PELAYANAN KESEHATAN HEWAN PELIHARAAN DI MALANG Girang Cahya Kurnia, Nurachmad Sujudwijono. A.S , Beta Suryokusumo Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Jalan MT. Haryono 167, Malang 65141, Indonesia Email: [email protected] Abstrak Anjing dan kucing merupakan hewan yang memiliki tingkah laku yang lucu, jinak dan tentunya dapat menjadi teman disaat kesepian Tidak heran banyak orang yang memelihara hewan tersebut untuk dijadikan hewan kesayangan. Sehingga semakin banyaknya komunitas pecinta hewan di masyarakat. Salah satunya di kota Malang. Masyarakat atau pecinta hewan mulai memelihara hewan tersebut untuk dijadikan hewan peliharaan. Namun pada kenyatannya, kondisi objektif fasilitas-fasilitas yang mewadahi kegiatan-kegiatan pemeliharaan hewan belum mendukung/mewadahi secara efektif. Fasilitas hewan di Malang jumlahnya sedikit dibandingkan dengan meningkatnya pemelihara hewan. Selain itu pemilik hewan kurang puas dengan fasilitas yang ada. Adanya fasilitas kesehatan hewan yang lengkap dan mampu mewadahi secara efektif serta mempermudah setiap pemilik hewan yang datang, supaya hewan-hewan peliharaan ini terjaga dan terpelihara dengan baik. Metode yang digunakan adalah metode kajianperancangan. Metode yang dilakukan melalui tahapan-tahapan kajian maupun perancangan. Perancangan kesehatan hewan peliharaan nantinya mempertimbangkan fungsi, ruang, dan kebutuhan akan kesehatan bagi hewan peliharaan. yang nantinya akan disesuaikan kebutuhan atau standart yang ada. Sehingga menghasilkan suatu rancangan yang sesuai dengan standart pelayanan kesehatan hewan peliharaan khususnya hewan anjing dan kucing. Kata kunci : Pelayanan kesehatan hewan peliharaan, kucing dan anjing. Pendahuluan Dewasa ini masalah kesehatan hewan harus dipandang sebagai masalah kesehatan semesta, yang memerlukan pendekatan paradigma “one world – one health – one medicine”. Hal ini mengandung implikasi pentingnya penyelesaian masalah kesehatan hewan secara tuntas dan berkesinambungan dalam suatu sistem kesehatan hewan. Malang sebagai salah satu kota di Jawa Timur yang memiliki perkembangan kota yang sangat pesat khususnya di bidang kesehatan. Kesehatan bukan hanya dimiliki atau kebutuhan manusia saja tetapi hewan perlu akan kesehatan yang baik. Anjing dan kucing merupakan hewan yang memiliki tingkah laku yang lucu, jinak dan tentunya dapat menjadi teman disaat kesepian. Warna dan bulu yang lebat serta jenis yang berbeda, menjadikan daya tarik tersendiri bagi mereka yang mencintai hewan. Tidak heran banyak orang yang memelihara hewan tersebut untuk dijadikan hewan kesayangan. Sehingga semakin banyaknya komunitas pecinta hewan di masyarakat. Salah satunya di kota Malang yang sangat terkenal akan tempat wisatawanya karena berada di dataran tinggi yang memiliki suhu udara yang dingin. Hal tersebut sangat cocok bagi hewan seperti anjing dan kucing terutama bagi hewan ras asli untuk bisa hidup di kota Malang. Sehingga mendorong masyarakat atau pecinta hewan untuk memelihara hewan tersebut. Banyaknya fasilitas dan layanan perawatan bagi hewan seperti anjing dan kucing di kota Malang membuat para pecinta hewan tidak perlu bingung dan khawatir dengan hewan kesayangannya. Sehingga hewan tersebut tetap terjaga dengan baik dan sehat. Hasil studi yang dilakukan baik dari hasil wawancara maupun hasil studi yang sama yang telah dilakukan sebelumnya oleh orang lain mengenai perkembangan pecinta hewan di Malang dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi para peminat pemelihara hewan maka semakin tinggi pula kebutuhan akan fasilitas pendukung serta kegiatan-kegiatan pemeliharaan hewan. Namun pada kenyatannya, kondisi objektif fasilitasfasilitas yang mewadahi kegiatan-kegiatan pemeliharaan hewan belum mendukung / mewadahi secara efektif. Fasilitas hewan di Malang jumlahnya sedikit dibandingkan dengan meningkatnya pemelihara hewan. Selain itu pemilik hewan kurang puas dengan fasilitas yang ada. Fasilitas yang tidak lengkap dan terpisah antara satu dengan yang lainnya menjadi faktor penyebab pemilik merasa tidak puas dan kurang efektifnya fasilitas dalam pemeliharaan hewan peliharaan. Keinginan dari pecinta hewan peliharaan atau komunitas pecinta hewan di Malang pada umumnya, adanya fasilitas kesehatan hewan yang lengkap dan mampu mewadahi secara efektif dan mempermudah setiap pemilik hewan yang datang, supaya hewan-hewan peliharaan ini terjaga dan terpelihara dengan baik. Metode Kajian-Perancangan Tahapan ini dimulai dari penguraian latar belakang masalah, merumuskan permasalahan dengan mengidentifikasi permasalahan terlebih dahulu, yang kemudian dilakukan pembatasan suatu permasalahan sehingga menghasilkan suatu rumusan permasalahan yang lebih spesifik untuk dicari penyelesaiannya. Dari permasalahan yang telah dirumuskan tersebut, kemudian mencari data-data baik tinjauan literatur serta tinjauan objek komparasi yang terkait dengan permasalahan yang ada. Adapun tahapan yang digunakan dalam metode ini akan dijelaskan pada sub-bab berikutnya. 3.1.1 Perumusan ide/gagasan Dalam tahap pertama yang dilakukan adalah pencarian informasi mengenai perkembangan pecinta hewan di Malang dengan partisipasi masyarakat khususnya bagi para komunitas pecinta hewan anjing dan kucing dalam memberikan informasi tentang perkembangan hewan kesayangan. Dalam tahap pertama ini yang dihasilkan adalah data berupa pernyataan-pernyataan dari para komunitas pecinta hewan maupun kalangan profesi. Selain itu juga data yang diperoleh dari berita internet dan surat kabar tentang isu terkini mengenai peningkatan pecinta hewan kesayangan, dan isu tentang keberadaan fasilitas kesehatan hewan yang masih kurang memenuhi dan kurang memberikan kepuasaan bagi pecinta hewan. Data ini digunakan untuk mendukung dan memperkuat latar belakang dan rumusan masalah yang diangkat pada kajian ini. Dari pengamatan tersebut muncul fakta dan permasalahan mulai dari masalah umum (non-arsitektural) hingga ke masalah khusus (arsitektural). Permasalahannya ialah kurangnya fasilitas kesehatan bagi hewan yang kurang memenuhi dan fasilitas yang terpisah-pisah sehingga timbul ketidakpuasan para pecinta hewan pada umunya di kota Malang. Oleh karena itu muncul ide/gagasan untuk merancang pelayanan kesehatan hewan peliharaan di Malang. 3.1.2 Pengumpulan Data Dalam tahap ketiga yang dilakukan adalah mulai mengumpulkan data yang diperlukan untuk perancangan pelayanan kesehatan hewan peliharaan di Malang. Terdapat dua macam data, yaitu: A. Data primer Pada tahap ini dilakukan tinjauan langsung atau survey ke lapangan, karena dalam proses suatu perancangan memang dibutuhkan data-data mengenai hal-hal yang berkaitan baik dengan permasalahan yang ada di wilayah setempat maupun data mengenai kondisi eksistingnya. Data primer ini meliputi: 1. Survei lapangan, merupakan pengamatan langsung dilakukan dengan cara survei langsung ke lokasi kajian, mencatat dan merekam kondisi yang ada. 2.Wawancara, merupakan pengumpulan data yang lebih spesifik dan detail mengenai kebutuhan ruang, tata ruang serta aktivitas pemakai tentang segala sesuatu terkait perancangan pelayanan kesehatan hewan peliharaan. B. Data sekunder Merupakan data yang diambil secara tidak langsung dari sumber-sumber pustaka. Namun data ini berfungsi sebagai pendukung data primer serta sebagai bahan pertimbangan dalam merancang. Data sekunder yang digunakan dalam kajian ini yaitu studi literatur dan studi komparasi, yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis berupa karya ilmiah (skripsi), buku, serta data-data lain yang diperoleh dari internet. 3.1.3 Analisis Data Dari data yang sudah diperoleh kemudian diolah untuk memperoleh hasil secara terprogram. Dalam tahap ini, data- data yang telah diperoleh, dipilih dan dianalisa berdasarkan masalah yang akan dipecahkan dalam perancangan pelayanan kesehatan hewan peliharaan di Malang. Metode yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan pendekatan yang mengintegrasikan kajian visual dan spasial. Dengan penjelasan secara deskriptif analitis, yaitu melakukan analisis data kualitatif sesuai dengan konteks arsitektur untuk memperoleh konsep rancangan. Adapun analisis yang dilakukan antara lain: A. Analisa ruang dan pelaku Analisa terhadap ruang dan pelaku dilakukan secara fungsional, yaitu kegiatan penentuan ruang yang mempertimbangkan fungsi dan tuntutan aktifitas yang diwadahi oleh ruang. Pada proses analisa ini dilakukan secara kualitatif (tidak mendetail dan dilakukan untuk mendapatkan kebutuhan mendasar dari fungsi pelayanan kesehatan hewan peliharaan). Analisa ini terdiri dari: 1. Analisa aktifitas manusia (unsur non fisik), analisa jenis ini dilakukan dengan cara menganalisa berbagai aktifitas manusia dan hewan yang dilakukan di dalam ruangan dan kebiasaan dari pemakai bangunan baik pengunjung maupun pengelola. Dari analisa muncul beberapa permasalahan yang lebih spesifik, yaitu jenis aktifitas yang diwadahi. 2. Analisa fasilitas (unsur fisik), merupakan analisa yang dihasilkan dari analisa pelaku/pemakai bangunan yang berupa penyelesaian secara arsitektural dengan cara menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung pelayanan kesehatan hewan peliharaan. Metode programatik digunakan untuk merubah analisa aktifitas menjadi tuntutan untuk mewadahi kebutuhan dari aktifitas yang berupa besaran, hubungan dan kebutuhan ruang yang diperlukan yang berlandaskan terhadap penerapan standart. Hasil dari metode ini berupa program ruang, meliputi kebutuhan ruang, pola hubungan dan susunan antar ruang, zoning ruang dan fasilitas pendukung ruang. Analisa akan disajikan dalam bentuk tabel (diagram matriks) dan diagram gelembung B. Analisa Tapak Analisa terhadap faktor potensi tapak yang berlokasi di Malang dilakukan dengan menggunakan analisa tautan, dimana proses analisa terhadap unsur-unsur baik potensi maupun kondisi tapak dan lingkungan serta aspek-aspek yang terkandung di dalamnya serta dilakukan analisa terhadap tata massa dalam bangunan. Proses analisa ini berupa analisa terhadap potensi tapak dengan pengamatan langsung (daya dukung dan kekurangannya), iklim, peraturan bangunan, pencapaian, sirkulasi, kebisingan, drainase, zoning dan aktifitas lingkungan. Analisa yang dilakukan disajikan dalam bentuk gambar dan foto secara verbal. C. Analisa bangunan, tata massa dan ruang luar, utilitas Analisa pelayanan kesehatan hewan peliharaan meliputi faktorfaktor fisik dan non fisik yang meliputi analisa bentuk dan tampilan bangunan, analisa tata massa dan ruang luar dan analisa utilitas. Analisa bangunan dilakukan dengan melakukan pengolahanpengolahan bentukdasar yang digunakan seperti segiempat, lingkaran dan segitiga yang dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan fungsional, estetika maupun kekuatan (struktur) sehingga menghasilkan bentukkan tiga dimensional Analisa yang dilakukan disajikan dalam bentuk gambar manual maupun digital. Setelah dilakukan pengolahan bentuk dasar, kemudian dilakukan penganalogian suatu bentuk yang mencerminkan suatu fungsi formal dari sebuah pelayanan kesehatan hewan peliharaan yang dituangkan dalam massa bangunan dan ruang luar sehingga dapat memperkuat integrasi antara massa bangunan dan ruang luar. 3.1.4 Perumusan Konsep Perumusan konsep adalah tahapan yang dilakukan setelah dilakukan analisa sebelumnya, yang meliputi analisa fungsi, perilaku, dan kebutuhan ruang, analisa tapak, serta analisa bangunan. Konsepkonsep yang dihasilkan meliputi: A. Konsep tata ruang dalam bangunan yang meliputi penzoningan, dan sirkulasi ruang dalam. B. Konsep tapak yang meliputi pencapaian, kebisingan, view, cahaya matahari, dan angin C. Konsep bangunan yang meliputi bentuk dan tampilan, serta tata massa dan ruang luar. D. Konsep Utilitas yang meliputi sistem penyediaan dan penghematan air bersih, sistem pengolahan air kotor dan kotoran, serta sistem pengelohan sampah. 3.2. Metode Perancangan Setelah didapatkan konsep awal perancangan pelayanan kesehatan hewan peliharaan di Malang, maka dilakukan pengembangan dan eksplorasi desain yang ditransformasikan dalam grafis gambar. Teknik yang digunakan dalam proses perancangan ini menggunakan sketsa-sketsa gambar, diagramatik serta menampilkan gambar-gambar digital dengan menggunakan aplikasi SketchUp dan Photoshop yang menjawab rumusan masalah. Metode yang digunakan adalah metode pragmatis. Hasil dan Pembahasan 4.1 Tinjauan tapak Pelayanan kesehatan hewan peliharaan merupakan salah satu pelayanan jasa khususnya kesehatan bagi hewan, perdagangan, serta fasilitas pendidikan dan rekreasi bagi masyarakat Malang maka untuk pemilihan tapak sendiri dengan melihat tata guna lahan kota Malang yaitu kawasan sepanjang jalan Soekarno HattaBlimbing. Selain pertimbangan dari RTRW Kota malang, dengan melihat fakta yang ada untuk kawasan sepanjang jalan Soekarno Hatta- Blimbing merupakan pusat berbagai pelayanan baik primer maupun sekunder seperti pertokoan, permukiman, fasilitas umum, dan pelayanan jasa. Berikut pertimbangan pemilihan lokasi tapak dapat dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut : a Tata Guna Lahan, sesuai dengan pola peruntukan lahan dari rencana induk kota Malang. b. Pencapaian, kemudahan pencapaian terutama ditinjau dari hubungan yang lancar dengan daerah perdagangan, pusat kegiatan/fasilitas umum kota, sehingga memudahkan mobilitas kegiatan keluar dan masuk lokasi stasiun televisi. c Utilitas Kota, tersedia utilitas kota seperti air bersih, listrik, telekomunikasi dan drainase kota (riol). d. Luasan yang memadai. Sebagai bangunan yang akan menampung banyak hewan dan akan dikunjungi banyak orang pula, maka faktor luasan tapak sangat penting. e. Adanya potensi dari lingkungan setempat. Posisi tapak berada di jalan arteri Soekarno Hatta. Persimpangan bundaran monumen pesawat Soekarno Hatta. Tepatnya berada di sebelah timur pom bensin. Daerah lingkungan sekitar site merupakan pengembangan lahan fungsi permukiman, komersil, rekreasi, dan pendidikan. Dan yang akan dibangun berupa fasilitas komersil yaitu pusat kesehatan hewan kesayangan yang mewadahi aktifitas perdagangan, penitipan, dan pemeliharaan kesehatan hewan-hewan peliharaan. Adapun batas-batas tapaknya antara lain: 1. Utara : Jalan soekarno hatta. 2. Timur : Lapangan Futsal. 3. Selatan : Perumahan/permukiman. 4. Barat :Resto Ocean Garden, pom bensin. Gambar 1: tapak dan batas perancangan Luas tapak yaitu 4900 m2, dengan ketentuan yang berlaku untuk kawasan ini antara lain Dengan ketentuan : 1. Kofisien Dasar Bangunan (KDB): 80-85 % 2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB): 4 3. GSB depan =5m 4. GSB samping dan belakang =3m 4.2 Lay outplan dan siteplan Masuk Keluar selasar Gambar 2: pencapaian dan pola sirkulasi Keterangan : Sirkulasikendaraan pengunjung Sirkulasi kendaraan pengelola, dan karyawan Sirkulasi pejalan kaki A. Pencapaian dan pola sirkulasi Seperti terlihat pada gambar, tapak perancangan pelayanan kesehatan hewan peliharaan berada tepat berada jalan Soekarno Hatta, setelah bundaran pesawat menuju ke arah blimbing/jalan Borobudur. Tapak diplih merupakan hasil dari analisa yang telah dilakukan terkait dengan perancangan pelayanan kesehatan hewan peliharaan di Malang. Pencapaian menuju tapak sangat mudah karena dilalui berbagai jenis kendaraan. Jika tidak ada kendaraan pribadi, terdapat angkutan umum untuk jalur ABG, ADL, dan lainnya. Seperti terlihat pada gambar, pada tapak terdapat satu jalan masuk dan satu jalan keluar untuk memudahkan jalur sirkulasi kendaraan yang masuk ataupun keluar. Mengurangi kemacetan yang berada di sisi utara tapak karena jalur/jalan soekarno Hatta sangat ramai dengan kendaraan yang melintasi. Sirkulasi kendaraan bagi pengunjung ditempatkan di area depan atau yang mudah dilalui dan dicapai menuju bangunan pelayanan kesehatan hewan peliharaan. Sedangkan untuk sirkulasi kendaraan bagi pengelola dan karyawan ditempatkan dan melewati di sisi selatan bangunan dengan tujuan memisahkan dengan sirkulasi kendaraan pengunjung untuk kenyamanan aktivitas di dalamnya. Untuk pejalan kaki bagi pengunjung maupun pengelola dan karyawan akan disediakan di sisi bagian yang mengelilingi bangunan berupa selasarselasar dengan tujuan memberikan kenyamanan pada pengguna dari sirkulasi kendaraan dan terik matahari maupun hujan. B. Tata massa bangunan dan ruang luar Pada perancangan pelayanan kesehatan hewan peliharaan, tata massa terdiri dari tiga massa bangunan yang terdiri dari klinik hewan, penitipan hewan dan grooming serta pets shop serta massa bangunan service maupun penunjang lainnya. Hasil dari analisa yang telah dilakukan dan akan kebutuhan fasilitas kesehatan hewan peliharaan di Malang serta berdasarkan kebutuhan aktivitas yang ada. Terdapat selasar di sekeliling massa bangunan untuk menghubungkan massa yang satu dengan yang lain agar tidak terkesan terpisah antara massa yang satu dengan yang lainnya. Orientasi massa menghadap langsung jalan Soekarno Hatta tepatnya pada sisi utara tapak dikarenakan fungsi bangunan sebagai bangunan publik/komersil,yaitu terbuka untuk masyarakat umum. Dan menjadi view yang menarik pada kawasan ini. Karena bangunan ini akan memberikan kesan yang berbeda dengan bangunan-bangunan lainnya yang ada disekitarnya Gambar 4: ruang luar Gambar 3: tata massa 4.3 Denah A. Denah Klinik hewan Penitipan hewan dan grooming Klinik hewan Pet shop service area dan bangunan penunjang lainnya Ruang transisi/ selasar Massa bangunan utama berada di tengah tapak dengan tujuan memberikan kenyamanan baik akses dan pencapaian pada bangunan pelayanan kesehatan hewan peliharaan. Dan juga mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan dari peracangan bangunan pelayanan kesehatan hewan peliharaan.Sisi-sisi tapak akan dimanfaatkan untuk ruang luar seperti parkir kendaraan, taman, serta adanya pedestrian bagi pejalan kaki dengan tujuan memeberikan kenyamanan pejalan kaki dan aktivitas di dalamnya. Penambahan dengan elemen vegetasi juga akan menambah kerindangan serta berfungsi sebagai barier untuk mengatasi dampak dari luar maupun di dalam tapak. Zona Publik Zona Zona semi semi publik publik Zona Privat Gambar 4. Denah klinik hewan Tabel 4. 1 : Besaran ruang klinik hewan No. Ruangan Zona 1. 2. 3. Lobby Receptionist Ruang tunggu Ruang pemeriksaan Ruang konsultasi Ruang administrasi dan medik Ruang perawatan Publik Publik Publik 4. 5. 6. 7. Luas (m2) 160 32 144 Semi publik Semi publik Privat 96 Privat 135 24 40 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Ruang Privat pemulihan Ruang Privat operasi Ruang x ray Privat Ruang Privat kendali Ruang Privat perawat Ruang dokter Privat Laboratorium Privat Ruang rawat Privat anjing Ruang rawat Privat kucing Gudang Privat Toilet Publik Kamar Privat mandi/ganti Total 20 % Sirkulasi Total keseluruhan Tabel 4. 2 : Besaran ruang penitipan 16 hewan dan grooming 48 24 4 24 24 24 180 64 4 16 8 1067 214 1281 B. Denah penitipan hewan dan grooming No. Ruangan Zona 1. 2. 3. 4. Lobby Receptionist Ruang tunggu Ruang administrasi dan medik Ruang grooming Ruang titip anjing Ruang titip kucing Ruang obat kasir Publik Publik Publik Privat 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Zona Publik Zona semi publik Zona Privat Gambar 5 : Denah penitipan hewan dan grooming 14. 15. 16. 17. Luas (m2) 108 8 52 48 Semi publik Privat 135 Privat 16 Privat Semi publik Semi publik 48 24 Ruang pendaftaran penitipan hewan Ruang Privat perawat Ruang dokter Privat Ruang kennel Privat boys Pantry Privat Toilet Publik K.mandi/ganti Privat Apotik Privat Total 20 % Sirkulasi Total keseluruhan 48 4 24 24 10 8 8 8 24 597 120 717 C. Denah pengelola D. Denah pets shop Zona Publik Zona Privat Zona Semi Gambar 6 : Denah pengelola publik Tabel 4. 3 : Besaran ruang pengelola No. Ruangan Zona 1. Ruang informasi Ruang pimpinan dokter Ruang direktur Ruang Wakil direktur Ruang Staff Ruang rapat Sekretaris Ruang Office boy Gudang Pantry Toilet Kamar mandi/ganti Total Publik Luas (m2) 32 Privat 52 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 12. Gambar 4.7 : Denah Pets Shop Tabel 4. 4 : Besaran ruang pet shop No. Ruangan Zona Lobby Receptionist kasir Publik Publik Semi publik Publik Privat Publik Privat Privat 32 Privat 48 1. 2. 3. Privat Privat Privat Privat 48 64 16 32 4. 5. 6. 7. Privat Privat Privat Privat 16 16 16 4 376 20 % Sirkulasi 75 Total keseluruhan 451 8. Retail hewan Kennel boys Toilet Ruang komunitas hewan Ruang Semi pamer/indoor publik Total 20 % Sirkulasi Total keseluruhan Luas (m2) 48 6 12 192 8 8 48 168 490 98 588 4.4 Tampilan bangunan Pets shop Klnik hewan dan Penitipan hewan pengelola dan Grooming mengolah tata alur sirkulasi angin sehingga di tiap detail pada massa bangunan ini tidak hanya dilihat dari segi bentuk tetapi juga dapat dilihat dari penggunaan secondary skin sehingga tampak muka bangunan akan lebih terlihat modern dan mempunyai dinamika antara bangunan dan sirkulasi angin. Berikut merupakan gambaran dari tampilan bangunan pada pelayanan kesehatan hewan peliharaan. Gambar 4.8 : Tampak Tapak Seperti terlihat pada gambar, tampak pada sisi utara tepatnya sisi yang menghadap jalan Soekarno Hatta akan tampak view ketiga massa bangunan utama yang terintegrasi antara bangunan satu dengan yang lainnya dengan dihubungkan dengan selasar yang mengelilingi bangunan tersebut. Difungsikan sebagai penghubung antara bangunan yang satu dengan yang lain. selain itu dapat digunakan bagi pengunjung/ pejalan kaki untuk memudahkan para pengunjung datang ke pelayanan kesehatan hewan peliharaan. Terdapat taman/ruang terbuka hijau diantara bangunan yang satu dengan yang lain yang berfungsi sebagai barier terhadap bangunan, keindahan serta kenyamanan bagi pengunjung maupun pengelola. Bangunan pada pelayanan kesehatan hewan peliharaan ini memiliki tampilan dinamis dan modern. Bentuk tampilan yang dinamis tersebut di relisasikan dengan penggunaan secondary skin yang membentuk garis-garis yang tidak hanya berfungsi sebagai penyaring sinar matahari juga dapat berfungsi sebagai pengarah angin. Berawal dari konsep tata massa yang Gambar 4.9 : Tampak bangunan klinik hewan,penitipan hewan dan grooming,serta pets shop 4.5 Utilitas 1. Penyediaan air bersih Pada bangunan pelayanan kesehatan hewan peliharaan untuk penyedian air bersih yang utama berasal dari PDAM yang ditampung terlebih dahulu di reservoir bawah ( tandon bawah), kemudian dipompa ke tandon atas dan di distribusikan ke ruangan yang membutuhkan baik di dalam bangunan maupun di luar bangunan. Untuk saluran air kotor pada hewan nantinya terdapat saluran tersendiri dari masing2 ruangan hewan tersebut. Dialirkan melalui pipa pembuangan menuju bak kontrol. Sedangkan untuk kotoran akan terpisah dengan saluran air kotor yang nantinya akan menuju pada septic tank diteruskan ke sumur resapan. Kotoran dari saluran pembuangan kotoran hewan Gambar 4.10 : Penyediaan air bersih Bak kontrol Pipa Saluran Septictank sumur resapan Gambar 4.13 : Skema aliran air kotor dan kotoran 2. Pengelolahan air kotor dan kotoran pada hewan Untuk limbah cair yang dihasilkan oleh laboratorium, ruang perawatan, ruang pemulihan, ruang operasi pada tindakan medis akan disalurkan atau dibuang menuju IPAL dan akan diolah supaya nantinya limbah pembuangannya menuju ke riol kota tidak berbahaya bagi lingkungan. Limbah cair Saluran Bak kontrol dari medis Gambar 4.11 : Pengelolahan air kotor dan kotoran serta limbah medis Utilitas tapak dalam hal ini untuk saluran air kotor dan kotoran terpisah antara manusia dan hewan. Supaya limbah yang dihasilkan tidak tercampur antara limbah yang dihasilkan oleh manusia dan hewan. Selain itu untuk mengurangi beban dari limbah maupun penyebaran penyakit dari limbah tersebut. Berikut skema aliran air kotor dan kotoran pada manusia. Kotoran dari closet Saluran IPAL Gambar 4.14: skema aliran limbah cair medis 3. Pengelolahan sampah medis dan non medis Bak kontrol sumur resapan Septictank Gambar 4.12 : Skema aliran air kotor dan kotoran Gambar 4.15 : Pengelolahan sampah medis dan non pada manusia medis Sampah medis berasal dari ruang perawatan, pemulihan dan ruang operasi, serta laboratorium. Sistem pembuangan sampah dilakukan dengan mengumpulkan sampah dari tiap ruang dan disalurkan melalui shaft sampah yang ada, harus terpisah dengan shaft sampah non medis sebab sampah medis perlu penanganan khusus dan tidak sembarangan membuangnya karena akan berdampak pada kesehatan lingkungan. Setelah itu, sampah tersebut diangkut ke Incenerator untuk dibakar. Sedangkan untuk sampah non medis, sistem pembuangan sampah dilakukan secara manual dengan mengumpulkan sampah dari tiap ruang dan disalurkan melalui shaft sampah yang ada pada tiap masing-masing bangunan. Sampah dari shaft kemudian ditampung sementara pada ruang sampah untuk kemudian dibawa ke TPS. setelah itu diangkut oleh petugas kebersihan setempat Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan Melihat kebutuhan akan kesehatan hewan di Malang sangat penting untuk menjaga keberlangsungan ekosistem di dunia ini. Dan menjawab keinginan serta ketidakpuasan bagi masyarakat khususnya para pecinta hewan dalam hal pelayanan kesehatan hewan yang sangat minim. Maka dari itu keberadaan pelayanan kesehatan hewan peliharaan yang lengkap dan terpadu di Kota Malang sangat diperlukan. Dengan adanya fasilitas ini diharapkan mampu meningkatkan kesehatan hewan tersebut dan pada akhirnya masyarakat ikut menjaga keberlangsungan ekosistem di dunia ini tetap terjaga ini sehingga terhindar dari bahaya atau dampak buruk yang ditimbulkan oleh penyakit hewan tersebut. Pelayanan kesehatan hewan peliharaan ini terdiri dari klinik hewan sebagai fasilitas utama untuk melayani kesehatan hewan peliharaan. Ditunjang dengan fasilitas lainnya yang terdiri dari penitipan hewan , grooming, penjualan hewan ( pets shop) serta fasilitas service yang nantinya saling berkaitan satu sama lain sehingga memenuhi kebutuhan kesehatan hewan peliharaan yang ada di kota Malang. Klinik hewan yang berfungsi untuk menangani permasalahan kesehatan hewan yang sakit, dan yang membutuhkan pertolongan medis. Tersedianya ruangan yang lengkap dan memenuhi kebutuhan hewan seperti adanya ruang periksa baik untuk anjing dan kucing, ruang perawatan, ruang konsultasi, ruang dokter dan perawat, ruang operasi, serta ruang penitipan bagi hewan sakit. Untuk fasilitas penitipan hewan dan grooming menyediakan tempat penitipan hewan untuk anjing dan kucing serta terdapat area bermain untuk hewan agar hewan tidak stres selama waktu penitipan. Sedangkan fasilitas grooming hewan untuk anjing dan kucing akan terpisah dan menyediakan beberapa ruangan untuk mengatasi jumlah hewan yang akan melakukan perawatan. Fasilitas penunjang lainnya yaitu penjualan hewan. Fasilitas ini menyediakan penjualan hewan untuk anjing dan kucing, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pecinta hewan yang ingin membeli hewan kesayangannya. 5.2 Saran Dalam tiap proses membangun seyogyanya tidak lagi dilihat hanya dari pemenuhan nilai ekonomi semata, tetapi sebagai penyelaras nilai ekologi dan kebutuhan masyarakat. Menjadi tanggung jawab moral bagi kita semua untuk menjaga lingkungan demi generasi mendatang. Adapun rekomendasi untuk perancangan pelayanan kesehatan hewan peliharaan selanjutnya, yaitu dengan melakukan kajian secara mendalam sehingga didapatkan data yang lebih valid mengenai pelayanan kesehatan hewan. Lebih jauh lagi nantinya didapat satu tetapan khusus mengenai bangunan pelayanan kesehatan hewan atau sejenisnya sehingga dapat digunakan sebagai standar pada semua tipe bangunan. Daftar pustaka Anonim.2010. Merawat hewan kesayangan, Jakarta : Agromedia. Anonim. Revisi Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Malang 2000-2010. Malang: Bappeda. Ching, D. K. (2000). Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan, Jakarta: Penerbit Erlangga De Chiara Joseph, and John Calender. 1981. Time Saver Standart for building Types, New York : Megraw Hill Book Company. Neufert, Ernerst. 1997. Data Arsitek jilid 1 dan 2, Jakarta : Erlangga. Rudy, Setya. 2004. Semarang Dog Center. hlm. 31&85. MENTERI PERTANIAN NOMOR:02/Permentan/OT.140/1/2010 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN JASA MEDIK VETERINER. Mangunwijaya, Y. B, 1998. Fisika Bangunan, Jakarta : Erlangga. Microsoft Encarta, 1983. Our World Encyclopedia, London : Macmillan Education Ltd. Utami, Estri. 2005, Pet and Horticulture Centre. hlm.24. United States Department Agriculutural.1998. Secretary of Agriculture for Farm and Foreign Agricultural Services, New York : United States federal executive department. www.bothellpethospital.com www.flickr.com www. rumah-terraria.com www.kucingkita.com www.petnet.com www.peteducation.com www.lgpethotel.com wordpress.com.walk-the-dog-a-speakingactivity