PENGARUH PENGEPRESAN DAN PENGGORENGAN TERHADAP ZAT GIZI PADA TEMPE KACANG TANAH Muhammad Fajri 1) dan Sulasmi 2) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta Jl. Stadion Maguwoharjo No. 22, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta Telp (0274)-884662 e-mail : [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proses pengepresan dan penggorengan terhadap gizi tempe kacang tanah. Bahan utama yang digunakan adalah kacang tanah (wose) dan ragi. Alat utama yang digunakan adalah mesin pengepres dan penggorengan. Tahapan penelitian meliputi pembuatan tempe kacang tanah dan perlakuan pengepresan dan penggorengan. Hasil pengujian laboratorium menunjukkan bahwa pengepresan wose menyebabkan kadar protein turun dari 20,3% menjadi 18,7% dan kadar lemak turun dari 33,0% menjadi 23,3% pada tempe mentah. Sementara proses penggorengan menyebabkan kadar protein turun dari 20,3% menjadi 19,1% dan kadar lemak naik dari 33,0% menjadi 44,8%. Sementara proses pengepresan yang dilanjutkan penggorengan menunjukkan kadar protein 17,4% dan kadar lemak 39,7%. Kadar asam fitat berkisar antara 0,4–0,6 %. Kata kunci: kacang tanah, tempe, gizi ABSTRACT Effect of Pressing and Frying Process againts to Main Nutrients on Peanut Tempe. This study aims to determine the effect of pressing process and frying the nutrients in peanuts. The main materials used are peanuts (wose) and yeast. The main tools used are pressing and frying machine tools. Stages of the study include the manufacture of peanut tempe and pressing and frying treatment. The results of laboratory tests indicate that the pressing is done to cause wose protein levels dropped from 20.3% to 18.7% and fat content dropped from 33.0% to 23.3% on raw tempeh. While frying process causes the protein levels fell from 20.3% to 19.1% and fat content increased from 33.0% to 44.8%. While pressing process followed frying showed protein content of 17.4% and a fat content of 39.7%. The phytic acid content ranged from 0.4 to 0.6%. Keywords: peanut, tempe, gizi PENDAHULUAN Kacang tanah sebagai bahan pangan memiliki gizi yang tinggi, mengandung lemak 40,5%, protein 27%, selain karbohidrat, vitamin, dan mineral (Anonim 2011). Biji kacang tanah atau wose biasanya diolah secara sederhana dengan cara direbus, digoreng atau disangrai. Dalam skala industri, kacang tanah digunakan untuk selai, minyak, mentega, sabun, dan oncom/tempe. Di samping itu, kacang tanah juga diolah dengan cara mengeluarkan minyaknya (kacang tanah rendah lemak). Komposisi kimia kacang tanah dapat dilihat pada Tabel 1. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 697 Tabel 1. Komposisi kimia kacang tanah (per 100 g bahan kering). Komposisi Kadar air (g) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Fosfor (mg) Kalori (kal) BDD (%) Nilai 4,0 25,3 42,8 21,1 335,0 425,0 100,0 Sumber: Departemen Kesehatan RI (1996). Tempe adalah pangan asli Indonesia yang dibuat dari kedelai melalui proses fermentasi Rhizopus sp. Tahap pembuatan tempe meliputi sortasi, perebusan, perendaman, pengupasan kulit, peragian dan fermentasi. Tempe juga dapat dibuat dari bahan selain kedelai, antara lain kacang gude dan kacang tunggak. Di samping sebagai sumber zat gizi, tempe juga bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh. Tempe mengandung senyawa antibakteri yang aktif melawan bakteri gram positif dan bakteri penyebab diare seperti Salmonella typhii, Shigella flexneri, dan Escherichia coli (Haliza dkk. 2007). Tahapan pembuatan tempe dari wose biji kacang tanah meliputi perebusan, perendaman, pengupasan kulit ari, pengukusan, peragian, dan fermentasi. Hasil penelitian menunjukkan tempe kacang tanah memiliki penampilan fisik yang sama dengan tempe kedelai dan memiliki rasa relatif manis (Anonim 2013). Kandungan lemak kacang tanah yang masih tinggi memungkinkan adanya efek samping berupa timbunan lemak dan fitosterol di dalam tubuh manusia. Kondisi ini diduga menjadi pemicu munculnya penyakit diabetes, jantung koroner, kanker dan tekanan darah tinggi (Damat 2002). Kandungan lemak kacang tanah didominasi oleh asam lemak tak jenuh (75%), sehingga menimbulkan kerentanan terhadap oksidasi. Untuk mengurangi risiko tersebut maka kandungan lemak kacang tanah perlu dikurangi, di antaranya dengan cara pengepresan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan gizi khususnya protein, lemak, dan asam fitat pada tempe kacang tanah rendah lemak. BAHAN DAN METODE Bahan penelitian ini adalah kacang tanah, air, dan ragi. Peralatan yang digunakan adalah mesin pengepres dan penggorengan. Metode pembuatan tempe kacang tanah disajikan pada Gambar 1. Perlakuan yang diuji adalah pengepresan wose kacang tanah dan penggorengan tempe kacang tanah. Data yang dikumpulkan adalah hasil analisis proksimat berupa kadar protein, lemak, dan asam fitat. 698 Fajri dan Sulasmi: Pengaruh Pengepresan dan Penggorengan terhadap Zat Gizi pada Tempe Kacang Tanah Kacang tanah (ose) Direbus sampai mendidih Dikupas kulit arinya Direndam selama semalam Dicuci sampai bersih Dikukus selama 20–30 menit Ditiriskan dan didinginkan Diberi ragi tempe Diaduk dan dicampur sampai merata Dibungkus Diperam Tempe kacang tanah Gambar 1. Proses pembuatan tempe kacang tanah (Sumber: BB Pasca Panen dan Balitkabi). HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh pengepresan. Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar protein pada tempe kacang tanah tanpa perlakuan pengepresan wose adalah 20,32% dan pada tempe yang diberi perlakuan pengepresan sebesar 18,79%. Kadar lemak tempe tanpa perlakuan pengepresan wose adalah 33,09% dan dengan perlakuan pengepresan wose 23,36%. Kadar asam fitat pada tempe tanpa perlakuan pengepresan adalah 0,56% dan pada perlakuan pengepresan 0,66%. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, perlakuan pengepresan menyebabkan perbedaan nyata kadar protein, lemak, dan asam fitat pada tempe kacang tanah dengan P-value <0,05% pada taraf uji 5%. Perlakuan pengepresan wose menyebabkan berkurangnya kadar protein dan lemak tempe yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena pada saat pengepresan, ada protein dan lemak yang keluar dari dalam wose. Tabel 1. Kadar protein, lemak dan asam fitat tempe kacang tanah. Perlakuan Tanpa pengepresan (TP) Dengan pengepresan (P) Protein 20,32a 18,79b Kadar komponen (%) Lemak 33,09a 23,36b Asam Fitat 0,56a 0,66b Pengaruh penggorengan. Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar protein tempe tanpa perlakuan penggorengan adalah 20,32 % dan dengan perlakuan penggorengan 19,13%. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 699 Kadar lemak tempe tanpa perlakuan penggorengan 33,09% dan perlakuan penggorengan 44,87%. Kadar asam fitat tempe tanpa perlakuan penggorengan 0,56% dan dengan perlakuan penggorengan 0,47%. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, perlakuan penggorengan menyebabkan perbedaan nyata kadar protein, lemak, dan asam fitat tempe kacang tanah dengan P-value <0,05% pada taraf uji 5%. Proses penggorengan menyebabkan kadar protein dan asam fitat turun karena rusak atau terdegradasi akibat suhu panas. Sedangkan kadar lemak naik karena adanya penambahan minyak goreng. Tabel 2. Kadar protein, lemak dan asam fitat tempe kacang tanah. Perlakuan (TP) Tanpa penggorengan Dengan penggorengan Protein 20,32a 19,13b Kadar komponen (%) Lemak 33,09a 44,87b Asam Fitat 0,56a 0,47b Pengaruh pengepresan dan penggorengan. Tabel 3 menunjukkan kadar protein tempe tanpa pengepresan dan penggorengan 20,32% dan dengan pengepresan dan penggorengan 17,42%. Kadar lemak tempe tanpa pengepresan dan penggorengan 33,09% dan dengan pengepresan dan penggorengan 39,76%. Kadar asam fitat tempe tanpa pengepresan dan penggorengan 0,56% dan pada tempe dengan pengepresan dan penggorengan sebesar 0,60%. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, perlakuan pengepresan dan penggorengan menyebabkan perbedaan nyata kadar protein, lemak, dan asam fitat tempe kacang tanah dengan P-value <0,05% pada taraf uji 5%. Tabel 3. Kadar protein, lemak dan asam fitat tempe kacang tanah. Perlakuan Tempe mentah-tanpa pres Tempe goreng-pres Protein 20,32a 17,42b Kadar komponen (%) Lemak 33,09a 39,76b Asam Fitat 0,56a 0,60b Kacang tanah adalah tanaman kacang-kacangan yang merupakan sumber protein dan minyak, mengandung Omega 3 yang merupakan lemak tak jenuh ganda dan Omega 9 yang merupakan lemak tak jenuh tunggal. Dalam 1 ons kacang tanah terdapat 18 g Omega 3 dan 17 g Omega 9. Kacang tanah mengandung fitosterol yang dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida, dengan cara menahan penyerapan kolesterol dari makanan yang disirkulasikan dalam darah dan mengurangi penyerapan kembali kolesterol dari hati, serta tetap menjaga HDL kolesterol. Kacang tanah mengandung asam amino arginin yang dapat merangsang tubuh untuk memproduksi nitrogen monoksida yang berfungsi melawan bakteri tuberkulosis. Asam fitat ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi pada serealia, kacang-kacangan, dan minyak biji-bijian. Pada tanaman serealia dan minyak biji-bijian, asam fitat terdapat dalam jumlah 1–5% dari berat total dan menjadi bentuk penyimpanan utama dari fosfor pada tanaman serealia (Liener 1989). Asam fitat adalah mio-inositol-1,2,3,4,5,6-heksafosfat (dihidrogen fosfat) (Oberleas 1973) yang memiliki fosfor bermuatan negatif yang besar sehingga asam fitat mampu berikatan dengan banyak kation divalen, protein, dan pati. Fosfor sulit dicerna sehingga tidak dapat digunakan oleh tubuh manusia. Asam fitat 700 Fajri dan Sulasmi: Pengaruh Pengepresan dan Penggorengan terhadap Zat Gizi pada Tempe Kacang Tanah mampu mengkelat mineral-mineral, terutama Ca, magnesium Mg, besi Fe, dan Zn sehingga menurunkan ketersediaan mineral tersebut bagi tubuh. Kandungan fitat yang tinggi (1% atau lebih) dalam makanan dapat menyebabkan defisiensi mineral, misalnya defisiensi Ca pada hewan dan manusia (Wozenski dan Woodburn 1975). Banyak usaha pengurangan kadar asam fitat agar diperoleh bahan makanan dengan kadar asam fitat seminimal mungkin, antara lain dengan perendaman, pengukusan, dan fermentasi. Proses perendaman dalam air panas dan fermentasi dapat menurunkan kandungan asam fitat sehingga mineral lebih mudah diserap tubuh (Koswara 1992). Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat menjadi fosfor dan inositol. Asam fitat berkurang sekitar 30% dari kedelai sebelum fermentasi (Karyadi 1985). Pada fermentasi tempe dilibatkan berbagai jenis mikrobia yang ternyata dapat menghasilkan enzim fitase sehingga pemecahan fitat berlangsung sangat cepat. Sudarmadji dan Markakis (1977) menemukan bahwa fermentasi tempe pada suhu 30 ºC selama 30 jam menurunkan kadar asam fitat 0,27%. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan kadar protein dan lemak tempe kacang tanah yang mendapat perlakuan pengepresan. Perlakuan penggorengan menyebabkan kadar protein turun dan kadar lemak naik pada tempe kacang tanah yang digoreng. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih di sampaikan kepada Kepala BPTP Yogyakarta dan para peneliti senior yang sudah memberikan saran dan masukan bagi tulisan ini. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Teknologi Pengolahan Kacang Rendah Lemak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. Anonim. 2013. Cara Pembuatan Tempe Kacang Tanah. Lembar Informasi Pertanian BPTP Yogyakarta. Damat. 2002. Studi Pembuatan Kacang Tanah Rendah Minyak. Jurnal Penelitian Pertanian TROPIKA Vol. 10, No. 1, 2002. Haliza, W, Purwani, Y.P, Thahir, R. 2007. Pemanfaatan Kacang-kacangan Lokal Sebagai Substitusi Bahan Baku Tempe dan Tahu. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian Vol. 3. Karyadi, D.1985. Prospek Pengembangan Tempe Dalam Upaya Peningkatan Status Gizi dan Kesehatan Masyarakat,Makalah Simposium. Koswara, S. 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadikan Makanan Bermutu. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Liener, I.E. 1989. Anti Nutritional Factors in Legume Seeds: State of art. In Huismen, J., van Der Poel, T.F.B. & Liener, I.E. (Eds) Recent Advances of Research on Anti Nutritional Factors in Legume Seeds, pp. 6–13 (Pudoc, Wageningen, The Netherlands). Oberleas, D. 1973. Phytates: Toxicants Occuring Naturally in Foods. Nat. Acad. of Sci. Washington. Sudarmaji, S., Markakis, P. 1977. The Phytate and Phytase of Soybean Tempeh. J. of Sci. Food and Agric. 28: 381–383 Wozenski, J., and Woodburn, M. 1975. Phytic Acid (myo-inositol hexaphosphate) and Phytase Activity in Four Cottonsed Protein Products. Cereal Chem. 52 : 665 Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 701