuk
meningkatkan kesuburan tanah dan hasil sayuran
mentimun.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan
Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang
(1.250 m dpl) dengan jenis tanah Andisol, dari
bulan Juli sampai Oktober 2004. Rancangan
percobaan yang digunakan adalah strip plot
design dengan 3 ulangan. Perlakuan terdiri
dari: M=mulsa organik (m0=tanpa mulsa, dan
m 1=mulsa jerami), dan P=tanaman penutup
tanah (p0=tanpa penutup tanah, p1=kacang tanah
dengan jarak tanam 50x30 cm, p2=kacang tanah
dengan jarak tanam 50x15 cm, p3=kacang jogo
dengan jarak tanam 50x30 cm, dan p4=kacang
jogo dengan jarak tanam 50x15 cm).
Luas petak-petak percobaan 3,6x3 m=10,8
m2, terdiri dari 3 bedengan dengan lebar tiap
bedengan 1,2 m. Tiap bedengan ditanami 3 baris
tanaman penutup tanah dan 2 baris tanaman
mentimun varietas Venus. Tanaman mentimun
ditanam dengan jarak tanam 50x50 cm di antara
2 baris tanaman penutup tanah. Waktu penanaman
mentimun bersamaan dengan penanaman tanaman
penutup tanah. Mulsa jerami diberikan pada
waktu tanam sebanyak 5 t/ha. Untuk tanaman
mentimun diberikan pemupukan sebanyak 20 t
pupuk kandang/ha, 100 kg N/ha, 120 kg P2O5/ha,
dan 100 kg K2O/ha. Pupuk kandang dan pupuk P
diberikan sekaligus pada waktu tanam, sedangkan
pupuk N dan K diberikan 2 kali pada umur 1 dan
4 minggu setelah tanam (MST).
Peubah yang diamati meliputi pertumbuhan
tanaman mentimun, hasil buah mentimun, bobot
segar tanaman penutup tanah, dan serapan hara
NPK tanaman penutup tanah, serta sifat kimia
295
J. Hort. Vol. 19 No. 3, 2009
tanah. Data-data dianalisis dengan uji F dan uji
Duncan pada taraf 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tanaman Penutup Tanah
Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan
tanaman penutup tanah menunjukkan bahwa
kacang tanah tumbuh dan berkembang lebih
lambat dibandingkan kacang jogo. Enam hari
setelah tanam (HST), kacang tanah belum
tumbuh, sedangkan kacang jogo sudah muncul
di permukaan tanah. Pada Tabel 1, tampak pada
umur 45 HST, kacang tanah mempunyai tinggi
tanaman dan tajuk/kanopi tanaman yang lebih
rendah daripada kacang jogo. Pada umur 90
HST, kacang tanah baru membentuk polong dan
daun-daunnya masih tampak hijau, sementara
itu kacang jogo sudah dapat dipanen polongnya
dan daun-daunnya sudah menguning. Kerapatan
tanaman penutup tanah dan mulsa jerami nampak
tidak banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan kedua tanaman penutup tanah
tersebut. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa
kacang tanah sebagai tanaman penutup tanah,
lebih lambat dalam menutupi permukaan tanah,
namun dapat lebih lama menutupi permukaan
tanah dibandingkan kacang jogo.
Baik kacang tanah maupun kacang jogo
dibenamkan ke dalam tanah pada umur 90
HST bersamaan dengan waktu panen terakhir
mentimun (tanaman utama). Kacang tanah
meninggalkan sisa tanaman (batang + daun) di
atas permukaan tanah lebih banyak daripada
kacang jogo. Hal itu terlihat dari hasil bobot
segar sisa tanaman dan bobot kering sisa tanaman
kacang tanah yang lebih tinggi daripada kacang
jogo (Tabel 1).
Banyaknya sisa tanaman yang dihasilkan
kedua tanaman penutup tanah tersebut, bergantung
pada jarak tanam. Pada jarak tanam yang lebih
rapat, sisa tanaman yang ditinggalkan di atas
permukaan tanah lebih banyak (Tabel 1). Sisa
tanaman penutup tanah yang diberikan di atas
permukaan tanah mempunyai peranan penting
dalam memelihara kesuburan tanah, karena dapat
menambah kandungan bahan organik tanah dan
Tabel 1. Pertumbuhan dan hasil polong tanaman penutup tanah (Growth and pod yield of
cover crops)
Perlakuan
(Treatments)
Tanpa mulsa
(Without mulch)
Kacang tanah
(Peanut) 50x30 cm
Kacang tanah
(Peanut) 50x15 cm
Kacang jogo
(Red bean) 50x30 cm
Kacang jogo
(Red bean) 50x15 cm
Mulsa jerami
(Rice straw mulch)
Kacang tanah
(Peanut) 50x30 cm
Kacang tanah
(Peanut)50x15 cm
Kacang jogo
(Red bean) 50x30 cm
Kacang jogo
(Red bean) 50x15 cm
296
Tanaman (Plant)
Bobot sisa tanaman
(Weight of plant residues)
Segar
Kering
(Fresh)
(Dry)
kg/10,8 m2
kg/10,8 m2
Bobot polong
segar
(Fresh weight of
pod)
kg/10,8 m2
Tinggi
(Height)
cm
Kanopi
(Canopy)
cm
9,63
17,60
7,54
1,11
-
9,26
17,30
14,96
2,32
-
29,80
29,53
3,80
0,52
3,60
28,50
28,70
4,57
1,07
4,08
7,33
18,20
7,40
1,10
-
6,93
16,10
15,24
2,12
-
26,76
28,20
3,90
0,54
3,98
27,20
27,00
5,40
1,00
5,14
Sumarni, N. et al.: Respons Tanaman Mentimun thd.
Penggunaan Tanaman Penutup Tanah ...
memelihara struktur tanah (Sainyu dan Singh
1997), meningkatkan aktivitas biologi tanah
(Wyland et al. 1994), menekan pertumbuhan
gulma (Young 1998), dan mengurangi erosi tanah
(Nelson et al. 1991).
Unsur hara (N, P, dan K) yang terakumulasi
atau diserap oleh tanaman penutup tanah kacang
tanah juga lebih tinggi daripada kacang jogo
(Tabel 2). Hal ini berhubungan erat dengan lebih
tingginya hasil bobot kering sisa tanaman kacang
tanah daripada sisa tanaman kacang jogo (Tabel
1). Bobot segar dan bobot kering tanaman kacang
tanah lebih tinggi karena kacang tanah membentuk
cabang dan daun lebih banyak, sedangkan kacang
jogo membentuk sedikit cabang yang keras dan
sedikit daun, sehingga bobot segar dan bobot
kering tanaman rendah.
Biasanya kelebihan pupuk (unsur hara)
yang diberikan dapat hilang karena pencucian,
denitrifikasi, dan volatilisasi. Dengan adanya
tanaman leguminosae sebagai tanaman penutup
tanah, dapat mengawetkan unsur hara, mendaur
ulang unsur hara (Jackson et al. 1993), dan
dapat memfiksasi N secara biologis (Hoyt dan
Hargrove 1986). Griffen dan Hesteranan (1991)
mendapatkan bahwa kandungan N tanaman
leguminosae yang ditanam sebagai pupuk
hijau, berkisar antara 33-238 kg/ha, dengan
nilai penggantian pupuk rerata sebesar 100
kg/ha. Dalam percobaan ini, unsur hara yang
terakumulasi pada tanaman kacang tanah sebagai
tanaman penutup tanah, berkisar antara 26,0754,98 g N/10,8 m2 (setara 24,14-50,91 kg N/ha),
2,64-5,57 g P/10,8 m2 (setara 2,44-5,16 kg P/ha),
dan 25,96-54,75 g K/10,8 m2 (setara 24,04-50,69
kg K/ha) (Tabel 2).
Tanaman Mentimun
Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan
dan hasil mentimun sebagai akibat penggunaan
tanaman penutup tanah dan mulsa organik,
disajikan dalam Tabel 3 dan 4. Tidak ada interaksi
antara tanaman penutup tanah dan mulsa organik
terhadap luas daun, bobot kering tanaman,
serapan hara NPK, dan hasil mentimun. Artinya
tanaman penutup tanah dan mulsa organik tidak
saling memengaruhi terhadap pertumbuhan,
serapan hara, dan hasil mentimun.
Mulsa jerami tidak berpengaruh terhadap luas
daun pada umur 45 HST, tetapi meningkatkan
luas daun pada umur 75 HST (Tabel 3). Mulsa
jerami juga tidak berpengaruh terhadap bobot
kering tanaman (Tabel 3), serapan hara NPK,
dan hasil mentimun (Tabel 2). Keuntungan mulsa
jerami antara lain dapat menurunkan temperatur
dan evaporasi (Vos 1994), sehingga kelembaban
tanah terpelihara untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Dengan terpeliharanya
kelembaban tanah, tanaman dapat menyerap
unsur hara dan berproduksi dengan baik. Akan
tetapi mulsa jerami tidak selalu menyebabkan
meningkatnya hasil tanaman (Tukey dan Schoff
1991, Midmore et al. 1986).
Jenis dan kerapatan tanaman penutup tanah
tidak berpengaruh terhadap luas daun mentimun
pada umur 45 HST, tetapi berpengaruh pada
umur 75 HST (Tabel 3). Tanaman penutup tanah
kacang tanah dengan jarak tanam 50x30 cm
ataupun 50x15 cm dan kacang jogo dengan jarak
tanam 50x30 cm, tidak menyebabkan penurunan
luas daun mentimun yang nyata, sedangkan
tanaman penutup tanah dengan jarak tanam
50x15 cm (rapat) nyata menurunkan luas daun
Tabel 2. Kandungan hara sisa tanaman penutup tanah (Nutrient content of plant residues)
Perlakuan
(Treatments)
Tanpa mulsa (Without mulch)
Kacang tanah (Peanut) 50x30 cm
Kacang tanah (Peanut) 50x15 cm
Kacang jogo (Red bean) 50x30 cm
Kacang jogo (Red bean) 50x15 cm
Mulsa jerami (Rice straw mulch)
Kacang tanah (Peanut) 50x30 cm
Kacang tanah (Peanut) 50x15 cm
Kacang jogo (Red bean) 50x30 cm
Kacang jogo (Red bean) 50x15 cm
N
P
g/10,8 m2
K
26,31
54,98
14,20
29,21
2,66
5,57
4,94
1,82
26,20
54,75
12,27
25,25
26,07
50,24
14,74
27,70
2,64
5,09
0,94
1,80
25,96
50,03
12,74
23,60
297
J. Hort. Vol. 19 No. 3, 2009
Tabel 3. Pengaruh tanaman penutup tanah dan mulsa organik terhadap pertumbuhan
tanaman mentimun (Effect of cover crops and organic mulch on plant growth of
cucumber)
Perlakuan
(Treatments)
Mulsa organik (Organic mulch)
Tanpa mulsa (Without mulch)
Mulsa jerami (Rice straw mulch)
Tanaman penutup tanah (Cover crops)
Kontrol (Control)
Kacang tanah (Peanut) 50x30 cm
Kacang tanah (Peanut) 50x15 cm
Kacang jogo (Red bean) 50x30 cm
Kacang jogo (Red bean) 50x15 cm
KK (CV), %
Luas daun per tanaman
(Leaf area per plant)
(cm2)
45 HST (DAP) 75 HST (DAP)
83,71 a
84,75 a
442,85 b
489,30 a
Bobot kering tanaman
(Dry weight of plant)
g/tanaman (g/plant)
45 HST (DAP)
75 HST (DAP)
0,52 a
0,55 a
3,24 a
3,44 a
83,14 a
585,74 a
0,62 a
3,79 a
95,04 a
491,13 ab
0,54 ab
3,74 a
91,20 a
473,06 ab
0,58 ab
3,35 ab
87,83 a
432,64 ab
0,49 b
3,28 ab
64,16 a
347,12 b
0,42 b
2,5 b
22,94
20,58
31,89
31,12
Mtn(ns), Ptn(ns),
Mtn(ns), Ptn(ns),
Mtn(ns), Ptn(ns),
Mtn(ns), Ptn(ns), MPtn(ns)
MPtn(ns)
MPtn(ns)
MPtn(ns)
HST (DAP) = Hari setelah tanam (Days after planting) M = Mulsa (Mulch)
tn (ns) = Tidak nyata (Non significant)
P = Pengolahan tanah (Soil cultivation)
n (s) = Nyata (Significant)
MP = Mulsa + pengolahan tanah (Mulch + soil cultivation)
Tabel 4. Pengaruh tanaman penutup tanah dan mulsa organik terhadap serapan hara NPK
dan hasil mentimun (Effect of cover crops and organic mulch on NPK uptake and yield
of cucumber)
Perlakuan
(Treatments)
Mulsa organik (Organic mulch)
Tanpa mulsa (Without mulch)
Mulsa jerami (Rice straw mulch)
Tanaman penutup tanah (Cover crops)
Kontrol (Control)
Kacang tanah (Peanut) 50x30 cm
Kacang tanah (Peanut) 50x15 cm
Kacang jogo (Red bean) 50x30 cm
Kacang jogo (Red bean) 50x15 cm
KK (CV), %
Serapan hara (Nutrient uptake)
g/10,8 m2
N
P
K
4,59 a
5,04 a
0,45 a
0,48 a
4,74 a
5,25 a
3,66 a
3,72 a
5,76 a
5,19 ab
4,56 ab
4,95 ab
3,57 b
30,45
Mtn, Pn, MPtn
0,54 a
0,57 a
0,45 ab
0,48 ab
0,33 b
34,18
Mn, Pn, MPtn
6,66 a
5,74 ab
4,74 b
4,68 b
3,66 b
28,24
Mtn, Pn, MPtn
4,42 a
4,41 a
3,35 ab
3,06 b
2,93 b
30,66
Mtn, Pn, MPtn
mentimun (Tabel 3). Hal ini karena pada jarak
tanam yang rapat terjadi persaingan antartanaman
penutup tanah dan mentimun, terutama dalam
mendapatkan sinar matahari.
Jenis dan kerapatan tanaman penutup tanah
berpengaruh terhadap bobot kering tanaman (Tabel
3), serapan hara NPK, dan hasil mentimun (Tabel
4). Pada umumnya tanaman penutup tanah kacang
tanah dengan jarak tanam 50x30 cm dan 50x15
cm, tidak menurunkan bobot kering tanaman,
serapan hara NPK, dan hasil mentimun secara
nyata. Ini berarti pertumbuhan dan perkembangan
298
Hasil (Yield)
kg/10,8 m2
tanaman kacang tanah sebagai tanaman penutup
tanah tidak menimbulkan persaingan yang berat
dalam pengambilan cahaya, unsur hara, dan ruang
dengan tanaman mentimun.
Sebaliknya, tanaman penutup tanah kacang
jogo terutama dengan jarak tanam rapat (50x15
cm), dapat menurunkan luas daun dan bobot
kering tanaman (Tabel 3) serta serapan hara NPK
dan hasil buah mentimun (Tabel 4). Hal ini karena
kacang jogo tumbuh dan berkembang lebih cepat
dari tanaman mentimun, sehingga menyaingi
tanaman mentimun dalam pengambilan cahaya,
Sumarni, N. et al.: Respons Tanaman Mentimun thd.
Penggunaan Tanaman Penutup Tanah ...
Tabel 5. Sifat kimia tanah sebelum dan sesudah percobaan (Soil chemical characteristics
before and after experiment)
Awal percobaan
(Before experiment)
Sesudah percobaan
(After experiment) *
m0p0
p1
p2
p3
p4
m1p0
p1
p2
p3
p4
pH
(H2O)
C-org
%
N-total
%
C/
N
P-Bray
ppm
Ca
4,9
5,98
0,62
10
7,3
4,7
5,0
4,9
4,8
5,0
5,2
5,1
5,0
5,0
5,0
6,83
7,04
8,30
6,70
6,77
8,00
7,38
7,31
7,33
6,98
0,56
0,54
0,58
0,58
0,60
0,64
0,62
0,65
0,60
0,56
12
13
14
12
11
13
12
11
12
12
4,1
3,9
3,1
3,0
3,1
2,5
3,1
4,3
4,5
4,0
Mg
KTK
KB
%
1,56
K
Na
Me/100 g
0,28
0,18
0,15
26,49
8
1,43
1,34
1,25
1,31
1,53
1,69
1,73
1,69
1,62
1,91
0,33
0,31
0,31
0,29
0,35
0,37
0,34
0,31
0,37
0,35
19,57
18,84
23,28
25,04
20,67
22,82
21,29
22,30
20,09
9,36
11
12
9
10
12
13
13
11
14
15
0,37
0,41
0,37
0,59
0,33
0,55
0,47
0,35
0,51
0,48
0,12
0,18
0,13
0,25
0,19
0,27
0,23
0,19
0,28
0,23
* Sesudah tanaman penutup tanah dibenamkan ke dalam tanah (After cover crops burried in the soil)
air, unsur hara, dan ruang. Akibatnya pertumbuhan
dan perkembangan tanaman mentimun menjadi
terhambat. Hasil ini berbeda dengan penelitian
sebelumnya di dataran medium Samarang, Garut,
(Rosliani et al. 2002) di mana pertumbuhan
tanaman kacang jogo (jarak tanam 70x40 cm)
sebagai tanaman penutup tanah tidak terlalu
subur, sehingga tidak menghambat pertumbuhan
tanaman dan mengurangi hasil mentimun.
Sifat Kimia Tanah
Hasil analisis tanah awal (sebelum percobaan)
menunjukkan bahwa tanah Andisol Lembang
mempunyai derajat kemasaman sangat rendah,
kandungan bahan organik sangat tinggi, namun
miskin unsur hara P, K, Ca, dan Mg. Kapasitas
tukar kation (KTK) tinggi dan kejenuhan
basa (KB) sangat rendah (Tabel 5). Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar kompleks
pertukaran didominasi oleh Al atau Fe yang
merupakan ciri khas tanah-tanah masam.
Setelah 1 bulan pembenaman sisa mulsa
jerami dan tanaman penutup tanah (akhir
percobaan), pH tanah tidak banyak mengalami
perubahan, kandungan bahan organik meningkat,
namun KTK menurun. Ini berarti sisa mulsa
jerami dan tanaman penutup tanah dalam waktu
1 bulan belum melapuk sempurna menjadi
humus. Kejenuhan basa meningkat namun masih
tergolong sangat rendah (Tabel 5). Menurut Bohn
et al. (1979) pupuk hijau yang telah melapuk
menjadi humus akan meningkatkan KTK, karena
humus mempunyai gugus-gugus fungsional yang
sangat efektif.
Dari hasil analisis tanah, ternyata penggunaan
tanaman penutup tanah dan mulsa organik,
walaupun meningkatkan kandungan bahan
organik tanah, namun tidak banyak mengubah
sifat-sifat kimia tanah lainnya. Hal ini mungkin
karena proses dekomposisi bahan organik di
dataran tinggi Lembang berjalan lambat.
KESIMPULAN
1. Tidak ada interaksi antara tanaman
penutup tanah dan mulsa organik terhadap
pertumbuhan dan hasil mentimun.
2. Mulsa organik (jerami) tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan hasil mentimun,
sedangkan jenis dan kerapatan tanaman
penutup tanah berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil mentimun.
3. Kacang tanah sebagai tanaman penutup tanah
tumbuh dan berkembang lebih lambat daripada
kacang jogo. Namun kacang tanah dengan
kerapatan tanaman 50x30 cm merupakan
tanaman penutup tanah yang lebih baik karena
menghasilkan sisa tanaman (bahan organik)
yang lebih banyak dan tidak menurunkan
pertumbuhan dan hasil mentimun.
4. Pembenaman sisa-sisa tanaman penutup tanah
dan mulsa jerami tidak berpengaruh terhadap
kesuburan kimia tanah Andisol, karena proses
299
J. Hort. Vol. 19 No. 3, 2009
dekomposisi bahan organik di dataran tinggi
berjalan lambat.
5. Kacang tanah lebih baik dari kacang jogo
untuk digunakan sebagai tanaman penutup
tanah, karena kacang tanah tidak menurunkan
hasil mentimun, sedangkan kacang jogo
menurunkan hasil mentimun.
SARAN
Tanaman kacang jogo disarankan untuk tidak
digunakan sebagai tanaman penutup tanah.
PUSTAKA
1. Bohn, H.L., B.L. Mc. Neal, and B.A. O’ Connor’s.
1979. Soil Chemistry. A. Willey - Interscience. Publ.
John Willey & Sons. New York. Chichester, Brisbone.
Toronto.
2. Ebelhart, S.A., W.W. Fry, and R.L. Blevin. 1994. Nitrogen
from Legum Cover Crops for No-tillage Corn. Agron. J.
76:51-55.
3. Griffen, T.S. and O.B. Hesterman. 1991. Potato Response
to Legume and Fertilizer Nitrogen Sources. Agron. J.
83:1004-1012.
4. Hoyt, G.D. and W.L. Hargrove. 1986. Legume Cover
Crops for Improving Crop and Soil Management in the
Southern United States. HortSci. 21:397-402.
5. Jackson, L.E., L.I. Wyland, and L.J. Stivers. 1993. Winter
Cover Crops to Minimize Nitrate Losses in Intensive
Lettuce Production. Cambridge. J.Agr.Sci. 121:55-62.
6. Lal, R. 1989. Conservation Tillage for Sustainable
Agriculture Tropics Versus Temperate Environment. Adv.
in Agron. 42:85-197.
7. Midmore, D.J., D. Berrios, and J. Roca. 1986. Potato
(Solanum spp.) in the Hot Tropics. Soil Temperature
and Moisture Modification by Mulch in Controlling
Environment. Field. Crop. Research. 15:97-108.
8. Nelson, W.A., B.A. Kahn, and B.W. Roberts. 1991.
Screening Cover Crops for Use in Conservation Tillage
System for Vegetables Following Spring Plowing.
HortSci. 26:860-862.
300
9. Rosliani, R., N. Nurtika, dan Y. Hilman. 2002. Pengaruh
Penutup Tanah dan Mulsa Limbah Organik terhadap
Produksi Mentimun dan Erosi Tanah. J.Hort. 12(2) :
81-87.
10. Sainyu, U.M. and B.P. Singh. 1997. Winter Cover Crops
for Sustainable Agricultural Systems. Influence on Soil
Properties, Water Quality and Yield. HortSci. 32:21-28.
11. Shennan, C. 1992. Cover Crops, Nitrogen Cycling and
Soil Properties in Semi-innigated Vegetable Production
Systems. HortSci. 27:749-754.
12. Staver, K.W. and R.B. Brinsfield. 1990. Pattern of
Soil Nitrate Availability in Corn Production Systems.
Implications Reducing Ground Water Contamination.
J.Soil and Water. Conserv. 45:318-332.
13. Subhan dan A. Sumarna. 1994. Pengaruh Dosis Fosfat dan
Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kubis (Brassica
oleracea var. Capitata L. cv. Gloria ocena). Bul.Penel.
Hort. XXVII(1):1-11.
14. Sumarna, A. dan Suwandi. 1990. Penggunaan Turus dan
Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat. Bul.Penel.
Hort. 28(1):74-80.
15. Sumarni, N., A. Hidayat, dan Y. Hilman. 2000. Pengaruh
Tanaman Penutup Tanah dan Mulsa Organik terhadap
Hasil Cabai. Laporan Hasil Penelitian, Balitsa, Lembang.
Hlm. 1-8.
16. Tukey, R.B. and E.L. Schoff. 1991. Influence of Different
Mulching Materials Upon the Environment. J. Amer. Soc.
HortSci. 82:68-76.
17. Vos, J.G.M. 1994. Integrated Crop Management of Hot
Pepper (Capsicum annuum L.) in Tropical Lowland. 95109 pp.
18. Wyland, L.J., L.E. Jackson, and K.F. Schulbach. 1995.
Soil-plant Dynamics Following Indorporation of a Milane
Cereal Rye Cover Crop in a Lettuce Production Systems.
J.Agr.Sci. 124:17-25.
19. Wolf, D.W., D.T. Topoleski, N.A. Gundershein, and
B.A. Ingall. 1995. Growth and Yield Sensitivity of Four
Vegetable Crop to Soil Compaction. J.Amer.Soc.Hort.
Sci. 120:956-963.
20. Young, Lydia Stivers. 1998. Growth, Nitrogen
Accumulation and Weed Supression by Fall Cover Crops
Following Ecoly Harvest or Vegetables. HortSci. 33(1):
60-68.
Download